• Tidak ada hasil yang ditemukan

VEGETARIAN 1 Pengertian Vegetarian

Dalam dokumen Konsep diri remaja vegetarian. (Halaman 40-51)

BAB II DASAR TEOR

C. VEGETARIAN 1 Pengertian Vegetarian

Geoffrey L. Rudd, mantan sekretaris the British Vegetarian Society pada tahun 1842 menyatakan bahwa vegetarian bukanlah berasal dari kata vegetables (sayuran), melainkan berasal dari bahasa latin yakni vegetus yang berarti aktif, yang hidup, teguh, bergairah dan kuat. Pada tahun 1840 kata

veget dipakai di Inggris untuk mengatakan seseorang yang kuat dan sehat. Menu makanan yang veget adalah makanan yang berguna bagi kesehatan dan stamina tubuh (Wang Che Kuang, 2001:3).

Vegetarian dapat diartikan sebagai seseorang yang sama sekali tidak memakan makhluk berjiwa. Baik makhluk berjiwa yang hidup di darat seperti: ayam, bebek, babi, sapi, kambing ataupun makhluk yang hidup di udara seperti: semua jenis burung atau unggas amapun juga dilaut seperti: ikan, udang, kepiting, kerang, tripang, lobster (Sumantri, 2005:1).

Hidup vegetarian merupakan hidup yang tidak mengakibatkan kematian bagi makhluk lain. Seorang yang telah lama bervegetarian akan merasakan sekali pancaran kedamaian dari jiwanya dengan kandungan nilai- nilai spiritual yang kental. Sang Buddha bersabda “Ada persamaan antara manusia dengan hewan”. Artinya manusia ada kewajiban memelihara hewan, namun tidak berhak untuk membunuhnya, untuk itulah vegetarian menjadi penting dalam kehidupan seseorang (Bodhi, 2002:53).

2 . Aspek-aspek Vegetarian

a. Aspek tidak membuat penderitaan bagi makhluk lain

Setiap manusia tidak ingin dilukai, disakiti, bahkan tidak segan menangis untuk memohon kepada orang lain agar tidak disakiti, demikian juga sama halnya dengan makhluk-makhluk lain seperti hewan. Mereka pada dasarnya memiliki perasaan yang begitu halus terhadap lingkungannya. Mereka akan menjaga lingkungannya selayak mereka menjaga dirinya sendiri. Ketika melihat seekor sapi dibawa ke penjagal dan akan dipotong

terkadang terlihat sapi tersebut meneteskan air mata, sapi tersebut hanya pasrah menghadapi nasibnya. Tidak jauh berbeda dengan seorang penjahat saat divonis, ia akan menangis serta memohon ampunan. Dalam keadaan seperti itu tidak ada kebahagiaan dan tawa ria.

Dalam sebuah cerita ketika Sang Buddha menerima semangkok susu sapi, Sang Buddha merasakan getaran kesedihan, kedukaan, dan kepiluan sehingga bertanya kepada muridnya, “darimana susu ini diperoleh?” dari induk sapi yang baru tujuh hari melahirkan anaknya”, jawab sang murid. “kembalikan kepada induk sapi, berikanlah pada anaknya yang membutuhkan”. Inilah cinta kasih Sang Buddha yang tidak ingin mendatangkan penderitaan bagi makhluk lain. Bagaimanapun hewan mempunyai perasaan yang sama dengan manusia (Bodhi, 2002:54).

Praktek vegetarian ini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan Buddhisme Maitreya yang dianggap ganjil di mata pemeluk agama lainnya. Buddhisme Maitreya pada umumnya percaya bahwa praktek makan daging adalah sama dengan membunuh, dan praktek itu mengakibatkan penderitaan yang tiada henti karena akan selalu ada balas membalas antara yang memakan daging dan yang dimakan dagingnya.

Perang atau pembunuhan manusia atas manusia lainnya berawal dari meja makan. Jeritan kesakitan dan tangisan pilu hewan yang dibunuh untuk dimakan dagingnya adalah salah satu suara penderitaan yang didengar oleh Bodhisatva Avalokitesvara. Itulah sebabnya Sang Buddha vegan sejak dalam

kandungan, demi tidak mendatangkan penderitaan bagi makhluk yang bernyawa (http://www.ivs-online.com).

Umat manusia mempunyai tingkat pendidikan berbeda, pemahaman berbeda, penafsiran berbeda, kesadaran dan pengendalian diri yang berbeda pula. Kadang kala walaupun tahu, tetapi tidak dilaksanakan dalam artian semakin tinggi tingkat pengetahuan manusia harus diimbangi dengan pengendalian diri. Oleh karena kekacauan di dunia ini lebih banyak diperparah oleh yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak diimbangi dengan pengendalian diri yang berasal dari hati nurani.

Semakin meningkatnya kesadaran umat beragama dan semakin banyak peminat kehidupan spiritual yang lebih menekankan pada pencarian ketenangan batin dan kebahagiaan, dimana kearifan pada masa lampau yang pernah dipraktekkan oleh leluhur manusia kembali dibangkitkan oleh kelompok Vegetarian meskipun di kalangan umat Buddha dan pelaku vegetarian sendiri dewasa ini masih kurang informasi dan pemahaman tentang vegetarian tersebut. Informasi tentang kelompok vegetarian khususnya pemahaman mereka terhadap konsep vegetarian, sejarah vegetarian, motivasi dan manfaatnya (http://www.vegetariantimes.com). b. Aspek cinta kasih terhadap semua makhluk

Manusia menjadi kejam dan membunuh sesamanya karena tidak adanya rasa cinta kasih di dalam dirinya yang mengakibatkan antar manusia saling menyiksa. Hal ini merupakan akibat dari siksaan manusia yang

dilakukan terhadap hewan. Jika manusia telah meyakini akan makna cinta kasih sesama makhluk maka tidak akan terjadi pembunuhan dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan vitamin di dalam tubuh manusia. Dengan bervegetarian maka sesungguhnya manusia telah mengurangi karma buruk, segala kenikmatan dan cita mulut dapat dikorbankan.

“Manusia dengan segala kelengkapan fasilitas, ternyata tidak merasakan adanya berkah di dalam hidupnya, ini merupakan sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa cukup terhadap sesuatu yang telah diperolehnya. Padahal dengan bervegetarian cenderung lebih menguasai emosi, lebih patuh karena tidak lagi menuruti hawa nafsu. Dengan bervegetarian akan membuat jiwa ataupun rohani lebih kuat” (Bodhi, 2002:54-55).

Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa makan makanan dengan wajar akan mendatangkan kedamaian bagi jiwa manusia. Makan bukanlah sekedar meletakkan makanan diatas lidah. Kegiatan makan hanya bermanfaat bila makanan itu dikunyah, ditelan, dicernakan, diserap kedalam darah, kemudian diubah menjadi otot dan tulang, tenaga serta kekuatan, agar mesin badan ini dapat bekerja, diperlukan bahan bakar yaitu berupa makanan. Makanan itu sendiri bukanlah pengurbanan, tetapi makanan memungkinkan manusia melakukan pengurbanan. Karena itu, kegiatan makan tidak boleh dipandang rendah seolah-olah hanya memenuhi selera rakus. Kegiatan makan merupakan suatu bagian dari pemujaan manusia kepada Tuhan. Pustaka

Sarasamuccaya menjelaskan ajaran Ahimsa dengan lengkap dan mendalam serta terkait dengan belas kasihan kepada setiap makhluk.

Di dalam kitab Surangama Sutra dikatakan:

“Ananda, aku mengijinkan para Bhikshu untuk memakan lima jenis daging yang murni. Daging ini sebenarnya diwujudkan oleh kekuatan spiritualKu. Sebenarnya tiada kehidupan di dalamnya. Kalian para Brahmana hidup ditengah-tengah suatu iklim yang panas dan lembab, dan di tanah yang berbatu-batu dan berpasir tersebut, sayuran tidak akan tumbuh, karenanya aku harus menolong kalian dengan kekuatan spiritual dan belas kasihKu. Oleh karena kebaikan dan belas kasih luar biasa ini, (kuciptakan) daging yang sesuai dengan selera kalian. Setelah ParnirvanaKu, bagaimana bisa mereka yang makan daging bisa disebut murid-murid Shakya? Engkau mengetahui bahwa orang yang makan daging ini dapat memperoleh kesadaran dan mungkin nampak berada dalam samdhi, namun mereka semua adalah para raksasa. Ketika buah karma dari mereka matang, mereka akan tenggelam kelautan pahit kelahiran dan kematian. Mereka bukanlah murid- murid Buddha. Orang semacam ini membunuh dan saling memakan satu sama lainnya di dalam lingkaran tanpa akhir.

Pengendalian diri dapat diperoleh atau dilatih dengan tidak makan daging sebagai alternatif. Oleh karena itu, sebagai manusia yang dikaruniai akal dan pikiran, harus berpikir bijaksana dalam memilih makanan apa yang sepatutnya dimakan dengan mempertimbangkan keselamatan dan kelestarian

makhluk lain. Konsep ini dikenal dengan konsep Live and let live. Konsep Vegetarian juga merupakan salah satu bagian dari cinta kasih terhadap semua makhluk hidup. Untuk menerapkan konsep ini dalam kehidupan, manusia harus berperan menjaga keseimbangan ekosistem, salah satu caranya adalah dengan tidak membunuh binatang untuk dimakan atau menjadi vegetarian (Taniputera, 2003:163).

Manusia berlomba mencari pekerjaan, motif utamanya hanyalah sekedar untuk bisa makan tetapi setelah mendapatkan rejeki ternyata tidak tahu cara makan apa yang perlu atau boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Makan hendaknya bukan untuk kenikmatan lidah, tetapi mestilah dengan kesadaran untuk memelihara tubuh agar bisa dipakai untuk melakukan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara. Makanan ini harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan tubuh.

Unsur-unsur yang diperlukan tubuh adalah protein, karbohidrat, lemak dan garam. Makanan tidak hanya diperlukan untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi juga merupakan sumber nutrisi untuk pikiran. Oleh karena itu ada istilah yang mengatakan bahwa manusia adalah apa yang dimakan, dengan kata lain makanan sangat berpengaruh pada perkembangan pikiran. Kemajuan zaman, pengaruh budaya luar, dan aktifitas manusia yang semakin padat menjadi alasan semakin diminatinya makanan cepat saji atau lebih dikenal dengan fast food. Hal tersebutlah yang mendorong menjamurnya restoran cepat saji, sedangkan tidak semua jenis makanan yang

ditawarkan sesuai dengan nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia (http://www.vegetarian-nutrition.info). Makan bukan hanya agar perut kenyang akan tetapi jauh lebih penting untuk memenuhi gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

Dewasa ini tidak banyak yang memperhatikan makanan yang di konsumsi, terlihat kecendrungan mengutamakan rasa daripada manfaat dalam memilih makanan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh adalah dengan mengkonsumsi makanan vegetarian. Sunanda Ranade, seorang dokter Ayurveda dari India, menyebutkan bahwa walaupun dalam Ayurveda tidak dilarang makan daging, tetapi jauh lebih baik mengkonsumsi makanan vegetarian. Pada dasarnya semua manusia adalah pemakan sayuran dan buah-buahan. Di samping itu makanan vegetarian juga kaya serat, mudah diperoleh dan murah, serta dapat meningkatkan ketahanan tubuh (Angel Hicks, 2001:30).

Dikaji dari sudut pandang ilmiah ada beberapa alasan mengapa makanan vegetarian sangat baik untuk kesehatan, yaitu : makanan vegetarian mengandung serat alami, makanan sekaligus obat, manusia termasuk golongan herbivora, menjaga keseimbangan ekologi, kaya protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, makanan vegetarian tergolong makanan Satvika dan mendukung konsep non-violence, yaitu tidak menyakiti, melukai ataupun membunuh makhluk hidup. Binatang, burung, serangga, maupun makhluk

hidup yang lain memiliki hak yang sama untuk hidup di dunia ini (Angel Hicks, 2001:32-33).

Seseorang melakukan suatu karma dalam kehidupannya maka ia akan mendapatkan pahalanya, berarti seseorang yang tidak mampu mendapatkan moksa akan kembali lahir di dunia ini dalam bentuk manusia, binatang, burung, atau makhluk hidup yang lain. Dengan demikian, binatang atau burung yang dipelihara untuk dimakan bisa saja mereka adalah nenek moyang manusia atau sahabat akrab manusia yang kebetulan dilahirkan kembali menjadi binatang ke dunia ini. Dengan demikian menyadarkan manusia agar menjauhkan diri dari makan daging yang merupakan himsa. Makanan yang dimakan yang penuh dengan himsa menyebabkan pikiran seseorang ditutupi oleh pengaruh-pengaruh himsa sehingga manusia tidak mendapatkan pikiran yang tenang dan kedamaian dalam diri.

Dalam kepercayaan Buddha dikatakan bahwa pohon atau tumbuhan juga memiliki jiwa, sehingga mungkin timbul pertanyaan mengapa memotong tumbuh-tumbuhan tidak tergolong himsa, jawabannya adalah, karena kalau memetik buah, bunga, ataupun daun dari pohonnya, pohon tersebut tidak akan mati dan akan kembali menghasilkan buah-buahan ataupun sayur-sayuran setelah beberapa waktu. Dengan demikian, makanan yang dihasilkan dari pohon yaitu daun dan buah dibuat untuk manusia atau makhluk lain untuk dimakan, akan tetapi saat makan daging, manusia harus

membunuh dan binatang tersebut akan mati (http://www.vegetariantimes.com).

c. Aspek spiritual dan kedamaian jiwa

Pikiran adalah badan halus yang tidak nyata. Penyebab pikiran yang berfluktuasi tersebut adalah pengaruh lingkungan, karma masa lalu, dan yang terpenting adalah faktor makanan. Salah satu cara untuk memperoleh pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik, adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang baik. Begitu juga untuk memperoleh kebahagiaan, makanan yang baik mutlak diperlukan, serta pergaulan baik didapatkan dengan makanan baik, sila atau moral yang baik diperlukan makanan baik, untuk menjadi rohaniawan yang baik diperlukan makanan yang baik. Singkatnya semua kebajikan diperoleh dengan makanan yang baik, yakni makanan yang bebas dari unsur pembunuhan.

“Hewan adalah makhluk berintelegensia rendah, dengan bervegetarian berarti manusia tidak menyerap sifat rendah hewan. Lebih mengkhawatirkan lagi meskipun daging mengandung banyak protein tetapi daging juga menjadi pemicu atau penyebab berbagai penyakit seperti kanker, stroke dan koroner. Padahal protein tidak harus di dapat melalui daging tetapi dapat melalui sayur-sayuran seperti padi-padian, buah-buahan, dan kacang-kacangan” (Bodhi, 2002:55).

Salah satu konsep dan praktek Dharma adalah Panatipata Veramani (menahan diri membunuh makhluk-makhluk hidup) maksud dari pada

pelaksanaan sila ini adalah untuk mengembangkan sikap mulia dan cinta kasih, yang harus dikembangkan terhadap semua makhluk. Hal ini perlu dan penting mengingat yang menjadi objek pembunuhan adalah binatang dan manusia tanpa memandang usia, jenis kelamin, ukuran dan pembuahannya. Meskipun dalam tingkatan upacara atau seremonial masih dipergunakan binatang sebagai korban upacara atau untuk dimakan dagingnya (Bodhi, 2002:58).

Keterangan tersebut di atas tidak salah dan juga dibenarkan dalam hukum agama Buddha sepanjang hal tersebut dapat meningkatkan derajat kelahiran binatang tersebut pada kelahiran mendatang. kualifikasi kesucian seorang rohaniwan yang dapat meningkatkan roh binatang tersebut pada masa mendatang agar menjadi mahkluk yang lebih tinggi derajat kehidupannya tidak ada pada jaman ini. Jadi upacara yang terpenting yang dapat menyelamatkan umat manusia adalah jika setiap manusia mau mengorbankan dirinya dengan sila atau pengendalian diri.

3. Jenis Vegetarian

Dalam perkembangannya, kelompok vegetarian dapat dikategorikan kedalam beberapa kelompok:

Pure vegetarian (vegan), yaitu kelompok manusia yang tidak makan daging, susu, telur bahkan tidak lagi makan kulit hewan ataupun kerangka hewan.

a. Lacto vegetarian, yaitu kelompok manusia yang tidak makan daging tapi masih mengkonsumsi susu.

b. Lacto Ovo Vegetarian, yaitu kelompok manusia yang tidak makan daging namun mengkonsumsi susu dan telur sebagai makanan sehari-hari (Susianto, 2002:52).

Dalam dokumen Konsep diri remaja vegetarian. (Halaman 40-51)

Dokumen terkait