• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI BERBELANJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI BERBELANJA"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI

SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI

BERBELANJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Dwi Handayani NIM: 101324031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI

SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU

DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,

PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI

BERBELANJA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Dwi Handayani NIM: 101324031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

Ayahanda Sugeng Riyatin dan Ibunda Mursinah

Kakakku Lia Nurmayasari, Amd.Keb

Sahabat-sahabatku tercinta

Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2010

(6)

v

MOTTO

“Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti Berhasil”

Your Future is determined by what you start today

Tidak ada yang kebetulan di muka bumi.Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna. Dengan meyakini semua skenario dari Tuhan, kita bias menerima kejadian apapun dengan lapang dada sambil

terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario yang lebih baik lagi. _Darwis Tere Liye_

Kita menilai diri dari apa yang kita piker bias kita lakukan, padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan. Untuk itu apabila anda

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI

SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PENGARUH KELOMPOK

REFERENSI, DAN MOTIVASI BERBELANJA

Dwi Handayani Universitas Sanata Dharma

2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua, pengaruh kelompok referensi, dan motivasi berbelanja.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta pada bulan Juni 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah 514 orang pada tahun ajaran 2013/2014.Pengambilan sampel dilakukan secara proportionate stratified random samplingsebanyak 80 siswa.Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner. Uji instrument berupa uji validitas dan reliabilitas yang digunakan pada variabel pengaruh kelompok referensi, motivasi berbelanja, dan perilaku konsumsi.Teknik analisis data menggunakan one way anova.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua (nilai sig. 0,007< =0,05), dimana status sosial ekonomi orang tua tinggi menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori kurang rasional, sedangkan status sosial ekonomi orang tua rendah menjadikan perilaku konsumsi siswa berada dalam kategori rasional. (2) terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi (nilai sig. 0,012 < =0,05), dimana pengaruh kelompok referensi yang tinggi menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori kurang rasional, sedangkan pengaruh kelompok referensi yang rendah menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori rasional, dan (3) tidak terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari motivasi berbelanja (nilai sig. 0,718 > =0,05), dimana siswa memiliki perilaku konsumsi yang sama, meskipun siswa memiliki motivasi berbelanja yang berbeda. Hal ini tidak akan mempengaruhi perilaku konsumsi siswa.

(10)

ix

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF CONSUMPTIVE BEHAVIOR OF SIX STATE SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA PERCEIVED FROM

SOSIAL ECONOMIC STATUS OF PARENTS, INFLUENCE OF REFERENCE GROUP, AND SHOPPING MOTIVATIONS

Dwi Handayani Sanata Dharma University

2014

The purpose of this research is to find out the differences in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from social economic status of parents, influence of reference group, and shopping motivations.

This research is a comparative research that was conducted in Six State Senior High School Yogyakarta in June, 2014. The population of this study are 514 students of the tenth grade and the eleventh grade 2013/2014 academic year. The samples were 80 students taken by a proportionate stratified random sampling. The data were gathered by questionnaire. Instrument test, namely validity and reliability were applied at variable influence of reference group, motivation to shop, and consumption behavior. The technique of analysing the data was one way anova.

The results show that: (1) there is a difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta in terms of social economic status of parents (the sig. 0,007< =0,05). The higher social economic status of parents makes consumption behavior of students less rational whereas, the lower social economic status of parents makes the behavior of students rational. (2) there is a difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from influence of reference group (the sig. 0,012 < =0,05). The influence of the stonger reference group makes the consumption behavior of students less rational, while the influence of reference groups makes consumption behavior of students rational, and (3) there is no difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from shopping motivations (the sig. 0,718 > =0,05). Students have the same consumption behavior although the students have different shopping motivations. This will not affect the consumption behavior of students.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih, dan

karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Komparasi Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Pengaruh Kelompok Referensi, Dan Motivasi Berbelanja Pada Siswa-Siswi Di SMA Negeri 6 Yogyakarta” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi di

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam pembuatanskripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah

memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan maupun kerja sama

kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi,Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

membimbing, memberi inspirasi, meluangkan waktu dengan penuh kesabaran

(12)

xi

4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang

dengan penuh ketelitian dalam memeriksa skripsi ini.

5. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen tamu penguji dalam

skripsi ini.

6. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si. Yang telah meluangkan waktunya untuk

mengoreksi abstract penulis.

7. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata

Dharma,yang telah mendidik dan membimbing saya selama kuliah. Terima

kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan, segala jasa dan kenangan tidak

akan pernah saya lupakan.

8. Mbak Titin selaku staf sekretariat Pendidikan Ekonomi yang selama ini telah

membantu melayani dalam administrasi.

9. Ayahanda Sugeng Riyatin dan Ibunda Mursinah selaku orang tua saya.

Terimakasih atas doa, semangat, dukungan serta kasih sayang yang telah

diberikan selama ini.

10. Bapak dan Ibu Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA Negeri 6 Yogyakarta

yang telah berkenan membantu saya.

11. Lia Nurmayasari, Amd.Keb. selaku kakak kandungku satu-satunya yang aku

sayangi. Terima kasih telah memberikan dukungan dan nasehat-nasehat

selama ini.

12. Amal Wira Nurhanafi yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayangnya

(13)
(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 8

(15)

xiv

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 52

G. Teknik Pengumpulan Data ... 71

H. Instrument Penelitian ... 72

I. Validasi Instrumen Penelitian ... 74

(16)

xv

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 84

A. Deskripsi Lokasi ... 84

B. Letak dan Luas Wilayah ... 84

C. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 84

D. SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 89

E. Kondisi fisik dan Lingkungan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 90

F. Deskripsi Responden ... 91

1. Jumlah Peserta Didik SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 91

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92

3. Deskripsi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 92

4. Hubungan Guru Dengan Siswa ... 93

5. Kegiatan Siswa Di Sekolah ... 93

BAB V HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN ... 95

A. Deskripsi Data ... 95

1. Deskripsi Data Tentang Status Sosial Ekonomi Responden ... 95

2. Deskripsi Data Tentang Pengaruh Kelompok Referensi Responden ... 96

3. Deskripsi Data Tentang Motivasi Berbelanja Responden ... 96

4. Deskripsi Data Tentang Perilaku Konsumsi Responden ... 97

(17)

xvi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Saran ... 121

C. Keterbatasan ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN ... 125

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Perilaku

Konsumsi Siswa ... 53

Tabel III.2 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Perilaku Konsumsi Siswa ... 54

Tabel III.3 Kelompok Pekerjaan ... 57

Tabel III.4 Mean dan Standar Deviasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 61

Tabel III.5 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 62

Tabel III.6 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dimiliki Oleh Tokoh Idola ... 64

Tabel III.7 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dianjurkan Oleh Orang Tua ... 64

Tabel III.8 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dimiliki Oleh Teman Terdekat (Sahabat) ... 64

Tabel III.9 Mean dan Standar Deviasi Variabel Pengaruh Kelompok Referansi Responden ... 65

Tabel III.10 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Pengaruh Kelompok Referensi ... 66

Tabel III.11 Membeli Produk Atas Dasar Pertimbangan Harga ... 67

Tabel III.12 Membeli Produk Atas Dasar Kualitas Barang ... 68

Tabel III.13 Membeli Produk Karena Selera ... 68

Tabel III.14 Membeli Produk Demi Menjaga Penampilan Diri dan Gengsi ... 68

Tabel III.15 Mean dan Standar Deviasi Variabel Motivasi Berbelanja Responden ... 69

(19)

xviii

Motivasi Berbelanja ... 70

Tabel III.17 Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 73

Tabel III.18 Kisi-kisi Variabel Pengaruh Kelompok Referensi ... 73

Tabel III.19 Kisi-kisi Variabel Motivasi Berbelanja... 74

Tabel III.20 Kisi-kisi Variabel Perilaku Konsumsi ... 74

Tabel III.21 Hasil Uji Validitas Variabel Pengaruh Kelompok Referensi... 76

Tabel III.22 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Berbelanja ... 77

Tabel III.23 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumsi ... 77

Tabel III.24 Hasil Uji Reliabilitas ... 79

Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 92

Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 92

Tabel V.1 Deskripsi Status Sosial Ekonomi Responden ... 95

Tabel V.2 Deskripsi Responden Pengaruh Kelompok Referensi Responden ... 96

Tabel V.3 Deskripsi Motivasi Berbelanja Responden ... 96

Tabel V.4 Deskripsi Perilaku Konsumsi Responden ... 97

Tabel V.5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data ... 98

Tabel V.6 Hasil Pengujian Homogenitas Perilaku Konsumsi ... 99

Tabel V.7 Hasil ANOVA Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi ... 101

Tabel V.8 Hasil ANOVA Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Pengaruh Kelompok Referensi ... 102

(20)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Empat Tipe Perilaku Pembelian ... 22

Gambar II.2 Tahap-tahap Dalam ProsesKeputusan Pembelian ... 24

Gambar II.3 Model Proses Motivasi ... 34

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner ... 125

Lampiran 2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 133

Lampiran 3 Data Penelitian ... 138

Lampiran 4 Hasil Statistik Deskriptif ... 141

Lampiran 5 Uji Prasyarat ... 146

Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 148

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 152

(22)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan sudah maju dari

keadaan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya

pergeseran-pergeseran dalam bidang ekonomi yang sudah mulai tampak jelas.

Indonesia sebagai Negara agraris sedikit demi sedikit bergeser

meninggalkan kehidupan pola pertanian menuju ke tatanan yang

berpegang pada prinsip ekonomi industri. Secara keseluruhan, kemajuan

yang telah dicapai dalam bidang sosial ekonomi turut meningkatkan taraf

kehidupan bagi masyarakat Indonesia.

Sumarwan (2011:3) menyatakan bahwa perilaku konsumen

merupakan proses yang dinamis yang mencakup perilaku konsumen

individual, kelompok dan anggota masyarakat secara terus menerus

mengalami perubahan. Perilaku konsumen dalam membeli barang

dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan dikategorikan menjadi dua faktor,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang meliputi

kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, serta demografi.

Faktor internal antara lain meliputi motivasi, pengamatan, belajar,

kepribadian dan konsep diri.

Perkembangan jaman telah membawa implikasi yang secara

impisit menyebabkan hasrat konsumtif dan daya beli juga bertambah.

(23)

Produk-produk yang ditawarkan pun bukan hanya barang yang dapat

memuaskan kebutuhan seseorang, melainkan produk yang dapat

memuaskan kesenangan konsumen. Keinginan dan kebutuhan telah

menjadi sesuatu yang baur, cair, tidak jelas, dan makin sulit dibedakan

satu dengan yang lain. Informasi mengenai produk, baik melalui iklan

maupun direct selling pun berkembang semakin bervariasi dan telah

menggunakan teknologi mutakhir yang sangat canggih. Selain itu, telah

menjamurnya restoran siap saji (fast food) dan munculnya tempat hiburan

seperti kafe, klub malam, diskotik, serta banyaknya pembangunan

toko-toko swalayan dan department store. Hal ini mengakibatkan kebiasaan

dan gaya hidup orang pun berubah dalam waktu yang relatif singkat

menuju ke arah kehidupan mewah dan cenderung berlebihan yang pada

ujung-ujungnya menimbulkan pola hidup konsumtif.

Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak

melanda kehidupan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah

perkotaan. Dengan semakin menjamurnya pembangunan mall atau

department store beberapa tahun belakangan ini, sedikit banyak telah

membuat banyak kekhawatiran akan semakin meningkatnya perilaku

konsumtif terutama di kalangan remaja. Perilaku konsumtif adalah suatu

perilaku membeli yang tidak didasarkan kepada kebutuhan yang rasional,

melainkan karena didasari oleh keinginan yang irasional atau sudah

mencapai suatu taraf yang tidak irasional lagi. Dengan kata lain, seseorang

(24)

Kelompok usia remaja sendiri adalah salah satu pasar yang

potensial bagi produsen. Hal ini dikarenakan pola konsumsi seseorang

terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah

terbujuk dengan rayuan iklan, tidak realistis, suka ikut-ikutan teman

sebaya atau idolanya, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.

Dapat dilihat perilaku konsumen remaja saat ini adalah dengan

menggunakan pakaian dan aksesoris mengikuti trend masa kini atau

meniru artis idolanya. Menyukai pakaian dan aksesoris yang mencolok

dengan memadupandankan warnanya (mulai dari pakaian, jam tangan,

sepatu, topi, dompet, tas, kaca mata, dan sebagainya) karena remaja selalu

ingin tampil beda. Sifat-sifat remaja inilah yang yang dimanfaatkan oleh

sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Remaja melakukan

pembelian secara berlebihan tersebut tanpa didasari kebutuhannya

melainkan untuk bisa diterima oleh lingkungannya, untuk menaikkan

prestige, dan agar dapat diterima dalam kelompoknya. Membeli dalam hal

ini sudah tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan,

akan tetapi membeli dilakukan karena beberapa alasan lain seperti sekedar

mengikuti arus mode yang sedang “in” atau trend, hanya ingin mencoba

produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial, mengikuti bintang

idola, dan sebagainya.

Pada usia ini remaja cenderung melepaskan diri sendiri sedikit

demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja berusaha menjadi

(25)

sebaya. Menurut Suryani (2013:161), kelompok referensi merupakan

individu atau kelompok yang dijadikan rujukan yang mempunyai

pengaruh nyata bagi individu. Kelompok referensi dapat dijadikan sebagai

dasar acuan bagi seseorang dalam menentukan keputusan pembelian atau

konsumsi mereka. Remaja yang sering dikatakan dalam proses pencarian

jati diri akan seantiasa mencari sebuah kelompok referensi yang mereka

anggap menarik dan dapat membuat mereka mendapat penghargaan diri

yang lebih tinggi.

Dalam lingkungan pergaulan, kelompok referensi dapat membawa

pengaruh yang besar melalui tukar-menukar informasi dan pengalaman.

Remaja sering sekali minder melihat teman-temannya memakai barang

yang sedang trend dan “wah” sedangkan dia tidak. Pada dasarnya dalam

sebuah kelompok-kelompok masyarakat ada rasa yang memiliki yang kuat

dengan komunitas sehingga seperti menjadi sebuah tuntunan untuk

diterima anggota lainnya yaitu dengan cara meniru apa yang dikonsumsi

mereka.

Status ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor intern yang

mempengaruhi perilaku konsumsi remaja. Satus sosial ekonomi orang tua

dapat dilihat melalui pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan

harta orang tua. Semakin tinggi pendapatan orang tua, maka akan semakin

tinggi pula memberikan kesempatan bagi anaknya untuk dapat memenuhi

kebutuhannya. Sedangkan orang tua yang mempunyai pendapatan cukup

(26)

memenuhi kebutuhan anaknya karena pendapatannya hanya akan cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja.

Pada kenyataannya dalam keputusan pembelian konsumen

didorong lebih dari satu kebutuhan. Hal ini disebabkan karena manusia

pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki begitu banyak

keinginan dan cenderung ingin memuaskan kebutuhannya secara

bersamaan. Kekuatan dorongan tersebut tersebut dihasilkan dari suatu

tekanan yang belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan

permintaan. Dengan demikian jika seorang remaja memiliki motivasi yang

tinggi terhadap produk tertentu, maka dia akan terdorong untuk membeli

produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan

mencoba menghindari produk tersebut.

Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang

mengarahkan orang tersebut untuk mencari cara dalam mencapai

tujuannya. Motivasi juga berpengaruh pada tingkah laku seorang remaja

dalam membuat keputusan pembelian. Misalnya motif yang mendorong

seorang remaja membeli sepatu basket adalah ingin tampil keren, beda dari

sepatu basket temannya, dan di lain sisi terdapat sekelompok remaja yang

ingin memiliki rasa aman saat bermain basket, ada lagi kelompok yang

hanya ingin mengataskan merk dari sepatu tersebut.

Perkembangan jaman yang seperti inilah yang telah merubah

paradigma dan tata nilai hidup manusia khususnya remaja, termasuk dalam

(27)

sebagai remaja pertengahan (middle adolescent) dan biasanya duduk di

bangku SMA. Siswa SMA yang tidak pernah lepas dari pengaruh

konsumtivisme, sehingga tidak mengherankan kalau siswa SMA menjadi

sasaran empuk dari berbagai produk perusahaan. Hal ini terjadi pada

siswa SMA, siswa SMA merupakan masa remaja yang masih mencari jati

dirinya dan labil. Siswa SMA biasanya ingin diakui keberadaannya, suka

ganti-ganti merk, mudah termakan trend dan gemar tampil keren. Siswa

SMA rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan barang yang

mampu menaikkan kedudukan atau keberadaannya yang ingin diakui.

Salah satu SMA yang berada di Yogyakarta adalah SMA Negeri 6

Yogyakarta. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta berasal dari keluarga

kelas ekonomi menengah ke atas dengan kemampuan finansial yang

tinggi, sehingga keadaan tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku

konsumtif bagi siswa.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Perilaku Konsumsi

Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi

Orang Tua, Pengaruh Kelompok Referensi, Dan Motivasi Berbelanja.” Hal

ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumsi pada remaja telah

mengarah ke konsumtivisme, dimana perilaku konsumtif ini banyak

melanda dikehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki

(28)

B. Batasan Masalah

Mengingat begitu luasnya wilayah perilaku konsumen, maka dirasa

perlu adanya batasan masalah agar penelitian lebih terfokus dan lebih

terarah dengan tujuannya. Dalam hal ini peneliti akan membatasi perilaku

konsumen hanya mencakup status sosial ekonomi orang tua, pengaruh

kelompok referensi, dan motivasi berbelanja pada siswa-siswi SMA

Negeri 6 Yogyakarta.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang

muncul dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6

Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua?

2. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6

Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi?

3. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6

(29)

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang

mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok

tersebut (Sugiyono, 2010). Variabel-variabel dan definisi operasional

dalam penelitian ini adalah:

1. Perilaku konsumsi

Perilaku Konsumsi adalah tindakan siswa dalam

mengkonsumsi atau membeli suatu barang (pakaian, tas, sepatu,

makanan, minuman, dan lain-lain) untuk memuaskan kebutuhan atau

keinginan mereka. Indikator untuk mengukur variabel perilaku

konsumsi adalah:

a. Perilaku siswa dalam memilih tempat perbelanjaan

b. Perilaku siswa dalam mengkonsumsi makanan dan minuman

c. Perilaku siswa dalam menggunakan uang saku

d. Perilaku siswa dalam mengisi waktu luang

e. Perilaku siswa dalam memilih barang-barang branded

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status Sosial itu sendiri merupakan posisi atau kedudukan

seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Unsur-unsur status

sosial mencakup pendidikan, jabatan, pendapatan, pekerjaan,

(30)

dalam suatu masyarakat. Indikator dalam status sosial ekonomi orang

tua ialah sebagai berikut:

a. Pendidikan orang tua

b. Pekerjaan orang tua

c. Penghasilan orang tua

d. Kepemilikan harta atau fasilitas yang dimiliki

3. Pengaruh kelompok referensi

Pengaruh kelompok referensi adalah pengaruh dari seorang

individu atau sekelompok orang yang secara nyata memberikan

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam keputusan

pembelian dan konsumsi. Indikator pengaruh kelompok referensi ialah

sebagai berikut:

a. Memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola

b. Memilih produk tertentu yang dianjurkan oleh anggota keluarga

c. Memilih produk tertentu yang digunakan oleh teman terdekat

(sahabat)

4. Motivasi berbelanja

Motivasi berbelanja adalah dorongan dalam diri seorang siswa

untuk membeli barang dengan beberapa pertimbangan guna mencapai

tujuan tertentu. Indikator dalam motivasi berbelanja ialah sebagai

(31)

a. Membeli produk atas pertimbangan harga

b. Membeli produk atas pertimbangan kualitas barang

c. Membeli produk karena selera

d. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi

SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang

tua.

2. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi

SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi.

3. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi

SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari motivasi berbelanja.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka

hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang

(32)

1. Bagi Peneliti

a. Dapat mengetahui secara mendalam mengenai perbedaan perilaku

konsumsi pada remaja, khususnya siswa-siswi SMA Negeri 6

Yogyakarta.

b. Sebagai sarana berlatih dalam bidang penelitian.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi

bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berguna bagi

mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkannya dalam rangka

pengembangan ilmu pendidikan remaja.

3. Bagi SMA yang bersangkutan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

masukan yang berguna dalam proses kegiatan belajar mengajar

khususnya dalam hal penampilan para siswa-siswinya sebagai seorang

pelajar.

4. Bagi para siswa-siswi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk

memberikan pemahaman kepada siswa-siswi agar menjadi konsumen

yang bertindak secara rasional dan dapat mengambil keputusan yang

tepat untuk menentukan konsumsi akan suatu barang dan jasa guna

(33)

5. Bagi Orang Tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang perilaku konsumsi siswa-siswi dan dapat dapat memberikan

masukan bagi orang tua untuk mengarahkan perilaku konsumsi

anak-anaknya agar tidak bertindak secara irasional dalam mengambil

keputusan.

6. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dan untuk menambah pengetahuan atau disiplin ilmu bagi semua

pihak terutama untuk penelitian yang meneliti tentang perilaku

(34)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Perilaku Konsumen

a. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan proses yang dinamis yang

mencakup perilaku individual, kelompok dan anggota masyarakat

yang secara terus menerus mengalami perubahan. Menurut Engel,

Blackwell, dan Miniard (1994), agar dapat memahami perilaku

konsumen secara tepat dengan memperhatikan tindakan langsung

yang dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan

menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang

mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Perilaku yang

dilakukan antar konsumen tentu akan beragam sesuai dengan

kondisi konsumen, situasi dan kondisi eksternal yang

mempengaruhinya.

Hawkins dan Mothersbaugh (Suryani, 2013:6) menyatakan:

“Consumer behavior is the study if

(35)

Merujuk pada pendapat Hawkins dan Mothersbaugh,

perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu,

kelompok dan organisasi serta proses yang dilakukan untuk

memilih, mengamankan, menggunakan dan memperhatikan

produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya

dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.

Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Schiffman dan

Kanuk (2007) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang

mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan

sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha)

untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan

dikonsumsi.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa perilaku konsumen ialah tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh individu yang berhubungan dalam proses

pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan

barang-barang dan jasa secara ekonomis serta dapat dipengaruhi oleh

lingkungan.

Seorang ekonom yang bernama James S. Dusenberry

(Andersson, 2006) menyebutkan bahwa konsumsi seseorang

banyak dipengaruhi oleh konsumsi orang lain dalam hubungan

(36)

Demonstration Effect. Demonstration Effects yang dimaksud di

sini adalah efek peniruan oleh masyarakat dalam mengkonsumsi

barang karena terpengaruh oleh pola konsumsi kelompok

masyarakat lain yang lebih kaya atau berpenghasilan tinggi. Tak

jarang masyarakat juga meniru pola konsumsi para bintang dunia.

Bagaimana para bintang dunia itu berpenampilan, baik pakaian,

sepatu, tas dan assesoris lainnya, kemudian kendaraan apa yang

digunakan para bintang tersebut, akan ditiru oleh masyarakat.

(Sumber: www.anneahira.com/teori-konsumsi.htm)

b. Macam-macam Perilaku Konsumen

Setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu

dengan yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga

selera akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Jika dilihat

dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang

dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional

dan perilaku konsumen irasional.

1) Perilaku Konsumen Rasional

Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan

hal-hal berikut :

(a) Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi

konsumen

(37)

(c) Mutu barang terjamin

(d) Harga sesuai dengan kemampuan konsumen

2) Perilaku Konsumen Irasional

Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak

rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa

dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :

(a) Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak

maupun elektronik

(b) Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen

(c) Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon

(d) Prestise atau gengsi

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong (2006:159), faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku konsumen adalah faktor

kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.

1) Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas

dan mendalam pada perilaku konsumen.

a) Budaya

Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku

seseorang atau faktor penentu paling pokok dari keinginan

(38)

b) Sub Budaya

Tiap budaya mempunyai sub budaya yang lebih kecil, atau

kelompok orang dengan sistem nilai yang sama

berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama,

yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih

spesifik untuk anggota mereka.

c) Kelas Sosial

Kelas sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan

berjenjang dalam masyarakat di mana anggotanya berbagi

nilai, minat, dan perilaku yang sama.

2) Faktor sosial

a) Kelompok Referensi

Perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh banyak

kelompok kecil yang mempunyai pengaruh langsung

ataupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang

tersebut.

b) Keluarga

Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang

paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga

pembeli dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap

(39)

c) Peran dan Status

Orang berpartisipasi dalam banyak kelompok, keluarga,

klub maupun organisasi. Posisi seseorang dalam setiap

kelompok dapat ditentukan dalam segi peran dan status.

3) Faktor pribadi

a) Usia dan Tahap Siklus Hidup

Daur hidup orang akan mengubah barang dan jasa yang

mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan

selera seseorang akan berubah sesuai dengan bertambahnya

usia.

b) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa

yang akan dibeli.

c) Situasi Ekonomi

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan

produk yang akan dibeli.

d) Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang menunjukan pola kehidupan orang

yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat,

dan pendapatnya.

e) Kepribadian dan Konsep Diri

Kepribadian merupakan karakteristik kecenderungan

(40)

Setiap orang akan mempunyai karakteristik pribadi yang

menyebabkan perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah

sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan

respon yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap

rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembeliannya)

4) Fakor psikologis

a) Motivasi

Motivasi merupakan kekuatan yang enerjik yang

menggerakan perilaku dan memberi tujuan dan arah pada

perilaku.

b) Persepsi

Persepsi yaitu proses yang digunakan oleh individu untuk

memilih dan mengorganisasikan masukan informasi guna

menciptakan gambaran yang mempunyai arti.

c) Pembelajaran

Pembelajaran dapat mendorong perubahan dalam perilaku

kita yang timbul dari pengalaman.

d) Kepercayaan dan Sikap

Melalui pembelajaran, seseorang akan mendapatkan suatu

kepercayaan dan sikap. Pada akhirnya, kepercayaan dan

(41)

d. Tipe perilaku pembelian konsumen

Menurut Kotler (2006:177) bahwa ada 4 (empat) tipe

perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat

keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di Antara merek

sebagai berikut:

1) Perilaku pembelian kompleks (Complex Buying Behaviour)

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang

ditentukan oleh keterlibatan konsumen yang tinggi dalam

pembelian dan perbedaan yang dianggap signifikan antarmerek.

Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli

produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, berisiko dan dapat

mencerminkan pembelinya, seperti mobil, televisi, jam tangan,

komputer pribadi, pakaian, dan lain-lain.

2) Perilaku pembelian pengurangan disonansi/ ketidakcocokan

(Dissonance Reducing Buying Behaviour)

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang

mempunyai karakter keterlibatan tinggi tetapi hanya ada

sedikit anggapan perbedaan antar merek. Perilaku membeli ini

terjadi untuk pembelian produk yang mahal, tidak sering

dilakukan, berisiko, dan membeli secara relative cepat karena

perbedaan merek tidak terlihat misalnya karpet, pipa PVC,

(42)

terhadap harga atau yang memberikan kenyamanan.

Konsumen akan memperhatikan informasi yang

mempengaruhi keputusan pembelian.

3) Perilaku pembelian kebiasaan (Habitual Buying Behaviour)

Perilaku pembelian dalam situasi yang mempunyai

karakter keterlibatan konsumen rendah dan anggapan

perbedaan merek sedikit. Konsumen memilih produk secara

berulang bukan karena merek produk, tetapi karena konsumen

tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk

tersebut. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk

seperti gula, air mineral dalam kemasan, garam, deterjen, dan

lain-lain.

4) Perilaku pembelian mencari keragaman (Variety Seeking

Buying Behaviour)

Perilaku pembelian konsumen yang mempunyai

karakter keterlibatan konsumen yang rendah tetapi dengan

anggapan perbedaan merek yang signifikan. Konsumen

berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan

kepuasan. Jadi dalam perilaku ini, merek bukan merupakan

suatu yang mutlak. Perilaku pembeli yang mencari keragaman

(43)

harganya murah dan konsumen sering mencoba merek-merek

baru.

Gambar II.1

Empat tipe perilaku pembelian

Sumber: Kotler (2006)

e. Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian

Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan

keputusan dalam pembelian mereka. Proses pengambilan

keputusan tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian

masalah yang terjadi atas lima tahap yaitu sebagai berikut :

(Kotler, 2006:179)

1) Pengenalan kebutuhan (Need recognition)

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan

kebutuhan. Pada tahap ini konsumen merasakan bahwa ada hal

yang dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi.

Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara apa

yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan

perlunya memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya

Perilaku Pembelian Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah

Banyak perbedaan antar merek

(44)

rangsangan dari dalam maupun dari luar. Misalnya rasa haus

(dari dalam), karena bau roti yang enak yang ada di food court

suatu pusat perbelanjaan.

2) Pencarian informasi (Information search)

Konsumen tertarik mungkin mencari lebih banyak

informasi atau mungkin tidak. Konsumen yang tergugah

kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang

lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan.

Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif.

Informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap

beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas

produk, sedangkan pencarian informasi pasif, dengan membaca

suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai

tujuan khusus dalam perkiraannya tentang gambaran produk

yang diinginkan.

3) Evaluasi alternatif (Alterntive evalution)

Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif

(45)

Pengenalan Kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian Perilaku

Pascapembelian 4) Keputusan pembelian (Purchase decision)

Keputusan membeli disini merupakan proses pembelian

yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap sebelumnya dilakukan

maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli

atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli,

konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus

diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas,

waktu pembelian dan cara pembayarannya.

5) Perilaku pascapembelian (Postpurchase behavior)

Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami

level kepuasan atau ketidakpuasan.

Gambar II.2

Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian

(46)

2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Status sosial dapat diartikan sebagai posisi atau kedudukan

seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Status sosial ekonomi

merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang

dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status ekonomi

kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.

Pendapat tersebut didukung oleh Hopkins yang menyatakan bahwa

status sosial ekonomi merupakan hasil kombinasi dari status sosial

dan status ekonomi dimana mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan,

jabatan, dan kepemilikan harta. Posisi atau kedudukan seseorang

ditentukan oleh yang dia miliki serta dipandang penting oleh

masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, jabatan dan

kepemilikan harta seseorang maka semakin tinggi pula status sosial

ekonomi di masyarakat.

Melihat uraian di atas, dapat diuraikan unsur-unsur yang

terdapat dalam status sosial ekonomi. Unsur-unsur tersebut antara

lain:

a. Pekerjaan

Pekerjaan menjadi salah satu unsur penting dalam status

sosial ekonomi seseorang sebab kebutuhan akan terpenuhi apabila

seseorang tersebut bekerja. Keterpenuhan kebutuhan tersebut dapat

(47)

pemenuhan kebutuhan, pekerjaan atau bekerja akan mendapatkan

kepuasan jasmani. Menurut Soeroto (blog.ub.ac.id), pekerjaan

adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa untuk diri

sendiri maupun orang lain, baik orang melakukan dengan

mendapatkan upah maupun tidak. Jika ditinjau dari aspek

ekonomis bekerja dapat diartikan sebagai pekerjaan untuk

menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh

penghasilan baik berupa uang maupun baran dalam kurun waktu

tertentu.

Menurut pedoman ISCO (International Standart

Clasification of Oecupation), (dikutip Prilanita, 2013) pekerjaan

diklasifikasikan menjadi :

1) Profesional ahli teknik dan ahli jenis

2) Kepemimpinan dan ketatalaksanaan

3) Administrasi tata usaha dan sejenisnya

4) Jasa

5) Petani

6) Produksi dan operator alat angkut

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat

memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan

ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh

kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di

(48)

akan tetapi ada pula pekerjaan yang kurang dihargai oleh

masyarakat. Sehingga ststus sosial ekonomi pun dapat dilihat dari

jenis pekerjaan yang dimilikinya.

b. Pendapatan

Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pemenuhan

kebutuhan pun menjadi salah satu tolok ukur penilaian status sosial

ekonomi oleh masyarakat. Tentunya dalam memenuhi kebutuhan

tersebut dibutuhkan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan,

semakin makmur, dan sejahtera, maka akan semakin dihargai di

masyarakat. Pendapatan seseorang dapat memperlihatkan berada

dalam golongan manakah orang tersebut. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa pendapatan menjadi salah satu pengaruh status

sosial ekonomi. Biro pusat statistik mengkategorikan pendapatan

sebagai berikut:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa

uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas

atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:

a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja

sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha

(49)

c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak

milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang

diperoleh dari hak milik.

2) Pendapatan yang berupa barang, yaitu pembayaran upah dan

gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi,

perumahan dan rekreasi.

c. Pendidikan

Dalam beberapa kasus, semakin tinggi status sosial

ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan

yang mereka tempuh. Hal tersebut mengingat bahwa untuk

memiliki pendidikan yang tinggi, seseorang harus menyiapkan

beberapa hal. Salah satunya adalah biaya. Biaya pendidikan akan

semakin terpenuhi jika pendapatan yang diperoleh seseorang

tersebut semakin tinggi.

Dewasa ini pendidikan dapat dijadikan untuk meningkatkan

harga diri seseorang. Banyak masyarakat yang memandang apabila

seseorang tersebut mwmiliki gelar sarjana lebih memiliki status

sosial ekonomi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

seseorang yang notabennya hanya lulusan SD, SMP ataupun SMA.

Masyarakat menganggap bahwa semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin tinggi gaji yang diterima, selain itu dalam hal

mendapatkan kesempatan pekerjaan juga akan lebih baik. Oleh

(50)

tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula status

sosial ekonominya.

d. Kepemilikan Harta

Selain pekerjaan, pendapatan dan pendidikan yang menjadi

tolok ukur status sosial ekonomi adalah kepemilikan harta

seseorang tersebut. Semakin banyak seseorang itu memiliki sesuatu

yang berharga seperti rumah, mobil, tanah, dll maka dapat

dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan ekonomi

yang tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang

disekitarnya.

3. Pengaruh Kelompok Referensi

Siswa sebagai mahluk sosial tentunya memiliki kecenderungan

untuk bergaul dengan orang lain dan terlibat dalam sebuah kelompok

dalam lingkungan pergaulannya. Siswa adalah para anak muda yang

memiliki hubungan persahabatan yang erat secara individual mupun

kelompok. Kelompok persahabatan itu tentunya terbentuk dari adanya

perasaan saling mengenal dan saling menerima antar anggota

persahabatannya. Penerimaan tersebut dapat didasari oleh berbagai

kesamaan yang dimiliki misalnya kebiasaan berbelanja, kebiasaan

jalan-jalan, kebiasaan menonton film, kebiasaan mendengarkan musik

(51)

Sebagai makhluk sosial, konsumen senantiasa berinteraksi

dengan individu lain baik secara personal di dalam kelompok dan di

luar kelompok. Diantara berbagai kelompok yang ada di masyarakat,

bentuk kelompok yang mempunyai relevansi dengan perilaku

konsumen adalah kelompok referensi. Kelompok dapat didefinisikan

sebagai dua atau lebih orang yang berinteraksi untuk melakukan

sesuatu guna mencapai tujuan. Menurut Engel (1994:166), istilah

kelompok referensi didefinisikan sebagai “orang atau kelompok orang

yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu”. Kelompok

referensi memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi

perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berpikir atau

berperilaku. Dan menurut Suryani (2013:161), kelompok referensi

merupakan individu atau kelompok yang dijadikan rujukan yang

memiliki pengaruh nyata bagi individu untuk melakukan keputusan

dalam pembelian atau konsumsi.

Menurut Suryani (2013:161), ditinjau dari intesitas dan

kedekatan hubungan di antara anggota kelompok, kelompok dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Kelompok Primer

Kelompok primer adalah kelompok yang intensitas

(52)

tetangga, sahabat karib dan rekan kerja. Kelompok ini cenderung

bersifat informal.

b. Kelompok Sekunder

Kelompok sekunder merupakan kelompok yang

cenderung lebih resmi dan kurang terjadi interaksi yang

berkesinambungan. Kelompok ini termasuk organisasi

keagamaan, himpunan mahasiswa, dan serikat buruh.

Berikut ini kelompok yang relevan dengan perilaku konsumen,

antara lain:

a. Keluarga

Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang

berperan penting dalam sosialisasi anggotanya terhadap perilaku

penggunaan produk. Seorang ibu memiliki pengaruh yang kuata

terhadap anak perempuan dalam mengkonsumsi produk-produk

kecantikan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan, termasuk

kebiasaan pemilihan produk dalam berbelanja.

b. Kelompok Persahabatan

Kelompok persahabatan merupakan bentuk dari kelompok

informal. Konsumen sebagai manusia (makhluk sosial)

membutuhkan hubungan sosial melalui persahabatan. Bagi

(53)

kelompok persahabatan ini sangat penting untuk memenuhi

kebutuhan sosial, bekerja sama, bergabung dan berinteraksi

dengan orang lain. Kelompok persahabatan ini biasanya terbentuk

karena adanya kesamaan dalam hal adanya kebutuhan sosial, hobi

atau kegemaran, sikap dan perilaku. Jika salah satu anggota

persahabatan berhasil dipengaruhi dalam membeli suatu produk,

maka hal ini akan sangat membantu untuk mempengaruhi anggota

lain di dalam kelompok persahabatan tersebut.

c. Kelompok Sosial Formal

Di dalam masyarakat terdapat sekelompok orang-orang

yang secara formal membentuk suatu kelompok. Misalnya

kelompok arisan PKK, kelompok keagamaan, perkumpulan

olahraga, dan lain-lain. Kelompok ini memberi pengaruh yang

kuat kepada anggota dalam menerima nilai-nilai yang diyakini

dalam memilih majalah, buku bacaan, berpakaian dan aksesories

yang digunakan.

d. Kelompok Pembelanja

Kelompok ini mulai banyak bermunculan di kota-kota,

sekelompok anak muda yang punya kesenangan jalan-jalan di

mall, cuci mata, dan berbelanja, karena kesamaan minat dan

kebutuhan bergabung dalam satu kelompok. Suatu kelompok

(54)

atau lebih yang suka berbelanja bersama dalam waktu yang sama

apakah membeli makanan, pakaian, aksesoris, sepatu, tas, dan

lain-lain.

e. Kelompok Kerja

Bagi konsumen yang bekerja yang sebagian besar

waktunya dihabiskan di tempat kerja, keterlibatan dalam

kelompok kerja menjadi hal yang penting. Disela-sela pekerjaan

inilah kadang-kadang interaksi melalui komunikasi tidak hanya

terbatas pada masalah pekerjaan tetapi juga berkenaan dengan

masalah sehari-hari termasuk perilaku belanja seperti pemilihan

merek, dan respon terhadap hal-hal terkini mengenai produk yang

dipasarkan di pasar.

f. Kelompok Gerakan Konsumen

Konsumen yang memiliki kesadaran atas hak-haknya

sebagai konsumen dan menyadari pentingnya kontrol terhadap

pemenuhan hak-hak konsumen membentuk suatu kelompok yang

disebut sebagai kelompok gerakan konsumen.

4. Motivasi Berbelanja

Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam

diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak (Schiffman dan

(55)

tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tak terpenuhi.

Individu secara sadar maupun tidak sadar berjuang untuk mengurangi

ketegangan tersebut melalui perilaku yang mereka harapakan akan

memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan

membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan

tertentu yang mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan

untuk mencapai tujuan tersebut merupakan hasil pemikiran dan proses

belanja individu (Schiffman dan Kanuk, 2007:72). Gambar II.3 di

bawah ini menyajikan model proses motivasi konsumen khususnya

dalam belanja:

Gambar II.3 Model Proses Motivasi

Sumber: Schiffman dan Kanuk (2007)

Gambar II.3 di atas menggambarkan bahwa motivasi sebagai

keadaan tertekan karena kebutuhan yang membuat individu

melakukan perilaku yang menuntut anggapannya akan memuaskan

Kebutuhan, keinginan, dan hasrat yang belum terpenuhi

(56)

kebutuhan dan dengan demikian akan mengurangi ketegangan. Tujuan

khusus yang ingin dicapai konsumen dan rangkaian tindakan yang

mereka ambil untuk pencapaian suatu tujuan, dipilih atas dasar proses

berpikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya.

Konsumen sangat beraneka ragam perilakunya dalam

berbelanja, dan perilaku berbelanja berkaitan erat dengan motivasi

mereka untuk berbelanja. Bagi suatu perusahaan mengetahui motivasi

berbelanja konsumen tentunya sangatlah penting karena motivasi

merupakan faktor pendorong seseorang untuk mengetahui kebutuhan

dan keinginannya agar mencapai kepuasan. Menurut Engel (1994)

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi konsumen terhadap

keputusan pembelian meliputi produk, harga, pelayanan, dan lokasi.

a. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan

dipasar untuk menarik perhatian, penggunaan, atau konsumsi

yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler,

2006:266). Unsur-unsur yang terkait dengan suatu produk adalah

kualitas, pilihan yang ada (options), gaya, merek, pengemasan,

penampilan (features), ukuran, jenis (product lines), Macam

(product items), jaminan, dan pelayanan.

Kualitas produk adalah ukuran seberapa baik unjuk kerja

produk dan seperapa lama unjuk kerjanya. Para pembeli

(57)

menghargai mutu dan kinerja (Kotler,2006). Kebanyakan produk

disediakan pada mulanya berawal pada satu di Antara empat

tingkat kualitas, yaitu kualitas rendah, kualitas rata-rata (sedang),

kualitas baik (tinggi), dan kualitas sangat baik.

Konsumen lebih menyukai toko atau tempat belanja yang

menawarkan bermacam-macam produk dan merek, atau terdapat

berbagai pilihan seperti warna, ukuran, gaya, daripada toko yang

hanya menyediakan jenis pilihan yang hanya sedang-sedang saja.

Merek adalah nama, istilah, simbol, tanda, rancangan atau

kombinasi dari hal-hal tersebut, dengan maksud untuk

mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok

penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek

merupakan faktor pembeda yang penting. Seperti halnya produk,

dalam berbelanja konsumen juga menginginkan adanya

keragaman merek untuk suatu produk tertentu.

b. Harga

Motivasi berbelanja akan juga dipengaruhi oleh harga

misalnya seorang konsumen dengan pertimbangan ekonomis akan

memilih harga yang sesuai dengan kemampuannya. Konsumen

memiliki gambaran mengenai harga barang dagangan pada setiap

toko yang dikenalnya, yang merupakan penetapan harga dalam

(58)

Diskon (potongan harga) merupakan modifikasi harga dasar

penjualan untuk menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya

seperti pembayaran diawal, kuantitas pembelian, dan pembelian

di luar musim. Tindakan itu bermaksud untuk menarik konsumen

agar tetap menjadi pelanggan dan mau melakukan tindakan yang

membawa keuntungan bagi perusahaan.

c. Pelayanan

Keputusan konsumen mengenai produk atau jasa yang akan

dibeli sering tergantung dengan pelayanan penjual. Suatu

penjualan produk tentunya sangat ditentukan pula oleh baik

tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam

memasarkan produknya. Pelayanan dapat memotivasi konsumen

karena hal ini menyangkut suasana toko tersebut baik dari segi

pramuniaga yang ramah, fasilitas yang diberikan, dan lain

sebagainya. Pelayanan dapat mencakup pelayanan sewaktu

penawaran, pelayanan dalam pembelian, dan pada saat

penyerahan produk yang dijual, dan lain sebagainya.

d. Lokasi

Pada umumnya konsumen akan memilih toko yang dekat dengan

tempat tinggal mereka. Lokasi yang bagus adalah lokasi yang

letaknya strategis baik dari segi transportasi yang

menggambarkan mudahnya lokasi tersebut dijangkau, misalnya

(59)

5. Remaja

Masa remaja merupakan periode peralihan antara masa

kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini remaja mulai mencari identitas

dirinya, sehingga seseorang yang berada dalam masa remaja akan

sangat mudah berpengaruh oleh sesuatu atau berbagai hal di

sekelilingnya, baik itu yang positif maupun yang negatif. Hal ini

cenderung terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan

cenderung sensitif terhadap semua hal yang berkaitan dengan

pribadinya dan permasalahan-permasalahan dalam dirinya. Dengan

adanya perubahan pada usia remaja tersebut, maka terbentuklah suatu

pola konsumsi yang dapat berkembang menjadi pola konsumtif.

Sedangkan dalam Santrock (2007) menjelaskan definisi remaja

memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh dari faktor

sosial-sejarah sehingga remaja (adolescene) dapat diartikan sebagai

masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dengan masa

dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional.

a. Masa Remaja

Rosandi (dikutip Wagner, 2009) membagi masa remaja

menjadi beberapa tahap yaitu:

1) Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun.

(60)

yang terjadi pada masa ini sangat cepat, baik pertumbuhan

fisik dan kapasitas intelektual. Pada masa ini tugas

perkembangannya lebih dipengaruhi oleh perubahan fisik dan

mental yang cepat, yaitu adaptasi dan penerimaan keadaan

tubuh yang berubah.

2) Remaja pertengahan (middle adolescent) pada usia 15-18

tahun, biasanya duduk di bangku SMU. Pada masa ini remaja

secara fisik menjadi percaya diri dan mendapatkan kebebasan

secara psikologi dari orang tua, memperluas pergaulan

dengan teman sebaya dan mulai mengembangkan

persahabatan dan keterkaitan dengan lawan jenis.

3) Remaja akhir (late adolescent) pada usia 18-21 tahun.

Umumnya terjadi pada akhir SMU sampai individu mencapai

kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan

sosialnya, memiliki identitas personal dalam relasinya dengan

orang lain, mengetahui peran sosial, sistem nilai dan tujuan

dalam hidupnya.

b. Remaja Sebagai Konsumen

Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar potensial

bagi produsen. Alasannya antara lain karena perilaku konsumsi

seseorang terbentuk pada usia remaja. Di sisi lain, remaja

biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, tidak realistis, meniru

(61)

Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen

untuk memasuki pasar remaja. Adanya mall, cafe, supermarket,

department store, dan tempat belanja maupun hang out lainnya

telah menjadi rumah kedua bagi remaja yang memiliki orang tua

dengan kelas ekonomi yang cukup berada dan tinggal di kota-kota

besar. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat

mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri

selalu berubah sesuai perkembangan waktu, sehingga para remaja

tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Pada akhirnya,

muncullah perilaku konsumtif.

Kaum remaja merupakan pembeli potensial untuk

produk-produk seperti kosmetik, pakaian, sepatu, aksesoris, dan kaset.

Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat remaja yang mudah terbujuk

dengan rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman atau alasan

konformitas yang tidak realistis serta cenderung boros dalam

menggunakan uangnya untuk keperluan rekreasi dan hobi.

Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti

bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,

minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh

(62)

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti belum menemukan peneliti lain yang

meneliti hal yang sama tentang perbedaan perilaku konsumsi ditinjau dari

status sosial ekonomi orang tua, kelompok referensi, dan motivasi

berbelanja pada siswa. Namun, ada terdapat penelitian yang meneliti

perilaku konsumsi, seperti:

1. Penelitian Farida Indrayani Purwaningtiyas (2005)

Penelitian yang dilakukan Farida meneliti tentang: perbedaan

perilaku konsumsi masyarakat ditinjau dari status sosial ekonomi dan

intensitas kebutuhan (studi kasus: Masyarakat RW VIII, kampong

Gedongkiwo, Kelurahan Gedungkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota

Yogyakarta). Tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis

tentang perbedaan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang

primer, sekunder, dan tersier ditinjau dari status sosial ekonomi.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat, paling tidak bias digunakan sebagai refleksi, sehingga

masyarakat bias bersikap lebih bijaksana dan lebih rasional dalam

membelanjakan uangnya terutama untuk membeli barang-barang

konsumsi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) ada perbedaan perilaku

masyarakat dalam mengkonsumsi barang primer ditinjau dari status

(63)

dan sedang mempunyai perilaku yang rasional dalam mengkonsumsi

barang primer, sedangkan konsumen yang berstatus sosial tinggi

mempunyai perilaku tidak rasional dalam mengkonsumsi barang

primer. 2) ada perbedaan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi

barang sekunder ditinjau dari status sosial ekonomi, yaitu konsumen

yang berstatus sosial ekonomi rendah dan sedang mempunyai perilaku

yang rasional dalam mengkonsumsi barang sekunder, sedangkan

konsumen yang berstatus sosial tinggi mempunyai perilaku tidak

rasional dalam mengkonsumsi barang sekunder. 3) ada perbedaan

perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang tersier ditinjau dari

status sosial ekonomi, yaitu konsumen yang berstatus sosial ekonomi

rendah mempunyai perilaku yang rasional dalam mengkonsumsi barang

tersier, sedangkan konsumen yang berstatus sosial sedang dan tinggi

mempunyai perilaku tidak rasional dalam mengkonsumsi barang tersier.

C. Kerangka Teoretik

1. Perbedaan perilaku konsumsi ditinjau dari status sosial ekonomi orang

tua pada siswa

Perilaku konsumsi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah status sosial ekonomi orang tua. Status

sosial ekonomi memiliki beberapa unsur seperti pekerjaan, pendapatan,

(64)

lepas dari status sosial ekonomi orang tuan. Dalam hal ini keadaan

ekonomi keluarga sangat berperan utama sebab yang menentukan

jumlah uang saku terhadap anaknya adalah orang tua. Perilaku

konsumsi yang berlebihan saat ini jarang disadari oleh orang tua dan

putra-putrinya. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya pola pikir

seseorang yang ingin mengikuti kemajuan jaman. Seperti halnya ingin

mengikuti mode pakaian, tas, sepatu, aksesories yang sedang

nge-trend, dan mengkonsumsi produk barang atau jasa lainnya.

Status sosial ekonomi orang tua yang rendah dan yang tinggi

akan berbeda dalam hal perilaku konsumsinya. Orang tua yang

memiliki penghasilan tinggi siswa cenderung memiliki gaya hidup

yang tinggi pula dan orang tua yang memiliki penghasilan rendah

maka siswa akan cenderung memiliki gaya hidup sederhana. Orang tua

yang berstatus sosial ekonomi yang tinggi seringkali memberi uang

saku berlebih pada anaknya dengan tujuan untuk membeli

barang-barang kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan, tetapi oleh siswa

seringkali disalahgunakan, sehingga mereka sering tidak rasional

Gambar

Gambar II.1  Empat Tipe Perilaku Pembelian ................................................
Gambar II.1
Gambar II.2
Gambar II.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kuncoro (2001), uji statistik F adalah uji yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang terdapat dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

Untuk kornoditas unggulan berdasarkan urutan rasio produksi dan kebutuhan adalah rnanggis, padi sawah, dan ketimun (Kecamatan Leuwiliang) dan jamur, cabe rawit, alpukat,

Setelah era reformasi berjalan, Badan POM ditetapkan menjadi LPND yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan

Kategori bahan komposit ini dikembangkan dalam rangka memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik dari pada partikel yang lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel

Setiap perpindahan penduduk Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (1) dicatat dalam Buku Induk Penduduk dan Buku Mutasi Penduduk serta diterbitkan

Rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran experiential dengan pemanfaatan media video compact disc lebih

“ Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

[r]