ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI
SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU
DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,
PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI
BERBELANJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Dwi Handayani NIM: 101324031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI
SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU
DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA,
PENGARUH KELOMPOK REFERENSI, DAN MOTIVASI
BERBELANJA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh: Dwi Handayani NIM: 101324031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk:
Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW
Ayahanda Sugeng Riyatin dan Ibunda Mursinah
Kakakku Lia Nurmayasari, Amd.Keb
Sahabat-sahabatku tercinta
Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2010
v
MOTTO
“Siapa yang Bersungguh-Sungguh Pasti Berhasil”
“
Your Future is determined by what you start today
”Tidak ada yang kebetulan di muka bumi.Semua adalah skenario Tuhan, pemilik rencana paling sempurna. Dengan meyakini semua skenario dari Tuhan, kita bias menerima kejadian apapun dengan lapang dada sambil
terus memperbaiki diri, agar tibalah skenario yang lebih baik lagi. _Darwis Tere Liye_
Kita menilai diri dari apa yang kita piker bias kita lakukan, padahal orang lain menilai kita dari apa yang sudah kita lakukan. Untuk itu apabila anda
viii
ABSTRAK
ANALISIS KOMPARASI PERILAKU KONSUMSI
SISWA-SISWI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA DITINJAU DARI STATUS SOSIAL EKONOMI ORANG TUA, PENGARUH KELOMPOK
REFERENSI, DAN MOTIVASI BERBELANJA
Dwi Handayani Universitas Sanata Dharma
2014
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua, pengaruh kelompok referensi, dan motivasi berbelanja.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta pada bulan Juni 2014. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas X dan XI SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan jumlah 514 orang pada tahun ajaran 2013/2014.Pengambilan sampel dilakukan secara proportionate stratified random samplingsebanyak 80 siswa.Data dikumpulkan dengan alat bantu kuesioner. Uji instrument berupa uji validitas dan reliabilitas yang digunakan pada variabel pengaruh kelompok referensi, motivasi berbelanja, dan perilaku konsumsi.Teknik analisis data menggunakan one way anova.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua (nilai sig. 0,007< =0,05), dimana status sosial ekonomi orang tua tinggi menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori kurang rasional, sedangkan status sosial ekonomi orang tua rendah menjadikan perilaku konsumsi siswa berada dalam kategori rasional. (2) terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi (nilai sig. 0,012 < =0,05), dimana pengaruh kelompok referensi yang tinggi menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori kurang rasional, sedangkan pengaruh kelompok referensi yang rendah menjadikan perilaku konsumsi siswa pada kategori rasional, dan (3) tidak terdapat perbedaaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari motivasi berbelanja (nilai sig. 0,718 > =0,05), dimana siswa memiliki perilaku konsumsi yang sama, meskipun siswa memiliki motivasi berbelanja yang berbeda. Hal ini tidak akan mempengaruhi perilaku konsumsi siswa.
ix
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF CONSUMPTIVE BEHAVIOR OF SIX STATE SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA PERCEIVED FROM
SOSIAL ECONOMIC STATUS OF PARENTS, INFLUENCE OF REFERENCE GROUP, AND SHOPPING MOTIVATIONS
Dwi Handayani Sanata Dharma University
2014
The purpose of this research is to find out the differences in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from social economic status of parents, influence of reference group, and shopping motivations.
This research is a comparative research that was conducted in Six State Senior High School Yogyakarta in June, 2014. The population of this study are 514 students of the tenth grade and the eleventh grade 2013/2014 academic year. The samples were 80 students taken by a proportionate stratified random sampling. The data were gathered by questionnaire. Instrument test, namely validity and reliability were applied at variable influence of reference group, motivation to shop, and consumption behavior. The technique of analysing the data was one way anova.
The results show that: (1) there is a difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta in terms of social economic status of parents (the sig. 0,007< =0,05). The higher social economic status of parents makes consumption behavior of students less rational whereas, the lower social economic status of parents makes the behavior of students rational. (2) there is a difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from influence of reference group (the sig. 0,012 < =0,05). The influence of the stonger reference group makes the consumption behavior of students less rational, while the influence of reference groups makes consumption behavior of students rational, and (3) there is no difference in consumption behavior of Six State Senior High School Yogyakarta perceived from shopping motivations (the sig. 0,718 > =0,05). Students have the same consumption behavior although the students have different shopping motivations. This will not affect the consumption behavior of students.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih, dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi dengan judul “Analisis Komparasi Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua, Pengaruh Kelompok Referensi, Dan Motivasi Berbelanja Pada Siswa-Siswi Di SMA Negeri 6 Yogyakarta” ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi di
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam pembuatanskripsi ini tidak lepas dari beberapa pihak yang telah
memberikan bantuan moril, materil, dukungan, bimbingan maupun kerja sama
kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan
Ekonomi,Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
membimbing, memberi inspirasi, meluangkan waktu dengan penuh kesabaran
xi
4. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan penuh ketelitian dalam memeriksa skripsi ini.
5. Bapak Y.M.V Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku dosen tamu penguji dalam
skripsi ini.
6. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M.Si. Yang telah meluangkan waktunya untuk
mengoreksi abstract penulis.
7. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata
Dharma,yang telah mendidik dan membimbing saya selama kuliah. Terima
kasih banyak atas ilmu yang telah diberikan, segala jasa dan kenangan tidak
akan pernah saya lupakan.
8. Mbak Titin selaku staf sekretariat Pendidikan Ekonomi yang selama ini telah
membantu melayani dalam administrasi.
9. Ayahanda Sugeng Riyatin dan Ibunda Mursinah selaku orang tua saya.
Terimakasih atas doa, semangat, dukungan serta kasih sayang yang telah
diberikan selama ini.
10. Bapak dan Ibu Guru Ekonomi dan Akuntansi SMA Negeri 6 Yogyakarta
yang telah berkenan membantu saya.
11. Lia Nurmayasari, Amd.Keb. selaku kakak kandungku satu-satunya yang aku
sayangi. Terima kasih telah memberikan dukungan dan nasehat-nasehat
selama ini.
12. Amal Wira Nurhanafi yang selalu memberikan motivasi dan kasih sayangnya
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
D. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ... 8
xiv
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 52
G. Teknik Pengumpulan Data ... 71
H. Instrument Penelitian ... 72
I. Validasi Instrumen Penelitian ... 74
xv
BAB IV GAMBARAN UMUM ... 84
A. Deskripsi Lokasi ... 84
B. Letak dan Luas Wilayah ... 84
C. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 84
D. SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 89
E. Kondisi fisik dan Lingkungan SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 90
F. Deskripsi Responden ... 91
1. Jumlah Peserta Didik SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 91
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 92
4. Hubungan Guru Dengan Siswa ... 93
5. Kegiatan Siswa Di Sekolah ... 93
BAB V HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN ... 95
A. Deskripsi Data ... 95
1. Deskripsi Data Tentang Status Sosial Ekonomi Responden ... 95
2. Deskripsi Data Tentang Pengaruh Kelompok Referensi Responden ... 96
3. Deskripsi Data Tentang Motivasi Berbelanja Responden ... 96
4. Deskripsi Data Tentang Perilaku Konsumsi Responden ... 97
xvi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 120
A. Kesimpulan ... 120
B. Saran ... 121
C. Keterbatasan ... 122
DAFTAR PUSTAKA ... 123
LAMPIRAN ... 125
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Perilaku
Konsumsi Siswa ... 53
Tabel III.2 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Perilaku Konsumsi Siswa ... 54
Tabel III.3 Kelompok Pekerjaan ... 57
Tabel III.4 Mean dan Standar Deviasi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 61
Tabel III.5 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 62
Tabel III.6 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dimiliki Oleh Tokoh Idola ... 64
Tabel III.7 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dianjurkan Oleh Orang Tua ... 64
Tabel III.8 Frekuensi Memilih Produk Tertentu Yang Dimiliki Oleh Teman Terdekat (Sahabat) ... 64
Tabel III.9 Mean dan Standar Deviasi Variabel Pengaruh Kelompok Referansi Responden ... 65
Tabel III.10 Interval Rata-rata Penilaian Responden Terhadap Pengaruh Kelompok Referensi ... 66
Tabel III.11 Membeli Produk Atas Dasar Pertimbangan Harga ... 67
Tabel III.12 Membeli Produk Atas Dasar Kualitas Barang ... 68
Tabel III.13 Membeli Produk Karena Selera ... 68
Tabel III.14 Membeli Produk Demi Menjaga Penampilan Diri dan Gengsi ... 68
Tabel III.15 Mean dan Standar Deviasi Variabel Motivasi Berbelanja Responden ... 69
xviii
Motivasi Berbelanja ... 70
Tabel III.17 Kisi-kisi Variabel Status Sosial Ekonomi Orang Tua ... 73
Tabel III.18 Kisi-kisi Variabel Pengaruh Kelompok Referensi ... 73
Tabel III.19 Kisi-kisi Variabel Motivasi Berbelanja... 74
Tabel III.20 Kisi-kisi Variabel Perilaku Konsumsi ... 74
Tabel III.21 Hasil Uji Validitas Variabel Pengaruh Kelompok Referensi... 76
Tabel III.22 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Berbelanja ... 77
Tabel III.23 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku Konsumsi ... 77
Tabel III.24 Hasil Uji Reliabilitas ... 79
Tabel IV.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 92
Tabel IV.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 92
Tabel V.1 Deskripsi Status Sosial Ekonomi Responden ... 95
Tabel V.2 Deskripsi Responden Pengaruh Kelompok Referensi Responden ... 96
Tabel V.3 Deskripsi Motivasi Berbelanja Responden ... 96
Tabel V.4 Deskripsi Perilaku Konsumsi Responden ... 97
Tabel V.5 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data ... 98
Tabel V.6 Hasil Pengujian Homogenitas Perilaku Konsumsi ... 99
Tabel V.7 Hasil ANOVA Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi ... 101
Tabel V.8 Hasil ANOVA Perilaku Konsumsi Ditinjau Dari Pengaruh Kelompok Referensi ... 102
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Empat Tipe Perilaku Pembelian ... 22
Gambar II.2 Tahap-tahap Dalam ProsesKeputusan Pembelian ... 24
Gambar II.3 Model Proses Motivasi ... 34
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner ... 125
Lampiran 2 Uji Validitas Dan Reliabilitas ... 133
Lampiran 3 Data Penelitian ... 138
Lampiran 4 Hasil Statistik Deskriptif ... 141
Lampiran 5 Uji Prasyarat ... 146
Lampiran 6 Uji Hipotesis ... 148
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian ... 152
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian Indonesia saat ini dapat dikatakan sudah maju dari
keadaan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
pergeseran-pergeseran dalam bidang ekonomi yang sudah mulai tampak jelas.
Indonesia sebagai Negara agraris sedikit demi sedikit bergeser
meninggalkan kehidupan pola pertanian menuju ke tatanan yang
berpegang pada prinsip ekonomi industri. Secara keseluruhan, kemajuan
yang telah dicapai dalam bidang sosial ekonomi turut meningkatkan taraf
kehidupan bagi masyarakat Indonesia.
Sumarwan (2011:3) menyatakan bahwa perilaku konsumen
merupakan proses yang dinamis yang mencakup perilaku konsumen
individual, kelompok dan anggota masyarakat secara terus menerus
mengalami perubahan. Perilaku konsumen dalam membeli barang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan dikategorikan menjadi dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang meliputi
kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, keluarga, serta demografi.
Faktor internal antara lain meliputi motivasi, pengamatan, belajar,
kepribadian dan konsep diri.
Perkembangan jaman telah membawa implikasi yang secara
impisit menyebabkan hasrat konsumtif dan daya beli juga bertambah.
Produk-produk yang ditawarkan pun bukan hanya barang yang dapat
memuaskan kebutuhan seseorang, melainkan produk yang dapat
memuaskan kesenangan konsumen. Keinginan dan kebutuhan telah
menjadi sesuatu yang baur, cair, tidak jelas, dan makin sulit dibedakan
satu dengan yang lain. Informasi mengenai produk, baik melalui iklan
maupun direct selling pun berkembang semakin bervariasi dan telah
menggunakan teknologi mutakhir yang sangat canggih. Selain itu, telah
menjamurnya restoran siap saji (fast food) dan munculnya tempat hiburan
seperti kafe, klub malam, diskotik, serta banyaknya pembangunan
toko-toko swalayan dan department store. Hal ini mengakibatkan kebiasaan
dan gaya hidup orang pun berubah dalam waktu yang relatif singkat
menuju ke arah kehidupan mewah dan cenderung berlebihan yang pada
ujung-ujungnya menimbulkan pola hidup konsumtif.
Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak
melanda kehidupan masyarakat khususnya yang tinggal di daerah
perkotaan. Dengan semakin menjamurnya pembangunan mall atau
department store beberapa tahun belakangan ini, sedikit banyak telah
membuat banyak kekhawatiran akan semakin meningkatnya perilaku
konsumtif terutama di kalangan remaja. Perilaku konsumtif adalah suatu
perilaku membeli yang tidak didasarkan kepada kebutuhan yang rasional,
melainkan karena didasari oleh keinginan yang irasional atau sudah
mencapai suatu taraf yang tidak irasional lagi. Dengan kata lain, seseorang
Kelompok usia remaja sendiri adalah salah satu pasar yang
potensial bagi produsen. Hal ini dikarenakan pola konsumsi seseorang
terbentuk pada usia remaja. Di samping itu, remaja biasanya mudah
terbujuk dengan rayuan iklan, tidak realistis, suka ikut-ikutan teman
sebaya atau idolanya, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya.
Dapat dilihat perilaku konsumen remaja saat ini adalah dengan
menggunakan pakaian dan aksesoris mengikuti trend masa kini atau
meniru artis idolanya. Menyukai pakaian dan aksesoris yang mencolok
dengan memadupandankan warnanya (mulai dari pakaian, jam tangan,
sepatu, topi, dompet, tas, kaca mata, dan sebagainya) karena remaja selalu
ingin tampil beda. Sifat-sifat remaja inilah yang yang dimanfaatkan oleh
sebagian produsen untuk memasuki pasar remaja. Remaja melakukan
pembelian secara berlebihan tersebut tanpa didasari kebutuhannya
melainkan untuk bisa diterima oleh lingkungannya, untuk menaikkan
prestige, dan agar dapat diterima dalam kelompoknya. Membeli dalam hal
ini sudah tidak lagi dilakukan karena produk tersebut memang dibutuhkan,
akan tetapi membeli dilakukan karena beberapa alasan lain seperti sekedar
mengikuti arus mode yang sedang “in” atau trend, hanya ingin mencoba
produk baru, ingin memperoleh pengakuan sosial, mengikuti bintang
idola, dan sebagainya.
Pada usia ini remaja cenderung melepaskan diri sendiri sedikit
demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja berusaha menjadi
sebaya. Menurut Suryani (2013:161), kelompok referensi merupakan
individu atau kelompok yang dijadikan rujukan yang mempunyai
pengaruh nyata bagi individu. Kelompok referensi dapat dijadikan sebagai
dasar acuan bagi seseorang dalam menentukan keputusan pembelian atau
konsumsi mereka. Remaja yang sering dikatakan dalam proses pencarian
jati diri akan seantiasa mencari sebuah kelompok referensi yang mereka
anggap menarik dan dapat membuat mereka mendapat penghargaan diri
yang lebih tinggi.
Dalam lingkungan pergaulan, kelompok referensi dapat membawa
pengaruh yang besar melalui tukar-menukar informasi dan pengalaman.
Remaja sering sekali minder melihat teman-temannya memakai barang
yang sedang trend dan “wah” sedangkan dia tidak. Pada dasarnya dalam
sebuah kelompok-kelompok masyarakat ada rasa yang memiliki yang kuat
dengan komunitas sehingga seperti menjadi sebuah tuntunan untuk
diterima anggota lainnya yaitu dengan cara meniru apa yang dikonsumsi
mereka.
Status ekonomi orang tua merupakan salah satu faktor intern yang
mempengaruhi perilaku konsumsi remaja. Satus sosial ekonomi orang tua
dapat dilihat melalui pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan
harta orang tua. Semakin tinggi pendapatan orang tua, maka akan semakin
tinggi pula memberikan kesempatan bagi anaknya untuk dapat memenuhi
kebutuhannya. Sedangkan orang tua yang mempunyai pendapatan cukup
memenuhi kebutuhan anaknya karena pendapatannya hanya akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja.
Pada kenyataannya dalam keputusan pembelian konsumen
didorong lebih dari satu kebutuhan. Hal ini disebabkan karena manusia
pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki begitu banyak
keinginan dan cenderung ingin memuaskan kebutuhannya secara
bersamaan. Kekuatan dorongan tersebut tersebut dihasilkan dari suatu
tekanan yang belum atau tidak terpenuhinya kebutuhan, keinginan, dan
permintaan. Dengan demikian jika seorang remaja memiliki motivasi yang
tinggi terhadap produk tertentu, maka dia akan terdorong untuk membeli
produk tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan
mencoba menghindari produk tersebut.
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang
mengarahkan orang tersebut untuk mencari cara dalam mencapai
tujuannya. Motivasi juga berpengaruh pada tingkah laku seorang remaja
dalam membuat keputusan pembelian. Misalnya motif yang mendorong
seorang remaja membeli sepatu basket adalah ingin tampil keren, beda dari
sepatu basket temannya, dan di lain sisi terdapat sekelompok remaja yang
ingin memiliki rasa aman saat bermain basket, ada lagi kelompok yang
hanya ingin mengataskan merk dari sepatu tersebut.
Perkembangan jaman yang seperti inilah yang telah merubah
paradigma dan tata nilai hidup manusia khususnya remaja, termasuk dalam
sebagai remaja pertengahan (middle adolescent) dan biasanya duduk di
bangku SMA. Siswa SMA yang tidak pernah lepas dari pengaruh
konsumtivisme, sehingga tidak mengherankan kalau siswa SMA menjadi
sasaran empuk dari berbagai produk perusahaan. Hal ini terjadi pada
siswa SMA, siswa SMA merupakan masa remaja yang masih mencari jati
dirinya dan labil. Siswa SMA biasanya ingin diakui keberadaannya, suka
ganti-ganti merk, mudah termakan trend dan gemar tampil keren. Siswa
SMA rela mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan barang yang
mampu menaikkan kedudukan atau keberadaannya yang ingin diakui.
Salah satu SMA yang berada di Yogyakarta adalah SMA Negeri 6
Yogyakarta. Siswa-siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta berasal dari keluarga
kelas ekonomi menengah ke atas dengan kemampuan finansial yang
tinggi, sehingga keadaan tersebut dapat mendorong timbulnya perilaku
konsumtif bagi siswa.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Komparasi Perilaku Konsumsi
Siswa-Siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta Ditinjau Dari Status Sosial Ekonomi
Orang Tua, Pengaruh Kelompok Referensi, Dan Motivasi Berbelanja.” Hal
ini menarik untuk diteliti mengingat perilaku konsumsi pada remaja telah
mengarah ke konsumtivisme, dimana perilaku konsumtif ini banyak
melanda dikehidupan remaja yang sebenarnya belum memiliki
B. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya wilayah perilaku konsumen, maka dirasa
perlu adanya batasan masalah agar penelitian lebih terfokus dan lebih
terarah dengan tujuannya. Dalam hal ini peneliti akan membatasi perilaku
konsumen hanya mencakup status sosial ekonomi orang tua, pengaruh
kelompok referensi, dan motivasi berbelanja pada siswa-siswi SMA
Negeri 6 Yogyakarta.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang
muncul dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6
Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang tua?
2. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6
Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi?
3. Apakah ada perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi SMA Negeri 6
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok
tersebut (Sugiyono, 2010). Variabel-variabel dan definisi operasional
dalam penelitian ini adalah:
1. Perilaku konsumsi
Perilaku Konsumsi adalah tindakan siswa dalam
mengkonsumsi atau membeli suatu barang (pakaian, tas, sepatu,
makanan, minuman, dan lain-lain) untuk memuaskan kebutuhan atau
keinginan mereka. Indikator untuk mengukur variabel perilaku
konsumsi adalah:
a. Perilaku siswa dalam memilih tempat perbelanjaan
b. Perilaku siswa dalam mengkonsumsi makanan dan minuman
c. Perilaku siswa dalam menggunakan uang saku
d. Perilaku siswa dalam mengisi waktu luang
e. Perilaku siswa dalam memilih barang-barang branded
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Status Sosial itu sendiri merupakan posisi atau kedudukan
seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Unsur-unsur status
sosial mencakup pendidikan, jabatan, pendapatan, pekerjaan,
dalam suatu masyarakat. Indikator dalam status sosial ekonomi orang
tua ialah sebagai berikut:
a. Pendidikan orang tua
b. Pekerjaan orang tua
c. Penghasilan orang tua
d. Kepemilikan harta atau fasilitas yang dimiliki
3. Pengaruh kelompok referensi
Pengaruh kelompok referensi adalah pengaruh dari seorang
individu atau sekelompok orang yang secara nyata memberikan
pengaruh secara langsung maupun tidak langsung dalam keputusan
pembelian dan konsumsi. Indikator pengaruh kelompok referensi ialah
sebagai berikut:
a. Memilih produk tertentu yang dimiliki oleh tokoh idola
b. Memilih produk tertentu yang dianjurkan oleh anggota keluarga
c. Memilih produk tertentu yang digunakan oleh teman terdekat
(sahabat)
4. Motivasi berbelanja
Motivasi berbelanja adalah dorongan dalam diri seorang siswa
untuk membeli barang dengan beberapa pertimbangan guna mencapai
tujuan tertentu. Indikator dalam motivasi berbelanja ialah sebagai
a. Membeli produk atas pertimbangan harga
b. Membeli produk atas pertimbangan kualitas barang
c. Membeli produk karena selera
d. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi
SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari status sosial ekonomi orang
tua.
2. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi
SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari pengaruh kelompok referensi.
3. Untuk mengidentifikasi perbedaan perilaku konsumsi siswa-siswi
SMA Negeri 6 Yogyakarta ditinjau dari motivasi berbelanja.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka
hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
1. Bagi Peneliti
a. Dapat mengetahui secara mendalam mengenai perbedaan perilaku
konsumsi pada remaja, khususnya siswa-siswi SMA Negeri 6
Yogyakarta.
b. Sebagai sarana berlatih dalam bidang penelitian.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi
bagi perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berguna bagi
mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkannya dalam rangka
pengembangan ilmu pendidikan remaja.
3. Bagi SMA yang bersangkutan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai
masukan yang berguna dalam proses kegiatan belajar mengajar
khususnya dalam hal penampilan para siswa-siswinya sebagai seorang
pelajar.
4. Bagi para siswa-siswi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk
memberikan pemahaman kepada siswa-siswi agar menjadi konsumen
yang bertindak secara rasional dan dapat mengambil keputusan yang
tepat untuk menentukan konsumsi akan suatu barang dan jasa guna
5. Bagi Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang perilaku konsumsi siswa-siswi dan dapat dapat memberikan
masukan bagi orang tua untuk mengarahkan perilaku konsumsi
anak-anaknya agar tidak bertindak secara irasional dalam mengambil
keputusan.
6. Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan untuk menambah pengetahuan atau disiplin ilmu bagi semua
pihak terutama untuk penelitian yang meneliti tentang perilaku
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Perilaku Konsumen
a. Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan proses yang dinamis yang
mencakup perilaku individual, kelompok dan anggota masyarakat
yang secara terus menerus mengalami perubahan. Menurut Engel,
Blackwell, dan Miniard (1994), agar dapat memahami perilaku
konsumen secara tepat dengan memperhatikan tindakan langsung
yang dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan
menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang
mendahului dan mengikuti tindakan tersebut. Perilaku yang
dilakukan antar konsumen tentu akan beragam sesuai dengan
kondisi konsumen, situasi dan kondisi eksternal yang
mempengaruhinya.
Hawkins dan Mothersbaugh (Suryani, 2013:6) menyatakan:
“Consumer behavior is the study if
Merujuk pada pendapat Hawkins dan Mothersbaugh,
perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana individu,
kelompok dan organisasi serta proses yang dilakukan untuk
memilih, mengamankan, menggunakan dan memperhatikan
produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya
dan dampaknya terhadap konsumen dan masyarakat.
Hal yang hampir sama diungkapkan oleh Schiffman dan
Kanuk (2007) bahwa perilaku konsumen merupakan studi yang
mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanjakan
sumber daya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang dan usaha)
untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan
dikonsumsi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa perilaku konsumen ialah tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh individu yang berhubungan dalam proses
pengambilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan
barang-barang dan jasa secara ekonomis serta dapat dipengaruhi oleh
lingkungan.
Seorang ekonom yang bernama James S. Dusenberry
(Andersson, 2006) menyebutkan bahwa konsumsi seseorang
banyak dipengaruhi oleh konsumsi orang lain dalam hubungan
Demonstration Effect. Demonstration Effects yang dimaksud di
sini adalah efek peniruan oleh masyarakat dalam mengkonsumsi
barang karena terpengaruh oleh pola konsumsi kelompok
masyarakat lain yang lebih kaya atau berpenghasilan tinggi. Tak
jarang masyarakat juga meniru pola konsumsi para bintang dunia.
Bagaimana para bintang dunia itu berpenampilan, baik pakaian,
sepatu, tas dan assesoris lainnya, kemudian kendaraan apa yang
digunakan para bintang tersebut, akan ditiru oleh masyarakat.
(Sumber: www.anneahira.com/teori-konsumsi.htm)
b. Macam-macam Perilaku Konsumen
Setiap konsumen mempunyai selera yang berbeda satu
dengan yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga
selera akan mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Jika dilihat
dari perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang
dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional
dan perilaku konsumen irasional.
1) Perilaku Konsumen Rasional
Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan
hal-hal berikut :
(a) Barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi
konsumen
(c) Mutu barang terjamin
(d) Harga sesuai dengan kemampuan konsumen
2) Perilaku Konsumen Irasional
Suatu perilaku dalam mengkonsumsi dapat dikatakan tidak
rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa
dipikirkan kegunaannya terlebih dahulu, contohya yaitu :
(a) Tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak
maupun elektronik
(b) Memiliki merk yang sudah dikenal banyak konsumen
(c) Ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon
(d) Prestise atau gengsi
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Kotler dan Armstrong (2006:159), faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku konsumen adalah faktor
kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis.
1) Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan memiliki pengaruh yang paling luas
dan mendalam pada perilaku konsumen.
a) Budaya
Budaya adalah determinan dasar keinginan dan perilaku
seseorang atau faktor penentu paling pokok dari keinginan
b) Sub Budaya
Tiap budaya mempunyai sub budaya yang lebih kecil, atau
kelompok orang dengan sistem nilai yang sama
berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama,
yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih
spesifik untuk anggota mereka.
c) Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian yang relatif permanen dan
berjenjang dalam masyarakat di mana anggotanya berbagi
nilai, minat, dan perilaku yang sama.
2) Faktor sosial
a) Kelompok Referensi
Perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh banyak
kelompok kecil yang mempunyai pengaruh langsung
ataupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang
tersebut.
b) Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang
paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga
pembeli dapat memberi pengaruh yang kuat terhadap
c) Peran dan Status
Orang berpartisipasi dalam banyak kelompok, keluarga,
klub maupun organisasi. Posisi seseorang dalam setiap
kelompok dapat ditentukan dalam segi peran dan status.
3) Faktor pribadi
a) Usia dan Tahap Siklus Hidup
Daur hidup orang akan mengubah barang dan jasa yang
mereka beli sepanjang kehidupan mereka. Kebutuhan dan
selera seseorang akan berubah sesuai dengan bertambahnya
usia.
b) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi barang dan jasa
yang akan dibeli.
c) Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan
produk yang akan dibeli.
d) Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menunjukan pola kehidupan orang
yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat,
dan pendapatnya.
e) Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian merupakan karakteristik kecenderungan
Setiap orang akan mempunyai karakteristik pribadi yang
menyebabkan perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah
sekumpulan sifat psikologis manusia yang menyebabkan
respon yang relatif konsisten dan tahan lama terhadap
rangsangan lingkungan (termasuk perilaku pembeliannya)
4) Fakor psikologis
a) Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang enerjik yang
menggerakan perilaku dan memberi tujuan dan arah pada
perilaku.
b) Persepsi
Persepsi yaitu proses yang digunakan oleh individu untuk
memilih dan mengorganisasikan masukan informasi guna
menciptakan gambaran yang mempunyai arti.
c) Pembelajaran
Pembelajaran dapat mendorong perubahan dalam perilaku
kita yang timbul dari pengalaman.
d) Kepercayaan dan Sikap
Melalui pembelajaran, seseorang akan mendapatkan suatu
kepercayaan dan sikap. Pada akhirnya, kepercayaan dan
d. Tipe perilaku pembelian konsumen
Menurut Kotler (2006:177) bahwa ada 4 (empat) tipe
perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan di Antara merek
sebagai berikut:
1) Perilaku pembelian kompleks (Complex Buying Behaviour)
Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang
ditentukan oleh keterlibatan konsumen yang tinggi dalam
pembelian dan perbedaan yang dianggap signifikan antarmerek.
Perilaku membeli ini terjadi pada waktu membeli
produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli, berisiko dan dapat
mencerminkan pembelinya, seperti mobil, televisi, jam tangan,
komputer pribadi, pakaian, dan lain-lain.
2) Perilaku pembelian pengurangan disonansi/ ketidakcocokan
(Dissonance Reducing Buying Behaviour)
Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang
mempunyai karakter keterlibatan tinggi tetapi hanya ada
sedikit anggapan perbedaan antar merek. Perilaku membeli ini
terjadi untuk pembelian produk yang mahal, tidak sering
dilakukan, berisiko, dan membeli secara relative cepat karena
perbedaan merek tidak terlihat misalnya karpet, pipa PVC,
terhadap harga atau yang memberikan kenyamanan.
Konsumen akan memperhatikan informasi yang
mempengaruhi keputusan pembelian.
3) Perilaku pembelian kebiasaan (Habitual Buying Behaviour)
Perilaku pembelian dalam situasi yang mempunyai
karakter keterlibatan konsumen rendah dan anggapan
perbedaan merek sedikit. Konsumen memilih produk secara
berulang bukan karena merek produk, tetapi karena konsumen
tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk
tersebut. Perilaku ini biasanya terjadi pada produk-produk
seperti gula, air mineral dalam kemasan, garam, deterjen, dan
lain-lain.
4) Perilaku pembelian mencari keragaman (Variety Seeking
Buying Behaviour)
Perilaku pembelian konsumen yang mempunyai
karakter keterlibatan konsumen yang rendah tetapi dengan
anggapan perbedaan merek yang signifikan. Konsumen
berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan bukan
kepuasan. Jadi dalam perilaku ini, merek bukan merupakan
suatu yang mutlak. Perilaku pembeli yang mencari keragaman
harganya murah dan konsumen sering mencoba merek-merek
baru.
Gambar II.1
Empat tipe perilaku pembelian
Sumber: Kotler (2006)
e. Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian
Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan
keputusan dalam pembelian mereka. Proses pengambilan
keputusan tersebut merupakan sebuah pendekatan penyelesaian
masalah yang terjadi atas lima tahap yaitu sebagai berikut :
(Kotler, 2006:179)
1) Pengenalan kebutuhan (Need recognition)
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan
kebutuhan. Pada tahap ini konsumen merasakan bahwa ada hal
yang dirasakan kurang dan menuntut untuk dipenuhi.
Konsumen menyadari bahwa terdapat perbedaan antara apa
yang dialaminya dengan yang diharapkan. Kesadaran akan
perlunya memenuhi kebutuhan ini terjadi karena adanya
Perilaku Pembelian Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah
Banyak perbedaan antar merek
rangsangan dari dalam maupun dari luar. Misalnya rasa haus
(dari dalam), karena bau roti yang enak yang ada di food court
suatu pusat perbelanjaan.
2) Pencarian informasi (Information search)
Konsumen tertarik mungkin mencari lebih banyak
informasi atau mungkin tidak. Konsumen yang tergugah
kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang
lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia butuhkan.
Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif.
Informasi yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap
beberapa toko untuk membuat perbandingan harga dan kualitas
produk, sedangkan pencarian informasi pasif, dengan membaca
suatu pengiklanan di majalah atau surat kabar tanpa mempunyai
tujuan khusus dalam perkiraannya tentang gambaran produk
yang diinginkan.
3) Evaluasi alternatif (Alterntive evalution)
Tahap proses keputusan pembeli di mana konsumen
menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Keputusan Pembelian Perilaku
Pascapembelian 4) Keputusan pembelian (Purchase decision)
Keputusan membeli disini merupakan proses pembelian
yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap sebelumnya dilakukan
maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli
atau tidak. Bila konsumen memutuskan untuk membeli,
konsumen akan menjumpai serangkaian keputusan yang harus
diambil menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas,
waktu pembelian dan cara pembayarannya.
5) Perilaku pascapembelian (Postpurchase behavior)
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami
level kepuasan atau ketidakpuasan.
Gambar II.2
Tahap-tahap dalam proses keputusan pembelian
2. Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Status sosial dapat diartikan sebagai posisi atau kedudukan
seseorang dalam suatu kelompok masyarakat. Status sosial ekonomi
merupakan kombinasi dari status sosial dan status ekonomi yang
dimiliki seseorang dalam suatu kelompok. Status ekonomi
kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga.
Pendapat tersebut didukung oleh Hopkins yang menyatakan bahwa
status sosial ekonomi merupakan hasil kombinasi dari status sosial
dan status ekonomi dimana mencakup tingkat pendidikan, pekerjaan,
jabatan, dan kepemilikan harta. Posisi atau kedudukan seseorang
ditentukan oleh yang dia miliki serta dipandang penting oleh
masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, jabatan dan
kepemilikan harta seseorang maka semakin tinggi pula status sosial
ekonomi di masyarakat.
Melihat uraian di atas, dapat diuraikan unsur-unsur yang
terdapat dalam status sosial ekonomi. Unsur-unsur tersebut antara
lain:
a. Pekerjaan
Pekerjaan menjadi salah satu unsur penting dalam status
sosial ekonomi seseorang sebab kebutuhan akan terpenuhi apabila
seseorang tersebut bekerja. Keterpenuhan kebutuhan tersebut dapat
pemenuhan kebutuhan, pekerjaan atau bekerja akan mendapatkan
kepuasan jasmani. Menurut Soeroto (blog.ub.ac.id), pekerjaan
adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa untuk diri
sendiri maupun orang lain, baik orang melakukan dengan
mendapatkan upah maupun tidak. Jika ditinjau dari aspek
ekonomis bekerja dapat diartikan sebagai pekerjaan untuk
menghasilkan barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh
penghasilan baik berupa uang maupun baran dalam kurun waktu
tertentu.
Menurut pedoman ISCO (International Standart
Clasification of Oecupation), (dikutip Prilanita, 2013) pekerjaan
diklasifikasikan menjadi :
1) Profesional ahli teknik dan ahli jenis
2) Kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3) Administrasi tata usaha dan sejenisnya
4) Jasa
5) Petani
6) Produksi dan operator alat angkut
Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat
memilih pekerjaaan yang sesuai dengan kemampuan dan
ketrampilan yang dimilikinya. Dalam masyarakat tumbuh
kecenderungan bahwa orang yang bekerja akan lebih terhormat di
akan tetapi ada pula pekerjaan yang kurang dihargai oleh
masyarakat. Sehingga ststus sosial ekonomi pun dapat dilihat dari
jenis pekerjaan yang dimilikinya.
b. Pendapatan
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pemenuhan
kebutuhan pun menjadi salah satu tolok ukur penilaian status sosial
ekonomi oleh masyarakat. Tentunya dalam memenuhi kebutuhan
tersebut dibutuhkan pendapatan. Semakin tinggi pendapatan,
semakin makmur, dan sejahtera, maka akan semakin dihargai di
masyarakat. Pendapatan seseorang dapat memperlihatkan berada
dalam golongan manakah orang tersebut. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa pendapatan menjadi salah satu pengaruh status
sosial ekonomi. Biro pusat statistik mengkategorikan pendapatan
sebagai berikut:
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan berupa
uang yang sifatnya regular dan diterima biasanya sebagai balas
atau kontra prestasi, sumbernya berasal dari:
a) Gaji dan upah yang diterima dari gaji pokok, kerja
sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.
b) Usaha sendiri yang meliputi hasil bersih dari usaha
c) Hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak
milik tanah. Keuntungan serial yakni pendapatan yang
diperoleh dari hak milik.
2) Pendapatan yang berupa barang, yaitu pembayaran upah dan
gaji yang ditentukan dalam beras, pengobatan, transportasi,
perumahan dan rekreasi.
c. Pendidikan
Dalam beberapa kasus, semakin tinggi status sosial
ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula tingkat pendidikan
yang mereka tempuh. Hal tersebut mengingat bahwa untuk
memiliki pendidikan yang tinggi, seseorang harus menyiapkan
beberapa hal. Salah satunya adalah biaya. Biaya pendidikan akan
semakin terpenuhi jika pendapatan yang diperoleh seseorang
tersebut semakin tinggi.
Dewasa ini pendidikan dapat dijadikan untuk meningkatkan
harga diri seseorang. Banyak masyarakat yang memandang apabila
seseorang tersebut mwmiliki gelar sarjana lebih memiliki status
sosial ekonomi yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
seseorang yang notabennya hanya lulusan SD, SMP ataupun SMA.
Masyarakat menganggap bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang, semakin tinggi gaji yang diterima, selain itu dalam hal
mendapatkan kesempatan pekerjaan juga akan lebih baik. Oleh
tinggi tingkat pendidikan konsumen, semakin tinggi pula status
sosial ekonominya.
d. Kepemilikan Harta
Selain pekerjaan, pendapatan dan pendidikan yang menjadi
tolok ukur status sosial ekonomi adalah kepemilikan harta
seseorang tersebut. Semakin banyak seseorang itu memiliki sesuatu
yang berharga seperti rumah, mobil, tanah, dll maka dapat
dikatakan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan ekonomi
yang tinggi dan mereka semakin dihormati oleh orang-orang
disekitarnya.
3. Pengaruh Kelompok Referensi
Siswa sebagai mahluk sosial tentunya memiliki kecenderungan
untuk bergaul dengan orang lain dan terlibat dalam sebuah kelompok
dalam lingkungan pergaulannya. Siswa adalah para anak muda yang
memiliki hubungan persahabatan yang erat secara individual mupun
kelompok. Kelompok persahabatan itu tentunya terbentuk dari adanya
perasaan saling mengenal dan saling menerima antar anggota
persahabatannya. Penerimaan tersebut dapat didasari oleh berbagai
kesamaan yang dimiliki misalnya kebiasaan berbelanja, kebiasaan
jalan-jalan, kebiasaan menonton film, kebiasaan mendengarkan musik
Sebagai makhluk sosial, konsumen senantiasa berinteraksi
dengan individu lain baik secara personal di dalam kelompok dan di
luar kelompok. Diantara berbagai kelompok yang ada di masyarakat,
bentuk kelompok yang mempunyai relevansi dengan perilaku
konsumen adalah kelompok referensi. Kelompok dapat didefinisikan
sebagai dua atau lebih orang yang berinteraksi untuk melakukan
sesuatu guna mencapai tujuan. Menurut Engel (1994:166), istilah
kelompok referensi didefinisikan sebagai “orang atau kelompok orang
yang mempengaruhi secara bermakna perilaku individu”. Kelompok
referensi memberikan standar (norma) dan nilai yang dapat menjadi
perspektif penentu mengenai bagaimana seseorang berpikir atau
berperilaku. Dan menurut Suryani (2013:161), kelompok referensi
merupakan individu atau kelompok yang dijadikan rujukan yang
memiliki pengaruh nyata bagi individu untuk melakukan keputusan
dalam pembelian atau konsumsi.
Menurut Suryani (2013:161), ditinjau dari intesitas dan
kedekatan hubungan di antara anggota kelompok, kelompok dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Kelompok Primer
Kelompok primer adalah kelompok yang intensitas
tetangga, sahabat karib dan rekan kerja. Kelompok ini cenderung
bersifat informal.
b. Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder merupakan kelompok yang
cenderung lebih resmi dan kurang terjadi interaksi yang
berkesinambungan. Kelompok ini termasuk organisasi
keagamaan, himpunan mahasiswa, dan serikat buruh.
Berikut ini kelompok yang relevan dengan perilaku konsumen,
antara lain:
a. Keluarga
Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang
berperan penting dalam sosialisasi anggotanya terhadap perilaku
penggunaan produk. Seorang ibu memiliki pengaruh yang kuata
terhadap anak perempuan dalam mengkonsumsi produk-produk
kecantikan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan, termasuk
kebiasaan pemilihan produk dalam berbelanja.
b. Kelompok Persahabatan
Kelompok persahabatan merupakan bentuk dari kelompok
informal. Konsumen sebagai manusia (makhluk sosial)
membutuhkan hubungan sosial melalui persahabatan. Bagi
kelompok persahabatan ini sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan sosial, bekerja sama, bergabung dan berinteraksi
dengan orang lain. Kelompok persahabatan ini biasanya terbentuk
karena adanya kesamaan dalam hal adanya kebutuhan sosial, hobi
atau kegemaran, sikap dan perilaku. Jika salah satu anggota
persahabatan berhasil dipengaruhi dalam membeli suatu produk,
maka hal ini akan sangat membantu untuk mempengaruhi anggota
lain di dalam kelompok persahabatan tersebut.
c. Kelompok Sosial Formal
Di dalam masyarakat terdapat sekelompok orang-orang
yang secara formal membentuk suatu kelompok. Misalnya
kelompok arisan PKK, kelompok keagamaan, perkumpulan
olahraga, dan lain-lain. Kelompok ini memberi pengaruh yang
kuat kepada anggota dalam menerima nilai-nilai yang diyakini
dalam memilih majalah, buku bacaan, berpakaian dan aksesories
yang digunakan.
d. Kelompok Pembelanja
Kelompok ini mulai banyak bermunculan di kota-kota,
sekelompok anak muda yang punya kesenangan jalan-jalan di
mall, cuci mata, dan berbelanja, karena kesamaan minat dan
kebutuhan bergabung dalam satu kelompok. Suatu kelompok
atau lebih yang suka berbelanja bersama dalam waktu yang sama
apakah membeli makanan, pakaian, aksesoris, sepatu, tas, dan
lain-lain.
e. Kelompok Kerja
Bagi konsumen yang bekerja yang sebagian besar
waktunya dihabiskan di tempat kerja, keterlibatan dalam
kelompok kerja menjadi hal yang penting. Disela-sela pekerjaan
inilah kadang-kadang interaksi melalui komunikasi tidak hanya
terbatas pada masalah pekerjaan tetapi juga berkenaan dengan
masalah sehari-hari termasuk perilaku belanja seperti pemilihan
merek, dan respon terhadap hal-hal terkini mengenai produk yang
dipasarkan di pasar.
f. Kelompok Gerakan Konsumen
Konsumen yang memiliki kesadaran atas hak-haknya
sebagai konsumen dan menyadari pentingnya kontrol terhadap
pemenuhan hak-hak konsumen membentuk suatu kelompok yang
disebut sebagai kelompok gerakan konsumen.
4. Motivasi Berbelanja
Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam
diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak (Schiffman dan
tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tak terpenuhi.
Individu secara sadar maupun tidak sadar berjuang untuk mengurangi
ketegangan tersebut melalui perilaku yang mereka harapakan akan
memenuhi kebutuhan mereka dan dengan demikian akan
membebaskan mereka dari tekanan yang mereka rasakan. Tujuan
tertentu yang mereka pilih dan pola tindakan yang mereka lakukan
untuk mencapai tujuan tersebut merupakan hasil pemikiran dan proses
belanja individu (Schiffman dan Kanuk, 2007:72). Gambar II.3 di
bawah ini menyajikan model proses motivasi konsumen khususnya
dalam belanja:
Gambar II.3 Model Proses Motivasi
Sumber: Schiffman dan Kanuk (2007)
Gambar II.3 di atas menggambarkan bahwa motivasi sebagai
keadaan tertekan karena kebutuhan yang membuat individu
melakukan perilaku yang menuntut anggapannya akan memuaskan
Kebutuhan, keinginan, dan hasrat yang belum terpenuhi
kebutuhan dan dengan demikian akan mengurangi ketegangan. Tujuan
khusus yang ingin dicapai konsumen dan rangkaian tindakan yang
mereka ambil untuk pencapaian suatu tujuan, dipilih atas dasar proses
berpikir (kesadaran) dan proses belajar sebelumnya.
Konsumen sangat beraneka ragam perilakunya dalam
berbelanja, dan perilaku berbelanja berkaitan erat dengan motivasi
mereka untuk berbelanja. Bagi suatu perusahaan mengetahui motivasi
berbelanja konsumen tentunya sangatlah penting karena motivasi
merupakan faktor pendorong seseorang untuk mengetahui kebutuhan
dan keinginannya agar mencapai kepuasan. Menurut Engel (1994)
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi konsumen terhadap
keputusan pembelian meliputi produk, harga, pelayanan, dan lokasi.
a. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan
dipasar untuk menarik perhatian, penggunaan, atau konsumsi
yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler,
2006:266). Unsur-unsur yang terkait dengan suatu produk adalah
kualitas, pilihan yang ada (options), gaya, merek, pengemasan,
penampilan (features), ukuran, jenis (product lines), Macam
(product items), jaminan, dan pelayanan.
Kualitas produk adalah ukuran seberapa baik unjuk kerja
produk dan seperapa lama unjuk kerjanya. Para pembeli
menghargai mutu dan kinerja (Kotler,2006). Kebanyakan produk
disediakan pada mulanya berawal pada satu di Antara empat
tingkat kualitas, yaitu kualitas rendah, kualitas rata-rata (sedang),
kualitas baik (tinggi), dan kualitas sangat baik.
Konsumen lebih menyukai toko atau tempat belanja yang
menawarkan bermacam-macam produk dan merek, atau terdapat
berbagai pilihan seperti warna, ukuran, gaya, daripada toko yang
hanya menyediakan jenis pilihan yang hanya sedang-sedang saja.
Merek adalah nama, istilah, simbol, tanda, rancangan atau
kombinasi dari hal-hal tersebut, dengan maksud untuk
mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Merek
merupakan faktor pembeda yang penting. Seperti halnya produk,
dalam berbelanja konsumen juga menginginkan adanya
keragaman merek untuk suatu produk tertentu.
b. Harga
Motivasi berbelanja akan juga dipengaruhi oleh harga
misalnya seorang konsumen dengan pertimbangan ekonomis akan
memilih harga yang sesuai dengan kemampuannya. Konsumen
memiliki gambaran mengenai harga barang dagangan pada setiap
toko yang dikenalnya, yang merupakan penetapan harga dalam
Diskon (potongan harga) merupakan modifikasi harga dasar
penjualan untuk menghargai pelanggan atas tindakan-tindakannya
seperti pembayaran diawal, kuantitas pembelian, dan pembelian
di luar musim. Tindakan itu bermaksud untuk menarik konsumen
agar tetap menjadi pelanggan dan mau melakukan tindakan yang
membawa keuntungan bagi perusahaan.
c. Pelayanan
Keputusan konsumen mengenai produk atau jasa yang akan
dibeli sering tergantung dengan pelayanan penjual. Suatu
penjualan produk tentunya sangat ditentukan pula oleh baik
tidaknya pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam
memasarkan produknya. Pelayanan dapat memotivasi konsumen
karena hal ini menyangkut suasana toko tersebut baik dari segi
pramuniaga yang ramah, fasilitas yang diberikan, dan lain
sebagainya. Pelayanan dapat mencakup pelayanan sewaktu
penawaran, pelayanan dalam pembelian, dan pada saat
penyerahan produk yang dijual, dan lain sebagainya.
d. Lokasi
Pada umumnya konsumen akan memilih toko yang dekat dengan
tempat tinggal mereka. Lokasi yang bagus adalah lokasi yang
letaknya strategis baik dari segi transportasi yang
menggambarkan mudahnya lokasi tersebut dijangkau, misalnya
5. Remaja
Masa remaja merupakan periode peralihan antara masa
kanak-kanak dan dewasa. Pada masa ini remaja mulai mencari identitas
dirinya, sehingga seseorang yang berada dalam masa remaja akan
sangat mudah berpengaruh oleh sesuatu atau berbagai hal di
sekelilingnya, baik itu yang positif maupun yang negatif. Hal ini
cenderung terjadi karena kondisi emosi remaja yang tidak stabil dan
cenderung sensitif terhadap semua hal yang berkaitan dengan
pribadinya dan permasalahan-permasalahan dalam dirinya. Dengan
adanya perubahan pada usia remaja tersebut, maka terbentuklah suatu
pola konsumsi yang dapat berkembang menjadi pola konsumtif.
Sedangkan dalam Santrock (2007) menjelaskan definisi remaja
memerlukan pertimbangan tentang usia dan pengaruh dari faktor
sosial-sejarah sehingga remaja (adolescene) dapat diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan
sosioemosional.
a. Masa Remaja
Rosandi (dikutip Wagner, 2009) membagi masa remaja
menjadi beberapa tahap yaitu:
1) Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun.
yang terjadi pada masa ini sangat cepat, baik pertumbuhan
fisik dan kapasitas intelektual. Pada masa ini tugas
perkembangannya lebih dipengaruhi oleh perubahan fisik dan
mental yang cepat, yaitu adaptasi dan penerimaan keadaan
tubuh yang berubah.
2) Remaja pertengahan (middle adolescent) pada usia 15-18
tahun, biasanya duduk di bangku SMU. Pada masa ini remaja
secara fisik menjadi percaya diri dan mendapatkan kebebasan
secara psikologi dari orang tua, memperluas pergaulan
dengan teman sebaya dan mulai mengembangkan
persahabatan dan keterkaitan dengan lawan jenis.
3) Remaja akhir (late adolescent) pada usia 18-21 tahun.
Umumnya terjadi pada akhir SMU sampai individu mencapai
kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan
sosialnya, memiliki identitas personal dalam relasinya dengan
orang lain, mengetahui peran sosial, sistem nilai dan tujuan
dalam hidupnya.
b. Remaja Sebagai Konsumen
Kelompok usia remaja adalah salah satu pasar potensial
bagi produsen. Alasannya antara lain karena perilaku konsumsi
seseorang terbentuk pada usia remaja. Di sisi lain, remaja
biasanya mudah terbujuk rayuan iklan, tidak realistis, meniru
Sifat-sifat remaja inilah yang dimanfaatkan oleh sebagian produsen
untuk memasuki pasar remaja. Adanya mall, cafe, supermarket,
department store, dan tempat belanja maupun hang out lainnya
telah menjadi rumah kedua bagi remaja yang memiliki orang tua
dengan kelas ekonomi yang cukup berada dan tinggal di kota-kota
besar. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga dapat
mengikuti mode yang sedang beredar. Padahal mode itu sendiri
selalu berubah sesuai perkembangan waktu, sehingga para remaja
tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Pada akhirnya,
muncullah perilaku konsumtif.
Kaum remaja merupakan pembeli potensial untuk
produk-produk seperti kosmetik, pakaian, sepatu, aksesoris, dan kaset.
Hal ini disebabkan oleh sifat-sifat remaja yang mudah terbujuk
dengan rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman atau alasan
konformitas yang tidak realistis serta cenderung boros dalam
menggunakan uangnya untuk keperluan rekreasi dan hobi.
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan
teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti
bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh
B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini peneliti belum menemukan peneliti lain yang
meneliti hal yang sama tentang perbedaan perilaku konsumsi ditinjau dari
status sosial ekonomi orang tua, kelompok referensi, dan motivasi
berbelanja pada siswa. Namun, ada terdapat penelitian yang meneliti
perilaku konsumsi, seperti:
1. Penelitian Farida Indrayani Purwaningtiyas (2005)
Penelitian yang dilakukan Farida meneliti tentang: perbedaan
perilaku konsumsi masyarakat ditinjau dari status sosial ekonomi dan
intensitas kebutuhan (studi kasus: Masyarakat RW VIII, kampong
Gedongkiwo, Kelurahan Gedungkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota
Yogyakarta). Tujuan penelitian adalah untuk menguji dan menganalisis
tentang perbedaan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang
primer, sekunder, dan tersier ditinjau dari status sosial ekonomi.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
masyarakat, paling tidak bias digunakan sebagai refleksi, sehingga
masyarakat bias bersikap lebih bijaksana dan lebih rasional dalam
membelanjakan uangnya terutama untuk membeli barang-barang
konsumsi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) ada perbedaan perilaku
masyarakat dalam mengkonsumsi barang primer ditinjau dari status
dan sedang mempunyai perilaku yang rasional dalam mengkonsumsi
barang primer, sedangkan konsumen yang berstatus sosial tinggi
mempunyai perilaku tidak rasional dalam mengkonsumsi barang
primer. 2) ada perbedaan perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi
barang sekunder ditinjau dari status sosial ekonomi, yaitu konsumen
yang berstatus sosial ekonomi rendah dan sedang mempunyai perilaku
yang rasional dalam mengkonsumsi barang sekunder, sedangkan
konsumen yang berstatus sosial tinggi mempunyai perilaku tidak
rasional dalam mengkonsumsi barang sekunder. 3) ada perbedaan
perilaku masyarakat dalam mengkonsumsi barang tersier ditinjau dari
status sosial ekonomi, yaitu konsumen yang berstatus sosial ekonomi
rendah mempunyai perilaku yang rasional dalam mengkonsumsi barang
tersier, sedangkan konsumen yang berstatus sosial sedang dan tinggi
mempunyai perilaku tidak rasional dalam mengkonsumsi barang tersier.
C. Kerangka Teoretik
1. Perbedaan perilaku konsumsi ditinjau dari status sosial ekonomi orang
tua pada siswa
Perilaku konsumsi siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah status sosial ekonomi orang tua. Status
sosial ekonomi memiliki beberapa unsur seperti pekerjaan, pendapatan,
lepas dari status sosial ekonomi orang tuan. Dalam hal ini keadaan
ekonomi keluarga sangat berperan utama sebab yang menentukan
jumlah uang saku terhadap anaknya adalah orang tua. Perilaku
konsumsi yang berlebihan saat ini jarang disadari oleh orang tua dan
putra-putrinya. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya pola pikir
seseorang yang ingin mengikuti kemajuan jaman. Seperti halnya ingin
mengikuti mode pakaian, tas, sepatu, aksesories yang sedang
nge-trend, dan mengkonsumsi produk barang atau jasa lainnya.
Status sosial ekonomi orang tua yang rendah dan yang tinggi
akan berbeda dalam hal perilaku konsumsinya. Orang tua yang
memiliki penghasilan tinggi siswa cenderung memiliki gaya hidup
yang tinggi pula dan orang tua yang memiliki penghasilan rendah
maka siswa akan cenderung memiliki gaya hidup sederhana. Orang tua
yang berstatus sosial ekonomi yang tinggi seringkali memberi uang
saku berlebih pada anaknya dengan tujuan untuk membeli
barang-barang kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan, tetapi oleh siswa
seringkali disalahgunakan, sehingga mereka sering tidak rasional