• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian yaitu perilaku konsumsi, status sosial ekonomi orang tua, kelompok referensi, dan motivasi berbelanja.

2. Definisi Operasional

a. Perilaku Konsumsi

Perilaku Konsumsi adalah tindakan siswa dalam mengkonsumsi atau membeli suatu barang (pakaian, tas, sepatu, makanan, minuman, dan lain-lain) untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan mereka. Indikator untuk mengukur variabel perilaku konsumsi adalah:

1) Perilaku siswa dalam memilih tempat perbelanjaan

2) Perilaku siswa dalam mengkonsumsi makanan dan minuman 3) Perilaku siswa dalam menggunakan uang saku

4) Perilaku siswa dalam mengisi waktu luang

Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan pada masing-masing item pertanyaan. Rumus digunakan dalam mencari mean dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

Mean = Standar Deviasi = √∑( ̅) ( ) (Sumber: Sugiyono, 2010) Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Xi = jumlah skor N = jumlah responden

Namun dalam penelitian ini, untuk mencari jumlah mean dan standar deviasi dilakukan dengan bantuan program SPSS. Mean dan standar deviasi dalam variabel ini sebagai berikut:

Tabel III.1

Mean dan Standar Deviasi Variabel Perilaku Konsumsi Responden

Varibel N Mean Standar Deviasi

Perilaku Konsumsi 80 20,95 2,85 Sumber: Data primer, diolah 2014

Untuk mengetahui penilaian perilaku konsumsi siswa SMA negeri 6 Yogyakarta, dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai mean dan standar deviasi yang diperoleh dengan interval di bawah ini:

Tabel III.2

Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Perilaku Konsumsi

Perilaku Konsumsi Rumus Interval Interval

Rasional X < M – SD 15 – 18,10 Cukup Rasional M – SD ≤ X < M + SD 18,10 – 23.80

Tidak Rasional M + SD ≤ X 23,80 – 27

Sumber: Data primer, data diolah 2014

Kategori perilaku konsumsi siswa dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Perilaku konsumsi rasional

Perilaku konsumsi rasional dalam penelitian ini berarti siswa membeli atau mengkonsumsi suatu barang atas dasar kebutuhan. Siswa yang mempunyai sifat yang rasional, yaitu siswa membeli barang yang benar-benar dibutuhkan, siswa tidak memiliki kebiasaan berbelanja di mall atau department store, mutu atau kualitas barang baik atau dengan kata lain siswa tidak terlalu mementingkan merk pada barang tersebut, siswa membeli dengan harga yang sesuai kemampuan siswa. Oleh karena itu, siswa yang berada dalam kelompok ini memiliki perilaku konsumsi yang didasarkan oleh kebutuhan yang rasional dan dapat mengontrol pengeluarannya.

2) Perilaku konsumsi cukup rasional

Perilaku konsumsi cukup rasional dalam penelitian ini berarti siswa membeli atau mengkonsumsi suatu barang atas dasar

kebutuhan dan keinginan. Siswa yang memiliki perilaku konsumsi cukup rasional, yaitu siswa terkadang membeli barang karena kebutuhannya namun terkadang membeli karena ada bursa obral, diskon, atau bonus-bonus. Siswa tidak selalu berbelanja di mall atau department store, siswa mengisi waktu luangnya untuk belajar dan mengunjungi pusat keramaian, siswa tidak harus selalu makan dengan harga yang mahal. Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumsi cukup rasional ini siswa tidak selalu bertindak rasional tetapi juga terkadang bertindak irasional.

3) Perilaku konsumsi kurang rasional

Perilaku konsumsi kurang rasional dalam penelitian ini berarti siswa tersebut mengkonsumsi atau membeli barang tanpa memikirkan kegunaanya terlebih dahulu. Perilaku konsumsi ini hanya memuaskan kepuasan atau keinginan semata, seperti siswa cenderung boros dalam menggunakan uangnya, siswa memiliki kebiasaan berbelanja di mall, siswa mengisi waktu luangnya dengan berkunjung ke tempat hiburan (mall, game center, cafe, dll), siswa membeli barang-barang branded padahal tidak terlalu membutuhkannya, siswa membeli barang yang kurang dapat memberikan kegunaan optimal. Oleh karena itu, siswa yang berada dalam kelompok ini memiliki perilaku konsumsi yang tidak didasarkan oleh kebutuhan yang rasional dan kurang dapat mengontrol pengeluarannya.

b. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status Sosial itu sendiri merupakan posisi atau kedudukan seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Unsur-unsur status sosial mencakup pendidikan, jabatan, pendapatan, pekerjaan, kepemilikan harta benda dan lainnya yang dimiliki oleh seseorang di dalam suatu masyarakat. Indikator dalam status sosial ekonomi orang tua ialah sebagai berikut:

1. Pendidikan orang tua

Pendidikan orang tua merupkan tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh anggota hingga mendapatkan bukti kelulusan. Tingkat pendidikan yang dicapai oleh orang tua (ayah) antara lain:

a) Tidak tamat SD b) Tamat SD

c) Tamat SMP d) Tamat SMA/SMK e) Lulus Akademi (DIII) f) Lulus Sarjana (S1)

Berdasarkan tingkat pendidikan di atas, peneliti membagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

Kelompok 1: A-B diberi skor 1 Kelompok 2: C-D diberi skor 2 Kelompok 3: E diberi skor 3 Kelompok 4: F diberi skor 4 Kelompok 5: G diberi skor 5

2. Pekerjaan orang tua

Pekerjaan orang tua merupakan kegiatan pokok yang dilakukan oleh orang tua (ayah) untuk memperoleh penghasilan. James J. Spillane mengelompokkan pekerjaan atau jabatan ke dalam Sembilan kelompok sebagai berikut :

Tabel III.3

Golongan Pekerjaan

Golongan A Meninggal dunia, Pensiunan, Tidak mempunyai pekerjaan.

Golongan B Buruh nelayan, Buruh tani, Petani kecil, Penebang kayu.

Golongan C Petani penyewa, Buruh tidak tetap, Penarik becak. Golongan D Pembantu, Penjual Keliling, Tukang cuci.

Golongan E Seniman, Buruh tetap, Montir, Pandai besi, Penjahit, Sopir bus/colt, Tukang kayu, Tukang listrik, dan Tukang mesin.

Golongan F Pemilik bus/colt, Pengawas Keamanan, Petani, Pemilik tanah, Pegawai sipil (ABRI), Mandor,

Pemilik perusahaan/toko/pabrik, Pedagang, Pegawai kantor,Peternak, Tuan tanah.

Golongan G ABRI (Tamtama s/d Bintara), Pegawai badan hukum, Kepala kantor pos cabang, Manajer perusahaan kecil, Supervisor/pengawas, Pamong kerja, Guru SD, Kepala bagian, Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D).

Golongan H Guru SMA/SMP, Perawat, Pekerja sosial, Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten), PNS (Golongan II A s/d II D), Kepala sekolah, Kontraktor, Wartawan.

Golongan I Ahli hukum, Manajer perusahaan, Ahli ilmu tanah, Apoteker, Arsitek, Dokter, Dosen/guru besar, Gubernur, Kepala kantor, Menteri PNS (Golongan III A ke atas), Pengarang, Peneliti, Pilot, Walikota/Bupati, Kontraktor besar.

Berdasarkan penggolongan di atas, peneliti membagi menjadi 5 golongan, yaitu:

Golongan 1: A diberi skor 1 Golongan 2: B – D diberi skor 2 Golongan 3: E diberi skor 3 Golongan 4: F diberi skor 4 Golongan 5: G – I diberi skor 5

3. Penghasilan orang tua

Pendapatan orang tua merupakan jumlah total penerimaan anggota dari penghasilan pokok, penghasilan sampingan yang berupa uang selama satu bulan. Untuk melihat tinggi rendahnya pendapatan yang diterima orang tua, diberikan alternatif 5 pilihan. Pendapatan minimum mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di Yogyakarta tahun 2014, yaitu Rp. 1.173.300,00. Adapun alternatif pilihan jumlah penghasilan tersebut antara lain:

a) Penghasilan kurang dari Rp 1.200.000,00 (diberi skor 1)

b) Penghasilan antara Rp 1.200.000,00 – Rp 1.750.000,00 (diberi skor 2)

c) Penghasilan antara Rp 1.751.000,00 – Rp 2.300.000,00 (diberi skor 3)

d) Penghasilan antara Rp 2.310.000,00 – Rp 2.850.000,00 (diberi skor 4)

e) Penghasilan lebih dari Rp 2.850.000,00 (diberi skor 5)

4. Kepemilikan harta atau fasilitas yang dimiliki

Selain pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan, kepemilikan harta atau fasilitas yang dimiliki seseorang pun dapat menunjukkan bahwa orang tersebut berada dalam status sosial ekonomi rendah, sedang, atau tinggi. Hal ini dapat dilihat melalui:

a) Jumlah biaya pemakaian listrik dalam sebulan: (1) Rp 0 – Rp 50.000 diberi skor 1 (2) Rp 51.000 – Rp 100.000 diberi skor 2 (3) Rp 101.000 – Rp 200.000 diberi skor 3 (4) Rp 201.000 – Rp 300.000 diberi skor 4 (5) Lebih dari Rp 300.000 diberi skor 5 b) Status rumah atau tempat tinggal

(1) Kos atau asrama diberi skor 1 (2) Kontrak diberi skor 2 (3) Rumah Dinas diberi skor 3 (4) Rumah Saudara diberi skor 4 (5) Rumah Sendiri diberi skor 5 c) Bacaan koran langganan

(1) Tidak berlangganan diberi skor 1 (2) Tribun atau Radar Yogyakarta diberi skor 2 (3) Kedaulatan Rakyat diberi skor 3 (4) Jawa Pos diberi skor 4 (5) Kompas diberi skor 5 d) Jenis kendaraan yang digunakan sehari-hari

(1) Angkutan umum diberi skor 1 (2) Sepeda diberi skor 2 (3) Sepeda motor diberi skor 3 (4) Mobil diberi skor 4

(5) Lebih dari satu jenis kendaraan diberi skor 5

Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan pada masing-masing item pertanyaan. Rumus digunakan dalam mencari

mean dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

Mean = Standar Deviasi = √∑( ̅) ( ) (Sumber: Sugiyono, 2010) Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Xi = jumlah skor N = jumlah responden

Namun dalam penelitian ini, untuk mencari jumlah mean dan standar deviasi dilakukan dengan bantuan program SPSS. Mean dan standar deviasi dalam variabel ini sebagai berikut:

Tabel III.4

Mean dan Standar Deviasi Variabel Status Sosial Ekonomi Responden

Varibel N Mean Standar Deviasi

Status Sosial EKonomi 80 24,80 5,20 Sumber: Data primer, diolah 2014

Untuk mengetahui penilaian status sosial ekonomi siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta, dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai mean dan standar deviasi yang diperoleh dengan interval di bawah ini

Tabel III.5

Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Status Sosial Ekonomi

Status Sosial Ekonomi Rumus Interval Interval

Rendah X < M – SD 11 – 19,60 Sedang M – SD ≤ X < M + SD 19,60 – 30

Tinggi M + SD ≤ X 30 - 35

Sumber: Data primer, data diolah 2014

Kategori status sosial ekonomi orang tua dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Status sosial ekonomi tinggi

Status sosial ekonomi tinggi dalam penelitian ini berarti orang tua tersebut memiliki pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan kepemilikan harta yang tinggi. Status sosial ekonomi orang tua termasuk tinggi apabila memenuhi kriteria yaitu: pendidikan terakhir orang tua adalah diploma ataupun sarjana, gaji diatas UMR (skor 4 dan 5) dan pekerjaan orang tua dalam golongan G, H dan I. Fasilitas yang dimiliki dengan skor 4 dan 5. Oleh karena itu, orang tua siswa yang berada dalam kelompok ini memiliki perilaku konsumsi yang lebih tinggi.

2) Status sosial ekonomi sedang

Status sosial ekonomi sedang dalam penelitian ini berarti orang tua tersebut memiliki pendidikan, pekerjaan, penghasilan,

dan kepemilikan harta yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Status sosial ekonomi orang tua termasuk sedang apabila memenuhi kriteria yaitu: pendidikan terakhir orang tua adalah SMP atau SMA, gaji UMR (skor 2 dan 3) dan pekerjaan orang tua dalam golongan E. Fasilitas yang dimiliki dengan skor 3. Dengan kata lain, orang tua siswa yang berada dalam kelompok ini memiliki status sosial ekonomi yang biasa saja.

3) Status sosial ekonomi rendah

Status sosial ekonomi rendah dalam penelitian ini berarti orang tua tersebut memiliki pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan kepemilikan harta yang rendah atau menengah kebawah. Status sosial ekonomi orang tua termasuk rendah apabila memenuhi kriteria yaitu: pendidikan terakhir orang tua adalah SD atau tidak tamat SD, gaji dibawah UMR (skor 1) dan pekerjaan orang tua dalam golongan A, B, C, dan D. Fasilitas yang dimiliki dengan skor 1 dan 2.

c. Pengaruh Kelompok Referensi

Pengaruh kelompok referensi adalah pengaruh dari seorang individu atau sekelompok orang yang secara nyata memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam keputusan pembelian dan konsumsi. Variabel ini diukur melalui 3 indikator, yaitu memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola, yang

dianjurkan orang tua, dan yang digunakan oleh teman-teman terdekat (sahabat).

1) Frekuensi memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola

Tabel III.6

Frekuensi memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 4

Selalu 5

2) Frekuensi memilih produk tertentu yang dianjurkan oleh anggota keluarga

Tabel III.7

Frekuensi memilih produk tertentu yang dianjurkan oleh orang tua Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 3

Selalu 4

3) Frekuensi memilih produk tertentu yang digunakan oleh teman terdekat (sahabat)

Tabel III.8

Frekuensi memilih produk tertentu yang digunakan oleh teman terdekat (sahabat) Pernyataan Skor Tidak Pernah 1 Jarang 2 Sering 3 Selalu 4

Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan pada masing-masing item pertanyaan. Rumus digunakan dalam mencari

mean dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

Mean = Standar Deviasi = √∑( ̅) ( ) (Sumber: Sugiyono, 2010) Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Xi = jumlah skor N = jumlah responden

Namun dalam penelitian ini, untuk mencari jumlah mean dan standar deviasi dilakukan dengan bantuan program SPSS. Mean dan standar deviasi dalam variabel ini sebagai berikut:

Tabel III. 9

Mean dan Standar Deviasi Variabel Pengaruh Kelompok Referensi Responden

Varibel N Mean Standar Deviasi

Pengaruh Kelompok Referensi

80 15,45 1,95

Untuk mengetahui penilaian kelompok referensi siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta, dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai

mean dan standar deviasi yang diperoleh dengan interval di bawah ini:

Tabel III. 10

Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Pengaruh Kelompok Referensi

Status Sosial Ekonomi Rumus Interval Interval

Lemah X < M – SD 12 – 13,50 Sedang M – SD ≤ X < M + SD 13,50 – 17,40

Kuat M + SD ≤ X 17,40 – 20

Sumber: Data primer, data diolah 2014

Kategori kelompok referensi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Kelompok referensi kuat

Kelompok referensi kuat dalam penelitian ini berarti siswa cenderung banyak memilih produk berdasarkan apa yang dimiliki oleh tokoh idola, dianjurkan oleh keluarga, dan yang digunakan oleh teman terdekat (sahabat). Sehingga tokoh idola, anggota keluarga, dan teman terdekat yang dijadikan acuan dalam mengambil keputusan konsumsinya.

2) Kelompok referensi sedang

Kelompok referensi sedang dalam penelitian ini berarti siswa sedikit banyak memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola, mendapat anjuran atau saran dari keluarga, dan teman terdekat (sahabat). Sehingga tokoh idola, anggota keluarga, dan

teman terdekat sedikit banyak dijadikan acuan dalam mengambil keputusan konsumsinya.

3) Kelompok referensi lemah

Kelompok referensi lemah dalam penelitian ini berarti siswa tidak pernah atau jarang memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idolanya, dianjurkan oleh keluarga, dan teman terdekat (sahabat). Sehingga tokoh idola, anggota keluarga, dan teman terdekat tidak pernah atau jarang dijadikan acuan dalam mengambil keputusan konsumsinya.

d. Motivasi Berbelanja

Motivasi berbelanja adalah dorongan dalam diri seorang siswa untuk membeli barang dengan beberapa pertimbangan guna mencapai tujuan tertentu. Indikator dalam motivasi berbelanja sebagai berikut membeli produk atas pertimbangan harga, membeli produk atas pertimbangan kualitas barang, membeli produk karena selera, dan membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

1) Membeli produk atas dasar pertimbangan harga

Tabel III.11

Membeli produk atas dasar pertimbangan harga Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 3

2) Membeli produk atas dasar pertimbangan kualitas barang

Tabel III.12

Membeli produk atas dasar kualitas barang Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 3

Selalu 4

3) Membeli produk karena selera

Tabel III.13

Membeli produk karena selera Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 3

Selalu 4

4) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi.

Tabel III.14

Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi Pernyataan Skor

Tidak Pernah 1

Jarang 2

Sering 3

Selalu 4

Dalam penelitian ini, peneliti menghitung skor rata-rata (mean) dan standar deviasi untuk setiap item pertanyaan. Analisis dilakukan

pada masing-masing item pertanyaan. Rumus digunakan dalam mencari mean dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

Mean = Standar Deviasi = √∑( ̅) ( ) (Sumber: Sugiyono, 2010) Keterangan: ̅ = rata-rata (mean) Xi = jumlah skor N = jumlah responden

Namun dalam penelitian ini, untuk mencari jumlah mean dan standar deviasi dilakukan dengan bantuan program SPSS. Mean dan standar deviasi dalam variabel ini sebagai berikut:

Tabel III.15

Mean dan Standar Deviasi Variabel Motivasi Berbelanja Responden

Varibel N Mean Standar Deviasi

Motivasi Berbelanja 80 15,58 1,95

Sumber: Data primer, data diolah 2014

Untuk mengetahui penilaian motivasi berbelanja siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta, dapat ditunjukkan dengan memasukkan nilai

Tabel III.16

Interval Rata-rata Penilaian Responden TerhadapMotivasi Berbelanja

Status Sosial Ekonomi Rumus Interval Interval

Rendah X < M – SD 11 – 13,63 Sedang M – SD ≤ X < M + SD 13,63 – 17,52

Tinggi M + SD ≤ X 17,52 – 20

Sumber: Data primer, data diolah 2014

Kategori motivasi berbelanja dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu:

1) Motivasi berbelanja yang tinggi

Motivasi berbelanja yang tinggi dalam penelitian ini berarti adanya dorongan yang tinggi dalam diri siswa untuk membeli produk dengan dasar pertimbangan harga, kualitas barang, selera, dan demi menjaga penampilan diri serta gengsi mereka dalam mengambil keputusan berbelanja.

2) Motivasi berbelanja yang sedang

Motivasi berbelanja yang sedang dalam penelitian ini berarti jarang terdapat dorongan dalam diri siswa dalam membeli produk dengan dasar pertimbangan harga, kualitas barang, selera, dan demi menjaga penampilan diri serta gengsi mereka dalam mengambil keputusan berbelanja. Pencapaian target maksimal bukan keinginan dari siswa. Dorongan yang ada dalam diri siswa tidak tinggi dan juga tidak rendah atau dapat dikatakan motivasi berbelanjanya biasa saja.

3) Motivasi berbelanja yang rendah

Motivasi berbelanja yang rendah dalam penelitian ini berarti rendahnya dorongan yang rendah dalam diri siswa untuk membeli produk dengan mempertimbangkan harga, kualitas barang, selera, dan untuk penampilan diri serta gengsi mereka dalam mengambil keputusan berbelanja. Motivasi belanja yang rendah terjadi pada siswa yang tidak holic dengan kegiatan belanja atau bahkan semata-mata hanya sebagai windows shopping (hanya melihat-lihat tetapi tidak membeli).

Dokumen terkait