• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENGANTAR

D. Sifat Fisik dan Stabilitas

2. Viskositas

Perhitungan efek rata-rata secara desain faktorial viskositas gel (tabel V) memperlihatkan efek carbopol 3% b/v dominan dalam menentukan viskositas gel.

Dalam hal ini carbopol 3% b/v dominan dalam meningkatkan viskositas gel karena efek carbopol 3% b/v bernilai positif. Efek propilen glikol juga bernilai positif, tetapi kurang dominan jika dibandingkan dengan efek carbopol 3%. Efek interaksi antara carbopol 3% dengan propilen glikol bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi carbopol 3% dengan propilen glikol berefek menurunkan viskositas gel.

Pengaruh peningkatan penggunaan carbopol 3% b/v sebagai gelling agent

dan propilen glikol sebagai humectant terhadap viskositas gel dapat dilihat melalui grafik berikut: 240 245 250 255 260 265 270 28 30 32 34 36 38 Carbopol 3% b/v (g) Re sp on (d .P a .s)

Level Rendah Propilen Glikol Level Tinggi Propilen Glikol

240 245 250 255 260 265 270 9 1 P 1 13 15 17 19 21 ropilen Glikol (g) Res p on (d. P a. s )

Level Rendah Carbopol 3% Level Tinggi Carbopol 3%

Gambar 8a Gambar 8b

Gambar 8. Hubungan pengaruh carbopol 3% b/v (a) dan propilen glikol (b) terhadap viskositas gel

Semakin besar jumlah carbopol 3% b/v yang digunakan dalam formula maka viskositas gel akan mengalami peningkatan baik pada penggunaan propilen glikol level rendah maupun level tinggi. Meningkatnya jumlah carbopol 3% b/v pada penggunaan propilen glikol level rendah lebih dominan dalam meningkatkan viskositas gel (Gambar 8a).

Semakin besar jumlah propilen glikol yang digunakan dalam formula, viskositas gel semakin meningkat pada penggunaan carbopol 3% b/v level rendah dan mengalami penurunan pada penggunaan carbopol 3% b/v level tinggi (Gambar 8b).

Perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon viskositas disajikan dalam tabel VII. Harga F yang diperoleh dari analisis secara

Yate’s treatment memperlihatkan bahwa efek carbopol 3% b/v dan efek interaksi antara carbopol 3% b/v dengan propilen glikol memberikan pengaruh bermakna secara statistik karena harga F hitung keduanya lebih besar dari harga F tabel (lebih dari 10,128). Hal ini menegaskan identifikasi bahwa carbopol 3% b/v dan interaksi antara carbopol 3% b/v dengan propilen glikol adalah faktor dominan dalam menentukan respon viskositas gel.

Tabel VII. Analisis Yate’s treatment untuk respon viskositas Source of

variation

Degrees of freedom

Sum of square Mean square F

Replicate 1 5,5445 5,5445 Treatment 3 724,8333 241,6111 Carbopol 1 555,4444 555,4444 44,4553 Propilen glikol 1 1,3944 1,3944 0,1116 Interaction 1 167,9945 167,9945 13,4455 Experimental error 3 37,4834 12,4945 Total 7 767,8612

Dari perhitungan efek rata-rata secara desain faktorial dan analisis Yate’s treatment dapat ditegaskan bahwa efek carbopol 3% b/v adalah faktor dominan dalam meningkatkan viskositas gel, sedangkan efek interaksi antara carbopol 3% b/v dengan propilen glikol adalah faktor dominan dalam menurunkan viskositas gel. Dalam hal ini carbopol 3% b/v merupakan faktor dominan dan bermakna

dalam menentukan respon viskositas gel. Semakin meningkat konsentrasi polimer yang digunakan, dalam hal ini carbopol 3% b/v, semakin meningkat pula viskositas sediaan (Garg, et al., 2002). Dengan demikian diharapkan sediaan gel

sunscreen dapat memberikan efek perlindungan yang lebih baik. 3.Pergeseran Viskositas

Interaksi carbopol 3% b/v dengan propilen glikol dominan dalam menentukan pergeseran viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan. Hal ini dapat dilihat dari lebih besarnya efek interaksi carbopol 3% b/v dengan propilen glikol hasil perhitungan desain faktorial, dibandingkan dengan efek carbopol 3% b/v dan efek propilen glikol (tabel V). Efek interaksi carbopol 3% b/v bernilai positif, hal ini berarti interaksi tersebut dominan meningkatkan pergeseran viskositas gel setelah penyimpanan gel selama 1 bulan. Efek carbopol 3% b/v dan efek propilen glikol bernilai negatif. Efek carbopol 3% b/v bernilai lebih besar dibanding efek propilen glikol. Hal ini menunjukkan bahwa carbopol 3% b/v lebih dominan menurunkan pergeseran viskositas gel dibandingkan propilen glikol.

Pengaruh peningkatan penggunaan carbopol 3% b/v sebagai gelling agent

dan propilen glikol sebagai humectant terhadap pergeseran viskositas sebagai indikator stabilitas gel dapat dilihat melalui grafik berikut:

0 2 4 pon (d. 6 8 10 28 30 32 34 36 38 40 Carbopol 3% b/v (g) P a. s ) R es

Level Rendah Propilen Glikol Level Tinggi Propilen Glikol

0 2 R es 4 6 8 9 11 13 15 17 19 21 Propilen Glikol (g) (d .P a. s) pon

Level Rendah Carbopol 3% Level Tinggi Carbopol 3%

Gambar 9a Gambar 9b

Gambar 9. Hubungan pengaruh carbopol 3% b/v (a) dan propilen glikol (b) terhadap pergeseran viskositas gel

Semakin besar jumlah carbopol 3% b/v yang digunakan dalam formula pada penggunaan propilen glikol level rendah, viskositas gel akan bergeser ke arah yang lebih kecil. Pada penggunaan propilen glikol level tinggi, peningkatan jumlah carbopol 3% menyebabkan viskositas bergeser ke arah yang lebih besar. Pada peningkatan carbopol 3% b/v dari level rendah ke level tinggi, pergeseran viskositas ke arah yang lebih besar pada penggunaan propilen glikol level tinggi lebih kecil dibandingkan pergeseran viskositas ke arah yang lebih kecil pada penggunaan propilen glikol level rendah. Dapat dikatakan peningkatan carbopol 3% b/v pada penggunaan propilen glikol level tinggi lebih stabil dibanding penggunaan propilen glikol level rendah (Gambar 9a).

Semakin besar jumlah propilen glikol yang digunakan dalam formula pada penggunaan carbopol 3% b/v level rendah, viskositas gel akan bergeser ke arah yang lebih kecil. Pada penggunaan carbopol 3% b/v level tinggi, peningkatan jumlah propilen glikol menyebabkan viskositas gel bergeser ke arah yang lebih

besar. Pada peningkatan larutan propilen glikol dari level rendah ke level tinggi, pergeseran viskositas ke arah yang lebih besar pada penggunaan carbopol 3% b/v level tinggi lebih kecil dibandingkan pergeseran viskositas ke arah yang lebih kecil pada penggunaan carbopol 3% b/v level rendah. Dapat dikatakan peningkatan propilen glikol pada penggunaan carbopol 3% b/v level tinggi lebih stabil dibanding penggunaan carbopol 3% b/v level rendah (Gambar 9b).

Perhitungan Yate’s treatment dengan taraf kepercayaan 95% untuk respon pergeseran viskositas disajikan dalam tabel VIII. Harga F yang diperoleh dari analisis secara Yate’s treatment memperlihatkan bahwa efek interaksi antara carbopol 3% b/v dengan propilen glikol memberikan pengaruh bermakna secara statistik karena harga F hitung lebih besar dari harga F tabel (lebih dari 10,128). Hal ini menegaskan identifikasi bahwa efek interaksi antara carbopol 3% b/v dengan propilen glikol adalah faktor dominan dalam menentukan respon pergeseran viksositas gel.

Tabel VIII. Analisis Yate’ treatment untuk respon pergeseran viskositas Source of

variation

Degrees of freedom

Sum of square Mean square F

Replicate 1 5,7291 5,7291 Treatment 3 37,0447 12,3482 Carbopol 1 7,2771 7,2771 3,7746 Propilen glikol 1 5,2326 5,2326 2,7141 Interaction 1 24,5350 24,5350 12,7263 Experimental error 3 5,7839 1,9279 Total 7 48,5577

Dari perhitungan efek rata-rata secara desain faktorial dan analisis Yate’s treatment dapat ditegaskan bahwa efek interaksi carbopol 3% b/v dan propilen

glikol adalah faktor dominan dan bermakna dalam meningkatkan pergeseran viskositas gel.

E. Uji Iritasi Primer Ekstrak Rimpang Kunir Putih

Uji iritasi dimaksudkan untuk melihat apakah formula gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih dapat menimbulkan iritasi. Uji ini digunakan untuk melengkapi uji SPF bahwa formula gel ini selain efektif sebagai tabir surya juga aman digunakan dan bahan yang digunakan tidak menyebabkan iritasi. Pada uji ini digunakan kelinci albino sebagai hewan percobaan untuk memudahkan pengamatan iritasi yang terjadi yang ditandai dengan timbulnya eritema dan edema. Hasil pengukuran indeks iritasi primer adalah sebagai berikut :

Tabel IX. Skor indeks iritasi primer dari formula-formula gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih pada punggung kelinci

Formula Indeks Iritasi Primer

1 0

a 0

b 0

ab 0,1

Hasil uji iritasi primer dari formula gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih yang telah dilakukan terhadap kulit kelinci menunjukkan pada formula 1, a, dan b mempunyai nilai indeks iritasi primer yang sama yaitu 0, sedangkan pada formula ab didapat nilai indeks iritasi primer 0,1 (Tabel IX). Nilai indeks iritasi primer tersebut berarti keempat formula gel repelan yang telah dibuat bersifat kurang merangsang terhadap timbulnya iritasi primer pada kulit hewan uji (Lu, 1995).

F. Optimasi Formula

Setelah dilakukan uji sifat fisik, stabilitas, dan iritasi primer selanjutnya dilakukan optimasi formula berdasarkan contour plot dari persamaan desain faktorial. Optimasi formula dilakukan untuk mendapatkan formula yang optimum, yaitu formula yang memenuhi karakteristik bentuk sediaan yang baik sesuai dengan yang dikehendaki. Dari contour plot sifat fisik dan stabilitas dapat ditentukan area optimum berdasarkan respon yang dikehendaki. Untuk mendapatkan komposisi optimum formula gel sunscreen, contour plot masing-masing uji digabungkan dalam

contour plot super imposed.

Optimasi formula gel sunscreen meliputi sifat fisik, yaitu daya sebar dan viskositas serta stabilitas yang dilihat dari pergeseran viskositas setelah gel disimpan selama satu bulan. Viskositas yang tinggi dapat mempersulit pengemasan maupun pengeluaran sediaan dari pengemasnya. Daya sebar yang rendah maupun yang tinggi dapat mempersulit pemerataan sediaan pada saat aplikasi. Formula optimum gel

sunscreen yang didapat dari hasil optimasi diharapkan memiliki viskositas yang cukup dan daya sebar yang baik. Dari optimasi formula gel sunscreen terhadap stabilitas, diharapkan pergeseran viskositas yang terjadi adalah seminimal mungkin.

Persamaan desain faktorial daya sebar gel yang diperoleh adalah y = 4,8443 – 0,0145X1 – 0,0189X2 + 0,0006X1X2. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut:

Gambar 10. Contour plot daya sebar gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih

Dari contour plot daya sebar gel (Gambar 10), dapat ditentukan area komposisi optimum gel untuk memperoleh respon daya sebar seperti yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Daya sebar gel yang optimal diharapkan dapat menjamin pemerataan gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih saat aplikasi ke kulit. Respon yang dipilih dalam optimasi adalah kurang dari sama dengan 5 cm karena diharapkan memiliki area daya sebar formula yang optimum sesuai nilai daya sebar yang direkomendasikan untuk sediaan semistiff yaitu ≤ 5 cm (Garg et al., 2002).

Persamaan desain faktorial viskositas gel adalah y = 106,9795 + 4,4160X1 + 6,1929X2 – 0,1833X1X2. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut:

Gambar 11. Contour plot viskositas sunscreen ekstrak rimpang kunir putih

Dari contour plot viskositas gel (Gambar 11), dapat ditentukan area komposisi optimum gel untuk memperoleh respon viskositas seperti yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Besarnya nilai viskositas diharapkan cukup optimal yaitu tidak terlalu besar ataupun tidak terlalu kecil. Viskositas yang terlalu besar akan menyulitkan saat pengemasan sediaan gel dan tidak menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit, sedangkan viskositas yang terlalu kecil tidak disukai karena saat pengaplikasian pada kulit banyak sediaan terbuang. Respon yang dipilih pada optimasi adalah formula dengan nilai viskositas 250 dPa.s sampai 260 dPa.s. Pemilihan tersebut didasarkan pada subjective assessment yang telah dilakukan terhadap formula 1, a, b, dan ab, dimana formula yang memiliki nilai viskositas 250 dPa.s sampai 260 dPa.s memiliki konsistensi yang dapat diterima oleh konsumen.

Persamaan desain faktorial untuk pergeseran viskositas gel adalah y = 47,8731 – 1,2411X1 – 2,4965X2 + 0,07005X1X2. Melalui persamaan ini dapat dibuat contour plot sebagai berikut:

Gambar 12. Contour plot pergeseran viskositas gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih

Dari contour plot pergeseran viskositas gel (Gambar 12), dapat ditentukan area komposisi optimum gel sunscreen untuk memperoleh respon pergeseran viskositas seperti yang dikehendaki, terbatas pada jumlah bahan yang diteliti. Pergeseran viskositas gel dikehendaki minimal atau tidak terjadi, karena dengan adanya pergeseran viskositas yang merupakan pergeseran profil kekentalan setelah satu bulan memperlihatkan adanya ketidakstabilan sediaan selama penyimpanan (Zatz & Kushla, 1996). Penelitian tentang metilhidroksietilselulosa dengan menggunakan pernukuran satu titik untuk melacak stabilitas dari beberapa tingkat polimer pada berbagai temperatur memberikan hasil bahwa ada sedikit perubahan dalam viskositas pada penyimpanan selama 2 bulan pada temperatur ruangan

maupun temperatur pendingin. Penyimpanan pada temperatur 40ºC biasanya menyebabkan penurunan viskositas 15% atau lebih (Zatz, Berry & Alderman, 1996). Metilhidroksietilselulosa merupakan polimer semi sintetik, sedangkan carbopol 940 adalah polimer sintetik yang tentunya lebih stabil daripada polimer semi sintetik. Oleh karena itu pergeseran viskositas dibuat lebih ketat yaitu kurang dari 5%. Pemilihan area pada contour plot pergeseran viskositas gel ini diharapkan yang optimum. Pada respon tersebut diharapkan pergeseran viskositas yang terjadi minimal sehingga dihasilkan formula yang optimum. Setelah dilakukan pengujian, perubahan viskositas sebesar kurang dari 5% setelah penyimpanan selama 1 bulan tidak memperlihatkan kenampakan fisis perubahan viskositas yang berbeda secara nyata dibandingkan viskositas gel segera setelah pembuatan.

Formula optimum pada level gelling agent dan humectant yang diteliti dapat diperoleh melalui penggabungan area komposisi optimum dari seluruh uji sifat fisik dan stabilitas gel yang telah dilakukan. Dengan komposisi basis yang optimum diperoleh formula gel dengan karakteristik sifat fisik dan stabilitas yang diharapkan tanpa adanya resiko terjadinya iritasi pada kulit sebelum diaplikasikan pada masyarakat sebagai suatu sediaan farmasetis. Grafik area optimum dari masing-masing uji yang telah dipilih digabungkan menjadi satu dalam contour plot superimposed sebagai berikut:

Gambar 13. Contour plotsuperimposed sifat fisik dan stabilitas gel sunscreen ekstrak rimpang kunir putih

Gambar 13 menunjukkan area komposisi optimum gel sunscreen dengan

gelling agent carbopol 3% b/v dan humectant propilen glikol. Area komposisi optimum gel sunscreen dengan respon yang dikehendaki dalam batas jumlah bahan yang diteliti didasarkan pada contour plot sifat fisik gel dan stabilitas. Respon yang dipilih meliputi daya sebar kurang dari sama dengan 5 cm, viskositas antara 250-260 dPa.s dan pergeseran viskositas kurang dari 5%. Area tersebut diprediksi sebagai formula optimum gel tanpa adanya indikasi mengiritasi kulit. Pada area komposisi optimum memperlihatkan penggunaan carbopol 3% b/v tidak boleh terlalu rendah ataupun terlalu tinggi, sedangkan propilen glikol dapat digunakan baik pada level rendah maupun level tinggi.

A. Kesimpulan

1.Ekstrak rimpang kunir putih dapat memberikan serapan pada panjang gelombang

UVA dan UVB.

2.Carbopol 3% b/v memberikan efek paling dominan dalam menentukan respon

daya sebar dan viskositas gel. Interaksi antara carbopol 3% b/v memberikan efek

paling dominan dalam menentukan pergeseran viskositas setelah penyimpanan

selama satu bulan.

3.Diperoleh area optimum formula gel sunscreen dengan carbopol 3% b/v sebagai

gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant berdasarkan contour plot superimposed yang meliputi daya sebar, viskositas dan stabilitas pada level yang diteliti.

B. Saran

1.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kandungan ekstrak rimpang kunir

putih.

2.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan perubahan nilai SPF

dalam sediaan.

3.Perlu dilakukan fraksinasi terhadap ekstrak rimpang kunir putih untuk

mendapatkan senyawa-senyawa yang mampu mengabsorbsi UV.

DAFTAR PUSTAKA

Allen Jr., Loyd V., PhD., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second edition, 301-310, American Pharmaceutical Association, USA.

Anger, Claude B., Rupp, D., Lo, P., 1996, Preservation of Dispersed System, in Banker, Gilbert S., Lieberman, H.A., and Rieger, Martin M., (Eds.),

Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System Vol. 1, 2nd Ed., 389, Marcel Dekker Inc., New York.

Anonim, 1983, Hand Book of Pharmaceutical Excipient, 241-242, American Pharmaceutical Association, Washington DC.

---, 1986, Sediaan Galenik, 2-3, 6-7, 16, 19-21, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 712, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 2000a, Curcuminoids-Pharmacological Efects. Curcuminoids [serial Online],

www.curcuminoids.com/Pharmacological.htm. Diakses pada 13 Januari

2006.

---, 2000c, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, 30-31, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 2001, Final Report on the Safety Assessment of Carbomers-934, -910P, -940, -941, and -962,

http://www.personalcare.noveon.com/Toxicology/finalsafety.pdf. Diakses

pada 19 November 2006.

---, 2003, Kunir Putih, http://nusaindah.tripod.com/kunirputih.htm. Diakses pada 20 Februari 2006.

---, 2004a, Sunblock is the Most Important Cosmetic You Will Ever Use,

www.holistic-facial-skin-care.com/sunblock.html. Diakses pada 13

November 2005.

---, 2004b, Kunir Putih, www.geocities.com/jamusegar/kp.html. Diakses pada 10 Februari 2006.

---, 2005, UVA-UVB Sun Rays, http://911skin.com/UVA-UVB.html. Dakses pada 13 November 2005

---, 2006a, Water Soluble Carbomer for Thickening, Suspending, and Stabilizing, http://www.pharma-excipients.com/carbomer_940-980.html. Diakses pada tanggal 19 November 2006.

---, 2006b, Increasing Use of High Sun Protection Factors in Sunscreen Products, http://www.roche.com/pages/facets/1/uvfilte.htm. Diakses pada 6 Januari 2007.

---, 2006c, Commission Recommendation of 22 September 2006 on Efficacy of Sunscreen Products and The Claims Made Relating Thereto, http://eur-lex.europa.eu/LexUriServ/site/en/oj/2006/1_265/1_2650060926en0039004

3.pdf. Diakses pada 6 Januari 2006

---, 2006d, Nature of UV Radiation,

http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/stratosphere/uv_index/uv_nature.s html. Diakses pada 19 Februari 2007.

---, 2007a, Sunscreen, http://en.wikipedia.org/wiki/Sun_protection_factor. Diakses pada 6 Januari 2007

---, 2007b, Ultraviolet, http://en.wikipedia.org/wiki/Ultraviolet. Diakses pada 6 Januari 2007.

---, 2007c, Ozon Depletion, http://en.wikipedia.org/wiki/Ozone_depletion.

Diakses pada 22 Februari 2007.

Ansel, Howard C Ph.D., 1989, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, Edisi IV, 390, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Ariens, Y., Simons, C., Mutschler, E., 1985, General Toxicology, Edisi I, 127-134, diterjemahkan oleh Yoke, R. dkk, UGM Press, Yogyakarta.

Ash, I., dan Michael, 1977, A Formulary of Cosmetic Preparations, Chemical Publishing Co., New York.

Badmaev, Vladimir M.D Ph.D., Majeed, Muhammed, PhD., Shivakumar, Umar., Ph.D., Rajendran, R., 1995, Curcuminoids: Antioxidant Phytonutrients, 23, Nutriscience Publisher, Inc., New Jersey.

Badmaev, Vladimir M.D., 2003, Cross-regulin Composition of Turmeric-derived Tetrahydrocurcuminoids for Skin Lightening and Protection Against UVB Rays, www.sabinsa.com. Diakses pada tanggal 13 Januari 2006.

Badmaev, Vladimir MD Ph.D., Prakash, Lakshmi., Majeed, Muhammed Ph.D., 2005, Topical and Nutraceutical Skin Care Naturals,

www.personalcaremagazine.com. Diakses pada 13 Januari 2006

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Applications, 3th Ed., 326-337, Marcel Dekker Inc., New York.

Calder, Vince, Ph.D., 2005, How Does Sunblock Blockout UV A and UV B Rays,

www.PhysLink.com. Diakses pada 17 November 2005

Gunawan, D., Soegihardjo, C.J., Mulyani, S., Koensoemardiyah, 1998, Empon-empon dan Tanaman Zingiberaceae, 12, Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami, Komisariat, Yogyakarta.

Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., Singla, A.K., 2002, Spreading of Semisolid Formulation : An Update, Pharmaceutical Technology, September 2002, 84-102, www.pharmtech.com.

Heinrich, M., Barnes, J., Gibbons, S., Williamson, Elizabeth M., 2004,

Fundamentals of Pharmacognosy and Phytotherapy, 264, Elsevier Science Limited, UK.

Hutapea, Johnny Ria DR., 1993, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II), 165, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Jellinek, J Stephan DR., 1970, Formulation and Function of Cosmetics, translated by G.L.Fenton, 323-325, John Wiley & Sons Inc., USA.

Johnson, Anthony W., 2002, The Skin Moisturizer Marketplace, in Leyden, J.J., Rawlings, A.V., (Eds), Skin Moisturization, 25, Marcell Dekker Inc., New York.

Loden, Marie, 2001, Hydrating Substances, in Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I.,

Handbook of Cosmetic Science and Technology, Marcell Dekker, Inc., New York.

Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk Assesment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi III, 239-245, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Lucas, R., McMichael, T., Smith, W., & Armstrong, B., 2006, Solar Ultraviolet Radiation: Global Burden of Disease From Solar Ultraviolet Radiation. Environmental Burden of Disease [Serial Online], 4, 8, 88 (No. 13): (258 screens), Available from URL: http// www.who.int.

Muhlizah, F., 1999, Temu-temuan dan Empon-empon Budidaya dan Manfaatnya, 73-76, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Mulja, Muhammad, Drs., dan Suharman, Drs., 1995, Analisis Instrumental, 26-31, Airlangga University Press, Surabaya.

Muller, Alban, 1996, Herbal Complexes with Proven Efficacy, in Fridd, Petrina (Ed.), Natural Ingredients in Cosmetics-II, 156-157, Micelle Press, Wayemouth, England.

Muth, J. E. De, 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical Applications, 265-294, Marcel Dekker, Inc., New York

Nakayama, T., 1997, Affinities of Dietary Phenolic Antioxidants for Lipid Bilayers, in Shahidi, F., Ho, Chi-Tang. (Eds.), Phytochemicals and Phytopharmaceutical, 355-356, AOCS Press, USA.

Roberts, Bryan. Dr., 2004, What is the difference between a sunscreen and a sun block?, http://www.sas.upenn.edu/~cogswell/Sunscreen.htm. Diakses pada 26 Januari 2007.

Roth, H.J., and Blaschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh Sarjoko Risman dan Slamet Ibrahim, 359-361, 373, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sagarin, Edward, 1957, Cosmetics Science and Technology, 197, Interscience Publisher Inc., New York.

Sayekti & Ernita, 1994, Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII, 553-556, Perhimpunan Peneliti Bahan Obat Alami (PERHIBA) kerjasama dengan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), Bogor.

Silva, Lee, & Kinghorn, 1998, Special Problems with the Extraction of Plants, in Cannell, R.J.P. (Ed.), Natural Product Isolation, 343-351, Humana Press Inc., New Jersey.

Silverstein, R.M., Bassler, G. Clayton., & Morril, Terence C., 1991, Spectrometric Identification of Organic Compounds, 5th Ed., 289-314, John Willey & Sons, Inc., Singapore.

Skoog, Douglas A., 1985, Principles of Instrumental Analysis, 3th Ed., 160-214, CBS College Publishing, Japan.

Stacener, M.D., 2006, Sunscreen vs Sunblock & Which One to Tan With,

http://www.longerliving.com/skin_care/tan_differences_sunscreen_vs_sun

block.html. Diakses pada 6 Januari 2007

Stanfield, Joseph W., 2003, Sun Protectans: Enhancing Product Functionality with Sunscreens, in Schueller, R., Romanowski, P., (Eds.), Multifunctional Cosmetics, 145-148, Marcel Dekker Inc., New York.

Walters, C., Keeney, A., Wigl, C.T., Johnston, C.R., and Cornelius, R.D., 1997, The Spectrophotometric Analysis and Modeling of Sunscreen. Journal of Chemical Education, 74, 1, 99-101.

Windholz, M., 1976, The Merck Index an Encyclopedia of Chemicals and Drugs, 9th Ed,. 343-344, Merck and G. Inc., Rahway, N.J., United States of America.

Zatz, J.L., Berry, J.J., Alderman, D.A., 1996, Viscosity-Imparting Agents in Disperse System,in Banker, Gilbert S., Lieberman, H.A., Rieger, Martin M., (Eds.),

Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse System Vol. 1, 2nd Ed., 291, Marcel Dekker Inc., New York.

Zatz, J.L., Kushla, G.P., 1996, Gels, in Lieberman, H.A., Lachman, L., Schwatz, J.B., (Eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Dysperse System Vol. 2, 2nd Ed.,400-401, Marcel Dekker Inc., New York.

Zeman, Gary, ScD., CHP., 2007, Ultraviolet Radiation,

http://www.hps.org/hpspublications/articles/uv.html. Diakses pada 22

LAMPIRAN Lampiran 1. Uji SPF 1.Perhitungan SPF A SPF C (%) I II III I II III SPF 8 0,809 0,810 0,813 6,442 6,456 6,501 6,466 9 1,367 1,365 1,391 23,281 23,174 24,604 23,686 10 1,485 1,482 1,474 30,549 30,339 29,785 30,224 11 1,649 1,650 1,637 44,566 44,668 43,351 44,195 12 1,778 1,786 1,823 59,979 61,094 66,527 62,534 Absorbansi yang didapat dihitung sebagai nilai SPF, menggunakan rumus:

A = -log10 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ SPF 1 A = log10 SPF

Agar diperoleh sediaan dengan nilai SPF 30, maka konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan adalah 10% I SPF = 101,485 = 30,549 II SPF = 101,482 = 30,339 III SPF = 101,474 = 29,785 SPF = 3 785 , 29 339 , 30 549 , 30 + + = 30,224

2.Pembuatan Larutan Baku Kurkumin

a.Penimbangan standar kurkuminoid Merck Bobot kertas = 0,1993 g

Bobot kertas + zat = 0,2671 g = 0,26731 g Bobot kertas + sisa = 0,20330 g

b.Pembuatan larutan stok standar kurkuminoid 0,06401 g dalam 25 mL etanol p.a = 0,06401

ml 25 g = 256,04 mL 100 mg = 256,04 mg% c.Pembuatan seri kurva baku standar kurkuminoid

- Konsentrasi 4,0966 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 4,0966 mg% V1 = 0,16 mL - Konsentrasi 5,1208 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 5,1208 mg% V1 = 0,20 mL - Konsentrasi 6,1449 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 6,1449 mg% V1 = 0,24 mL - Konsentrasi 7,1691 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 7,1691 mg% V1 = 0,28 mL - Konsentrasi 8,7054 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 8,7054 mg% V1 = 0,34 mL - Konsentrasi 9,2174 mg% V1 x C1 = V2 x C2 V1 x 256,04 mg% = 10 mL x 9,2174 mg% V1 = 0,36 mL

d.Pengukuran absorbansi kurva baku

Absorbansi (replikasi) Konsentrasi (mg%) 1 2 3 Absorbansi rata-rata 4,0966 0,729 0,700 0,700 0,709 5,1208 0,876 0,886 0,872 0,878 6,1449 1,158 1,151 1,191 1,167 7,1691 1,366 1,372 1,411 1,383 8,7054 1,589 1,570 1,578 1,579 9,2174 1,791 1,769 1,710 1,723

e.Analisis regresi linier

Konsentrasi vs absorbansi rata-rata, didapat harga: A = -0,0084

B = 0,1964 r = 0,9938

diperoleh persamaan kurva baku y = 0,1964x – 0,0084

Dari analisi regresi didapat harga r hitung lebih besar dari r tabel (α = 0,05)

Dokumen terkait