• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ira Wahyuni 1 , Amruzi Minha 2 , Andy Mulyana 2 , Zulkifli Alamsyah 2 1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian/Agribisnis,

Dalam dokumen PROSIDING SEMNAS 2015 ok (Halaman 191-200)

2

Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian UNSRI

Penulis korespondensi: HP. 0812 7491 117

e-mail : irawahyuni61@yahoo.co.id

ABSTRAK

Permintaan produk pertanian telah akan terus berubah, bertumbuh dan berkembang dengan laju yang tinggi, sudah saatnya pelaku produksi (rumah tangga petani) padi dengan multi komoditi dan multi produk (output) bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen (pasar). Tujuan penelitian untuk mengetahui keragaan usahatani dan tingkat komersialisasi usaha rumah tangga petani padi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dari hasil penelitian, usahatani (usaha pertanian) di lahan pasang surut seluruhnya dikelola rumah tangga. Hanya sebagian kecil usaha pertanian dikelola perusahaan pertanian. Rumah tangga petani mengusahakan beragam (diversifikasi) usaha beragam produk dari komoditas subsisten maupun komersial dihasilkan. Komoditas komersial di lahan pasang surut yang sudah lama dikembangkan, rumah tangga petani telah terbiasa mengelola tanaman tahunan yang bernilai ekonomi tinggi adalah komoditas pinang, kelapa/kopra, kopi, sementara komoditas baru adalah kelapa sawit, karet dan kayu manies. Kearifan lokal lainnya adalah dalam memilih tanaman jangka pendek (tanaman semusim) atau komoditas semi komersial lainnya. Hal ini dimungkinkan karena adanya peluang faktor-faktor penarik (pull factors) dan pendorong (push factors) dari masing-masing komoditas tersebut : (1) ketersediaan sumberdaya lahan (basah dan kering); (2) keterbatasan sumberdaya manusia/tenaga kerja, baik kualitas maupun kuantitas; (3) keterbatasan modal/pasar modal; (4) penguasaan teknologi komoditas/kearifan lokal, (5) adanya kelembagaan petani : gapoktan/poktan dan pasar (adanya pasar lelang, adanya jalur distribusi produk usahatani dan jalur usahatani ; jalur darat dan jalur air, informasi harga) serta (6) kemudahan lainnya dengan diperolehnya pendapatan tunai secara periodik/mingguan. Keragaan usahatani dilahan pasang surut baru masuk kreteria semi komersial, belum komersial penuh (100).

Kata Kunci: keragaan usahatani, komersialisasi, padi, rumah tangga petani, lahan pasang surut.

PENDAHULUAN

Pada awal Juli 2015, angka ramalan pertama (aram 1) produksi padi tahun 2015 mencapai 75,55 juta juta ton GKG, atau mengalami peningkatan 6,65 persen dibandingkan produksi pada 2014 yang mencapai 70,8 juta ton. Angka tersebut setara dengan 41 juta ton beras. Jika angka konsumsi beras sebesar 114,12 kg per kapita per tahun, maka total konsumsi beras untuk 253 juta penduduk berkisar

ISBN 978-979-8389-21-4

191

10 juta ton. Di Tahun 2014, Indonesia juga mengalami surplus 8,8 juta ton dan begitu pula di tahun 2013 surplus 9,5 juta ton (BPS,2015).

Target pemerintah untuk swasembada pangan tiga tahun ke depan, bukanlah target yang mudah untuk dicapai, mengingat persoalan pangan akan selalu berkaitan dengan isu pokok mengenai ketersediaan lahan, penyediaan sarana dan prasarana produksi, penyediaan infrastuktur pendukung, teknologi pengolahan hasil, permodalan dan kelembagaan, daya saing komoditas dan persaingan pasar, kapasitas sumberdaya manusia, konsistensi kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam melaksanakan pembangunan pertanian yang berkelanjutan, serta pengaruh kebijakan internasional yang berkaitan dengan produk pangan dan hasil-hasil pertanian Indonesia.

Dalam upaya mempertahankan dan melestarikan swasembada pangan, terutama padi/beras secara Nasional yang berkaitan dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan terjadinya alih fungsi lahan pertanian untuk non pertanian, salah satu strategi yang ditempuh pemerintah adalah mengoptimalkan pemanfaatan lahan pasang surut. Lahan pasang surut mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan pertanian dengan produktivitas tinggi bila dilakukan dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi dan didukung oleh kelembagaan yang konduktif (Haryono, 2013).

Lahan sawah rawa pasang surut terluas di Provinsi Jambi adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur seluas 33.827 ha (64,06 %) dari total luas lahan yang ada (BPS Provinsi Jambi, 2014). Peningkatan produksi padi atau produksi komoditas lainnya selanjutnya, dapat menjadi terkendala karena relatif banyaknya perang komoditas di lahan terbatas dengan sumberdaya manusia yang terbatas. Tahun 2014 terdapat 18 komoditas nasional, yang terus digenjot produktivitasnya oleh pemerintah. Berbagai komoditas saling berlomba dengan programnya dan program tersebut berasal bisa berasal dari instansi yang sama dan yang berbeda. Kondisi ini merupakan peluang bagi petani untuk menentukan keputusan dalam berproduksi. Orientasi berproduksi petani dan anggota keluarga petani menentukan kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan maupun input yang digunakan.

Dengan penggunanaan teknologi pertanian yang tepat dan peran pemerintah, termasuk didalamnya rekayasa kelembagaan secara bersama-sama atau masing- masing pada masa lalu dan sampai saat kini telah merubah kekurangan beras menjadi swasembada bahkan surplus. Begitu juga halnya terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, berbagai komoditas saling berlomba dengan programnya dan program tersebut berasal bisa berasal dari instansi yang sama dan yang berbeda. Rumah tangga petani padi juga selain melakukan kegiatan on farm, juga off farm (pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa di bidang pertanian lainnya) dan non farm. Rumah tangga petani masa depan adalah orang-orang yang memiliki kemampuan berbisnis, kemampuan manajerial, kepemimpinan, dan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship). Memandang pertanian sebagai usaha bisnis, bisnis di bidang pertanian (agribisnis).

Dengan keterbatasan rumah tangga petani dan banyaknya alternatif peluang usaha (bisnis), kondisi ini merupakan peluang bagi rumah tangga petani untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menentukan keputusan dari banyak alternatif pilihan komoditas dan peluang bisnis atau peluang pasar yang ada dalam berproduksi, apakah rumah tangga petani tetap subsisten atau berubah ke orientasi produksinya komersial. Dalam makalah ini, penulis tertarik membahas tetang bagaimana tingkat komersialisasi usaha rumah tangga petani padi lahan pasang surut dan juga bagaimana keragaan usahatani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

ISBN 978-979-8389-21-4

192

BAHAN DAN METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini, melakukan analisis komprehensif dari data sekunder, data sekunder dari hasil Sensus Pertanian 2013 (ST 2013) Kabupaten Tanjung Jabung, Provinsi Jambi, sebagian lagi data hasil survey lapangan dan studi pustaka. Jenis data dalam penelitian ini adalah data panel, menggabungkan antara cross section dan data time series.

Penelitian ini, menganalis data kabupaten dan kecamatan, dengan mengambil 4 kecamatan dari 11 kecamatan yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung, yaitu Kecamatan Muara Sabak Timur, Kecamatan Rantau Rasau, Kecamatan Berbak dan Kecamatan Nipah Panjang. Alasan pemilihan kecamatan adalah wilayah tersebut merupakan lahan pasang surut yang terbanyak rumah tangga petani padinya dan alasan lainnya adalah kecamatan yang dianalisis merupakan sebagian dari wilayah penelitian untuk penelitian Disertasi penulis yang sedang berlangsung. Tingkat komersialisasi rumah tangga petani padi diukur dari nilai penjualan output semua (multi) komoditi ke pasar dibandingkan dengan nilai output semua komoditi (Govereh et al., 1999, Strasberg et al., 1999). Tingkat komersialisasi usahatani padi,

dinilai dari sisi penjualan output dan dari sisi pembelian input usahatani padi (Von Braun et al., 1994).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Usahatani (Usaha Pertanian) Rumah Tangga Petani

Usahatani adalah usaha pertanian kegiatan yang kegiatannya menghasilkan produk usahatani (pertanian) dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual. Usahatani dalam makalah ini meliputi usaha komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, termasuk jasa pertanian. Khusus tanaman pangan (padi dan palawija) meskipun tidak untuk dijual (dikonsumsi sendiri) tetap dicakup sebagai usaha. Rumah tangga petani (rumah tangga usaha pertanian) adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggota rumah tangganya mengelola usaha pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual, baik usaha pertanian milik sendiri, secara bagi hasil, atau milik orang lain dengan menerima upah, dalam hal ini termasuk jasa pertanian.

Usaha pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur didominasi oleh rumah tangga. Hal ini tercermin dari besarnya jumlah rumah tangga usaha pertanian jika dibandingkan dengan perusahaan pertanian berbadan hukum atau pelaku usaha lainnya yaitu selain rumah tangga dan perusahaan pertanian berbadan hukum. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun 2013 tercatat sebanyak 41.059 rumah tangga, meningkat sebesar 6,91 persen dari tahun 2003 yang tercatat sebanyak 38.404 rumah tangga. Hasil ST2013, peningkatan terbanyak rumah tangga petani di subsektor perkebunan (kelapa sawit, karet dan pinang), kemudian peningkatan rumah tangga petani padi, sementara rumah tangga petani tanaman pangan dan rumah tangga komoditas lainnya terjadi penurunan. Sedangkan jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum Tahun 2013 tercatat sebanyak 13 perusahaan dan pelaku usaha lainnya sebanyak 2 unit. Walaupun perusahaan pertanian jumlahnya hanya sedikit namun pengaruhnya terhadap komersialisasi usaha pertanian rumah tangga petani sangat signifikan, terutama untuk komoditas komersial.

Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur , pada lahan yang berpengaruh air pasang surut maka usahataninya lebih bervariasi dengan adanya lahan basah dan lahan kering. Berdasarkan hasil ST2013 diketahui bahwa rumah tangga hanya menanam komoditas padi persentasenya (1-19%) sangat kecil padi di Kabupaten

ISBN 978-979-8389-21-4

193

Tanjung Jabung Timur didominasi oleh rumah tangga yang mengelola tanaman hortikultura, kemudian komoditas perkebunan, tanaman palawija, padi/paliwija. Untuk jelasnya dapat dilihat Tabel 1.

Tabel 1.Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan subsektor yang Diusahakan, di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tahun 2013

Kecamatan Sektor Pertanian (Rumah tangga) Tanaman Pangan Hortikultura (Rumah tangga) Perkebunan (Rumah tangga) Padi Palawija Padi/

Palawija Muara Sabak Timur 5.466 60 (1,10)*) 2.014 (36,85) 982 (17,97) 4.719 (86,33) 1.994 (36,48) Rantau Rasau 5.442 279 (5,13) 2.486 (45,68) 1.210 (22,23) 5.133 (94,32) 2.377 (43,68) Berbak 2.415 450 (18,63) 2.055 (85,09) 1.030 (42,65) 1.857 (76,89) 2.047 (84,76) Nipah Panjang 4.264 249 (5,84) 1.875 (43,97) 1.161 (27,22) 3.524 (82,65) 1.847 (43,32) Tanjung Jabung Timur 41.0 59 2.177 (5,30) 11.488 (27,98) 11.329 (27,59) 36.341 (88,51) 10.344 (25,19)

*) Dalam kurung angka dalam persen.

Sumber : Data olahan BPS Kabupaten Tanjung Jabung Timur (2014)

Dari Tabel 1, dapat dilihat jumlah rumah tangga yang terbanyak adalah usaha tanaman hortikultura, kemudian usaha komoditas perkebunan dan yang paling sedikit jumlah rumah tangganya adalah rumah tangga komoditas padi. Komoditas padi walaupun hasilnya dijual tujuan berproduksinya adalah untuk kebutuhan primer keluarga sehingga padi termasuk komoditas subsisten. Tanaman palawija meliputi kelompok biji-bijian, kacang-kacangan, dan umbi-umbian. Palawija yang paling banyak diusahakan rumah tangga petani adalah kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar, talas dan lainnya. Komoditas merupa komoditi unggulan sebagai penyebab utama alih fungsi lahan yang merupakan komoditas komersial. Orientasi produksi komoditas perkebunan adalah pasar dengan jumlah investasi awal yang lebih besar dari komoditi lainnya. Komoditas lama yang tetap bertahan dan berkembang yang merupakan komoditi kearifan lokal dan termasuk komoditi komersial adalah komoditi kelapa dalam, pinang, kopi dan komoditas komersial yang baru dikembangkan adalah kelapa sawit dan karet serta kulit manis.

Lahan Usahatani (Pertanian) dan Lahan Sawah

Penggunaan lahan yang dikuasai rumah tangga petani rata-rata 2-3 ha karena lahan Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur rumah tangga petani padi mengusahakan beberapa komoditas sekaligus, hal tersebut dimungkinkan karena lahan yang dikuasai rumah tangga terdiri dari lahan pertanian dan lahan bukan pertanian, sementara lahan pertanian, terdiri dari lahan sawah dan bukan lahan sawah. dan data ST2013mengungkapkan jumlah rumah tangga meningkat dan luas lahan yang dimiliki juga bertambah luas. Data menunjukkan, walaupun komoditas yang diusahakan adalah komoditas komersial (pinang, kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, dan lain-lain) namun dalam pengelolaan masih dengan cara-cara tradisional (subsisten).

Di sisi sarana produksi, permasalahan yang dihadapi adalah belum cukup tersedianya benih/bibit unggul bermutu, pupuk, pakan, pestisida/obat-obatan, alat dan mesin pertanian hingga ke tingkat usahatani, serta belum berkembangnya kelembagaan pelayanan penyedia sarana produksi. Belum perkembangnya usaha

ISBN 978-979-8389-21-4

194

penangkaran benih/bibit secara luas hingga di sentra produksi mengakibatkan harga benih/bibit menjadi mahal, bahkan mengakibatkan banyak beredarnya benih/bibit palsu di masyarakat yang pada akhirnya sangat merugikan petani.

Benih merupakan sarana penting bagi usaha di bidang pertanian, apabila benih/ bibit yang tersedia tidak baik atau palsu maka hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, pengadaan benih belum sesuai dengan musim tanam, biasanya benih sampai dilokasi setelah musim tanam dan kadangkala benih sudah kadaluarsa. Kondisi dikarenakan infrastruktur dan sistem perbenihan sulit berkembang karena memerlukan investasi yang cukup besar. Tidak banyak swasta yang mau menanamkan investasi untuk usaha perbenihan/perbibitan. Di lain pihak, pemerintah kurang berdaya menangani perbenihan.

Lahan sawah merupakan bagian dari luas lahan pertanian yang dikuasai rumah tangga petani dan jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut kecamatan dan golongan luas lahan sawah yang dikuasai di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Menurut Kecamatan dan Golongan Luas Lahan Sawah yang Dikuasai di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tahun 2013

Kecamatan

Luas Sawah Yang Diusahakan (Ha) < 0,50 0,50- 0,99 1,00- 1,99 2,00- 4,99 5-9,99 ≥ 10 Muara Sabak Timur 3.680 454 954 359 8 1

Rantau Rasau 3.440 665 1.129 207 1 - Berbak 576 442 934 433 11 - Nipah Panjang 2.726 489 679 337 29 4 Tanjung Jabung Timur 32.260 2.533 4.508 1.688 63 7 Sumber : data diolah dari BPS Provinsi Jambi (2014)

Tabel 2, dapat diungkapkan jumlah rumah tangga yang memiliki luas lahan usahatani padi diatas 0,50 ha relatif banyak walaupun lebih banyak rumah tangga yang memiliki luas lebih kecil dari 0,5 ha. Data ST2013 menunjukkan adanya peningkatan jumlah rumah tangga petani padi di empat kecamatan dari sebelumnya tahun 2003. Ada kemungkinan peningkatan jumlah rumah tangga petani disebabkan banyaknya program-program peningkatan produksi dan peningkatan poduktivitas padi untuk lahan optimal dan lahan suboptimal. Peningkatan jumlah rumah tangga petani bisa bertabah terus dan semakin berkurang di tahun berikutnya. Kemungkinan ini besar, disebabkan komoditas padi sebagai komoditas subsisten bersaing dengan komoditas komersial lainnya dalam banyak hal. Bersaing dalam harga komoditi, penggunaan sumberdaya manusia, penggunaan lahan dan kesempatan dalam peningkatan pendapatan dan keserteraan. Komoditas komersial (kelapa sawit, pinang, kelapa/kopra, kelapa sawit) tidak banyak membutuhkan sumberdaya manusia, tanpa penangan panen dan pasca panen, serta tanpa ikut serta langsung pemasaran hasil dan menjamin penirimaan tunai secara rutin/berkala.

Sumberdaya Manusia

Potensi lainnya pada lahan rawa pasang surut terjadinya peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2003, dan peningkatan terbanyak rumah tangga petani di subsektor perkebunan (kelapa sawit, karet dan pinang), kemudian peningkatan rumah tangga petani padi, sementara rumah tangga petani tanaman pangan lainnya menurun. Walaupun jumlah rumah

ISBN 978-979-8389-21-4

195

tangga petani usaha pertanian meningkat tetapi sumberdaya manusia petani terbatas jumlahnya, hal ini menjadi kendala dalam pengelolaan usahatani. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, jumlah rumah tangga petani sebanyak 41.059 rumah tangga dengan jumlah petani 48.642 jiwa. Sehingga jumlah rumah tangga tidak jauh berbeda dengan jumlah petani. Untuk jelasnya dapat dlihat Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian dan Jumlah Anggota Rumah Tangga dan Jumlah Petani Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tahun 2013.

Kecamatan

Jumlah Rumah Tangga Usaha

Pertanian

Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah Petani (Jiwa) Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Muara Sabak Timur 5.466 11.262 10.930 22.192 5.896 Rantau Rasau 5.442 10.160 9.844 20.004 5.834 Berbak 2.415 4.648 4.436 9.084 3.225 Nipah panjang 4.264 8.687 8.690 17.377 5.238 Tanjung Jabung Timur 41.059 82.527 79.671 162.198 48.642

Sumber : data diolah dari BPS Provinsi Jambi (2014)

Tabel 3, menunjukkan dalam satu rumah tangga hanya ada 1-2 orang petani per rumah tangga. Jika diperkirakan jumlah anggota rata-rata 5 jiwa per rumah tangga berarti ada 3-4 orang yang tidak terlibat dalam mengelola usahatani. Sehingga dapat disimpulkan adanya kendala terbatasnya sumberdaya manusia (tenaga kerja keluarga) dalam mengelola usahatani. Secara kuantitatif tenaga kerja untuk usaha pertanian kurang tersedia di Kabupaten Tanjung Jabung. Faktor yang sangat mendukung sumberdaya manusia ini adalah adanya kelembagaan petani yang sangat kuat baik kelembagaan usahatani (budidaya) maupun kelembagaan pasar, berupa gapoktan/poktan yang ada setiap desa berdasarkan komoditas unggulan di daerah tersebut. Berkurangnya jumlah petani yang tidak banyak adanya indikasi semakin berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja di subsektor pertanian.

Teknologi Pertanian

Teknologi pertanian telah berkembang dengan pesat dari proses produksi di hulu hingga pengolahan di hilir. Banyak aplikasi teknologi yang digunakan dalam industri pertanian modern di Indonesia guna mengejar hasil yang tinggi dengan biaya produksi yang lebih rendah. Berbagai inovasi teknologi telah dihasilkan oleh Kementerian Pertanian (Kementerian Pertanian, 2015). Melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di daerah yang menghasilkan teknologi pertanian spesifik lokasi, untuk mendorong sistem dan usaha pertanian yang efisien, dengan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi tersebut diantaranya adalah pengelolaan sumberdaya air seperti teknologi panen air, teknologi pemanfaatan air secara efisiensi melalui irigasi tetes, jaringan irigasi tingkat desa (JIDES) dan jaringan irigasi tingkat usahatani (JITUT).

Penggunaan alat dan mesin pertanian, teknologi pompa air, traktor tangan (hand-tractor) untuk pengolahan lahan, menghasilkan varietas baru, produk lainnya,. Teknologi pascapanen dan hasil panen teknologi perontok (power thresher) gabah, teknologi alat pengering (dryer) gabah. Namun penggunaan teknologi modern ini selain terkendala sumberdaya manusia yang kualitasnya relatif rendah, rumah tangga tidak didukung keadaan finansial petani. Selain dapat mempercepat proses poduksi padi menjadi beras tetapi juga kalau benar kalau penggunaan teknologinya

ISBN 978-979-8389-21-4

196

kurang tepat dapat menyebabkan susut/kehilangan hasil panen. Demikian pula teknologi yang terkait dengan pemasaran, misalnya teknologi pengemasan, penyimpanan, sortasi dan lainnya yang tentunya menjadi tantangan bagi lembaga penelitian untuk menghasilkan teknologi yang aplikatif. Berbagai macam paket teknologi tersebut diharapkan tepat guna sehingga dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan kuantitas, kualitas dan produktivitas produk pertanian.

Komersialisasi Usaha Rumah Tangga Petani Penjualan Hasil

Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya sebagian kecil (<1 %) yang menjual seluruh hasil panennya, 55,59% yang menjual sebagian hasil panennya dan 43,56 % menjual seluruh hasil mengkonsumsi sendiri hasil panennya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penjualan Hasil Produksi Padi Rumah Tangga Petani di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Tahun 2013

Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Menurut Penjualan Hasil Produksi Padi

Jumlah (rumah tangga) Dijual Seluruhnya Dijual

Sebagian

Tidak Dijual

Muara Sabak Timur 11 (0,55)*) 1.117 (55,99) 867 (43,56) 1.995

Rantau Rasau 17 (0,71) 1.126 (47,31) 1.237 (51,97) 2.380 Berbak 18 (0,87) 1.348 (65,82) 682 (33,30) 2.048 Nipah Panjang 14 (0,73) 1.140 (59,65) 757 (39,61) 1.911 Tanjung Jabung Timur 88 (0,85) 5.763 (55,59) 4.516 (43,56) 10.367

*) Angka dalam kurung dalam persen

Sumber : BPS Kab. Tanjung Jabung Timur (2014)

Berbeda dengan rumah tangga petani padi, sebagian besar rumah tangga petani palawija (36,55 persen) yang menjual sebagian hasil panen palawijanya. Sementara itu, rumah tangga petani yang yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panen palawijanya ada sekitar 32,47 persen (12.436 rumah tangga), sedangkan jumlah rumah tangga yang menjual seluruh hasil panennya adalah sebesar 30,98 persen

Karakteristik penjualan hasil panen yang sebagian besar rumah tangga palawija menjual seluruh hasil panen palawijanya pada komoditas jagung, kedelai, ubi jalar dan talas/ganyong. Mayoritas rumah tangga yang menanam komoditas kacang tanah dan kacang hijau hanya menjual sebagian hasil panennya. Khusus untuk ubi kayu, kebanyakan rumah tangga yang menanamnya memiliki tujuan bahwa hasil panen ubi kayunya nanti seluruhnya akan digunakan untuk dikonsumsi sendiri dan dijual sebagian.

Berbeda dengan rumah tangga padi, sebagian besar rumah tangga palawija (36,55 persen) yang menjual sebagian hasil panen palawijanya. Sementara itu, rumah tangga yang yang mengkonsumsi sendiri seluruh hasil panen palawijanya ada sekitar 32,47 persen (12.436 rumah tangga), sedangkan jumlah rumah tangga yang menjual seluruh hasil panennya adalah sebesar 30,98 persen.

Dengan komersialisasi usaha pertanian akan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan produk termasuk pertanian tanaman pangan di sisi lain. Permintaan pasar domestik, di samping jumlahnya yang semakin meningkat, juga membutuhkan keragaman produk yang bervariasi, sehingga akan membuka peluang yang lebih besar terhadap

ISBN 978-979-8389-21-4

197

diversifikasi produk. Diversifikasi komoditas akan menyebabkan diversifikasi produk. Komersialisasi juga akan mempengaruhi cara panen dan alat panen.

Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sistem pemanenan utama yang dipakai oleh sebagian besar rumah tangga usaha tanaman padi adalah dipanen sendiri dengen peralatan sederhana.

Diversifikasi Komoditas

Dengan banyaknya kegiatan anggota rumah tangga petani padi, berarti rumah tangga petani harus mengalokasikan tenaga kerja keluargannya untuk berbagai kegiatan, Rumah tangga petani padi mengusahakan berbagai usaha tanaman padi dan pangan lainnya (jagung, kedelai), hortikultura (pisang, timun, cabe), tanaman perkebunan (kelapa, kelapa sawit, kopi, pinang, karet), usaha ternak dan pemeliharaan ikan, usaha transportasi ojek, pompong dan usaha lainnya. Diversifikasi komoditas usahatani, produk dan usaha di luar usahatani dilakukan disesuaikan dengan prasarana fisik yang tersedia (sungai-sungai, parit-parit/saluran- saluran utama yang lebar, rawa/kolam, jalan utama dan jalan-jalan lintas).

Rumah tangga petani padi saat ini mengusahakan beberapa komoditas sekaligus selain padi (diversifikasi komoditas), sebagian besar merupakan komoditas komersial (kelapa sawit, karet, kopi, pinang, kelapa) dan sebagian kecil lainnya adalah komoditas tanaman pangan (subsisten) lainnya. Hal ini dipicu beberapa alasan : (1) membaiknya pasar/dan harga komoditas tersebut, (2) keterbatasan sumberdaya manusia (tenaga kerja) dan teknologi alsintan (3) terbatasnya modal untuk kegiatan proses produksi (budidaya), panen dan pasca panen, serta (4) kemudahan memperoleh pendapatan tunai secara tetap (harian/mingguan). Dari beberapa alasan tersebut, dinyatakan walaupun adanya perkembangan usahatani, komersialisasi usaha rumah tangga petani padi lahan rawa pasang surut belum komersial.

Rumah tangga petani padi memperoleh produksi berbagai komoditas dan pendapatan dari berbagai sumber, yang digunakan untuk konsumsi pangan dan non pangan, investasi untuk kegiatan usahatani dan sumberdaya manusia petani, mengambil pinjaman (kredit) bila ingin mengembangkan usahataninya dan menabung bila ada kelebihan dana tunai setelah tertutupi semua pengeluaran rumah tangga. Komersialisasi atau subsistensi perilaku ekonomi rumah tangga petani merupakan pilihan rumah tangga petani. Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan.

Komersialisasi usahatani adalah proses peralihan dari subsisten, semi subsisten ke semi komersial dan kemudian ke komersialisasi penuh (Pingali dan Rosegrant, 2012). Melalui proses komersialisasai usahatani, tujuan berusahatani berubah dari untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri menjadi memperoleh pendapatan tunai dan keuntungan (Pingali, 2013). Komersialisasi usahatani dapat terjadi pada sisi output dengan peningkatan produk yang dijual (marketed surplus), tetapi juga dapat terjadi pada sisi input dengan peningkatan penggunaan pembelian input (von Braun, 1995).

Komersialisasi usahatani adalah rasio lahan yang dialokasikan untuk usahatani perorangan (individu) terhadap total lahan usahatani, rasio nilai masukan (input) yang diperoleh dari nilai produksi (output) di pasar, rasio penjualan output relatif

Dalam dokumen PROSIDING SEMNAS 2015 ok (Halaman 191-200)