• Tidak ada hasil yang ditemukan

Valuasi Ekonomi Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Valuasi Ekonomi Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa

Prinsip manfaat Kawasan Konservasi Laut adalah dampak limpahan, dimana pada kawasan yang dilindungi, stok ikan akan tumbuh dengan baik, dan limpahan dari pertumbuhan ini akan mengalir ke wilayah di luar kawasan, yang kemudian dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan tanpa mengurangi sumber pertumbuhan di daerah yang dilindungi. Kawasan Konservasi Laut dapat berfungi sebagai nursery ground (tempat pembesaran), feeding ground (tempat mencari makan) ataupun spawning ground (tempat memijah) bagi ikan-ikan yang hidup di area sekitar kawasan tersebut.

Pada dasarnya manfaat ekonomi Kawasan Konservasi Laut memiliki banyak manfaat, terutama membantu pengelolan sumberdaya kelautan dalam jangka panjang. Li, 2000 (dalam Fauzi, 2005) merinci bahwa diantara manfaat kawasan konservasi laut adalah sebagai berikut: manfaat biogeografi, kenaekaragaman hayati, perlindungan terhadap spesies endemik dan spesies langka, perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan, pengurangan mortalitas akibat penangkapan, peningkatan produksi pada wilayah yang berdekatan, perlindungan pemijahan, manfaat penelitian, ekoturisme, pembatasan hasil samping ikan-ikan juvenil dan peningkatan produktifitas perairan.

Manfaat-manfaat tersebut ada yang merupakan manfaat langsung yang bisa dihitung secara moneter, sedang yang lainnya adalah manfaat tidak langsung yang tidak bisa dikuantifikasikan secara moneter.

Salah satu metode sederhana yang dapat digunakan untuk menghitung manfaat ekonomi kawasan konservasi laut adalah melalui pendekatan valuasi ekonomi statik, dengan cara menghitung perubahan produktifitas kawasan tersebut.

Valuasi ekonomi dengan pendekatan produktivitas yaitu pendekatan yang mengukur nilai ekonomi ekosistem berdasarkan kontribusi produktivitas ekosistem tersebut terhadap barang dan jasa yang diperdagangkan (Fauzi, 2003). Dengan melihat perubahan pada produktivitas sebelum sebuah kawasan

ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut dan setelah ditetapkannya, kita akan dapat mengukur perubahan nilai ekonomi yang terjadi sebelum dan setelah terjadinya perubahan.

Jenis-jenis ikan yang dapat ditangkap di Kepulauan Karimunjawa antara lain yaitu tongkol, tenggiri, teri, ekor kuning, kerapu, kakap, badong, layang dan sejumlah jenis ikan lainnya. Adapun jenis ika n yang dihitung nilai produktivitasnya dalam penelitian ini adalah ikan kerapu, karena ikan tersebut adalah ikan karang, yang memiliki habitat menetap di terumbu karang, bernilai ekonomis tinggi, disamping dukungan ketersediaan data sekundernya.

Besaran jumlah hasil tangkapan ikan kerapu hampir tidak tergantung kepada musim, kecuali pada musim-musim dimana terjadi gelombang besar (musim barat) nelayan sedikit mengurangi aktivitas penangkapannya. Jumlah hasil tangkapan ikan kerapu dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2004 tersaji pada tabel 5 berikut:

Tabel 5. Produksi dan Harga Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa Tahun 1991-2004

Tahun Produksi (kg) Harga (Rp/kg)

1991 8410 2400 1992 5873 2500 1993 4008 2500 1994 6287 3750 1995 7507 5000 1996 6093 4500 1997 6093 4000 1998 4705 5000 1999 4387 15000 2000 4395 20000 2001 3650 20000 2002 3156 20000 2003 6716 20000 2004 5699 20000

Menghitung Harga Riil Ikan Kerapu

Selanjutnya nilai produksi diatas dikonversi kedalam nilai riil untuk memperoleh perbandingan nilai yang sama antar waktu. Pergerakan inflasi harga dari tahun ketahun dapat digambarkan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dengan indeks tersebut akan diperoleh nilai riil yang tidak lagi terpengaruh dengan pergerakan inflasi harga.

Indeks Harga Konsumen yang digunakan adalah IHK Nasional untuk jenis ikan segar, yang dipublikan oleh Biro Pusat Statistik Nasional. Selengkapnya disajikan pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Indeks Harga Konsumen Produk Ikan Segar Tahun 1991-2004

Tahun IHK (Tahun 1989=100)

1991 110,02 1992 126,24 1993 142,35 1994 159,99 1995 173,97 1996 202,09 1997 231,81 1998 175,34 1999 262,62 2000 267,98 2001 290,73 2002 309,39 2003 317,23 2004 310,02

Sumber: Statistik Indonesia, 1991-2004

Pada tabel 7 berikut, diperlihatkan harga riil (kolom 4) yang diperoleh dari harga berlaku/nominal (kolom 2) dibagi dengan IHK (kolom 3) dan dikali 100, dari tahun 1991-2004.

Tabel 7. Produksi dan Harga Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa Tahun 1991-2004

Tahun Harga berlaku IHK Harga riil

1991 20184000 110,02 18345755 1992 14682500 126,24 11630624 1993 10020000 142,35 7038988 1994 23576250 159,99 14736077 1995 37535000 173,97 21575559 1996 27418500 202,09 13567470 1997 24372000 231,81 10513783 1998 23525000 175,34 13416790 1999 65805000 262,62 25057117 2000 87900000 267,98 32800955 2001 73000000 290,73 25109208 2002 63120000 309,39 20401435 2003 134320000 317,23 42341519 2004 113980000 310,02 36765370

Menghitung basis pengurangan produksi

Untuk dapat menghitung pengurangan produksi, maka sebelumnya harus ditentukan batas tahun dimana produktifitas akan dihitung perubahannya, dan menjadikannya sebagai basis perhitungan. Karena penetapan kawasan Konservasi Laut TN. Karimunjawa adalah pada tahun 1998, maka kita menghitung produksi rata-rata sebelum penetapan KKL sebagai basis perhitungan. Hasil perhitungan basis tersebut kemudian dijadikan faktor pengurang dalam perhitungan produksi setelah tahun 1998. Perhitungan rata-rata produksi dan pengurangan produksi setela h tahun 1998 tersaji dalam tabel 8 berikut:

Tabel 8. Selisih Produksi Ikan Kerapu Sebelum dan Setelah Penetapan Taman Nasional Karimunjawa

Periode Tahun Produksi (kg) D Produksi

1991 8410 1992 5873 1993 4008 1994 6287 1995 7507 1996 6093 1997 6093 1998 4705 Sebelum KKL. TN. Krimunjawa Rata-rata 6122 1999 4387 1735 2000 4395 1727 2001 3650 2472 2002 3156 1231 2003 6716 -594 Seteleh KKL. TN. Karimunjawa 2004 5699 423

Menghitung Per Unit Nilai Moneter

Menghitung per unit nilai moneter adalah dengan menggabungkan antara dua tabel sebelumnya. Nilai per unit pada tabel 9 (kolom 4) berikut dihitung dengan membagi nilai produksi pada tahun ke-n dengan produksi total pada tahun yang sama

Tabel 9. Nilai Per-Unit Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa tahun 1991-2004

.

Tahun Produksi Total (kg) Nilai Produksi (Rp) Nilai per- Unit (Rp/kg) 1991 8410 18345755 2181 1992 5873 11630624 1980 1993 4008 7038988 1756 1994 6287 14736077 2344 1995 7507 21575559 2874 1996 6093 13567470 2227 1997 6093 10513783 1726 1998 4705 13416790 2852 1999 4387 25057117 5712 2000 4395 32800955 7463 2001 3650 25109208 6879 2002 3156 20401435 6464 2003 6716 42341519 6305 2004 5699 36765370 6451

Setelah nilai per unit diperoleh, selanjutnya adalah menghitung nilai total kehilangan ekonomi dari sisi produksi, dengan cara mengalikan nilai per unit dengan kerugian produksi.

Tabel 10. Nilai Kerugian Ekonomi Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Karimunjawa

Tahun nilai/unit prod.los s nilai prod.loss

1999 5712 1735 9909756 2000 7463 1727 12889022 2001 6879 2472 17005469 2002 6464 1231 7957594 2003 6305 -594 -3744917 2004 6451 423 2728856 Rata-rata 7490532

Memperhatikan tabel 10 di atas, rata-rata nilai ekonomi yang hilang dari sisi produksi selama kurun waktu 1999-2004 adalah sebesar Rp. 7.490.532,-. Nilai ini mencerminkan kerugian ekonomi yang hilang akibat kawasan konservasi yang rusak karena berkurangnya kemampuan kawasan tersebut untuk memproduksi output pada tingkat yang seharusnya.

Menurut Fauzi (2003), aspek yang juga perlu diperhatikan adalah preferensi waktu dimana terjadinya kecenderungan orang untuk mengekstraksi sumberdaya alam sekarang daripada waktu yang akan datang. Dengan kata lain nilai sumberdaya dimasa mendatang sering didiskonto dengan tingkat discount rate yang tinggi, yang berarti nilainya dimasa mendatang dinilai sangat rendah. Aspek discount rate (sering juga diwakili dengan tingkat suku bunga berlaku) mencerminkan preferensi waktu tersebut. Oleh karena itu untuk menganalisis perubahan dalam waktu cukup panjang digunakan discount rate dalam hal ini tingkat suku bunga sebesar 8% per tahun sehingga dapat diukur dengan nilai masa kini (Present value), yaitu Rp. 97.387.037,5

Kerugian ekonomi produksi yang terjadi setelah penetapan Kawasan Konservasi Laut Taman Nasional Karimunjawa kemungkinan berkaitan erat dengan kondisi terumbu karang yang berada di kawasan tersebut. Berdasarkan informasi yang berkembang di masyarakat, di Karimunjawa marak beroperasi nelayan-nelayan yang menangkap ikan-ikan karang dengan menggunakan racun pottasium sianida yang dapat merusak terumbu karang, khususnya menjelang awal tahun 2000

Sebagaimana menurut Purwanto (1999) yang mengatakan bahwa perikanan karang di perairan Karimunjawa menegalami penangkapan yang berlebihan sebagai akibat prikanan “muroami” yang berasal dari luar wilayah dan juga teknik pemanfaatan penangkapan dengan cyanida, serta perdagangan ikan hidup (pada ukuran yang tidak semestinya), perikanan tambak yang teknologinya bukan merupakan teknologi bersih lingkungan, dengan cara pembukaan hutan mangrove.

Walaupun dari hasil perhitungan masih terdapat kerugian ekonomi produksi dibanding berapa tahun sebelumnya, secara umum trend kerugian nilai

ekonomi produksi tersebut dari tahun 1999-2004 (setelah penetapan resmi Taman Nasional Karimunjawa) cenderung menurun. Bahkan pada tahun 2003 nilai kerugian tersebut bernilai negatif (-3744917), artinya pada tahun tersebut justru terdapat surplus, dibandingkan dengan rata -rata sebelum tahun 1999.

Gambar 4. Nilai Kerugian Produksi Ikan Kerapu Setelah Penetapan Kawasan Konservasi

Hal tersebut dapat menjadi indikator bahwa setelah tahun 2000 keberadaan Kawasan Konservasi Laut setidaknya telah mengurangi laju kerugian ekonomi produksi di Kawasan Karimunjawa.

Setelah tahun 2000 memang perairan Karimunjawa mulai dinyatakan tertutup bagi nelayan yang bukan berasal dari Karimunjawa, hal tersebut disepakati sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan operasi pengamanan gabungan Balai Taman Nasional Karimunjawa, Polisi Air dan Udara Provinsi Jawa Tengah serta Dinas Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Kapal-kapal dari luar Karimunjawa tidak diperbolehkan lagi menangkap ikan di perairan Karimunjawa, kecuali sekedar singgah di dermaga-dermaga sekitar Karimunjawa. Larangan tersebut

Dokumen terkait