• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.3 Metode Pengolahan Data

3.3.3 Geometry

Pada flow ini dilakukan pendefinisian geometri dari data yang telah di- loading, sesuai dengan geometri penembakan pada saat pengambilan data di lapangan (Jusri, 2004). Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang terekam, dan akan menjadi suatu atribut yang sangat vital dalam pengolahan data seismik tersebut selanjutnya. Geometry adalah proses penggabungan data parameter akuisisi dengan data seismik. Hal ini

dilakukan karena data seismik hasil rekaman di lapangan hanya akan mengandung data SOU_SLOC, FFID, dan channel. SOU_SLOC menunjukkan nilai station, FFID menunjukkan nomor tembakan, dan channel menunjukkan channel yang aktif dalam perekaman data seismik. Untuk mempermudah penyajian data dalam pengolahan data parameter akuisisi lain perlu di tambahkan dalam data seismik seperti koordinat shotpoint, koordinat receiver, koordinat CDP, penomoran CDP,

offset, dan lainnya. Langkah dalam proses geometry adalah sebagai berikut (Gambar 36).

Gambar 36. Flow Chart Geometry.

1. Memasukkan parameter akusisi

Parameter-parameter geometri didefinisikan ke dalam database. Dipilih proses

2D Marine Geometry Spreadsheet* . Kemudian diklik perintah Execute. Selanjutnya muncul jendela 2D Marine Geometry Assignment (Gambar 37).

Gambar 37. Geometri Data Seismik Laut 2D.

Parameter akuisisi dimasukkan untuk membangun skema geometry. Parameter yang dimasukkan antara lain source depth, stremer depth, azimuth/ship direction, receiver interval, shot interval, near channel, far channel, offset, first station, station increment, dan channel increment.

a) Selanjutnya dipilih perintah Setup dan pada jendela Geometry Setup yang keluar diisi dengan data akuisisi dari Observer Report. Informasi dalam dimasukkan ke dalam menu Setup ini akan digunakan dalam Quality Control (Gambar 38).

Gambar 38. Setup Parameter.

Assign Midpoint By

Pada parameter ini dipilih Matching pattern number in the SIN and PAT spreadsheets. Sebagai metode yang digunakan untuk mendefinisikan nomor pola dari nomor source index dengan pattern spreadsheets.

 Untuk nilai nominal pada Station Intervals diisi sesuai dengan laporan observer.

 Satuan yang digunakan dalam meter.

 Selanjutnya diklik OK.

b) Selanjutnya pada menu utama dipilih Auto-2D. Menu ini akan menampilkan jendela Auto Marine 2D Geometry. Informasi dalam spreadsheet ini akan dihitung dan hasil perhitungannya menjadi informasi masukan dalam source and pattern spreadsheets (Gambar 39).

Gambar 39. Auto 2D Parameter.

Near Channel merupakan nomor channel terdekat dengan vessel diisi 1

FarChannel merupakan channel terjauh dari vessel diisi dengan 192

Chan Increment yaitu penambahan nomor channel diisi dengan 1 karena channel bertambah satu-satu hingga channel terjauh.

 Minimum offset yaitu jarak sepanjang azimuth streamer dari lokasi antena hingga channel terdekat diisi dengan 110.

Perpendicular offset yaitu jarak prependikular ke azimuth streamer dari lokasi source ke channel terdekat diisi dengan 0.

Groupinterval yaitu intervalreceiver dalam meter diisi dengan 12.5.

Numberofshot yaitu jumlah tembakan diisi dengan 696.

First shot station yaitu nomor stasiun untuk tembakan pertama adalah 92001 atau dapat diisi dengan 1.

Sail line azimuth yaitu arah azimuth pengukuran relatif utara ke timur dari lintasan adalah 25 (derajat).

Shot interval yaitu jarak antara tembakan adalah 25 meter

 X and Y koordinat shot pertama yaitu koordinat X dan Y dari tembakan yang pertama diisi dengan 0, karena parameter lapangan tidak dilengkapi, sehingga koordinat dikosongkan.

 Diklik OK. c) Tabel Source

Tabel source digunakan untuk memeriksa parameter yang telah dimasukkan. Table ini mengacu pada source, termasuk koordinat X dan Y.

Dipilih menu Sources kemudian muncul jendela SIN Ordered Parameter spreadsheet (Gambar 40). Jendela ini digunakan untuk memasukkan, mengimport, dan mengedit informasi source (ProMAX, 2011).

Gambar 40. SIN Ordered Parameterspreadsheet.

Source diisi dengan nomor sourcemulai dari 1,2,3,…dst

 Beberapa kolom pada spreadsheet ini akan terisi secara otomatis setelah kita mengeksekusi jendela Auto-2D pada tahap sebelumnya.

 H2O Depth yaitu kedalaman air diisi dibiarkan begitu saja mengikuti hasil yang ada.

 FFID adalah Field File Identification Number diisi mulai dari 91000 hingga 91695 dengan peningkatan sebanyak 1 file nomor. Hal ini sesuai dengan laporan observer.

Src Pattern diisi dengan 1 karena menggunkan pola penembakan satu saja yaitu pola Off-End.

 Selanjutnya dipilih menu File kemudian Exit

d) Pattern

Dipilih menu Patterns kemudian akan muncul jendela PAT Ordered Parameter File. Menu ini menampilkan spreadsheet untuk memasukkan, mengedit, atau mengimpor informasi mengenai pola receiver dan source pada saat penembakan.

Pattern merupakan pola yang dimiliki oleh airgun maupun streamer (Gambar 41).

Gambar 41. PatternParameter.

e) Binning

Binning merupakan proses perhitungan CDP number, koordinat, dan lainnya sampai dapat terbangun database dalam ProMAX. Tahap ini dilakukan dalam 3 tahap, antara lain terdapat pada gambar 42, 43, dan 44.

Gambar 42. Penyocokan Pattern dan Source.

 Pada binning Sequence, dipilih Assign midpoints by: Matching pattern number in the SIN and PAT spreadsheets. Selanjutnya diklik OK

 Setelah proses selesai, dipilih Binning pada Binning Sequence tadi, dengan metode Midpoints, default OFB parameters.

Source station Tie to CDP Number diisi dengan 1

 CDP number Tie to Source Station diisi dengan 0

Distance between CDPsdiisi dengan 6.25 m

 Diklik OK.

 Langkah terakhir adalah dipilih Finalize database, dan selanjutnya diklik OK.

Gambar 43. Binning dan Penomoran CDP.

Gambar 44. Finalisasi Geometry.

f) Trace QC

Dipilih menu TraceQC maka akan membuka jendela TRC Ordered Parameter File. Spreadsheet ini digunakan untuk mengontrol kualitas dari pendefinisian geometri data. Salah satu cara untuk meng-QC hasil geometri kita sudah benar atau belum adalah dengan menampilkan penampang antara CDP* dan Offset*

Gambar 45. Trace QC.

Perintah yang dilakukan adalah View lalu View All dan XY Graph. Apabila tampilan penampang tersebut telah menunjukkan pola yang sesuai dengan pola penembakan di lapangan, maka alur pengolahan data seismik dapat dilanjutkan. Apabila masih ada kesalahan maka dapat dicek dan dikoreksi dari spreadsheet

ini.QC dilakukan untuk mengevaluasi apakah data yang kita masukkan sudah benar (Gambar 46).

Gambar 46. Penggabungan Data Seismik dan Desain Geometry.

2. Gambar 47 menunjukkan flow penggabungan kedua data tersebut. Data seismik yang dimasukkan merupakan data seismik yang sudah disortir berdasarkan first dan last goodshotpoint pada observerlog.

Gambar 47. Flow Penggabungan Data Seismik dan Desain Geometri.  Disk data input dipilih data berdasarkan hasil input data pada flow

sebelumnya, yaitu 00 Raw

 Selanjutnya Inline Geom Header Load dibiarkan default

Disk data output dipilih nama output yang akan digunakan, yaitu

geometry

Pengolahan data dengan menggunakan softwareunder-windows dilakukan pula dengan setingan terhadap hasil OPF dan beberapa parameter geometry pada shared folder yang diatur pada etc-config file. Setingan ini dimaksudkan untuk dapat mengatur partisi penyimpanan hasil processing agar di saat inlinegeometry tidak terjadi error. Script yang dirubah adalah pada secondary disk yang dipilih sesuai media shared yang digunakan (Gambar 48).

Gambar 48. Pengubahan Config-File untuk dapat Mengatur File Penyimpanan Hasil Geometry.

Selanjutnya untuk mengecek hasil secara keseluruhan dalam geometry dilakukan pengecekan melalui database (Gambar 49).

Gambar 49. Pengecekan Database Hasil Geometry.

Baca selengkapnya

Dokumen terkait