• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Variabel Interaksi Teman Sebaya

Interaksi Teman Sebaya (Y) diungkap menggunakan skala dengan total pernyataan 21 item, dengan sebaran skor untuk masing-masing item adalah 1-4. Setelah dilakukan pengambilan data variabel interaksi teman sebaya, maka dapat disajikan deskripsi data ukuran kecenderungan memusat yaitu mean (M), median

(Me), mode (Mo), serta ukuran keragaman/variabilitas yaitu variance,standar

deviation serta skor minimal dan maksimal dalam tabel 17.

Tabel 17. Deskripsi Data Ukuran Kecebderungan Memusat serta Ukuran Keragaman / Variabilitas Interaksi Teman Sebaya

Mean Median Mode Std. Deviation

Variance Minimal Maksimal

65,16 64,00 64 7,401 54,768 44 84

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa nilai rata-rata dari skor variabel interaksi teman sebaya adalah 65,16. Hal ini berati skor variabel interaksi teman sebaya yang diperoleh siswa tidak jauh dari 65,16. Median atau nilai tengah dari data setelah diurutkan dari yang yang terkecil sampai yang terbesar adalah

64,00. Sedangkan nilai yang sering muncul dari data tersebut yaitu 64. Simpangan baku atau rata-rata penyimpangan data terhadap rata-rata hitung (mean) sebesar 7,401. Artinya nilai mean merupakan representasi dari keseluruhan data karena nilai simpangan baku jauh lebih kecil dibandingkan nilai mean. Varians dari data tersebut adalah 54,768. Artinya tingkat keragaman data tersebut sebesar 54,768.

Kecenderungan rata-rata skor variabel interaksi teman sebaya diketahui dengan cara mengkategorikan skor rerata ideal yang seharusnya diperoleh. Jumlah butir yang dipakai untuk variabel ini yaitu 21 dengan sebaran skor 1-4, sehingga diperoleh skor maksimal 44 dan skor minimal 84.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang masih berupa data acak kemudian dibuat kelompok. Data tersebut disusun ke dalam kelas-kelas. Daftar yang memuat data berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval atau kategori tertentu dalam sebuah daftar. Jumlah kelas interval dari perhitungan yang telah dilakukan, hasilnya adalah 8,82 dibulatkan menjadi 9 kelas dengan panjang interval 4. Adapun distribusi frekuensi interaksi teman sebaya siswa dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Interaksi Teman Sebaya No. Interval Frekuensi Frekuensi

(%) 1. 44-48 3 1,27% 2. 49-53 6 2,53% 3. 54-58 36 15,20% 4. 59-63 56 23,62% 5. 64-68 61 25,74% 6. 69-73 42 17,72% 7. 74-78 21 8,86% 8. 79-83 11 4,64% 9. 84-88 1 0,42% Jumlah 237 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat digambarkan histogtram sebagai berikut:

Gambar 4. Histogram Interaksi Teman Sebaya

Berdasarkan histogram diatas dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi yang paling banyak berada pada interval skor 64-68 dengan jumlah frekuensi 61.

0 10 20 30 40 50 60 70 44-48 49-53 54-58 59-63 64-68 69-73 74-78 79-83 84-88 Frekuensi Interval

Interaksi TemanSebaya

2,53% 15,20% 23,62% 25,74% 17,72% 8,86% 4,46% 0,42% 1,27%

Hal ini berarti terdapat 61 siswa yang memperoleh skor pada interval 64-68. Sedangkan distribusi frekuensi yang paling sedikit berada pada interval skor 84- 88 dengan jumlah frekuensi 1. Hal ini berati hanya ada 1 siswa yang memperoleh skor pada interval 84-88.

Setelah melakukan analisis deskripsi, kemudian data variabel interaksi teman sebaya dikategorikan ke dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun rumus pengkategorian di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 19. Rumus Kategori Interaksi Teman Sebaya

No. Kategori Interval

1 Sangat Tinggi X > (Mean+1,5 SD)

2 Tinggi (Mean+0,5 SD) <X≤ (Mean+1,5 SD)

3 Sedang (Mean-0,5 SD) <X≤ (Mean+0,5 SD)

4 Rendah (Mean-1,5 SD) <X≤ (Mean-0,5 SD) 5 Sangat Rendah X ≤ (Mean-1,5 SD)

Sumber: Azwar (2006: 108) Keterangan

Mean (ideal) = (Skor maksimum + skor minimum) SD (ideal) = (Skor maksimum - skor minimum)

Dari hasil perhitungan di atas didapat hasil kecenderungan variabel interaksi teman sebaya sebagai berikut:

Tabel 20. Kategori Variabel Interaksi Teman Sebaya

No. Kategori Interval Frekuensi Rentang

Skor (%) 1 Sangat Tinggi X > 68,25 75 31,64% 2 Tinggi 57,75 < X ≤ 68,25 117 49,37% 3 Sedang 47,25 < X ≤ 57,75 45 18,99% 4 Rendah 36,5 < X ≤ 47,25 0 0% 5 Sangat rendah X ≤ 36,5 0 0% Jumlah 237 100%

Berdasarkan data tabel di atas, data interaksi teman sebaya dapat disajikan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Kategori Variabel Interaksi Teman Sebaya Berdasarkan histogram di atas, siswa yang memiliki interaksi teman sebaya dengan kategori sangat tinggi berjumlah 75 siswa (32%), kategori tinggi berjumlah 117 siswa (49%), siswa yang memiliki interaksi teman sebaya dengan kategori sedang berjumlah 45 siswa (19%), sedangkan untuk kategori rendah dan sangat rendah memiliki nilai frekuensi 0 (0%). Nilai rata-rata (mean) sebesar 65,16 berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan di atasdapat diketahui bahwa tingkat interaksi teman sebaya siswa kelas V SD se-Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo tergolong dalam kategori tinggi dengan jumlah responden sebanyak 117 siswa (49%). Hal ini berati hampir sebagian dari siswa memiliki interaksi teman sebaya yang tinggi. Interaksi teman sebaya yang sedang ditandai ketika siswa memilki

32%

49% 19%

0% 0%

Interaksi Teman Sebaya

Sangat Tinggi X > 68,25

Tinggi 57,75 < X ≤ 68,25 Sedang 47,25 < X ≤ 57,75 Rendah 36,5 < X ≤ 47,25 Sangat rendah X ≤ 36,5

kemampuan yang baik dalam melakukan hal-hal yang sesuai dengan indikator interaksi teman sebaya. Indikator tersebut meliputi memiliki kesamaan minat dan bahan pembicaraan, mau membantu dan menerima, mampu mengatasi masalah pribadi maupun sosial, serta mampu beradaptasi.

B.Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yangdigunakan dalam penelitian ini menggunakan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Uji prasyarat analisi dan uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 23 for windows.

1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunkan untuk menguji apakah data yang diperoleh dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dengan menggunakan uji normalitas One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test

program komputer SPSS for windows versi 23. Menurut duwi Priyatni(2012:147) suatu data dikatakan berdistribusi normal pada taraf signifikansi 5% jika nilai

Asymp. Sig. Lebih dari 0,05. Berdasarkan perhitungan dengan SPSS 23 for

windows, didapat nilai variabel kecerdasan interpersonal 0,096 dan variabel

interaksi teman sebaya 0,053. Nilai Asymp. Sig. dari kedua variabel tersebut memiliki nilai di atas 0,05. Maka distribusi data dari masing-masing variabel dikatakan normal. Ringkasan perbandingan normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 21. Ringkasan Perbandingan Normalitas

No. Variabel Asymp. Sig. Signifikansi Keterangan 1. Kecerdasan Interpersonal 0,096 0,05 Normal 2. Interaksi Teman Sebaya 0,053 0,05 Normal

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel kecerdasan interpersonal dan variabel interaksi teman sebaya memiliki sebaran data normal. Artinya data tersebut dianggap dapat mewakili populasi penelitian.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berbentuk linear atau tidak. Kriterianya, jika signifikansi dari linearitas < 0,05 dan signifikansi dari deviation from linierity> 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dikatakan linear. Sebaliknya jika signifikansi dari linearitas > 0,05 dan signifikansi dari deviation from linierity< 0,05 maka hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dikatakn tidak linear. Untuk menguji linearitas data, dilakukan dengan bantuan program komputer SPS versi 23 for windows dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil lineraitas dapat dilihat pada tabel 22 di bawah ini.

Tabel 22. Ringkasan Hasil Uji Linearitas No. Variabel Df Signifikasni dari Linierity Sig. dari deviaton from linierity Kesimpulan 1. X Y 30 0,000 0,778 Linier

Berdasarkan rangkuman hasil di atas, dapat dilihat bahwa pada pengujian data variabel X dan Y, didapat signifikansi dari linierity 0,000 < 0,05 dan

signifikansi dari deviation from linierity 0,778 > 0,05 sehingga datanya dikatakan linier. Hubungan antara kecerdasan interpersonal dan variabel interaksi teman sebaya mengikuti garis lurus. Artinya peningkatan atau penurunan kuantitas pada variabel kecerdasan interpersonal akan diikuti secara linier oleh peningkatan atau penurunan kuantitas dari variabel interaksi teman sebaya.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji kolelasi product moment,

sehingga nanti dapat dilihat ada tidaknya hubungan antara variabel kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya. Hipotesis dinyatakan diterima atau ditolak dengan melihat nilai signifikansinya. Untuk mengintepretasikan hasil uji maka formula hipotesis adalah sebagai berikut.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya

Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Ho diterima jika t hitung < t tabel. Sedangkan Ho ditolak jika t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel. Ho diterima jika P value> 0,05, sedangkan Ho ditolak jika P

value< 0,05.

Hasil pengujian menggunakan SPSS 23 for windows menunjukkan adanya korelasi positif sebesar 0,710 antara kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya. Untuk melihat signifikansi dari perhitungan tersebut maka perlu dibandingankan dengan dengan taraf kesalahan 5%. Harga sebesar

0,138. Ternyata harga lebih besar dari harga , sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Pengujian signifikansi koefisien korelasi juga dapat dihitung dengan uji t. Setelah diuji menggunakan software SPSS versi 23 for windows, diperoleh harga t hitung sebesar 15,441. Harga t hitung kemudian dibandingkan dengan harga t tabel dengan taraf kesalahan 5%. Maka diperoleh harga t tabel sebesar 1,960. Ternyata harga t hitung lebih besar dibandingkan t tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan analisis tersebut dapat dikatakan terdapat hubungkan yang signifikan antara kecerdasan interpersonal dengan interaksi teman sebaya.

Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari koefisien korelasi (r2 ). Koefisien ini disebut koefisien penentu. Koefisien determinasi dari variabel kecerdasan interpersonal dan variabel interaksi teman sebaya = r2 = 0,504. Artinya varians yang terjadi pada variabel kecerdasan interpersonal 50,4% dapat dijelaskan melalui varians yang terjadi pada variabel interaksi teman sebaya, dan 49,6% ditentukan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang dapat dilihat padattabel 23.

Tabel 23. Pedoman untuk Memberikan Interrpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2007: 231)

Berdasarkan tabel di atas, nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan interpersonal dengan variabel interaksi teman sebaya terdapat pada interval 0,60 – 0,799. Artinya, dapat disimpulkan bahwa tingkat hubungan antara variabel kecerdasan interpersonal dengan variabel interaksi teman sebaya termasuk dalam kategori kuat.

Dokumen terkait