• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Analisis Komponen Teknologi Usaha Plasma Dalam Satu Kesatuan

2. Variabel Eksogen a. Komponen Technoware

Perangkat keras (technoware) merupakan satu di antara empat perangkat penting yang menjadi satu kesatuan dalam sistem kemitraan ayam broiler.

Analisis terhadap komponen technoware terdiri dari dua puluh peubah teramati (peubah indikator) dikelompokkan ke dalam tiga kelompok teknologi yaitu : 1) kandang, 2) pemeliharaan ayam, dan 3) pengendalian hama dan penyakit.

Peubah kandang terdiri dari lima peubah indikator yaitu lantai kandang, tinggi kandang, lebar kandang, dinding kandang, dan panjang kandang. Hasil survei lantai kandang, lebar kandang, dan panjang kandang bernilai sama dengan nilai

Oleh karena itu tidak dimasukkan dalam proses penghitungan LISREL, namun tetap merupakan peubah-peubah penting dalam pembuatan kandang ayam broiler.

Lantai kandang sistem panggung dengan ketinggian 180 – 190 cm dari permukaan tanah, tinggi kandang 400 - 450 cm dari lantai kandang, serta lebar kandang 800 cm merupakan ukuran yang ideal. Dinding kandang dibuat setinggi minimal 200 cm, berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara dari dalam kandang ke luar kandang maupun sebaliknya. Sirkulasi udara ke ruangan kandang dan dari dalam kandang yang baik akan mempengaruhi penampilan produksi yang baik.

Panjang kandang menyesuaikan lahan dengan posisi membujur dari arah barat ke timur untuk mengurangi suhu udara dalam kandang yang berlebihan akibat intensitas sinar matahari. Suhu udara maksimum dalam kandang pada siang hari umumnya sekitar 32 – 34 0C, dan minimum pada dini hari sekitar 26 – 28 0C.

Analisis terhadap peubah indikator kandang menghasilkan satu peubah indikator yang berpengaruh nyata terhadap kandang yaitu tinggi kandang dengan estimasi, dan R2

Peubah Laten dan Lambang

adalah 1,00; dan 1,00 (Tabel 32).

Tabel 32. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Technoware Usaha Plasma dalam Pola Kemitraan Ayam Broiler

Indikator Lambang Peubah

Esti-masi

Nilai-t R2

Technoware Plasma : 1. KANDANG (ξ3)

1.Tinggi kandang x21 o 1,00 - 1,00

2. PELIHARA (ξ4) 1. Tingkat kematian x26 o 0,60 5,15 0,18 2.Efisiensi makanan x30 o 0,97 8,62 0,47 3. PHP (ξ5) 1. Pemeliharaan kandang x36 o 1,00 - 1,00 Keterangan :

Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal.

Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96).

Pada Tabel 32 ditunjukkan efisiensi makanan merupakan indikator yang berpengaruh kuat dalam komponen teknologi dengan estimasi, nilai-t, dan R2

Tingkat kematian ayam merupakan indikator kuat setelah FCR terhadap keragaan pemeliharaan ayam dengan koefisien adalah 0,60, nilai-t 5,15, dan R adalah 0,97; 8,62; dan 0,47. Hal ini dapat diartikan efisiensi makanan dapat menjelaskan 47 % keberhasilan pemeliharaan ayam. Untuk mengukur efisiensi makanan adalah dengan membandingkan pakan yang dikonsumsi ayam terhadap bobot ayam yang dicapainya (feed convertion ratio/ FCR). Semakin kecil nilai FCR akan semakin baik keragaan pemeliharaannya. Nilai FCR berkisar antara 1,5 sampai dengan 1,6 pada rata-rata bobot hidup ayam 1,6-1,7 kg per ekor dengan rata-rata umur panen 30 hari. Program bonus dibuat salah satunya berdasarkan capaian FCR. Jika FCR dapat dicapai lebih rendah dari pada standar FCR yang ditetapkan oleh perusahaan inti, maka peternak plasma akan mendapatkan bonus.

Pemeliharaan akan mencapai hasil yang optimal yaitu pada umur ayam 30-32 hari. Konsumsi ransum pada umur ayam lebih dari 32 hari akan semakin berkurang tingkat efisiensinya. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat pertumbuhan ayam sudah mulai menurun dan persentase kematian ayam bertambah.

2

adalah 0,18. Koefisien yang bertanda positif tersebut akibat dari penetapan skala (1 sampai dengan 5), semakin rendah persentase kematian ayam, semakin tinggi skalanya, hal ini berarti semakin rendah persentase kematian ayam akan semakin baik keragaan pemeliharaan ayam. Persentase kematian dalam pemeliharaan ayam

inti. Standar tingkat kematian disesuaikan dengan umur ayam, umumnya ditentukan berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang mendalam yang dilakukan perusahaan inti.

Anak ayam umur tujuh hari, standar persentase kematiannya adalah 1,5 persen dan semakin tinggi seiring dengan tambahnya umur ayam. Ayam umur empat puluh lima hari standar persentase kematiannya adalah 5,93 persen.

Persentase kematian ayam pada akhir pemeliharaan (umumnya 30-32 hari) dengan kategori baik berkisar antara 2 – 3 persen. Sistem insentif juga diberikan oleh perusahaan inti atas prestasi dari persentase kematian ayam yang rendah.

Bobot hidup saat panen, dan umur panen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh peternak meskipun hasil analisis pengaruhnya lemah terhadap keragaan pemeliharaan ayam.

Pengambilan data selama penelitian dilakukan berasal dari kandang dengan sistem kandang terbuka. Suhu ruangan kandang berkisar antara 28 – 320C, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rekomendasi Cobb (2008) suhu ideal berkisar antara 21 – 230C. Sirkulasi udara dalam kandang dibantu dengan penggunaan kipas angin dengan ukuran 50”.

Penerangan kandang menggunakan bola lampu listrik 20 watt per 24 m2 atau setara dengan 0,21 foot candles (fc), lebih rendah jika dibandingkan dengan rekomendasi menurut Cobb (2008) adalah 0,5 – 1,0 fc (125 watt untuk 93 m2).

Bibit ayam yang digunakan adalah CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN) dengan tingkat kepadatan ayam yang digunakan rata-rata 10 ekor per m2.

Hasil produksi akan lebih baik jika tingkat kepadatan dikurangi menjadi 8 ekor per m2, sesuai hasil penelitian Sahroni (2001) bahwa pemeliharaan ayam pedaging dengan lingkungan yang bersuhu 23,2- 33,20C dan kelembaban 69,2-90,3% (daerah tropis) pada tingkat kepadatan 8 ekor per m2 lebih baik jika dibandingkan pada tingkat kepadatan 10 dan 13 ekor per m2

Umur

.

Untuk kebutuhan tempat pakan, CPIN merekomendasikan penggunaan jumlah tempat pakan (tabung berkapasitas 5 kg) untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor pada umur di atas 14 hari sebanyak 165 buah dan tempat minum otomatis sebanyak 84 buah (Tabel 33). Kebutuhan tempat pakan, tempat minum, dan tingkat kepadatan disesuaikan dengan umur ayam. Penggunaan tempat pakan dan minum di tingkat peternak plasma umumnya sudah menyesuaikan rekomendasi tersebut dengan baik.

Tabel 33. Kebutuhan Tempat Pakan dan Tempat Minum untuk Pemeliharaan Ayam sebanyak 5.000 ekor (rekomendasi CPIN 2007)

Kepadatan Ayam (ek/m2

Baki (buah) luas lantai kandang)

Tempat pakan (buah)

Tempat minum (buah)

1 60 100 - 55

3 40 100 94 55

6 30 55 105 65

9 20 25 165 80

12 15 - 165 80

>14 10 - 165 80

Pemeliharaan kandang merupakan salah satu faktor paling penting dalam pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan bio-sikur iti. Pemeliharaan kandang bertujuan untuk memperpanjang

dibesarkan. Pemeliharaan kandang terutama adalah untuk menjaga kebersihan kandang secara baik. Standar kebersihan yang baik akan mengurangi bahaya penyakit. Pemeliharaan kandang dilakukan setiap saat selama produksi berjalan, terutama setelah panen (kandang kosong), kandang dibersihkan dan diperbaiki jika terdapat kerusakan sebelum digunakan untuk siklus produksi berikutnya.

Pengosongan kandang setelah panen sampai diisi DOC kembali dilakukan 10 – 14 hari, dengan harapan dapat memutus siklus bibit penyakit yang diakibatkan oleh virus maupun bakteri. Penggunaan obat-obatan oleh peternak mengikuti program yang dianjurkan oleh Technical Service (TS) dari perusahaan inti.

b. Komponen Humanware

Identifikasi awal terhadap komponen humanware diduga ditentukan oleh sembilan belas peubah indikator yang dikelompokkan dalam lima peubah eksogen yaitu : 1) kreativitas, 2) orientasi prestasi, 3) orientasi berafiliasi, 4) kewirausahaan, dan 5) orientasi integritas waktu.. Hasil pengukuran SEM terhadap pengaruh peubah-peubah tersebut menunjukkan terdapat tujuh peubah indikator yang berpengaruh nyata, yaitu : 1) kemampuan teknis dengan koefisien estimasi 1,41; nilai-t 17,90; dan R2=1,00, 2) motivasi (0,053; 0,47; dan 0,0014), 3) suka tantangan dan bertanggungjawab (1,07; 9,62; dan 0,57), 4) penetapan tujuan prestasi (0,84; 7,49; dan 0,35), 5) bertanggungjawab (1,00; dan 1,00), 6) kesediaan menerima perubahan (1,00; dan 1,00), 7) kedisiplinan bekerja (1,00;

dan 1,00) (Tabel 34).

Tabel 34. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Humanware dalam Pola Usaha Kemitraan

Peubah Laten dan

Lambang Indikator Lambang

Peubah Estimasi Nilai-t R2

Humanware Plasma:

1.KREATIVITAS (ξ6)

1. Kemampuan teknis x41 o 1,41 - 1,00 2. ORIENTASI

PRESTASI (ξ7)

1. Suka tantangan dan bertanggungjawab

Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal.

Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)

Indikator yang berpengaruh kuat di antara tujuh indikator lainnya adalah kemampuan teknis, suka tantangan dan bertanggung-jawab, kesediaan menerima perubahan, dan kedisiplinan bekerja. Kedisiplinan dalam bekerja merupakan cara bekerja yang harus dilakukan oleh karyawan maupun peternak plasma dalam menjalankan usahanya. Budidaya ternak ayam ras pedaging dengan masa produksi yang relatif singkat (30-35 hari) mempunyai risiko kegagalan yang tinggi, sehingga membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi dalam berproduksi. Kelengahan, kelalaian, kecerobohan, kemalasan dalam menjalankan tugas akan berakibat fatal yaitu kegagalan produksi.

Kegagalan produksi yang sering terjadi yaitu adanya wabah penyakit yang menyerang ternak ayam dengan tingkat kematian tinggi dalam waktu singkat

berbagai daerah di Indonesia yakni wabah penyakit flu burung (Afian Influennza/AI). Permasalahan tersebut berangsur-angsur dapat diatasi dengan adanya kewajiban bagi peternak untuk melaksanakan vaksinasi AI maupun penyakit lainnya pada setiap siklus produksi.

Selain vaksinasi yang ketat, peternak wajib melaksanakan kegiatan bio-sekuriti secara ketat. Bio-bio-sekuriti diartikan serangkaian tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit ke sebuah peternakan, atau suatu tindakan untuk menjauhkan mikro-organisme penyebab penyakit dari unggas dan menjauhkan unggas dari mikro-organisme penyebab penyakit. Terdapat tiga elemen biosekuriti yaitu : 1) isolasi, dengan cara mengurangi kunjungan ke peternakan lain terutama yang sedang terserang wabah penyakit, lingkungan peternakan harus bebas dari pemeliharaan unggas lain; 2) pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan, dan kendaraan dari dalam dan ke luar peternakan; 3) sanitasi, dengan cara mencuci kandang, peralatan, kendaraan, dan orang secara teratur dengan desinfektan (Indartono dan Widodo 2005; dan Cobb 2008). Pelaksanaan biosekuriti pada peternakan plasma umumnya masih terbatas. Kegiatan yang sudah dilakukan umumnya seperti mengurangi kontak langsung dengan peternakan lain terutama peternakan yang sedang terserang wabah penyakit.

Sanitasi secara teratur juga sudah dilaksanakan dengan baik sesuai pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan inti. Karena keterbatasan kemampuan finansial peternak, sanitasi terhadap kendaraan maupun orang yang masuk ke peternakan umumnya belum dilaksanakan, seperti misalnya bak pencelup (deeping) masuknya kendaraan, penyemprotan desinfektan pada pintu

masuknya orang ke areal peternakan, serta pagar keliling kawasan peternakan.

Pencerahan tentang pentingnya biosekuriti bagi peternakan untuk mencapai keberhasilan harus terus dilakukan oleh para pihak yang terkait seperti kedinasan pemerintah khususnya dinas peternakan, lembaga swasta, maupun para ahli kesehatan.

Untuk menjalankan usaha budidaya ayam ras pedaging, peternak perlu memiliki motivasi yang tinggi berdasarkan penetapan tujuan prestasi. Evaluasi terhadap prestasi yang dicapai pada setiap siklus produksi perlu dilakukan.

Tindak-lanjut perbaikan harus dilaksanakan bila terdapat kekurangan dalam setiap kegiatan produksi. Hal ini dapat terlaksana apabila peternak mempunyai sikap bersedia menerima perubahan.

Sikap bersedia menerima perubahan pada sebagian peternak masih kurang memadai. Hal ini dipengaruhi antara lain adanya budaya pasrah terhadap nasib di kalangan peternak dan masyarakat umumnya masih kental. Bila diketahui terdapat peternak yang berprestasi tinggi, mereka menganggap lebih disebabkan karena nasibnya sedang baik. Mereka tidak berkeinginan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana cara berproduksi yang tepat sehingga dapat mencapai prestasi baik tersebut.

Penetapan tujuan prestasi oleh peternak dibuat berdasarkan pengetahuan peternak tentang apa yang menjadi ukuran keragaan produksi yang baik. Ukuran keragaan produksi yang telah dipahami oleh peternak masih terbatas pada perihal yang berkaitan dengan faktor finansial, seperti tingkat kematian ayam yang rendah, FCR yang rendah, dan tingkat pertumbuhan ayam yang relatif cepat.

Faktor-faktor tersebut berhubungan langsung dengan upaya peningkatan jumlah pendapatan dan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh peternak plasma, serta adanya sistem bonus yang disediakan oleh pihak perusahaan inti yang berkaitan dengan prestasi produksi, selama ini hanya berdasarkan tingkat kematian dan FCR yang rendah. Apabila hasil usaha mencapai tingkat kematian dan FCR di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti, peternak memperoleh insentif yang dihitung dengan rumus tertentu sesuai ketentuan perusahaan inti.

Target lain seperti hasil daging yang bermutu belum menjadi tujuan dalam berproduksi. Padahal tuntutan konsumen di masa kini maupun ke depan masalah mutu daging sudah menjadi isu penting. Namun pengawasan konsumen terhadap mutu daging di pasaran selama ini juga masih lemah, sehingga bagi peternak dalam berproduksi belum menjadi prioritas.

Kemampuan teknis yang dimiliki karyawan dalam berproduksi umumnya cukup tinggi, karena tingkat teknologi keras yang digunakan adalah teknologi tepat guna bukan teknologi canggih. Dengan kondisi ini para pekerja dapat dengan mudah untuk mengoperasikan semua peralatannya secara baik.

Keterampilan bekerja dan kemampuan karyawan untuk menciptakan kreativitas cukup baik. Gagasan, metode dan pendekatan baru pada umumnya dikemukakan dengan baik kepada perusahaan inti melalui technical service (TS), terutama mengenai teknis pemeliharaan ayam meliputi panjang kandang, lebar kandang, jenis lampu yang digunakan, bahan alas lantai (litter) untuk DOC sampai umur 16 hari, tirai penutup kandang, brooder, bahan pemanas DOC, umur ayam untuk dipanen, dan lain-lain.

Pemberian makan dan minum yang lazim dilakukan adalah secara adlibitum (pakan dan minum tersedia terus menerus pada tempatnya selama pemeliharaan ayam), kemudian dicoba untuk diubah dengan cara pemberian pakan/ransum setiap dua jam sekali berdasarkan standar kebutuhan pakan bagi ayam sesuai umurnya. Pemasangan brooder untuk pembesaran DOC dapat ditempatkan pada sisi pinggir atau tengah kandang untuk memudahkan pelebaran ruang setiap tiga hari, serta untuk mencapai hasil brooding (ayam sudah tidak membutuhkan penghangat lagi yaitu umur 10-12 hari tergantung cuaca) yang optimal.

c. Komponen Inforware

Identifikasi awal komponen inforware diduga dipengaruhi oleh enam belas indikator penentu yang dikelompokkan dalam tiga peubah eksogen yaitu : 1) akses informasi, 2) keterkaitan informasi, dan 3) kemampuan komunikasi.

Hasil pengukuran pengaruh peubah-peubah kunci melalui SEM menunjukkan terdapat sepuluh indikator berpengaruh positif terhadap komponen inforware.

Estimasi besarnya pengaruh peubah kunci pada masing-masing peubah eksogen dijelaskan sebagai berikut :

1. Akses informasi

Hasil pengukuran peubah-peubah kunci pada akses informasi adalah : 1) Jenis sumber informasi dengan koefisien estimasi=0,96; nilai-t=8,19; dan R2= 0,46, 2) Pemanfaatan informasi (0,48; 3,99; dan 0,12), dan 3) Metode pengumpulan informasi (0,67; 5,63; dan 0,22) (Tabel 35).

Tabel 35. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Inforware Usaha Plasma dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler

Peubah Laten

dan Lambang Indikator Lambang

Peubah Estimasi Nilai-t R2

1.Akses Informasi (ξ10) 1. Macam sumber

informasi x59 o 0,36 2,85 0,063

2. Keterkaitan Informasi (ξ12)

1.Informasi internal x65 o 0,48 3,93 0,12 2. Informasi eksternal x66 o 0,40 3,21 0,079 3.Validitas informasi dan

data x67 o 0,80 6,85 0,32

4.Kemudahan

mendapatkan informasi x68 o 0,83 7,22 0,35

3. Kemampuan Komunikasi 13)

1. Saluran informasi x70 o 0,73 6,16 0,27 2.Kepercayaan terhadap

sumber informasi x71 o 0,43 3,47 0,093 3.Nilai informasi

terhadap perusahaan x72 o 0,77 6,57 0,30

4.Umpan balik x74 o 0,67 5,63 0,23

Keterangan :

Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal.

Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)

Hasil survei terhadap komponen inforware yang diterapkan oleh peternak plasma umumnya masih terbatas pada kegiatan produksi setiap siklusnya, yaitu berupa catatan-catatan sederhana. Informasi yang berhasil dikumpulkan dari luar maupun yang dibuat sendiri oleh peternak masih terbatas pada pengetahuan teknik produksi.

Sumber informasi yang didapatkan peternak pada umumnya sebanyak dua sampai tiga macam sumber dengan interval satu minggu dari sesama peternak meliputi waktu masuk DOC/ umur ayam, saat panen, dan kondisi kesehatan ayam.

2. Keterkaitan informasi

Hasil pengukuran peubah-peubah kunci dalam keterkaitan informasi dengan kepentingan usaha plasma adalah : 1) informasi internal (koefisien

estimasi=0,61; nilai-t=5,30; dan R2

Informasi dari luar didapatkan melalui buletin, para pembina, maupun peternak lain. Informasi internal masih terbatas berupa catatan-catatan sederhana dari setiap siklus produksi. Pemanfaatan informasi yang diperoleh disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pengetahuan peternak dan diterapkan secara baik melalui bimbingan dari perusahaan inti.

=0,19), 2) informasi eksternal (0,57; 4,88; dan 0,16), 3) validitas informasi dan data (0,72; 6,35; dan 0,26), 4) kemudahan mendapatkan informasi (0,76; 6,81; dan 0,29), 5) biaya untuk memperoleh informasi (0,51; 4,35; dan 0,13) diperlihatkan pada Tabel 35.

3. Kemampuan komunikasi

Hasil pengukuran peubah-peubah kunci dalam kemampuan komunikasi adalah : 1) saluran komunikasi (koefisien estimasi = 0,64; nilai-t=5,74; dan R2

Saluran komunikasi umumnya masih terbatas yaitu berupa komunikasi langsung dan telepon (telepon tetap maupun seluler) dengan biaya relatif rendah.

Tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi yang diperoleh dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi peternak. Perhatian peternak relatif tinggi diberikan kepada pihak perusahaan inti dan sesama peternak dengan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi. Kemampuan komunikasi peternak semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah saluran komunikasi, tingkat kepercayaan terhadap

= 0,21), 2) kepercayaan terhadap sumber informasi (0,51; 4,44; dan 0,13), 3) nilai informasi terhadap perusahaan (0,72; 6,29; dan 0,25), dan 4) umpan balik (0,76; 6,90; dan 0,29) (Tabel 35).

Informasi internal yang dikumpulkan meliputi laporan produksi (bobot per ekor dan jumlah DOC, perkembangan bobot hidup ayam, jumlah kematian, penggunaan ransum dan obat-obatan), stok ransum dan obat-obatan, serta catatan keuangan (pembelian sekam untuk litter, pembayaran listrik, upah kerja, biaya pemeliharaan kandang dan sumbangan-sumbangan). Informasi berupa catatan-catatan sederhana tentang kegiatan-kegiatan produksi tersebut digunakan untuk evaluasi prestasi produksi dan perencanaan dengan target terukur untuk siklus produksi berikutnya.

Informasi eksternal didapatkan melalui saluran komunikasi dari sesama peternak maupun pembina (perusahaan inti) yaitu secara lisan, telepon maupun dalam bentuk buletin yang berisi informasi teknik pemeliharaan. Informasi teknik pemeliharaan dan prestasi produksi peternak lain yang berhasil dikumpulkan bermanfaat bagi peternak untuk perbandingan. Dengan demikian peternak dapat mengukur tingkat keberhasilan produksinya pada siklus produksi terkini. Perbandingan tingkat keberhasilan produksi kepada prestasi peternak lain perlu dilakukan, sebab banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan budidaya ayam broiler terutama pada sistem pemeliharaan kandang terbuka.

Kecermatan dalam memperhatikan keabsahan dari informasi yang diperoleh cukup baik. Hal ini karena ditunjang dengan pengalaman yang cukup (beternak selama lebih dari lima tahun). Penelusuran terhadap sumber informasi sering dilakukan peternak apabila merasa kurang percaya terhadap informasi yang diperolehnya.

Informasi yang berhasil dikumpulkan peternak digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan produksi. Berhasil maupun gagal dalam

berproduksi dievaluasi untuk mengetahui faktor utama apa yang berpengaruh dominan pada suatu kasus siklus produksi tertentu. Faktor utama tersebut dapat berasal dari tingkat penerapan THIO maupun faktor alam. Penerapan THIO pada teknologi tingkat madya (teknologi tepat guna) relatif dapat dikendalian peternak, namun faktor alam tidak dapat dikendalikan peternak.

Pemeliharaan dengan sistem terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca harian.

Cuaca harian yang buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh ayam yang dipelihara dan bahkan dapat mengakibatkan kegagalan produksi karena terserang penyakit. Pengaruh buruk tersebut dapat dikurangi dengan penerapan pemeliharaan yang tepat.

Semakin banyak informasi yang dibuat maupun yang berhasil dikumpulkan membutuhkan biaya yang lebih besar dan berdampak positif terhadap penerapan komponen inforware. Dampak positif tersebut memberi peluang bagi peternak untuk lebih meningkatkan keberhasilan usahanya melalui peningkatan mutu informasi yang dibuat maupun yang dikumpulkan oleh peternak.

d. Komponen Orgaware

Perangkat organisasi dianalisis berdasarkan dua puluh tujuh indikator menghasilkan enam peubah indikator yang berpengaruh nyata terhadap komponen orgaware (gaya kepemimpinan, motivasi diri dan dorongan berprestasi, kedewasaan, pendelegasian tugas dan tanggungjawab, kemandirian bekerja, perencanaan, orientasi teknologi (Tabel 36).

Tabel 36. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci dari Komponen Orgaware Plasma dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler

Peubah Laten

dan Lambang Indikator Lambang

Peubah Estimasi Nilai-t R2

1. Pendelegasian tugas dan tanggungjawab

Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal.

Nilai-t > 1,96 adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan.

Gaya kepemimpinan yang diterapkan peternak umumnya berdasarkan kemampuan teknis dan perilaku peternak yang bersangkutan. Pelaksanaan tugas/kerja karyawan sesuai keinginan atasan dengan motivasi sedang untuk berprestasi, kecepatan memahami dan kepedulian terhadap situasi/kondisi yang timbul, serta keterampilan bersosialisasi, kepedulian mengemukakan gagasan pada tingkat sedang. Hal ini terjadi karena pada umumnya organisasi plasma (peternak) masih sederhana dengan jumlah anggota dua sampai empat karyawan yang dipimpin langsung oleh pemilik, serta tingkat pendidikannya relatif rendah (rata-rata lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Karyawan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah tersebut relevan dengan tingkat keterampilan

yang dibutuhkan (sesuai dengan tingkat teknologi yang digunakan yakni teknologi tepat guna).

Pendelegasian tugas dan tanggungjawab dari pemilik kepada karyawan, keterikatan pada peraturan dan prosedur organisasi, serta kemandirian dalam melaksanakan tugas masih pada tingkat sedang. Karyawan bertanggungjawab hanya pada pekerjaan yang bersifat teknis operasional pemeliharaan ayam seperti memberi makan/minum, menjaga kenyamanan ayam (mengatur tingkat kepadatan ayam, tirai dinding kandang, menjalankan kipas, penerangan), menjaga kebersihan kandang dan peralatan, seleksi ayam (memisahkan ayam sakit, cacat, ataupun kerdil), dan mengubur ayam yang mati serta mencatat penggunaan pakan harian, hasil timbang ayam mingguan, dan jumlah kematian harian.

Ketepatan waktu dalam menjalankan tugas dan partisipasi pemikiran strategis oleh karyawan pada tingkat sedang. Pelaksanaan kegiatan tidak selalu sesuai perencanaan. Sumbangan pemikiran strategis pada umumnya terbatas pada kapasitas pemeliharaan ayam per orang, dan masa istirahat kandang.

Seorang karyawan yang telah terampil dan berpengalaman mampu memelihara 6.000 ekor per siklus pemeliharaan dengan sistem all in all out (ayam dalam satu umur), sehingga dapat memperoleh penghasilan yang cukup layak.

Sistem pengupahan pada umumnya dijalankan dengan cara borongan yang dihitung per ekor dari jumlah ayam yang dipelihara mulai dari persiapan kandang sampai panen. Karyawan mendapat tambahan pendapatan melalui kegiatan bongkar/muat ransum, pembersihan, pencucian/sanitasi kandang setelah panen,

Total pendapatan dalam satu periode produksi (40 hari) adalah sekitar Rp. 2.750.000,-per orang. Pengosongan kandang dari periode satu ke periode

berikutnya (masa istirahat kandang) selama 12 – 14 hari cukup untuk memberi kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat di rumah masing-masing.

Pengawasan kinerja karyawan sering dilakukan (tidak setiap waktu) dan dievaluasi setiap minggu sekali. Kepatuhan karyawan terhadap peraturan perusahaan, dan kebanggaan keikut-sertaan dalam kemitraan berada pada tingkat sedang, serta komunikasi antara pemilik dengan karyawan cukup lancar (rata-rata bernilai skala 3 dari nilai skala 5). Peluang pengembangan perusahaan cukup besar. Setiap plasma diberi kesempatan untuk mengembangkan usahanya oleh perusahaan inti.

Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan secara rutin mingguan berdasarkan catatan meliputi rata-rata bobot badan ayam mingguan yang dicapai, jumlah

Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan secara rutin mingguan berdasarkan catatan meliputi rata-rata bobot badan ayam mingguan yang dicapai, jumlah