• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Metode Pengolahan Data

3.3.10 Velocity Analysis 1

Velocity analisis merupakan tahapan processing yang paling penting karena merupakan faktor yang paling menentukan dari hasil (penampang) yang akan dihasilkan (Rahadian, 2011). Velocity analisis merupakan tahapan

processing untuk mendapatkan penampang kecepatan bawah permukaan.

Kecepatan ini kemudian dapat dipakai untuk berbagai macam proses seperti true amplitude recovery, NMO correction, dan migrasi. Tahapan velocity ini dapat dilakukan berulang-ulang sehingga mendapatkan penampang kecepatan yang terbaik. Banyak metoda untuk melakukan velocity analisis diantaranya constan velocity analysis, coherency, dan semblance. Metoda yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah metoda semblance. Dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D ver. 5000.0.0.0 (Landmark Graphic Co.), berikut flow velocity analisis (Gambar 67).

Gambar 67. Flow Chart Velocity Analysis.

 Data

Data yang menjadi masukkan dalam process velocity analisis haruslah data hasil preprocessing terbaik sehingga tidak ada keambiguan saat menentukan nilai kecepatan. Data hasil preprocessing terbaik adalah data yang sudah dilakukan geometry, editing (muting, trace edit), true amplitude recovery, bandpass, dekonvolusi sehingga data akan bebas dari ambientnoise serta multiple jarak pendek.

Data (seg-y) Supergather Velocity

Analysis

Velocity Section

Supergather

Data hasil preprocessing terbaik tadi kemudian diubah dalam bentuk supergather untuk kemudian dipakai dalam perhitungan semblance yang menjadi dasar velocityanalysis (Gambar 68).

Gambar 68. Flow Velocity Analysis.

Perlu diperhatikan, nilai maximum fold harus disesuaikan pada data yang dapat dilihat pada database dan nilai minimum dan maksimum CDP disesuaikan dengan data.

Velocity analysis

Sebelum melakukan picking velocity, diperlukan perhitungan semblance terlebih dahulu yang parameternya disesuaikan dengan keadaan data. Perhitungan itu disebut precomputed. Sebelum precomputed data seismik di AGC untuk meratakan nilai semblance, sehingga mempermudah saat picking velocity.

Terdapat beberapa parameter yang perlu untuk disesuaikan antara lain (Gambar 69).

- Absolute offset of first bin center = near offset (m)

- Minimum semblance analysis value = di bawah kecepatan air laut (data laut), bawah kecepatan lapisan pertama (data darat) (m/s)

- Maximum semblance analysis value = di atas kecepatan tertinggi lapisan (data laut/darat) (m/s).

Gambar 69. Parameter Precomputed.

Analisa kecepatan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghasilkan tabel parameter kecepatan yang akan digunakan dalam proses pengolahan seismik yang lain. Dengan analisis ini, akan didapatkan informasi-informasi yang tepat mengenai kondisi perlapisan di bawah permukaan daerah survei. Dataset yang harus dipersiapkan dalam melakukan Analisa Kecepatan harus belum menerima koreksi NMO, diurutkan berdasarkan CDP, dan merupakan data prestack yang sebaiknya telah diaplikasikan filter standar, penguatan, maupun proses whitening. Sebelum dijalankan proses analisa kecepatan, dilakukan proses Supergather Formation* yang sangat membantu dalam menganalisa data dengan fold (kelipatan) rendah atau Signal to Noise Ratio yang rendah.

Analisa Kecepatan I dilakukan pada saat Preprocessing, dengan tujuan untuk menghasilkan tabel kecepatan yang digunakan dalam proses koreksi NMO (Gambar 70 dan 71).

1). Membuat flows sebagai berikut :

Gambar 70. Flow dalam Analisa Kecepatan I. 2). Membentuk formasi CDP Supergather

Formasi CDP Supergather digunakan sebagai input dalam analisa kecepatan dan kontrol kualitas. Proses ini menggunakan Supergather Formation. Proses ini akan mengumpulkan CDP-CDP dengan trace header sg_cdp.

Gambar 71. Supergather Formation.

Select dataset dipilih Deconvolution, yaitu data prestack hasil proses dekonvolusi.

Maximum CDP fold dipilih 30, menunjukkan fold CDP terbanyak.

Minimum center cdp number dipilih 200, yaitu nomor CDP minimum yang akan dianalisa.

Maximum center cdp number dipilih 4000, yaitu nomor CDP maksimum yang akan dianalisa.

Cdp increment dipilih 100, yaitu interval analisa kecepatan per CDP. Analisa kecepatan dilakukan tiap 100 CDP, atau 100 x 12.5 = 1250 meter, dimana interval CDP sebesar 12.5 m.

Cdps to combine dipilih 9, yaitu jumlah CDP yang dikombinasikan sebagai supergather CDP.

3). Melakukan standar filter dan penguatan dengan menggunakan proses Bandpass Filter dan Automatic Gain Control. Parameter yang digunakan bernilai default.

4). Menyiapkan data sebagai masukan dengan Velocity Analysis Precompute (Gambar 72).

Gambar 72. Velocity Analysis Precompute.

Number of CDPs to sum into gather dipilih 9, sesuai pendefinisian pada proses Supergather Formation.

Absolute offset of first bin center dipilih 200 sebagai offset absolut dari pusat offsetbin pertama.

Bin size for vertically summing offsets dipilih 12.5, sebagai ukuran bin untuk membentuk supergather, nilainya yaitu interval grup receiver.

Minimum semblance analysis value dipilih 1400, sebagai nilai nilai minimum dari kecepatan stack.

Maximum semblance analysis value dipilih 7500, sebagai nilai nilai maksimum dari kecepatan stack.

Number of semblance calculation dipilih 50, yaitu jumlah scan semblance yang dilakukan antara jangkauan kecepatan minimum dan maksimum.

Semblance sample rate dipilih 20, sebagai jeda antara pusat jendela analisis semblance.

Semblance calculation window dipilih 10, sebagai ukuran dari jendela perhitungan semblance.

Number of stack velocity function dipilih 17, sebagai jumlah fungsi kecepatan stack.

Number of CDPs per stack strip dipilih 9, yaitu jumlah CDP yang akan ditampilkan dalam panel stack.

Velocity guide function table name dipilih Initial velocity, yaitu tabel kecepatan yang diperoleh pada saat akuisisi data di lapangan.

5). Mengeluarkan dataset hasil Velocity Analysis Precompute dengan nama Velocity Precompute, menggunakan Disk Data Output. Kemudian proses ini di-execute.

6). Input data yang digunakan dalam analisa kecepatan adalah Velocity Precompute menggunakan Disk Data Input, dengan primary trace header entry

menggunakan sg_cdp yaitu trace header yang dibuat sendiri oleh user (Gambar 73).

Gambar 73. Pembuatan TraceHeader sg_cdp dalam Disk Data Input. 7). Digunakan proses Velocity Analysis untuk melakukan analisa kecepatan (Gambar 74).

Gambar 74. Velocity Analysis.

Table to store velocity picks dipilih Velan 1, untuk menyimpan tabel kecepatan yang baru.

Velocity guide function table name dipilih Tar 1, yaitu tabel kecepatan yang digunakan sebagai petunjuk dalam analisa kecepatan.

8). Flow dijalankan dengan menggunakan perintah Execute. 9). Dilakukan picking kecepatan seperti gambar 75.

Gambar 75. Picking Kecepatan dalam Analisa Kecepatan.

10). Setelah semua CDP dilakukan picking, simpan hasil picking tersebut. 11). Execute proses Volume Viewer/Editor* (Gambar 76).

Gambar 76. Volume Viewer/Editor.

Select input volume dipilih Velan 1

Select poststack data file dipilih Brute Stack, yaitu dataset yang digunakan sebagai petunjuk dalam koreksi hasil analisa kecepatan.

Gambar 77. Volume Viewer/Editor untuk Kontrol Kualitas Hasil Analisa Kecepatan.

Bagian terpenting dalam velocity analysis adalah picking velocity. Terdapat beberapa aturan mendasar untuk melakukan picking ini. Picking yang dilakukan adalah pemilihan nilai Vrms bukan Vint (Rahadian, 2011).

- Picking harus memiliki gradient yang negatif, yaitu velocity bertambah besar seiring bertambahnya waktu.

- Picking dilakukan pada reflektor bukan pada multiple (pada kasus data marine,

multiple akan memiliki kecepatan +/- 1500 m/s pada waktu 2x lipat waktu

seabed).

- Picking velocity tidak selalu berada di-semblance yang paling tinggi, yang terpenting adalah velocity yang di-picking dapat meluruskan reflektornya yang sudah di koreksi NMO.

- Usahakan nilai interval velocity naik berdasarkan kedalaman. Namun, dalam beberapa kasus lebih penting picking velocity yang dapat meluruskan reflektor daripada picking untuk mendapatkan velocity interval yang lebih tinggi dari lapisan di atasnya.

Dokumen terkait