• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variabel-variabel Sistem Waralaba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4. Variabel-variabel Sistem Waralaba

Menurut Tanan (2000), syarat pertama penciptaan usaha baru dengan cara duplikasi (embrio Franchise) adalah adanya merek produk/jasa yang unggul dan popular. Produk

a. Permintaan terhadapnya tinggi (over demand)

b. Harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan produk atau jasa yang sejenis.

c. Populer; terdapat kesetiaan konsumen yang tinggi dan rekomendasi dari mulut ke mulut, merek berada dalam top of mind konsumen.

Dalam Franchise Opportunity Guide edisi Fall Winter (2001:45), merek dagang (trademark issues) termaksud salah satu hal penting (key legal questions) yang harus ditanyakan oleh calon terwaralaba kepada pewaralaba.

Mengenai variabel merek dagang, Undang-Undang RI No.15 Tahun 2001 Tentang Merek menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa ( Bab I, Pasal 1, Ayat 1). Sedangkan Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya (Bab I, Pasal 1, Ayat 2).

Menurut Queen (1993), suatu merek dagang yang dikenal baik dan penerimaan pasar yang positif menghasilkan penjualan lebih tinggi daripada yang dapat diwujudkan oleh suatu organisasi yang tidak terkenal. Kesadaran pasar dan penerimaan tanda dagang (tulisan atau logo yang dapat diindentifikasikan)oleh masyarakat atau nama barang (nama sebenarnya dengan mana organisasi itu dikenal) adalah komoditas yang bernilai. Hal ini akan segera menghasilkan volume perdagangan dalam jumlah yang cukup besar. Dukungan pelanggan barangkali merupakan aset yang paling bernilai yang dijual oleh

pewaralaba dan nilai ini harus dilindungi dengan cara pendaftaran merek dagang dan hak paten.

2. Variabel Keuangan

Variabel keuangan dapat ditinjau dari sudut pandang pewaralaba maupun terwaralaba, karena keduanya membutuhkan aspek keuangan dalam menjual/ membeli sistem waralaba. Mendelsohn (2000) mengemukakan pertimbangan-pertimbangan keuangan yang harus dilakukan oleh pewaralaba, yaitu:

a. Menentukan biaya-biaya, yang terdiri dari:

i. Biaya awal untuk membuat dan menjalankan operasi percobaan.

ii. Biaya pembentukan struktur organisasi untuk memberikan beragam pelayanan seperti perekrutan, pelatihan dan jasa-jasa lain bagi terwaralaba.

iii. Biaya pembuatan logo perusahaan, desain toko-toko, tata ruang, dan sebagainya. iv. Biaya penyiapan petunjuk operasional dan percetakannya.

v. Biaya membuat fasilitas pelatihan. vi. Biaya mempekerjakan staf-staf.

vii. Professional fee termasuk jasa akutansi, jasa hukum, dan pendaftaran hak milik intelektual dan industry serta penyiapan dokumen-dokumen hukum.

viii. Ongkos konsultasi (bila ada)

ix. Biaya perekrutan dan seleksi terwaralaba.

b. Biaya/Harga Waralaba (Franchise Fee)

Penting bagi pewaralaba untuk mendapatkan sejumlah haknya dan mementukan biaya-biaya pada suatu tingkat yang akan memberikan kepadanya untuk jangka waktu menengah dan lama, penghasilan yang diharapkan dari bisnisnya. Untuk jangka pendek, biaya/harga waralaba tidak bisa diharapkan untuk menutupi biaya tambahan pewaralaba, dan hal itu akan tetap demikian sampai terdapat sejumlah terwaralaba.

i. Biaya Waralaba Awal

Biaya ini dibebankan kepada pewaralaba untuk semua jasa awal yang disediakan pewaralaba. Biasanya pewaralaba tidak akan mengambil keuntungan dari uang ini, meskipun tidak ada salahnya kalau dilakukan. Ada yang memisahkan antara biaya untuk bergabung dengan sistem dengan uang franchise awal, tetapi ada juga yang menggabungkannya. Beberapa pewaralaba pada tahap awal memberikan paket jasa, barang-barang dan peralatan yang lainnya memberikan turn key operation (yaitu mereka yang melengkapi toko-toko dengan perabotannya serta suku cadang dan siap untuk membuka bisnisnya). Meskipun tidak mungkin untuk menentukan jumlah yang pasti, namun dari kajian terhadap tingkat uang waralaba awal yang dilakukan oleh pewaralaba menunjukkan elemen uang waralaba rata-rata antara 5 hingga 10 % dari total biaya pendirian sistem waralaba. Biaya ini merupakan pengeluaran modal dilihat dari sisi terwaralaba. Biaya ini merupakan pengeluaran modal dilihat dari sisi terwaralaba.

ii. Biaya Waralaba Terus Menerus (Continuing Franchise Fee)

Biaya sering disebut dengan istilah royalti, meskipun kurang tepat karena karakternya berbeda dengan pembayaran royalti. Uang franchise ini merupakan pembayaran atas jasa terus menerus yang diberikan oleh pewaralaba. Biasanya dihitung dalam bentuk persentase dari pendapatan kotor terwaralaba. Dalam perhitungannya, harus diperhatikan proyeksi biaya yang akan dikeluarkan pewaralaba untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya dan harus realistis dalam menentukannya, khususnya pada bulan-bulan dan tahun-tahun pertama. Permulaan yang lambat dan sabar merupakan cara terbaik bagi kesehatan jaringan usaha di masa depan. Tingkat uang waralaba mencerminkan sejumlah faktor, yaitu; kebutuhan pewaralaba untuk menerima imbalan yang layak atas jasa yang diberikannya, kebutuhan terwaralaba untuk mendapatkan jasa dari uang yang dibayarkan kepada pewaralaba, dan kemampuan bisnis terwaralaba untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang cukup sehingga bisa mendapatkan penghasilan yang memadai, dapat membayar upah karyawannya dan membayar uang waralaba. Periode pembayaran yang terbaik adalah setiap minggu, kecuali jika sifat bisnis yang dijalankannya tidak memungkinkan. Alasannya, arus kas lebih baik bagi pewaralaba dan lebih mudah diatur oleh terwaralaba, terwaralaba menjadi disiplin dalam menyiapkan laporannya, dan terwaralaba akan mendapat peringatan lebih awal mengenai arus kas terwaralaba jika pembayaran tidak dilakukakan. Biaya ini dipengaruhi oleh penjualan atau penawaran produk dan jasa yang diwaralabakan kepada konsumen bila ditinjau dari sisi

iii. Kenaikan Harga Produk

Apabila pewaralaba juga merupakan pemasok bagi terwaralaba, dia akan berharap untuk menaikkan harga produk yang mungkin digabungkan atau dipisahkan dengan uang waralaba. Ada dua faktor yang penting yang harus dipertimbangkan. Pertama, terwaralaba mengharapkan untuk mendapatkan keuntungan dari daya beli yang besar dari jejaring (network). Bila pewaralaba mencari pendapatan dari sumber itu, maka ia harus mengkompensasikan dengan memberikan uang waralaba yang lebih rendah. Kedua, jangan pernah menyembunyikan sumber-sumber pendapatan dari pewaralaba, karena dapat menghilangkan kepercayaan terwaralaba kepada pewaralaba.

c. Sumber-sumber Finansial

Ada masa saat pemilik waralaba akan kesulitan mencari sumber uang. Namun pendanaan/pinjaman dari bank bisa menjadi alternatif yang baik. Alasan mengapa bank-bank tertarik untuk membiayai usaha waralaba adalah karena sistem waralaba merupakan cara yang lebih aman untuk mendirikan suatu bisnis baru. Lagi pula, dengan adanya konsep yang terjamin dan “paying” dari organisasi pewaralaba, kemampuan bisnis untuk menghasilkan keuntungan yang cukup untuk memungkinkan terwaralaba membayar kembali obligasinya adalah lebih mudah terlihat.

d. Akunting

Pewaralaba harus dapat merancang dan mengembangkan sistem akunting yang sederhana bagi terwaralaba dan mampu memberikan nasihat finasial pada terwaralaba yang berkaitan dengan operasi sistem akunting. Sejak awal, melalui pelatihan, terwaralaba perlu memahami apa yang diperlukan yang berkaitan dengan bidang finansial ini. Informasi yang diberikan mempunyai dua tujuan:

i. Memungkinkan pemilik waralaba untuk memonitor kinerja pembeli waralaba dan memberikan dasar pengkalkulasian uang waralaba yang harus dibayarkan.

ii. Memungkinkan pembeli waralaba untuk membandingkan kinerjanya sendiri dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Ada tiga kategori yang diperlukan:

i. Pendapatan kotor ii. Laporan laba rugi iii. Pengeluaran modal

3. Variabel Standar

Menurut Keup (2000), sebuah sistem waralaba yang dikembangkan dengan baik membutuhkan suatu manual/ pedoman operasional yang efektif, dimana didalamnya terkandung fungsi-fungsi bisnis waralaba secara tertulis, kronologis, bertahap, langkah demi langkah sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh terwaralaba setelah mereka

mengikuti program pelatihan. Lebih lanjut dikatakan dalam “Franchise Bible”, setiap manual/ pedoman operasional bersifat unik, karena setiap pewaralaba memiliki ciri khusus yang membedakannya dari pada kompetitornya. Pada umumnya pewaralaba mempunyai 2 manual. Yang pertama mengatur tentang pemilihan lokasi, pembukaan awal, pembukuan, akutansi, periklanan dan prosedur grand opening. Manual yang kedua memuat tentang uraian tugas setiap pegawai, dan tugas-tugas harian seperti prosedur membuka dan menutup gerai, penerimaan pembayaran, pembuatan laporan harian, penerimaan pegawai baru, penyusunan jadwal kerja, penerimaan dan pengiriman barang, penyusunan daftar kebutuhan, prosedur inventori, pemantauan keamanan dan prosedur perbankan. Menurut Mendelsohn (1997), Variabel standar meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Standar lokasi

Pewaralaba harus menetapkan dimana suatu gerai dapat didirikan dan apa saja kriterianya. Pertimbangan yaitu; tipe jalan, lingkungan, volume lalu lintas pejalan kaki dan kendaraan, tingkat indentifikasi untuk membuka tempat, serta landmark dan bisnis yang bisa dihasilkan.

b. Standar fasilitas fisik

Meliputi desain eksterior/interior, perijinan, biaya sewa (bila ada). Yang dipertimbangkan adalah ukuran tempat usaha, persyaratan kesehatan dan keselamatan

kerja, ketersedian pelayanan kebutuhan masyarakat, biaya premi dan sewa, persyaratan ijin sewa, dan biaya berbagai perijinan.

c. Standar perlengkapan, perabotan dan peralatan

Standar ini dapat dibuat bervariasi dan diubah sesuai dengan kemampuan tempat tertentu.

d. Standar Petunjuk Operasional (Standard Operating Procedure)

Standar ini bermanfaat untuk digunakan dalam pelatihan dan ketika terwaralaba sedang menjalankan bisnis. Pada umumnya berisi panduan rinci mengenai tugas-tugas yang harus dijalankan staf anggota atau terwaralaba. Pedoman ini merupakan bagian mutlak dari proses alih pengetahuan teknis dari pewaralaba ke terwaralaba.

e. Standar Pengaturan Pemasok

Pewaralaba harus menyusun pengaturan bersama dengan pemasok bahan-bahan dasar atau barang-barang yang dibutuhkan oleh bisnis yang diwaralabakan agar terwaralaba mampu menjual dengan harga yang kompetitif, dengan pemasok tas, kotak, atau bahan-bahan lain yang digunakan pada tahap penjualan juga dengan pemasok peralatan agar bisa memenuhi perlengkapan dan suku cadang terwaralaba untuk perbaikan serta pelayanan selanjutnya.

f. Standar Sistem Administrasi.

Uraian kerja harus dipersiapkan dengan menjelaskan ruang lingkup dan semua segi aktivitas karyawan agar sesuai dengan keseluruhan skema.

g. Standar Pelatihan

Pewaralaba harus menyusun jadwal pelatihan dan mempersiapkan fasilitas pelatihan untuk para terwaralaba dan staf mereka.

h. Standar Keuangan dan Akunting

Pewaralaba perlu mempersiapkan dan member pelatihan tentang prosedur akunting dan sistem bisnis yang sederhana yang harus dioperasikan oleh terwaralaba. Tujuannya pertama untuk menjamin bahwa terwaralaba mendapatkan informasi yang memungkinkannya mengetahui masalah yang timbul pada operasinya, dan kedua untuk memberikan informasi kepada pewaralaba agar mampu mengontrol bisnis tersebut sehingga dapat memberikan nasihat bila diperlukan.

4. Variabel Pemasaran

Variabel ini meliputi beberapa aspek, yaitu:

a. Keberadaan dan penerimaan produk / jasa oleh konsumen dalam pasar. b. Kompetitor dan tingkat kompetisi.

c. Wilayah territorial pemasaran bagi setiap franchisee. d. Riset pasar.

e. Strategi dan taktik marketing, promosi dan periklanan baik di tingkat regional maupun nasional.

(Keup, 2000 ; Mendelshon, 1997) Seperti yang juga telah disinggung dalam variabel merek dagang, penerimaan pasar menentukan hidup matinya suatu usaha. Oleh karena itu, sebelum membuka suatu gerai waralaba di suatu lokasi, pewaralaba sebaiknya melakukan studi kelayakan pasar (market feasibility study). Di area dimana lokasi gerai tersebut akan berada juga perlu dilakukan pemeriksaan terhadap adanya kompetitor yang ada, baik yang dianggap potensial sebagai ancaman ataupun tidak. Selain itu, terwaralaba harus memastikan bahwa pewaralaba tidak akan memberi hak waralaba yang lain untuk membuka gerai waralaba di area/ wilayah yang sama. Sebelum menjual bisnis sistem waralaba, pewaralaba harus menanyakan kepada dirinya sendiri apakah produk atau jasa yang akan dijualnya sudah mempunyai pasar? Apakah produk atau jasa tersebut bersifat unik? Karena suatu produk atau jasa dapat dijual bila ada kebutuhan (need), dan kebutuhan ditentukan oleh kompetisi. Yang tidak kalah penting dengan faktor keunikan adalah adanya permintaan dari pasar (demand). Produk atau jasa yang unik jangan hanya diinginkan oleh mereka yang berminat menjadi terwaralaba, tetapi oleh seluruh konsumen yang akan membeli dari terwalaba (Keup,2000).

Mengenai riset pasar yang harus dilakukan oleh pewaralaba, jika produk atau jasa yang akan diwaralabakan masih relatif baru, maka dia harus menentukan dimana produk atau jasa tersebut akan laku terjual, berdasarkan kebutuhan yang sama dengan pelanggan yang sudah ada. Misalnya, pakaian penghangat tentu tidak akan laku dijual di

mana saja. Sedangkan bila produk atau jasa tersebut sudah cukup lama ada dipasaran, riset pasar yang dilakukan bertujuan untuk menganalisa tipe-tipe konsumen di berbagai wilayah /area yang berbeda, kebutuhan dan daya beli mereka. Dapat juga dilakukan wawancara terhadap pewaralaba yang sudah eksis (existing franchisor) dan terwalaba yang sudah eksis (existing franchisee) untuk mendapatkan opini mereka tentang sistem waralaba. Informasi tentang demografi dan data-data riset pasar secara umum biasanya tersedia juga di badan pemerintahan yang berkaitan dengan hal itu. (Keup,2000).

5. Variabel Pelatihan, Bantuan & Bimbingan

Variabel ini mencakup pelatihan awal dan proses pemberian bantuan dan bimbingan yang terus menerus. Pada pelatihan awal, terwaralaba harus dilatih mengenai metode bisnis yang diperlukan untuk mengelola bisnis, sesuai dengan blue print yang ditetapkan oleh pewaralaba. Ini bisa menyangkut pelatihan menggunakan peralatan khusus, metode pemasaran, penyiapan produk, dan penerapan proses.

Terwaralaba hendaknya dilatih sehingga ia relatif ahli pada seluruh bidang yang diperlukan untuk menjalankan bisnis yang khusus tersebut. (Mendelsohn, 1997).

Pada proses pemberian bantuan dan bimbingan yang terus menerus, pewaralaba akan terus menerus memberikan berbagai jenis layanan berikut ini, yang tentunya tergantung pada tipe bisnisnya:

a. Kunjungan berkala dari, dan akses ke, staf pendukung lapangan untuk membantu memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan dari blue print yang bisa menyebabkan kesulitan dagang bagi terwaralaba.

b. Menghubungkan antara pewaralaba, terwaralaba dan seluruh terwaralaba yang lain untuk bertukar pikiran dan pengalaman.

c. Inovasi produk atau konsep, termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuainnya dengan bisnis.

d. Pelatihan dan fasilitas-fasilitas pelatihan kembali untuk terwalaba dan stafnya. e. Riset pasar

f. Iklan dan promosi pada tingkat lokal dan nasional g. Peluang-peluang pembelian secara besar-besaran h. Nasihat dan jasa manajemen dan akunting i. Penerbitan News Letter

j. Riset mengenai material, proses dan metode bisnis.

(Mendelsohn, 1997)

Dokumen terkait