• Tidak ada hasil yang ditemukan

Verbatim Wawancara Focus Group Discussion (FGD)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Lampiran 5: Verbatim Wawancara Focus Group Discussion (FGD)

Verbatim Wawancara FGD

Verbatim Peserta No. 1 dan 2

Ko : Kamu ingat tadi ketika pertama diberi nasihat yang pertama. Kamu ingat nasihatnya apa? Seorang istri tidak pantas mendahului kehendak suami dalam hal apapun.

Ki.1 : ya..

Ko : Ingat kan? Nah, yang nomer 1, kamu menjawab 8 dalam skala itu kamu memberi angka 8 ya. Mengapa kamu memberi angka 8?

Ki.1 : Ee.. karena kalau menurut saya itu, keputusan kita sebagai seorang istri itu kalau memang benar-benar baik kenapa tidak gitu lho, demi kebaikan semuanya gitu lho.

Ko : Hmm.. kata kuncinya kan tidak pantas mendahului kehendak suami. Jika punya kehendak simpan dulu biar suami nanti yang mengatakan. Istri tidak boleh mengatakan. Mengapa kamu setuju.

Ki.1 :Eemm.. ya gimana ya, ya kalau kita menyimpan terlalu lama nanti malah jadi kepikiran kan pak. Lebih baik bertindak secara langsung, tapi itu harus bener- bener hal yang baik tapi kalau ga baik ya jangan itulah, jangan, maksudnya jangan melangkahi suami gitu pak.

Ko : Mengapa kamu ee merasa tidak, ee sebaiknya tidak melangkahi suami?

Ki.1 : Karena kalau menurut saya nantikan kalau kita sudah berumah tangga itu kan kita kan hidup sama suami gak bergantung lagi sama orang tua dan suami itu kan yang membimbing kita ke depan, kemana kita akan melangkah, begitu. Ko. : Yak bagus. Kalau kamu nomer 2. Kamu memberi pertanyaan yang sama,

memberi angka 8 juga, apa alasannya?

Ki.2 : Karena sebagai istri itu harus menurut sama suaminya. Gitu. Ko : Mengapa harus menurut sama suaminya?

Ki.2 : Karena dia sebagai kepala keluarga, kita kan harus istilahnya gemati, manut. Ko : Oo gitu ya, oke baik, sekarang ganti nomer 2 pertanyaannya ya. Ingat nomer

2? Saya ingatkan sebentar ya. Nah, nasehat yang ke dua, wanita harus cermat secermat cermatnya dalam melayani suami. Menunjukkan rasa hormat dan takut pada suami, berhenti mengeluh dihadapan suami, jadikan suami Anda sebagai orang yang terhormat, layani dia secermat-cermatnya, sedetail-detailnya soal pakaian, mandi, peralatan-peralatan kecil, Anda harus tahu ya, dan kamu memberi nilai 10 untuk jawabanmu. Mengapa?

Ki.1 : Ee.. kalau boleh jujur, saya itu orangnya setia trus kalau meraweh sesuatu itu bener-bener harus tralog gitu lho, harus ya itu tadi sama Icha, gemati. Jadi ee seperti suami, suami itu kan, ee kita itu bener-bener harus tau seluk beluk suami kita gitu lho, nantinya. Dia itu sukanya apa, trus pakaiannya itu juga harus rapi, pokoknya kita itu sebagai seorang istri itu harus sebaik mungkin menghormati suami itu bener-bener harus itu. Utama itu.

Ko : He’em.. kalau kamu? Kamu memberi nilai 9 ya, tidak setinggi nomer 1 tetapi tetap tinggi ya sebenarnya. Nah, mengapa?

Ki2. : Ya karena istri itu adalah pakaian suami. Ko : Eemm.. maksudnya?

Ki2 : Jadi kita tuh harus, ee apa ya, dia tuh seperti ini kita tuh harus mengikuti, trus harus gemati. Kita kan sebagai wanita kan melayani suami. Jadi kalau sudah bertekad mempunyai.. kita udah, apa ya, udah menikah, kita harus eem gemati, melayani, gitu.

Ko : Ada kata “harus takut”, menurutmu takut seperti apa?

Ki.1 : Kalau menurut saya itu bukannya kita harus “wah aku wedi karo bojoku, bojoku galak” gak harus gitu. Kita itu takutnya dalam menghormati gitu lho pak.

Ko : Takut hormat ya, ngajeni. Ki.1 : Iya ngajeni, bener-bener ngajeni.

Ko : Bukan “Wah aku wedi karo bojoku” kalau itu takut apa? Ki.1 : Takut karena tekanan kalik, ada masalah atau apa. Ko. : Oke, kamu mau menambahkan?

Ki.2 : idem

Ko : sama ya. Nomer 3 ya sekarang ya. Tadi ada nasehat “setan gembira sekali jika ada orang yang lupa. Iblis kalau ada orang lupa dia menjadi senang, setan menari-nari dengan gembira jika ada orang marah, ia dianggap saudara, sehingga ia tidak melihat jalan kebenaran, tetapi mengarah kepada pekerjaan setan. Orang yang pemarah selalu membuang pedoman. Oleh sebab itu masah itu harus dikendalikan.” Kamu menjawab 10 tadi, apa alasannya?

Ki.1 : Memang benar kalau kita sudah marah terbawa emosi itu pasti, pasti setan di belakang kita sudah “wah iki marah kita pancing aja”. Tapi kita juga harus bisa mengontrol kemarahan itu. Kita harus bener-bener bisa ngontrol supaya nanti pedoman yang kita punya itu nantinya gak lepas, jadi kita bisa pegang teguh pedoman kita.

Ko : Supaya tidak kehilangan pedoman kita itu tadi ya? Lalu menurutmu boleh ndak marah?

Ki.1 : Sebenere kalau marah itu sebenere ada tingkatannya kalau misalnya ada hal kewajarannya. Tapi kalau saya itu kalau marah bisa ngeluarin secara langsung

tapi ya cuma merenung, biasanya ngobrol sama Tuhan, curhat sama Tuhan, cuma gitu.

Ko : Kalau marah yang tidak terkontrol itu menurutmu yang bagaimana?

Ki.1 : Kalau menurut saya itu kalau itu lho pak kalau marah gak terkontrol itu kayak anak SMA itu lagi labil-labilnya. Biasanya kalau HP dibantinglah tanpa dia mikir itu yang HP sebenarnya yang beli orangtuanya bukan dia. Dia bantinglah apa dia pukullah, ya kayak gitu pak.

Ko : Membanting sesuatu itu sudah lepas control ya?

Ki.1 : Ya tapi ya gak gitu juga itu cara melampiaskannya. Mungkin ada yang sampai bunuh diri gara-gara marah atau melukai dirinya sendiri.

Ko : itu contoh yang lepas control. Ki.1 : ya

Ko : Kalau kamu tadi menjawabnya delapan angkanya. Mengapa delapan? Delapan tuh artinya masih ada 2 digit toleransi terhadap marah ya? Nah bagaimana, silahkan.

Ki.2 : Ketika kita marah itu kan dipengaruhi oleh setan. Benar itu nasehatnya itu bener. Trus kalau kita gak bisa mengendalikan marah kita bakalan kita temennya setan. Kalau menurut saya, ketika kita marah kita harus diam. Kalau masih ada emosi kita duduk, trus masih tidur, masih lagi ambil air wudu. Gitu, trus bisa kayak meredam emosi kita.

Ko : Jadi marah menurutmu identik dengan kedekatan setan, semakin marah keras semakin setannya mendekati. Sejauh mana kamu mentolelir kemarahan? Marah boleh, masih boleh gak? Marah masih boleh gak?

Ki.2 : Masih Ko : Sejauh apa?

Ki.2 : Ketika main tangan, terlalu berlebihan gitu lho pak. Marahnya masih dengan kata-kata tapi kata-katanya dalam artian masih ada taraf wajarnya gitu lho. Nggak ada kata-kata yang jorok gitu.

Ko. : Marah tidak boleh ada kata-kata yang jorok. Kalau sudah ada kata yang jorok itu setannya sudah ikut itu ya?

Ki.2 : ya, kalau gitu marahnya udah terlalu berlebih.

Ko. : kategori berlebihan gitu ya? Kalau sudah main tangan, kalau sudah menggunakan kata-kata yang jorok gitu ya? Oke bagus. Baik sekarang pertanyaan nomer 4 ya, Anda mendapatkan nasehat “keselarasan batin itu kalau hati Anda dan pikiran Anda sejalan. Supaya selaras, maka jangan menipu, di depan mengatakan senang, tetapi dibelakang tidak suka. Hal itu akan menimbulkan keluh kesah, dan melahirkan niat tidak baik. Berhenti mengeluh, sebab wanita yang dikasihi tidak akan memikirkan diri sendiri saja” ya? Ingat njih? Tadi kamu menjawab 10, apa alasannya?

Ki.1 : Karena saya itu orangnya apa adanya, gak suka bohong. Ya itu tadi didepannya itu gak usah ngomong senang tapi dibelakangnya kayak gitu. Kalau aku mending jujur sama orangnya.Aku tekanin kamu thu gini gini gini, misalnya kamu gini, aku gak suka kalau kamu kayak gitu, saya bilang gitu. Kamu udah dewasa, kamu harus mikir, ini dunia pilihan. Makanya itu tadi, sama seperti itu, kalau didepan ya jangan terlihat senang tapi dibelakang malah menusuk. Tapi saya lebih suka jujur.

Ko : Lebih suka jujur ya, kalau kamu? Tadi jawaban kamu delapan, apa alasannya? Ki.2 : Ya, kalau saya thu, saya lebih cenderung diam dulu, tapi kalau sudah waktunya

ngomong baru saya ngomong. Kalau nanti saya utarakan semuanya malah saya yang sakit.

Ko : Tapi ada kata jangan menipu, mengapa kamu juga setuju, dalam arti tertentu tidak perlu menipu mengatakan apa adanya saja ya, soal waktunya tadi kamu jelaskan ya, tapi kamu tetap akan mengatakan apa adanya ya, mengapa kamu lebih suka mengatakan apa adanya?

Ki.2 : Karena itu lebih bagus, lebih kayak kita thu menghargai orang itu tapi lebih menghargai teman kita daripada kita ngomong kayak gini gini gini tapi dihati sama dibelakang dia thu beda.

Ko : kalau berbeda gitu berarti malah tidak menghargai ya? Nah juga ada tadi nasehat kan jangan mengeluh, berhenti mengeluh, nah para wanita ini kan seringkali banyak menggunakan perasaan sehingga itu mungkin menjadi bagian dia ya. Tapi kamu menjawab 10, mengapa? Itu artinya wanita diminta berhenti mengeluh.

Ki.1 : Ya kalau saya thu sebagai wanita ya mencoba tegar gitu ya pak ya. Jangan dikit-dikit mengeluh “wah aku ga bisa gini gini..” jangan, kalau bisa jangan mengeluh. Optimis aja kalau aku “Aku bisa kok, aku bisa” gitu aja. Kalau kita udah optimis dulu pasti semuanya lancer.

Ko :Kalau kamu?

Ki.2 : Kalau saya jangan mengeluh thu, kita kan udah besar, kita udah tahu mana yang baik dan mana buruk. Kita udah tahu tanah diri kita itu seperti apa. Jadi mengukur diri sendiri, jangan sampai mengeluh.

Ko : Kamu setuju dengan kata-kata ini “wanita yang dikasihi itu tidak akan memikirkan dirinya sendiri, sehingga dia menyembunyikan keluhan. Apakah itu yang kamu maksud dengan citra wanita tegar?

Ki.1 : Ya mungkin kalau bisa itu sekuat mungkin kita itu menyimpannya, tapi jangan terlalu dibawa kepikiran gitu lho. Tapi nanti kalau kita bener-bener gak kuat untuk menahan semua keluh kesah itu kalau menurut saya yang paling utama bisa kita ajak sharing itu ibu.

Ko : Artinya ada tempat untuk menyalurkan juga ya. Tetapi dalam konteks ini tadi kamu setuju tidak menipu, menyatakan apa adanya. Kalau nomer 2 tadi mundur dulu, menenangkan diri, kalau sampeyan menyalurkan dengan orang lain. Verbatim Peserta No. 3 dan 4

Ko : Sekarang saya ke subyek 3 dan subyek 4. Oke, Anda mendapat nasehat yang sama. Saya bacakan untuk mengingatkan ya. Nasehat yang pertama, “sesungguhnya penting bagi seorang wanita untuk tahu betul tanggung jawabnya jika sudah bersuami. Sebab hal itu tidak ringan. Wanita harus tahu tata cara bersuami. Yang tidak kalah beratnya adalah memahami watak suaminya. Mengapa kamu menjawab 9?

Ki.3 : Karena menurut saya, untuk menjalin sebuah komunikasi antara suami dan istri itu harus mengetahui watak masing-masing. Kalau kita menghargai suami pasti suami juga menghargai seorang istri. Seorang istri juga perlu mengetahui watak suami agar bisa bertukar pendapat, saling mengerti, saling menghargai tanpa memandang perbedaan antara status, misal statusnya suami mungkin bisa dikatakan orang kaya dan istri dari menengah kebawah, agar tidak terjadi perbedaan tersebut maka seorang istri harus mengetahui watak-watak suami dan suami harus juga menerima istri apa adanya.

Ko : Oke, kalau kamu? Alasannya kamu menjawab 7 ya?

Ki.4 : Ee.. gimana ya pak, ya mungkin kan ada orang beda-beda pak sifatnya, mungkin untuk menerima sifat orang lain kan juga susah pak dan sebagai seorang lelaki kan mau ga mau kalau sudah berkeluarga apalagi bersuami mau ga mau ya “ya udah, bojoku anane ngene” mau ga mau juga harus menerima walaupun suaminya thu istilahnya ga sesuai dengan yang diharapkan mau ga mau juga harus menerima, disitulah letak istri harus memahami suaminya gitu dan gak cuma istri doang yang memahami, suami pun juga harus memahami istrinya. Jangan mau menang sendiri.

Ko : Ya, tadi ada yang menarik sekali, kondisi terburuknya itu ketika suami justru tidak melakukan hal yang sama, dikatakan itu tadi “yang tidak kalah beratnya, kadang kala menjadi berat adalah memahami watak suaminya” pada kondisi Anda mengatakan tadi meskipun suaminya mungkin tidak paham itu Anda tetap harus memahami. Mengapa Anda harus berjuang memahami?

Ki.4 : Soalnya kalau kita gak mau memahami seseorang, orang itu juga gak akan belajar memahami kita. Dalam pengertian saya memahami dia tapi dia thu gak ngerti saya pengennya apa, dia gak paham apa keinginan saya begitu, jadi kan malah jadi susah juga bagi kita untuk menjalin hubungan. Kita gak paham satu sama lain, untuk menjalin hubungan thu lebih sulit.

Ko : Kalo menurutmu? Kalau suamimu tidak melakukan hal yang sama yang sebanding, kamu menjawab 9 ya, itu artinya juga setuju bahwa kamu mengambil porsi lebih berat untuk hingga saya tetap memahami dia.

Ki.3 : Ya karena, suami itu ya termasuknya kepala rumah tangga maka seorang istri juga mau ga mau harus mengikuti apa kata suami karena pasti suami itu juga memberikan apa yang terbaik buat istrinya.

Ko : Kalau kebetulan suamimu tidak memberikan apa yang terbaik untuk istrinya bagaimana?

Ki.3 : Ya, sebagai seorang istri juga harus punya ide-ide misalnya bertukar pikiran sama suami gitu. Misalnya suaminya pengennya begini tapi istrinya begini biar saling sejalan itu, saling satu pikiran makanya harus bisa komunikasi dengan lancar tanpa harus adanya pertengkaran.

Ko. : kalau kebetulan wataknya suami itu tidak suka komunikasi? Ki.3 : Ya istrinya.. gimana ya..

Ko : Apakah itu termasuk bagiannya? Merupakan watak yang akhirnya akan kamu pahami?

Ki.3 : Ya, bisa jadi.. Ko : Bisa jadi, kamu?

Ki.4 : Kalau misalnya berkomunikasi ya paling gak pelan-pelanlah kita ajak untuk komunikasi secara pelan-pelan, walau gak secara langsung kita tunjukin gitu, paling ya cuma pelan-pelan, apalah gitu. Curhat tapi curhatnya gak langsung mendalam. Curhatnya Cuma sekedar ngobrol-ngobrol doang gitu. Gak yang langsung dalam arti, gak “aku pengen gini eh..” atau mungkin misalnya kalau dia gak bisa komunikasi ya kita pelan-pelan aja, dalam arti aku mulai dari hal- hal kecil aja pak, misalkan “Oo kemarin ada ini”, kayak gitu. Trus kalau dia menanggapi baik ya mungkin kedepannya, semoga kedepannya dia bisa kayak gitu terus.

Ko : Ya, oke. Sekarang nomer 2 ya, “sesungguhnya badan itu hanya sekedar pelaksana dari gerakan hati, atau melaksanakan kemauan hati, Jika hati hilang kesadarannya, maka hilang juga sifat kemanusiaan kita. Jika sudah demikian, kebahagiaan tidak akan tercapai. Kejahatan terhadap kehidupan terjadi jika Anda tidak menyadari ada yang menciptakan kehidupan Anda.” Anda menjawab 8, mengapa?

Ki.3 : Karena itu tadi, masalah ketenangan hati ya pak. Masalah ketenangan hati, mungkin kalau pikirannya itu lagi jernih pasti hati kita juga ikut tenang, tapi kalau kita lagi emosi, sama yang kayak tadi mungkin banyak pikiran-pikiran yang mengganggui gitu, udah lagi marah, tambah emosi, tambah banyak pikiran, pasti itu akan berat di hati. Sama aja, gak tenang sih.

Ko : Ya, kalau hati dan badan tidak selaras itu kebahagiaan tidak sejalan. Kalau kamu menjawab 9, apa alasannya?

Ki.4 : Kalau menurut saya memang bener sih pak, gimana ya, kalau misalkan hatinya sama pikirannya gak singkron kan itu juga susah, ya maksudnya kalau kita pengennya gini tapi kok “aah gak deh..” kayak gitu kan malah jadinya kayak gimana ya susah di kita, mending yaudah jalani aja, yang penting enjoy gitu. Ko : Ya, keselarasan hati pikiran dengan badan ya ini yang mewujud di dalam

tubuh kita itu cerminan dari kita, keduanya harus selaras. Gitu ya, oke baik itu yang kedua sekarang yang ketiga. “Cipta dan rasa, pikir dan perasaannya itu harus selaras. Kalau pikirannya berkata iya, batinnyapun harus sama. Maka hidup Anda akan tenang.” Anda menjawab 10, keselarasan pikir dan perasaan. Ki.3 : Karena sesuatu yang diberikan dalam hati, pikiran, kalau menurutnya memang

baik, kalau memang itu jalannya yang terbaik untuk kita makanya itu ya.. jadi dalam hati itu tidak selaras sama pikiran, pikiran itu misalnya kita harus mendapatkan ibaratnya mendapatkan IP minimal 3, dalam hati kita udah iya harus aku mendapatkan IP 3 itu sudah termasuk ketenangan hati, jiwa dan raga. Hehe..

Ko : Jiwa dan raga untuk Indonesia ya.. Selaras pikir dan perasaan, apa yang dipikir dan perasaannya sama ya. Kalau Anda menjawab 6, mengapa? Itu artinya agak- agak tengahnya, mengapa?

Ki.4 : Gimana ya pak, kadang-kadang ada lah orang yang mungkin dalam.. itu kan.. pesimis lah, pengen misal pengen ini tapi aku kayaknya gak mampu deh, gitu kan malah jadi kayak beban dan itu thu kadang yang bikin orang jadi gimana ya, kayak tekanan, trus jadi ngebikin keselarasan kita thu gak apa ya jadi .. apa ya.. susah ngejelasinnya pak. Artinya ya, ya ada lah orang yang tipe-tipe orang kan ada yang optimis, pesimis. Kalau yang pesimis itu kan kadang malah “aku thu ga bisa, aku thu ga bisa” padahal sebenarnya bisa.

Ko : Apakah menurutmu yang dipikir seseorang mempengaruhi perasaannya? Jika memikirkan sesuatu yang jelek-jelek itu perasaannya gimana?

Ki.4 : sedih bisa, bingung.

Ko : Menurutmu yang dianggap tidak selaras itu jika pikirannya bagaimana perasaannya bagaimana?

Ki.4 : Ya misal, perasaannya iya, tapi pikirannya gak, seperti itu pak. Ko : itu yang disebut tidak selaras?

Ki.4 : Gak sama, jadi malah kacau.

Ko : Kalau gitu keselarasan itu penting gak? Dan itu menyumbang terhadap ketenangan?

Ko : Tapi mengapa jawabmu ngasih 6, apakah ada sesuatu yang lain yang menurut kamu bukan hanya soal pikiran dan perasaan yang menciptakan ketenangan apakah ada hal lain?

Ki.4 : suasana mungkin

Ko : Suasana. Tetapi pikiran dan perasaan menurutmu tetap menyumbang. Kalau kamu? Sangat meyakini ya kalau pikiran dan perasaan itu emang seimbang itu sudah cirinya tenang.

Ki.3 : Ya, pasti tenang

Ko : Faktor-faktor lain mungkin tidak akan berpengaruh?

Ki.3 : Enggak, karena kita udah optimis, kita bisa, pasti hati akan ikut tenang. Ko : Apakah raga juga demikian tubuh itu akan menyesuaikan dengan keselarasan

pikiran dan perasaan?

Ki.3 : Iya, pasti kalau hati sudah tenang, juga raga ga bakal gelisah gitu. Ko : Hati tidak tenang, pikiran juga …

Ki.3 : udah selaras itu raga gak gelisah..

Ko : Oke, sekarang nasehat yang keempat. “Utamanya sebagai perempuan itu yang setia, kawin sekali saja. Dengan demikian Anda akan dikasihi oleh suami.” Kamu jawab 8 dan kamu 10. Sekarang kamu yang 10, gimana?

Ki.4 : Kesetiaan itu komitmen pak, dalam arti dimana kalau kita itu setia, kita gak itu kan, orang lain juga suka, misalnya kita bisa menunjukkan keseriusan kita keorang itu. Aku thu bener-bener pengen gini. Orang dalam persahabatan aja ada yang namanya setia masak dalam pernikahan ga ada yang namanya setia kan aneh ya. Nah kalau menurut saya thu ya kayak gitu, itu kan antara dua orang itu untuk saling menjaga, mengasihi satu sama lain.

Ko : Kalau kamu, kamu jawabnya 8.

Ki.3 : itu kan dijelasin udah pernikahan, kalau memang sudah mengikat pada perkawinan yang sakral itu pasti istri harus setia, suami juga harus setia, ibaratnya istri juga harus tidak berpikiran negatif pada suami, suami juga harus percaya pada istri apa yang dilakukan pada istri, juga istri harus mengulangi apa itu misalnya pandangan terhadap orang lain, pikiran, mata, hati agar tidak mudah tergoda oleh orang lain. Tapi, ya memang sih dikatakan mati hanya sekali hidup sekali, cinta hanya sekali.

Ko : Nah kalau nanti lakinya tidak setia

Ki.4 : Ya gimana ya yang penting kitanya udah setia pak, ya kalau bisa gimana caranya dia itu juga setia sama kita, kita udah setia masak dia enggak.

Ko : Tapi kamu mengatakan yang penting kitanya udah setia. Mengapa itu penting? Mengapa bagiannya itu hal yang penting?

Ki.3 : Kalau cewek gak setia itu dianggapnya cewek nakal kayak gitu pak, kalau cowok kan luweh gitu. Kalau cewek ga setia itu malah gini lho, “masak kayak

gini tho padahal udah nikah tapi gak setia kayak gitu kan malu-maluin pak, apalagi seorang cewek kalau cowok kan yoweslah sak karebmu.

Ko : menurutmu kalau cewek/ perempuan itu identik dengan kesetiaan. Kalau kamu gimana, kalau cowokmu tidak setia, kamu tetap akan setia?

Dokumen terkait