• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

5.2.3. Variabel Pengetahuan

Analisis statistik regresi linier berganda menunjukkan bahwa karakteristik pengetahuan tidak memiliki pengaruh (B= 0,025) terhadap partisipasi pemilik anjing

Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.

dalam program pencegahan penyakit rabies, dengan taraf signifikan p= 0,590 > 0,05.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Efelina (2007) dan Yusra (2007) yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak menjadi dasar dalam pencegahan penyakit rabies.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2003), bahwa tindakan seseorang terhadap masalah kesehatan, yang dalam hal ini partisipasi pemilik anjing dalam program pencegahan penyakit rabies, pada dasarnya akan dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang masalah tersebut.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, yang dalam hal ini adalah partisipasi responden dalam program pencegahan penyakit rabies. Begitu juga dengan pendapat Andersen yang dikutip Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa pengetahuan sedikit banyaknya akan memengaruhi seseorang dalam akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang relatif baik namun ada baiknya penyuluhan pada masyarakat tetap dilakukan untuk terus mengingatkan responden akan bahaya penyakit rabies guna meningkatkan partisipasinya pencegahan penyakit rabies.

5.3. Partisipasi Pemilik Anjing Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies

Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki partisipasi dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Responden terbanyak berada pada kategori sedang yaitu

sebanyak 63 responden (71,6%), yang berpartisipasi tinggi sebanyak 8 responden (9,1%), berpartisipasi rendah sebanyak 17 responden (19,3%).

Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa 37 responden (42%) rutin menyuntik vaksin anti rabies pada anjing peliharaan mereka 1-2 tahun. Alasan yang diungkapkan responden sangat bervariasi. Beberapa orang mengaku terpaksa karena petugas dari Dinas Peternakan sudah datang ke rumah, kemudian ada juga yang mengatakan untuk melindungi anak-anaknya dari penyakit rabies karena anjing peliharaan sering bermain-main dengan anaknya, dan selebihnya mengatakan agar anjing peliharaannya sehat. Responden yang mengaku hanya kadang-kadang menyuntik anjing peliharaannya sebanyak 16 responden (18,2%). Alasan yang diberikan oleh responden adalah karena keterbatasan ekonomi. Hal ini disebabkan biaya vaksinasi yang dinilai mahal oleh responden yaitu Rp.15.000,- untuk 1 ekor anjing peliharaan. Responden yang tidak menyuntik anjing peliharaan sebanyak 35 responden (39,8%). Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah karena mereka khawatir anjing peliharaan akan sakit dan menjadi semakin ganas apabila disuntik vaksin anti rabies.

Mengenai pertanyaan tentang anjing peliharaan sehari-harinya diikat dengan rantai, alasan yang diungkapkan oleh responden sangat bervariasi, yaitu apabila anjing diikat maka anjing tidak bisa bergerak bebas, selain itu juga bisa menyebabkan anjing menjadi lebih ganas. Responden yang berpartisipasi dalam mengikat anjing peliharaannya sehari-hari dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter beralasan supaya anjing tidak mengganggu orang lain. Sedangkan responden yang

Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.

menjawab kadang-kadang, mengatakan pada saat hari raya atau pada saat kedatangan saudara jauh saja baru anjing peliharaan diikat.

Mengenai pertanyaan tentang anjing peliharaan harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak lebih dari 2 meter dan moncongnya diberangus saat dibawa ke luar rumah, alasan yang diungkapkan oleh responden adalah karena akan merepotkan saja dan menyita waktu.

Mengenai pertanyaan tentang membawa langsung anggota keluarga yang terkena gigitan anjing ke pelayanan kesehatan terdekat, seluruh responden berpartisipasi dengan baik. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah agar lukanya segera diobati dan tidak tertular penyakit rabies.

Hasil pengamatan dan wawancara di lapangan diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 71 responden memelihara hanya 1 ekor anjing saja, selebihnya 16 responden memelihara 2 ekor anjing dan 1 responden memelihara 3 ekor anjing. Rata-rata usia anjing peliharaan responden adalah 1-3 tahun.

Jumlah responden yang anjing peliharaannya pernah menggigit orang adalah 26 responden. Dari 26 responden, hanya 9 responden yang anjing peliharaannya disuntik vaksin anti rabies secara rutin, sedangkan sisanya 17 responden tidak menyuntik anjing peliharaannya dengan vaksin anti rabies.

Mengenai alasan responden dalam memelihara anjing, adapun jawaban yang diberikan responden adalah sebanyak 56 responden (63,6%) mengaku untuk menjaga rumah dan sisanya 32 responden (36,4%) mengaku karena menyukai hewan anjing.

Dari uraian mengenai partisipasi responden dalam program pencegahan penyakit rabies di atas, dapat disimpulkan bahwa partisipasi responden masih belum

baik, padahal program pencegahan penyakit rabies telah diketahui masyarakat Kelurahan Kwala Bekala. Hal ini diperkirakan karena penyuluhan kesehatan mengenai penyakit rabies yang dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan Kota Medan serta peranan Puskesmas Medan Johor tidak dilakukan secara berkesinambungan.

Berdasarkan hal di atas, dibutuhkan langkah-langkah yang efektif dari pihak terkait yaitu Dinas Peternakan Kota Medan, Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Puskesmas Medan Johor berupa penyuluhan kesehatan terkait pencegahan penyakit rabies yang lebih menekankan pada pentingnya partisipasi pemilik anjing dalam upaya menurunkan kasus gigitan hewan anjing mengingat bahaya yang ditimbulkan akibat gigitan hewan penular rabies, secara berkesinambungan kepada masyarakat di Kelurahan Kwala Bekala untuk meningkatkan sikap yang positif terkait dalam pencegahan penyakit rabies, dan juga Dinas Peternakan Kota Medan dapat membuat kebijakan-kebijakan yang dituang ke dalam Peraturan Daerah (Perda) mengenai persyaratan tentang kepemilikan anjing peliharaan.

Elfira Malahayati : Pengaruh Karakteristik Pemilik Anjing Terhadap Partisipasinya Dalam Program Pencegahan Penyakit Rabies Di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2009, 2010.

Dokumen terkait