Adegan ketika Pipit mengirimkan bungkus makanan berharap mendapatkan hadiah yang ditawarkan. Menggambarkan masyarakat Indonesia yang pemalas, lebih mengharapkan keberuntungan daripada bekerja keras dalam mendapatkan uang. Dalam film ini Pipit adalah anak seorang Haji Rahmat dan lulusan sarjana agama yang belum bekerja dan kegiatan sehari-harinya hanya mengirimkan bungkus makanan dan mengikuti kuis interaktif.
Gambar 4.24
Adegan saat kamtib merazia pengasong dan pengamen dilampu merah. Pesan yang tersirat didalamnya adalah ketika masyarakat miskin di Indonesia yang mencari uang dengan cara yang halal tidak didukung oleh pemerintah. Pemerintah malah membuat larangan untuk pengasong dan pengamen berjualan karena dapat mengganggu ketertiban dan kenyamanan pengguna jalan. Tetapi dengan dibuatnya larangan tersebut pemerintah tidak memberikan solusi yang tepat untuk membantu masyarakat miskin mencari uang dengan cara yang halal. Pemerintah tidak menyediakan mereka yang tidak mampu kesempatan dan fasilitas untuk menuntut ilmu agar mereka menjadi anak yang mempunyai keterampilan dan keahlian supaya mereka tidak perlu lagi mengasong, mengamen dan mencopet. Pemerintah juga tidak menyediakan lahan pekerjaan yang cukup bagi mereka yang menganggur.
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Diangkatnya karakter seorang Jupri sebagai calon wakil rakyat hingga akhirnya berhasil menjadi anggota DPR, dalam masa kampanye nya Jupri melakukan berbagai hal agar masyarakat akan memilihnya pada saat pemilu. Mulai dari memasang poster dirinya, sampai membagi-bagikan kaos dengan wajah dirinya dikaos tersebut. Kondisi seperti ini sudah biasa untuk masyarakat negeri ini, setiap pemilihan umum tiba calon-calon anggota DPR berlomba-lomba menarik simpati masyarakat agar memilih mereka. Segala cara ditempuh, walau dengan membeli suara rakyat. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi, karena ini adalah kenyataan yang sering kali terjadi setiap pemilu. Film ini hanya mengangkat realitas yang terjadi dan menceritakan kembali kehidupan bangsa Indonesia kedalam sebuah film.
Gambar 4.27 Gambar 4.28
Dalam film ini diselipkan juga adegan dimana Jupri sudah menjadi anggota DPR dan bercerita kepada Haji Sarbini tentang permainan yang biasa ia mainkan ketika merasa jenuh ditengah rapat paripurna di gedung DPR. Ketika mereka anggota DPR sudah lelah memikirkan nasib rakyat, mereka bermain game untuk menghilangkan stress sela rapat. Bukan hanya bermain game disela-sela rapat paripurna dalam membahas masa depan negeri ini, para wakil rakyat di gedung DPR pun kerap kali membuat kita malu mempunyai wakil rakyat seperti mereka ketika mereka tidak bisa mengontrol emosi dan berkelahi didalam gedung DPR itu. Mereka saling meneriaki satu sama lain karena usulan atau pendapat mereka tidak sependapat dan dibantah oleh pihak yang memposisikan diri sebagai pihak oposisi. Sebagai wakil rakyat sudah seharusnya mereka menjadikan diri mereka sebagai suri tauladan yang patut ditiru oleh rakyatnya. Bukan mengumbar kemarahan dalam menyelesaikan masalah negara. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maaf dan bersabar terhadap sesama sangat membantu proses konsolidasi demokrasi seperti yang sedang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Sebab konsolidasi itu hanya dapat terbangun dan berdiri kokoh ketika ada kesamaan persepsi, kesamaan langkah, kesungguhan tekad, dan kesolidan yang tinggi segenap bangsa ini. Bukan sebaliknya, konsolidasi demokrasi
dibangun atas dasar amarah yang meluap-luap, sehingga persoalan yang sebenarnya sangat sepele menjadi biang kericuhan dan kerusuhan berskala besar.
4.4.2 Perangkat Penalaran (Reasoning Devices)
Perangkat penalaran dalam penelitian ini ada tiga jenis yaitu Roots. Appeals to Principle dan Consequences. Penjelasannya adalah sebagai berikut : A. Roots
Pencopet berpendidikan itu bukan disebut sebagai pencopet tetapi disebut sebagai koruptor. Dikatakan pencopet berpendidikan karena biasanya koruptor berasal dari kalangan yang dipercayakan oleh rakyatnya untuk memimpin negara, mendapat kepercayaan untuk memimpin suatu negara dan menjadi wakil rakyat pastilah orang-orang itu mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi. Bahkan di Indonesia 90 persen koruptor adalah produk perguruan tinggi. Korupsi adalah kegiatan yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri dan memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kepercayaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dengan korupsi, mereka tidak perlu bersusah payah mencurahkan segala daya dan upayanya guna mendapatkan kekayaan, tetapi cukup dengan menyalahgunakan wewenang ataupun kekuasaan yang mereka miliki. Ingin cepat kaya tanpa bekerja keras jelas menyalahi hukum alam, karena alam mengajarkan untuk menjadi kaya, kita harus bekerja sekuat tenaga dengan tetap mengindahkan aturan main yang ada. Sebenarnya, patuh terhadap hukum alam ini, secara langsung, kita telah menjaga keseimbangan dan keselarasan hubungan antara kita dengan Tuhan, kita dengan sesama manusia dan kita dengan alam semesta. Yang demikian ini otomatis terjadi karena hukum alam senantiasa mengajarkan perlunya dimensi etis rasional
guna mendapatkan kebahagiaan. Pelanggaran terhadap ketentuan atau hukum alam hanya akan melahirkan kerusakan-kerusakan. Bukti nyatanya adalah akibat buruk yang ditimbulkan oleh praktik korupsi, dimana perbuatan itu jelas tidak menjaga keselarasan hubungan, baik dengan Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam semesta. Karena praktik korupsi ini, Indonesia menjadi negara miskin, dan kesejahteraan hajat hidup orang banyak rusak. Dengan kata lain, praktik korupsi mengantarkan kepada kemiskinan sosial. Yang demikian ini terjadi karena distribusi kekayaan negara menjadi tidak merata dan hanya berputar-putar mengelilingi segelintir atau sekelompok orang saja yaitu mereka yang memiliki kewenangan, kekuasaan atau mereka yang dekat dengan penguasa. Akibatnya kesenjangan ekonomi semakin jelas, dimana kelompok yang kaya semakin kaya dan kelompok yang miskin semakin terpuruk tak berdaya.