Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi sari sawi caisim dan sari sawi pakcoy.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung adalah %inhibisi yaitu persen yang menyatakan kemampuan suatu senyawa dalam menangkap radikal bebas.
3. Variabel pengacau
Variabel pengacau pada penelitian ini ada dua jenis, yaitu :
a. Variabel pengacau terkendali, termasuk di dalamnya adalah umur sawi, bahan kimia, alat, dan waktu inkubasi yang digunakan dalam penelitian.
b. Variabel pengacau tak terkendali, termasuk di dalamnya adalah suhu inkubasi.
23
C. Definisi Operasional
1. Sari sawi caisim dan sawi pakcoy, diperoleh dengan menghancurkan daun
yang masih segar menggunakan juice extractor kemudian disaring
menggunakan penyaring vakum.
2. % inhibisi adalah persen yang menyatakan kemampuan suatu senyawa dalam menangkap radikal bebas.
% inhibisi = kontrol larutan Absorbansi sampel larutan Absorbansi kontrol larutan Absorbansi x 100%
3. IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menangkap
50 % radikal bebas DPPH.
4. Larutan kontrol merupakan larutan yang terdiri dari 3,8 ml DPPH dan 0,2
ml metanol.
5. Larutan sampel merupakan larutan kontrol yang telah ditambah sari sawi
caisim maupun sari sawi pakcoy.
D. Bahan- bahan Penelitian
Bahan uji berupa sawi caisim dan sawi pakcoy, diperoleh dari petani sawi di
Perkebunan Tani Organik Merapi (TOM); 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH),
E. Alat- alat Penelitian
Spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lambda 20; timbangan SBC 22 (Scaltec) dan precision balance model GB-3002 (Mettler Toledo); mikropipet 50
µl-200 µl , 200-1000 µl (Socorex); tabung reaksi (Pyrex-Germany); flakon bertutup,
juice extractor; penyaring vakum, kipas angin, hair dryer, kertas aluminium foil, kain tetron, dan alat-alat gelas yang lazim.
F. Tata Cara Penelitian
1. Pengambilan sampel
Sampel dibeli langsung dari petani sawi di Perkebunan Tani Organik Merapi (TOM), Kaliurang, Yogyakarta. Pengambilan sawi caisim dan sawi pakcoy dilakukan pada sore hari, di bulan Oktober. Dipilih yang berwarna hijau, masih segar, dan masing-masing berumur sama yaitu 25 hari.
2. Penyiapan Bahan Uji
i. Pembersihan dan Sortasi Basah
Sawi caisim dan sawi pakcoy yang akan diteliti harus bebas dari debu, kotoran, atau tanah. Oleh karena itu sawi caisim dan sawi pakcoy dicuci dengan aquadest secara berulang-ulang kemudian ditiriskan. Aquadest yang digunakan adalah aquadest yang dialirkan atau dituang. ii. Persiapan uji penangkapan radikal DPPH
25
Sebanyak masing-masing 50 g sawi caisim dan sawi pakcoy
dihancurkan dengan juice extractor. Sari yang didapat kemudian
disaring menggunakan penyaring vakum dengan dilapisi kain tetron. Dilakukan pengenceran sari dengan mengambil sebanyak 0,5 ml sari dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml kemudian ditambahkan metanol hingga tanda. Dilakukan replikasi sebanyak 5x untuk masing-masing sampel yang dimulai dari tahap penimbangan.
2. Pembuatan sari uji sawi caisim dan sawi pakcoy
Sari yang telah diencerkan digojog selama 30 detik dan didiamkan 15 menit hingga terbentuk endapan dengan sempurna. Dipipet cairan metanolik (bagian atas) sebanyak 100 µL, 300 µL, 500 µL, 700 µL, dan 900 µL dan ditambahkan lagi dengan metanol hingga volume akhir 1,0 ml.
3. Pembuatan Larutan DPPH
Larutan DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) ditimbang
sebanyak 5,600 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol di dalam labu ukur sampai 250,0 ml. Didapat larutan DPPH dengan konsentrasi 56,70 µM.
3. Pengujian dengan Metode DPPH
Dipipet sebanyak 0,95 ml larutan DPPH dan ditambah metanol hingga volume akhir 4,0 ml. Larutan dikocok selama 30 detik dan
dibiarkan selama 30 menit di tempat gelap (Soebagio, Rusdiana, dan
Risnawati, 2007) . Serapan kemudian diukur dengan spektrofotometer UV - Vis pada panjang gelombang 515 nm selama 60 menit. Dilakukan juga
penentuan operating time sampel caisim dan sampel pakcoy dengan
memipet sebanyak 0,95 ml larutan DPPH dan 900 µL sari uji caisim dan pakcoy lalu ditambah metanol hingga volume akhir 4,0 ml.
ii) Penentuan panjang gelombang maksimum
Dipipet sebanyak 0,95 ; 1,9 ; dan 3,8 ml larutan DPPH dan ditambah metanol hingga volume akhir 4,0 ml. Larutan dikocok selama 30 detik kemudian dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap. Serapan larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400 - 600 nm.
iv) Pembuatan larutan kontrol
Dipipet sebanyak 0,2 ml metanol dan dimasukan ke dalam vial. Ditambahkan 3,8 ml larutan DPPH 57,62 µM dan dikocok selama 30 detik. Setelah itu larutan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap, serapan diukur dengan spektrofotometer UV - Vis pada panjang gelombang 515 nm.
27
Masing-masing seri konsentrasi sari uji sawi diambil sebanyak 0,2 ml dan ditambah dengan 3,8 ml larutan DPPH 57,62 µM. Campuran dikocok selama 30 detik dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap, serapan diukur dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 515 nm.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh adalah absorbansi senyawa larutan DPPH yang berwarna ungu dalam pelarut metanol. Besarnya aktivitas antioksidan dihitung dengan menggunakan rumus :
Data absorbansi senyawa uji dan senyawa kontrol digunakan untuk
menghitung IC50, yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk
menghambat 50 % radikal bebas DPPH dengan menggunakan persamaan garis regresi linier antara masing-masing konsentrasi sari sawi caisim atau sari sawi pakcoy
(sumbu x) dengan % inhibisi (sumbu y).
Selanjutnya dilakukan uji statistika menggunakan uji T tidak berpasangan untuk
menentukan signifikansi perbedaan nilai IC50 sawi caisim dan sawi pakcoy yang
28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Bahan
Sawi caisim dan sawi pakcoy yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di perkebunan Tani Organik Merapi (TOM), Kaliurang, Yogyakarta. Sawi dipilih yang masih segar dan diambil pada sore hari karena diperkirakan fotosintesis sudah berlangsung sempurna. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Albert (2007) apabila fotosintesis sudah berlangsung sempurna maka diharapkan tersedia energi yang optimal untuk menghasilkan metabolit, baik yang berguna untuk tumbuhan sendiri ataupun dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain.
Menurut Yamaguchi dan Rubatzky (2007) dan Syarifuddin (2008), faktor lingkungan termasuk di dalamnya kondisi tanah, iklim, dan umur dapat mempengaruhi kandungan zat pada tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut maka variabel pengacau tersebut harus dikendalikan untuk meminimalkan kesalahan dalam analisis. Selain diperoleh di tempat penanaman yang sama, sawi caisim dan sawi pakcoy yang diteliti juga memiliki umur dan cara penanaman yang sama. Pada saat pengambilan sampel, umur sawi caisim dan sawi pakcoy adalah 25 hari. Cara penanaman yang digunakan di tempat pengambilan sawi adalah secara organik dengan kondisi tanah yang berpasir.
Identitas tanaman yang diteliti harus jelas untuk menghindari kesalahan dalam analisis. Pada penelitian ini dapat dipastikan bahwa sampel yang digunakan adalah benar sari caisim dan sawi pakcoy, mengingat terdapat banyaknya
”varietas” sawi. Kebenaran identitas tanaman yaitu sawi caisim dan sawi pakcoy diketahui dari ciri fisik, keterangan dari petani, dan kemasan bibit yang digunakan (Lampiran 1).