• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII AUDIT EKSTERNAL

Dalam dokumen Laporan GCG BVIC Tahun 2012 (Halaman 40-46)

Bank telah menunjuk auditor eksternal sesuai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT bank Victoria International Tbk. tanggal 29 Juni 2012 yang menyetujui Kantor Akuntan Publik Tjahjadi & Tamara untuk melakukan Review Laporan Keuangan semester I dan Audit Laporan Keuangan untuk Tahun Buku 2012 berdasarkan rekomendasi dari Dewan Komisaris yang merupakan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar di bapepam-LK. Total biaya yang dikeluarkan untuk Audit Laporan Keuangan Konsolidasi tahun 2012 adalah sebesar Rp 375.000.000,- sesuai dengan Surat Perikatan Audit untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 No. 032/JT/X/12 tanggal 19 November 2012. Kantor Akuntan A menjadi Auditor Bank sejak tahun 2011 KAP tersebut telah menyelesaikan tugasnya secara independen sesuai standar profesional akuntan publik, perjanjian kerja sertaruang lingkup audit yang telah ditetapkan.

Laporan Keuangan Konsolidasian Bank dan Entitas Anak tahun 2012 telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Tjahjadi & Tamara dan memperoleh pendapat wajar dalam semua hal yang material. Surat Komentar (Management Letter) atas hasil audit laporan keuangan yang diterima dari Auditor Independen telah menjadi perhatian manajemen untuk ditindaklanjuti. Kantor Akuntan Publik Thahyadi & Tamara merupakan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Bank Indonesia dan Bapepam & LK.

Berikut adalah Kantor Akuntan Publik yang melakukan audit Laporan Keuangan PT Bank Victoria International Tbk selama 5 tahun terakhir:

Tahun Kantor Akuntan Publik Nama Akuntan (Perorangan) Nomor Ijin Akuntan Publik

2012 Tjahjadi & Tamara Junarto Tjahjadi AP. 0168 2011 Tjahjadi & Tamara Junarto Tjahjadi AP. 0168 2010 Eddy Siddharta & Rekan Tan Siddharta, SE, CPA 00.1.0755 2009 Hendrawinata Gani & Hidayat Drs. Iskariman Supardjo 02.1.0818 2008 Hendrawinata Gani & Hidayat Drs. Achmad Hidayat 98.I.0144

VIII

MANAJEMEN RISIKO & SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/PBI/2009 dan SE Bank Indonesia No. 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 perihal perubahan atas SE no. 5/21/DPNP perihal Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum untuk mengimplementasikan risiko bank dalam menjalankan usahanya yang terdiri dari 8 (delapan) risiko meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi dan risiko stratejik.

Bank telah menerapkan Manajemen Risiko secara efektif baik untuk Bank secara individual maupun untuk Bank secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak mencakup 4 (empat) pilar yaitu:

a. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi; b. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit;

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Penerapan manajemen risiko di Bank dilakukan melalui organisasi yang dibentuk, seperti Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR), Satuan Kerja Audit Intern (SKAI), Divisi Kepatuhan, Divisi Internal Control, dan Divisi Sistim & Prosedur, Komite Manajemen Risiko (KMR), Komite Pemantau Risiko, Komite Audit, Asset & Liabilties Committee (ALCO), Komite Teknologi Informasi serta penetapan kebijakan-prosedur limit-limit transaksi sebagai panduan Bank untuk mengidentifikasi, memantau dan mengukur sekaligus memitigasi risikonya.

Selama tahun 2012 Bank telah menerapkan manajemen risiko, yang meliputi :

1. Penyempurnaan laporan profil risiko Bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu Bank melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating).

2. Profil risiko Bank digambarkan dalam laporan profil risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank

(inherent risk) dan kualitas penerapan manajemen risiko. Proses pengidentifikasian risiko-risiko yang melekat dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dari unit kerja terkait/risk taking unit dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Identifikasi risiko-risiko tersebut terus dilakukan dan disempurnakan bersamasama dengan penentuan limit (risk appetite dan risk rtolerance) masing-masing risiko sehingga dapat lebih menggambarkan risiko inheren Bank.

3. Meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko Bank dengan melakukan evaluasi dan kaji ulang dan memitigasi terhadap potensi risiko-risiko Bank, baik di risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan dan risko reputasi. Secara keseluruhan profil risiko Bank adalah low to moderate. Kualitas penerapan manejemen risiko Bank terdiri dari parameter-parameter yaitu tata kelola risiko, kerangka manajemen risiko, proses manajemen risiko, SDM, MIS dan pengendalian risiko di jabarkan sebagai berikut:

a. Pengawasan aktif oleh Komisaris dan Direksi

1). Pengawasan Aktif Komisaris

Menyetujui kebijakan Manajemen Risiko termasuk strategi dan kerangka Manajemen Risiko yang ditetapkan sesuai dengan tingkat risiko yang diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance) Bank.

Memantau dan mengevaluasi Kebijakan Operasional Bank yang dilakukan oleh Direksi. Konsisten untuk menyelenggarakan Rapat Berkala dengan Direksi untuk mengevaluasi pencapaian tindak lanjut setiap rencana kerja (action plan).

Memastikan bahwa pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berjalan dengan efektif sesuai jenjang organisasi.

Optimalisasi fungsi Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi & Nominasi dengan memberikan masukan/saran kepada Dewan Komisaris melalui proses penelaahan sesuai rencana kerja.

Memastikan saran/ rekomendasi setiap Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Auditor Internal & Eksternal telah ditindaklanjuti.

2). Pengawasan Aktif Direksi

Menyusun kebijakan, strategi, dan kerangka Manajemen Risiko dengan memperhatikan tingkat risiko yang diambil (risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance) Bank.

Memantau, mengevaluasi dan memastikan Rencana Bisnis Bank, Strategi, dan Action Plan

telah dilakukan sesuai rencana melalui rapat/pertemuan berkala dan kunjungan ke jaringan kantor.

Memastikan Standar Operasional Prosedur (SOP), Kebijakan dan Prosedur telah dipahami dan dilaksanakan dengan benar oleh seluruh karyawan.

Memastikan bahwa pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berjalan dengan efektif sesuai jenjang organisasi.

Memastikan dan melaksanakan langkah perbaikan atau rekomendasi dari Audit Internal maupun Ekternal telah dilaksanakan dengan efektif.

Melakukan kunjungan mendadak ke jaringan kantor untuk mengetahui dan menyakini proses kegiatan operasional berjalan dengan baik dan sesuai kebijakan dan prosedur Bank. Mengembangkan budaya manajemen risiko dan meningkatkan kesadaran risiko pada seluruh jenjang organisasi.

Pengawasan aktif Direksi tersebut dilakukan melalui unit kerja masing-masing Direktur bidang.

b. Kecukupan Kebijakan Prosedur dan Penetapan Limit

Penetapan mengenai kebijakan, prosedur serta limit risiko yang ditetapkan oleh Bank sejalan dengan visi, misi, dan strategi bisnis Bank. Penyusunan kebijakan dan prosedur tersebut dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal antara lain jenis, kompleksitas kegiatan usaha, profil risiko, dan tingkat risiko yang diambil serta peraturan Bank Indonesia yang berlaku.

Beberapa hal yang telah dilakukan oleh Bank dalam pemenuhan kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit adalah sebagai berikut :

1). Pembentukan Divisi Sistim & Prosedur yang memiliki tugas dan tanggung jawab utama untuk membuat, mengembangkan, dan mengupdate seluruh kebijakan dan prosedur terkait aspek operasional dan kredit.

2). Mensosialisasikan SOP melalui internal training.

3). Memastikan bahwa otorisasi limit-limit telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan batas wewenang yang telah ditetapkan.

c. Kecukupan Proses Identifikasi Pengukuran Pemantauan Sistem Informasi Manajemen Risiko

Bank memiliki kebijakan manajemen risiko sesuai ukuran dan kompleksitas serta risiko usaha. Prosedur berbasis risiko pada semua produk/aktivitas yang mengandung risiko dan dievaluasi sesuai kebutuhan.

Bank melakukan identifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko Bank terhadap aktivitas dan produk baru sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan-peraturan lainnya. Dengan uraian sebagai berikut :

1). Memastikan setiap produk dan aktifitas baru telah dilakukan kajian kepatuhan dan manajemen risiko.

2). Memastikan bahwa proses pelaporan keuangan dan kegiatan operasional telah akurat dan tepat.

3). Memberikan perhatian yang lebih pada potensi risiko yang dinilai tinggi pada aktivitas Bank seperti kegiatan operasional dan perkreditan.

d. Sistem Pengendalian Internal

Bank telah memiliki sistem pengendalian intern yang mencakup pengawasan aktif oleh Dewan Komisaris, Direksi, Divisi/Biro dan unit kerja terkait, dimana masing-masing maupun fungsi kontrol utamanya melekat pada masing-masing Pejabat (risk owner) secara berjenjang, sebagai berikut : 1). Mengevaluasi Struktur Organisasi dan kecukupan jumlah Sumber Daya Manusia (karyawan)

dan melengkapi wewenang, uraian tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan dan limit-limit berdasarkan jenjang organisasi.

2). Audit Internal melakukan pemeriksaan berdasarkan metodologi Risk Based Bank dan melakukan pemeriksaan terhadap unit-unit kerja dan cabang.

3). Internal Kontrol melakukan pemantauan secara harian terhadap transaksi harian.

4. Menerapkan sistem pengendalian internal yang terintegrasi pada setiap jenjang organisasi dan berfungsinya divisi independen, seperti SKAI, Satuan Kerja Manjemen Risiko (SKMR), Divisi Kepatuhan, dan Internal Control. Selain itu dukungan teknologi informasi online serta keterampilan karyawan di semua bidang, diharapkan dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko operasional.

5. Meningkatkan dan mengefektifkan hasil rapat Komite Manajemen Risiko (KMR) dengan cara menindaklanjuti setiap hasil pertemuan KMR kepada unit-divisi terkait dan melakukan evaluasi hasil perbaikan atau mitigasi yang telah dilakukan secara efektif.

6. Mendorong divisi (risk taking unit) untuk selalu mempunyai budaya risiko dalam bertidak dan berperilaku dengan memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi dalam setiap pengambilan keputusan

7. Memasukkan penilaian oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR) dalam opini Direktur Kepatuhan dalam proses pencairan kredit dan transaksi treasury untuk jumlah tertentu

8. Melakukan pemantauan risiko likuiditas yang dilakukan dengan berbagai teknik seperti maturity gap, daily cashflow, LDR dan stress-test ataupun simulasi terhadap perkembangan likuiditas Bank.

Selama tahun 2012, Bank telah melakukan usaha perbaikan dan mitigasi terhadap potensi risiko-risiko yang bisa merugikan Bank baik di bidang risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik dan risiko kepatuhan.

Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Risiko ini bersumber dari beberapa aktivitas seperti perkreditan (penyediaan dana), transaksi treasury serta investasi yang dilakukan Bank. Dalam upaya memperkuat aspek pengendalian risiko Bank telah meningkatkan fungsi Satuan Kerja Manajemen Risiko sebagai pihak independen dalam proses penyediaan dana dengan memberikan opini atas kredit dan transaksi tresuri dalam jumlah tertentu, serta memantau eksposur kredit yang signifikan. Masukan diberikan kepada risk taking unit secara langsung dalam Rapat Komite Manajemen Risiko yang dilakukan secara rutin setiap bulan.

Risiko Pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti kegiatan tresuri dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang. Untuk mengelola risiko pasar, Bank melakukan identifikasi dan pemantauan dan mengembangkan early warning system untuk memantau perubahan atau dampak perkembangan tingkat suku bunga secara harian, mingguan ataupun bulanan yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga surat berharga dan pendapatan bunga bersih portofolio aktiva produktif Bank.

Risiko Likuiditas

Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:

1. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu melakukan Offsetting

posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar (market disruption)

2. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber dana lain.

Adanya ketidaksesuaian antara jangka waktu penghimpunan dana pihak ketiga dengan jangka waktu penyaluran kredit yang diberikan dapat menyebabkan masalah likuiditas yang mempengaruhi kemampuan Bank dalam memenuhi kewajibannya kepada nasabah. Untuk mengantisipasi hal tersebut Bank melakukan beberapa strategi antara lain meningkatkan simpanan pada jangka waktu yang lebih panjang, mengintensifkan penagihan kepada debitur bermasalah dan terhadap kelebihan dana yang dimiliki diinvestasikan pada surat-surat berharga yang mempunyai imbal hasil yang tinggi serta rating yang baik.

Pemantauan risiko likuiditas juga dilakukan dengan berbagai teknik seperti maturity gap, daily cahflow, LDR dan stress-test ataupun simulasi terhadap perkembangan likuiditas bank. Selain itu untuk mengelola risiko likuiditas selama 2012 Bank juga menambah money market line yang ada dan membuka line baru dengan beberapa Bank dengan prinsip saling menguntungkan.

Risiko Operasional

Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi, operasional dan jasa, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.

Seiring dengan pertumbuhan Bank, pengelolaan risiko operasional juga menjadi perhatian Bank. Untuk mencegah kerugian karena adanya risiko operasional maka Bank melakukan pelatihan kepada segenap jenjang karyawan secara berkala untuk memahami sistem dan prosedur.

Efektivitas pengawasan melekat oleh supervisor terhadap bawahan merupakan hal yang menjadi perhatian Direksi dan Komisaris Bank. Selain itu melalui penerapan sistem pengendalian intern yang terintegrasi pada setiap jenjang organisasi dan berfungsinya divisi independen seperti SKAI, Satuan Kerja Manjemen Risiko (SKMR) dan Divisi Kepatuhan. Selain itu dukungan teknologi informasi on line

serta ketrampilan karyawan disemua bidang, diharapkan dapat mengidentifikasi dan memitigasi risiko operasional.

Risiko Hukum

Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Untuk meminimalkan risiko hukum, Bank selalu memperhatikan kelengkapan aspek hukum terutama yang berkaitan dengan transaksi perikatan perjanjian dengan nasabah dan debitur serta kelengkapan dokumen.

Risiko Reputasi

Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Optimalisasi fungsi unit pengaduan nasabah, merupakan salah satu usaha yang dilakukan Bank untuk meningkatkan pengelolaan risiko reputasi. Unit ini berfungsi untuk menerima dan menyelesaikan keluhan dari nasabah Bank terkait dengan produk dan pelayanan Bank

Risiko Stratejik

Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

Bank selalu berupaya melakukan review strategi bisnis dari waktu ke waktu baik secara triwulanan maupun secara tahunan yang disesuaikan dengan perubahan internal maupun eksternal Bank. Review dan peyempurnaan ini mencangkup perubahan proses bisnis, struktur organisasi, dan struktur wewenang. Kesemuanya itu terangkum dalam rencana bisnis Bank dalam rangka mitigasi risiko yang penerapannya dipantau dari waktu ke waktu dan ditujukan untuk memperkecil risiko strategik Bank. Risiko strategik ini antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.

Risiko Kepatuhan

Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang- undangan dan ketentuan yang berlaku.

Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan seperti risiko

kredit terkait dengan ketentuan KPMM, PPAP, BMPK. Risiko Pasar terkait dengan Giro Wajib Minimum (GWM), risiko strategik terkait dengan ketentuan rencana kerja dan anggaran tahunan (RKAT) Bank dan risiko lainnya yang terkai dengan ketentuan tertentu. Dalam rangka meningkatkan pengelolaan terhadap risiko kepatuhan, Bank senantiasa memperkuat struktur organisasi dan jajaran SDM, melakukan penyempurnaan terhadap peraturan dan ketentuan-ketentuan yang ada serta melakukan sosialisasi kepada seluruh jajaran karyawan baik melalui pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal dan sebagainya

Dalam hal pemenuhan kewajiban sertifikasi manajemen risiko sesuai PBI No. 7/25/PBI/2005 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank, sampai dengan akhir tahun 2012 seluruh Dewan Komisaris dan Direksi telah mengikuti program eksekutif manajemen risiko. Karyawan Bank yang telah diikutsertakan pada ujian Sertifikat Manajemen Risiko pada tahun 2012 adalah sebanyak 123 orang. Perkembangan produk, aktivitas dan teknologi informasi berdampak pada peningkatan risiko penyalahgunaan sarana dan produk perbankan untuk membantu tindak kejahatan. Untuk memitigasi risiko tersebut Bank menekankan penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme secara konsisten. Program ini merupakan penyesuaian dari program Know Your Customer yang selama ini diterapkan Bank sehingga pada akhirnya Bank dapat beroperasi secara sehat dan berperan dalam meningkatkan stabilitas sistem keuangan.

Bank senantiasa mendorong jaringan kantor untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan standard operating prosedure (SOP) dan melakukan sosialisasi secara berkala kepada karyawan Bank untuk meningkatkan pemahaman dan meminimalkan potensi risiko pada aktifitas operasional kantor cabang sekaligus menjaga kualitas layanan kepada nasabah. Karyawan juga didorong untuk meningkatkan risk awareness dan senantiasa melakukan dual control dalam melakukan validasi kebenaran transaksi/laporan.

Berkaitan dengan kegiatan operasional, Bank selalu memperhatikan kepatuhan terhadap ketentuan- ketentuan yang berlaku antara lain:

1. Melakukan pemantauan terhadap terlaksananya prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking), antara lain dalam hal permodalan (CAR), Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Giro Wajib Minimum (GWM), Rasio Kredit Bermasalah (NPL) dan beberapa ketentuan lainnya yang diatur oleh Bank Indonesia.

2. Memperhatikan, memantau transaksi-transaksi tunai dan transaksi mencurigakan yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang.

3. Melaksanakan pemenuhan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC) dan ketentuan Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Teroris (APU-PPT).

Sistem pengawasan internal merupakan komponen penting dalam manajemen Bank dan menjadi acuan dalam kegiatan operasional yang sehat dan aman. Dengan pengawasan yang baik diharapkan mampu mendukung pencapaian sasaran dan kinerja yang ditetapkan manajemen, menambah kepercayaan bagi manajemen dan mendorong kepatuhan pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta meminimalisir risiko kerugian yang timbul melalui proses pengelolaan risiko yang akurat dan memadai. Dewan Komisaris dan Direksi Bank meyakini bahwa kinerja yang baik dan peningkatan nilai perusahaan hanya dapat dicapai melalui penerapan tata kelola perusahaan secara baik dan benar. Salah satu implementasinya adalah sistem pengawasan internal yang dilaksanakan secara memadai dan sesuai dengan kompleksitas usaha Bank.

Direksi bertanggung jawab untuk menerapkan sistem pengawasan internal yang baik pada setiap kegiatan usaha Bank di seluruh tingkatan atau jenjang organisasi, senantiasa memastikan bahwa sistem pengawasan internal telah dijalankan secara efisien dan efektif, memastikan pelaksanaan prosedur secara tertib serta mempertahankan lingkungan yang menunjang dalam upaya pengawasan internal. Penilaian secara terpisah dilakukan oleh Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) sebagai internal audit Bank sesuai dengan rencana kerja audit yang telah disetujui oleh manajemen. Sedangkan Dewan Komisaris bertanggung jawab terhadap

pengawasannya, dibantu oleh komite-komite yang telah dibentuk, yaitu Komite Audit dan Komite Pemantau Risiko.

Seluruh karyawan Bank Victoria International adalah bagian tak terpisahkan dari Sistem Pengawasan Internal dan dalam tugas fungsionalnya sehari-hari wajib mempelajari dan memahami Kebijakan dan Prosedur ini sehingga dapat memiliki kesamaan pemahaman dan persepsi dalam implementasinya serta tercapai keseimbangan yang baik antara kualitas layanan kepada nasabah dengan tidak mengabaikan kualitas administrasi terutama transaksi yang mengandung risiko.

Pedoman ini dalam perkembangannya dapat mengalami perubahan dan perbaikan sesuai dengan kondisi dan kepatuhan. Setiap masukan yang mengarah kepada perbaikan dan kemajuan isi pedoman ini sangat dihargai dan dipertimbangkan sebagai bahan revisi. Demikian seterusnya sehingga selalu terjadi langkah-langkah perbaikan yang berkesinambungan.

IX

PENYEDIAAN DANA KEPADA PIHAK TERKAIT (RELATED PARTY) DAN PENYEDIAAN DANA

BESAR (LARGE EXPOSURE)

Selama tahun 2012, tidak terdapat pelampauan maupun pelanggaran terhadap Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMP,K) pada Bank, sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang mengatur hal tersebut. Bank juga senantiasa melakukan diskonsentrasi pinjaman kepada individu, kelompok atau industri untuk meminimalisasi risiko. Jumlah total penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan debitur/group ini per 31 Desember 2012, adalah sebagai berikut:

DEBITUR NOMINAL (Rp

Jutaan) DEBITUR

NOMINAL (Rp Jutaan)

1 Kepada Pihak Terkait 15 36,564 10 39,168 2 Kepada Debitur Inti

a. Individu 16 1,097,946 25 1,941,740 b. Group 9 1,279,478 15 1,015,529

2011 PENYEDIAAN DANA*

No.

* Penyediaan dana kepada pihak terkait meliputi kredit, penyertaan, fasilitas antar bank 2012

X

TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN DAN NON KEUANGAN BANK, LAPORAN

Dalam dokumen Laporan GCG BVIC Tahun 2012 (Halaman 40-46)

Dokumen terkait