• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

1. Usia, yaitu yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMA berusia15- 18 tahun.

2. Jenis kelamin adalah laki-laki atau perempuan yang dapat mempengaruhi persepsi terhadap kelainan maloklusi yang berdampak pada perbedaan tingkatan psikososialnya.

3. Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, yang dapat diukur melalui kekayaan, jabatan, pendidikan atau keturunan. SMA Global Prima Nasional Plus merupakan salah satu sekolah yang berstatus sosial menengah ke atas, sedangkan SMA Pangeran Antasari merupakan salah satu sekolah dengan status sosial menengah ke bawah.

4. Jenis maloklusi anterior adalah ketidakteraturan susunan gigi depan yang dapat dilihat secara kasat mata, meliputi :

a) Protrusi anterior: posisi gigi atau rahang lebih ke depan lebih dari 4 mm. b) Crowded anterior: gigi berjejal pada bagian depan. Gigi berjejal karena kurang tempat sehingga untuk mengaturnya perlu digeser gigi-gigi lain yang ada dalam rahang. Kebutuhan ruang yang diperlukan minimal berkisar -2 sampai -3 mm.

Pengukuran terhadap protrusi dan crowded anterior dilakukan dengan

menggunakan penggaris transparan dengan satuan millimeter, kemudian diukur jarak

gigitnya (protrusi) atau jarak antargigi (crowded), apabila lebih dari normal

c) Diastema anterior: adanya celah antara gigi-geligi anterior yang seharusnya

berkontak. Pengukuran terhadap diastema anterior dilakukan dengan meletakkan

kedua ujung kaliper penggaris pada celah yang akan diukur antargigi kemudian kaliper dipindahan diatas penggaris, lalu diukur dalam satuan millimeter. Bila celah

yang terjadi >2 mm, itu termasuk diastema anterior.

d) Protrusi bimaksiler: rahang atas dan rahang bawah terlalu maju ke depan disertai majunya seluruh gigi pada kedua rahang. Maloklusi ini dilihat dari gambaran fisik bibir dan wajah yang cembung, saat istirahat tidak bisa menutup bibir.

Pengukuran terhadap protrusi bimaksiler dilakukan dengan menggunakan penggaris transparan dengan satuan millimeter, kemudian diukur jarak gigitnya, apabila lebih dari normal dan sesuai dengan ciri fisik maka dimasukkan dalam kategori protrusi bimaksiler.

Apabila terdapat lebih dari satu maloklusi anterior pada seseorang yang menjadi sampel penelitian, maka peneliti mencantumkan jenis maloklusi anterior yang paling dominan menurut peneliti untuk dimasukkan ke dalam kategori jenis maloklusi anterior yang terjadi.

5. Status psikososial adalah penilaian persepsi diri tentang dampak kelainan gigi anterior dengan menggunakan indeks PIDAQ yang dilihat dari 4 aspek:

a) Kepercayaan diri terhadap gigi geligi adalah sikap menerima dan menghargai diri, optimis akan kemampuan yang dimiliki, menerima kekurangan yang dimiliki, serta merasa tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain.

Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek kepercayaan diri terhadap gigi geligi ada 6 butir pernyataan, yaitu:

1. Saya bangga dengan gigi saya

2. Saya tidak malu memperlihatkan gigi saya pada waktu saya tersenyum

3. Saya senang melihat gigi-gigi saya pada waktu bercermin

4. Orang-orang mengatakan gigi saya menarik

5. Saya puas dengan penampilan gigi saya

Pemberian skor pada aspek ini dilakukan dengan cara membalik penilaian,

yaitu skor 0 untuk jawaban “ya” dan skor 1 untuk jawaban “tidak”. Kemudian

dilakukan penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 1-6. Nilai maksimum adalah

6 dan nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,

dimana bila jumlah skor ≥50% (atau ≥3) termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor <50% (atau <3) termasuk dalam kategori “tidak berdampak”.

b) Aspek sosial: masalah dalam lingkungan sosial timbul karena persepsi subyektif tentang penampilan gigi-geligi yang kurang baik baik dari diri sendiri maupun orang lain.

Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek sosial ada 8 butir pernyataan, yaitu:

1. Saya menahan diri ketika saya tersenyum agar gigi-gigi saya tidak terlalu terlihat Saya tidak malu memperlihatkan gigi saya pada waktu saya tersenyum

2. Pada beberapa orang yang tidak terlalu saya kenal dengan baik, kadang- kadang saya khawatir tentang apa yang mereka pikirkan terhadap gigi saya

3. Saya takut orang lain membuat julukan yang menghina gigi saya 4. Saya agak malu bergaul karena gigi saya

5. Kadang-kadang saya menutup mulut dengan tangan untuk menyembunyikan gigi-gigi saya

6. Kadang-kadang saya berpikir orang-orang melihat gigi saya

7. Saya merasa jengkel bila orang-orang mengejek gigi saya walaupun maksud mereka hanya bercanda

8. Kadang-kadang saya merasa khawatir terhadap apa yang dipikirkan lawan jenis tentang gigi saya

Pemberian skor pada aspek sosial dilakukan dengan memberi skor 0 untuk

jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Kemudian dilakukan penjumlahan

skor dari butir pernyataan nomor 7-14. Nilai maksimum adalah 8 dan nilai minimum

skor ≥50% (atau ≥4) termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor <50% (atau <4) termasuk dalam kategori “tidak berdampak”.

c) Aspek psikososial: perasaan rendah diri dan tidak bahagia pada saat individu membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang lebih baik estetika giginya.

Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek psikososial ada 6 butir pernyataan, yaitu:

1. Saya iri dengan orang lain yang memiliki penampilan gigi yang baik 2. Saya tertekan ketika melihat gigi orang lain

3. Kadang-kadang saya merasa tidak senang dengan penampilan gigi saya

4. Kebanyakan orang yang saya kenal mempunyai gigi yang lebih baik daripada gigi saya

5. Saya merasa jelek ketika saya berpikir tentang penampilan gigi saya 6. Saya berharap gigi saya terlihat lebih baik

Pemberian skor pada aspek psikososial dilakukan dengan memberi skor 0

untuk jawaban “tidak” dan skor 1 untuk jawaban “ya”. Kemudian dilakukan

penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 15-20. Nilai maksimum adalah 6 dan

nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,

dimana bila jumlah skor ≥50% (atau ≥3) termasuk dalam kategori “berdampak”, sedangkan bila jumlah skor <50% (atau <3) termasuk dalam kategori “tidak berdampak”.

d) Pertimbangan estetis: perasaan tidak puas dengan keadaan gigi-geligi saat melihat gigi geligi sendiri dengan cermin, foto ataupun video.

Pernyataan-pernyataan yang termasuk dalam aspek pertimbangan estetis ada 3 butir pernyataan, yaitu:

1. Saya tidak suka melihat gigi saya di depan cermin 2. Saya tidak suka melihat gigi saya di foto

3. Saya tidak suka melihat gigi saya pada waktu melihat video saya sendiri Pemberian skor pada aspek pertimbangan estetis dilakukan dengan memberi

penjumlahan skor dari butir pernyataan nomor 21-23. Nilai maksimum adalah 3 dan

nilai minimum dalah 0. Pengkategorian dampak menggunakan skala Guttman,

dimana bila jumlah skor ≥50% (atau ≥2) termasuk dalam kategori “berdampak”,

sedangkan bila jumlah skor <50% (atau <2) termasuk dalam kategori “tidak

berdampak”.

Untuk pengkategorian dampak psikososial secara keseluruhan juga digunakan

skala Guttman, dimana penjumlahan skor seluruh pernyataan (23 butir penyataan)

apabila ≥50% (atau ≥12) termasuk kedalam kategori “berdampak” dan apabila <50%

(atau <12) dimasukkan dalam kategori “tidak berdampak”.

Dokumen terkait