BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
B. Waktu dan Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad
Pengajian Kitab Nashaihul Ibad dibimbing oleh Bapak M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si.Pak Jufri menjadi pembimbing pengajian Kitab Nashaihul Ibad sekitar bulan Oktober tahun 2013. Pengajian Kitab Nashaihul Ibad diadakan setelah selesai sholat magrib sampai tiba waktu isya. Untuk harinya tidak dapat ditentukan, hal ini diperkuat oleh pernyatan pembimbing lansia yaitu Pak Akhyar ketika dilakukan wawancara pada tanggal 5 November 2014, dengan percakapan sebagai berikut:
Peneliti : “Sejak kapan Bapak mengikuti pengajian Kitab
Nashaihul Ibad?
Pak Akhyar : “Sejak Pak Jufri pindah ke sini saja. Bulan puasa yang lalu.Belum lama Pak Jufri. Sekitar 6 bulanan.Pak Jufri juga ga tentu waktunya, kadang Senin malam, Selasa malam, Rabu malam, ya antara Senin sampai Kamis lah.”2
Juga berdasarkan pendapat pembimbing pengajian Kitab Nashaihul Ibad sendiri yaitu Pak Jufri, berikut pemaparannya:
“Saya rasa mereka atas dorongan sendiri ya karena pertama
mereka tidak pernah digiring, hanya disampaikan diawal saja. Kedua kebetulan suaranya juga dikeluarin sehingga mereka yang di wisma-wisma diharapkan bisa ikut mendengarkan karena jangan dikira mereka yang tidak datang itu mereka tidak mau karena hambatan fisik sehinga membuat mereka tidak bisa datang. Ada yang berkeinginan cuma karena dia buta, tidak ada yang bantuin oleh karena suaranya dikeluarin, di dalam digunakan, diluar juga tujuannya supaya mereka juga dapat
2 Wawancara pribadi dengan Akhyar, Cipayung, 5 November 2014. Lokasi: di Wisma Flamboyan.
66
menikmati pengajian yang diadakan malam Selasa,
terkadang malam Rabu, terkadang malam Kamis.”3
Berdasarkan waktu yang sudah peneliti ikuti bahwa pengajian lebih sering diadakan di hari Senin malam Selasa. Dalam satu minggu, minimal satu kali pertemuan tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diadakan dua kali jika pembimbing ada waktu karena peneliti pernah mengikuti pengajian selama dua kali dalam satu minggu yaitu pengajian pada tanggal 27 November 2014 dan 29 November 2014.
Selain pada waktu tersebut, Ustadz Jufri juga melakukan pendekatan personal. Beliau berkeliling ke tiap-tiap kamar pada waktu kerjanya. Beliau senantiasa mengontrol klien yang pernah dihadapinya namun tidak menutup kesempatan untuk menghampiri lansia yang sekiranya terlihat memiliki masalah. Beliau senang berbincang dengan para lansia, dan beliau pun terkadang mengajak lansia untuk makan bersamanya di luar, agar lansia tidak merasa segan dan canggung untuk bercerita tentang perjalanan hidupnya. .Beliau juga memberikan solusi dengan menceritakan pengalaman hidupnya, sahabatnya atau siapa saja yang beliau anggap memiliki hikmah pada perjalanannya. Tidak jarang beliau juga mencontohkan kehidupan para Rasul dan para sahabatnya.
Materi-materi yang telah disampaikan oleh pembimbing sewaktu diadakannya penelitian dari Kitab Terjemah Nashaihul Ibad
3 Wawancara pribadi dengan M. Jufri Halim, S. Ag., M. Si., Cipayung, 10 November 2014. Lokasi: Mushola PSTW Budi Mulia 1 Cipayung.
67
karya Ibnu Hajar al-Asqalany terbitan Pustaka Amani tahun 2002 ialah sebagai berikut:
1. Tanggal 27 Oktober 2014:
Tabel 4.4 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Tanggal 27-10-14
Makalah Halaman Isi Makalah
24 125 Muhammad bin Ahmad dalam menjelaskan ayat
mengatakan bahwa Allah menyebut Nabi Yahya
sebagai “Sayyidun” padahal ia adalah seorang
hamba Allah, karena Nabi Yahya dapat menguasai 4 hal:
a. Menguasai hawa nafsu
b. Menguasai iblis
c. Menguasai lisan
d. Menguasai kemarahan
25 126 Ali ra. mengatakan, bahwa agama dan dunia akan
selalu tegak, selama 4 golongan berfungsi, yakni:
a. Selama orang kaya tidak kikir.
b. Selama para ulama mengamalkan ilmunya.
c. Selama orang-orang bodoh tidak takabur dari
sesuatu yang tidak mereka ketahui.
d. Selama orang-orang fakir tidak
meninggalkan akhirat, karena mementingkan urusan dunia mereka.
2. Tanggal 29 Oktober 2014:
Tabel 4.5 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 29-10-14
Makalah Halaman Isi Makalah
26 126 Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berhujjah nanti pada hari kiamat dengan 4 orang terhadap 4 golongan manusia lain:
Allah berhujjah terhadap orang-orang yang kaya dengan kayanya Nabi Sulaiman bin Dawud, Allah berhujjah kepada hamba sahaya dengan Nabi Yusuf,
68
Makalah Halaman Isi Makalah
Allah berhujjah kepada orang yang sakit dengan sakitnya Nabi Ayyub, Allah berhujjah kepada orang-orang fakir dengan fakirnya Nabi Isa.
27 128 Saad bin Hilal ra. mengatakan, bahwa apabila
manusia berbuat dosa, maka Allah memberikan anugerah kepadanya:
a. Dia tidak dihalangi untuk mendapat rezeki.
b. Dia tidak terhalang untuk sehat.
c. Allah tidak memperlihatkan dosanya.
d. Allah tidak menyiksanya di dunia.
28 129 Dari Hatim al-Asam ra. mengatakan bahwa
barangsiapa yang memanfaatkan 4 perkara dengan melakukan 4 perkara yang lain, tentu ia akan menemukan surga.
a. Memanfaatkan waktu tidur untuk
mengumpulkan bekal di alam kubur.
b. Memanfaatkan kesempatan membanggakan
diri dengan melakukan kebaikan.
c. Memanfaatkan kesenangan, rileks, atau santai
dengan melakukan amal yang dapat
memudahkan menyeberangi shiratal
mustaqim.
d. Memanfaatkan kehendak nafsu dengan
melakukan hal-hal yang dapat mengantarkan dia masuk surga.
29 129-130 Hamid al-Lifaf berkata, “Saya telah mencari empat
hal di dalam empat hal yang lain, tapi ternyata saya salah. Kemudian saya baru menemukannya di dalam empat hal yang lainnya, yaitu:
a. Saya mencari kekayaan di dalam harta, tapi
saya menemukannya dalam hidup hemat.
b. Saya mencari kesenangan dalam kekayaan,
tapi kami menemukannyya dalam harta yang sedikit.
c. Saya mencari kenikmatan dalam sesuatu yang
dianggap nikmat, tapi saya menemukannya pada badan yang sehat.
d. Saya mencari ilmu dalam keadaan perut
kenyang, tapi saya menemukannya dalam keadaan perut yang lapar.”
69
3. Tanggal 10 November 2014:
Tabel 4.6 Materi Pengajian Kitab Nashaihul Ibad pada tanggal 10-11-14
Makalah Halaman Isi Makalah
31 131-132 Hatim al-Asam mengatakan, bahwa ada 4 hal yang
ukurannya hanya diketahui oleh 4 golongan, yaitu:
a. Masa muda tak terasakan nikmatnya, kecuali
oleh mereka yang sudah tua.
b. Keselamatan tak terasakan nikmatnya, kecuali
oleh mereka yang terkena musibah.
c. Kesehatan badan tak terasakan nikmatnya,
kecuali oleh mereka yang sudah jatuh sakit.
d. Hidup tak terasakan nikmatnya, kecuali oleh
mereka yang sudah mati.
Seorang penyair, yaitu Abu Nuas/Abu Nawas, nama aslinya Ibnu Hani mengatakan sebagai berikut:
“Apabila dosaku dihitung sungguh banyak sekali, tetapi rahmat Tuhanku lebih luas daripada dosaku. Aku tidak mengharapkan apa-apa dari amal baik yang aku lakukan, aku hanya mengharapkan rahmat Allah.
Dialah Allah, pengurus yang telah menjadikan aku, dan sesungguhnya aku baginya adalah seorang hamba yang mengaku (banyak dosa) dan merendahkan diri.
Apabila Allah memberikan maaf itu adalah rahmat, apabila terjadi sesuatu yang lain, maka aku tak dapat berbuat apa-apa.”
Nabi Saw. bersabda, “Barangsiapa yang
menghendaki agar Allah tidak
menempatkannyacdalam amalnya yang jelek dan dihapus catatan amalnya, hendaklah ia berdoa dengan doa ini selepas salat lima waktu, yaitu:
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya ampunan-Mu lebih diharapkan daripada mengharapkan amalku, dan sesungguhnya rahmat-Mu lebih luas daripada banyaknya dosaku. Ya Allah, apabila aku bukan seorang ahli untuk mencapai kasih sayang-Mu, maka kasih sayang-Mu adalah ahli untuk menyampaikan aku pada keridhaan-Mu. Karena sesungguhnya rahmat-Mu tersebar pada segala sesuatu, wahai Zat yang sangat kasih sayang (kepada makhluknya).”
70
Makalah Halaman Isi Makalah
32 133-134 “Pada hari kiamat kelak akan disediakan timbangan
amal. Ahli salat dihadirkan, kemudian diberikan kepada mereka pahalanya. Kemudian ahli puasa dan diserahkan pahalanya kepada mereka. Kemudian orang-orang yang terkena musibah tetapi tanpa timbangan amal dan buku catatan amal diberlakukan bagi mereka. Mereka diberi pahala tanpa dihisab, sehingga orang-orang yang selamat mengharapkan agar termasuk ke dalam golongan mereka, karena
banyak memperoleh pahala dari Allah.”
Kesimpulan dari pengajian yang telah disampaikan bahwa manusia akan memperoleh keselamatan apabila mentaati nasehat para sahabat dan ulama. Manusia diajarkan untuk senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan karena seseorang baru menyadari bahwa semua pemberian Allah itu nikmat ketika waktu telah berlalu. Allah tidak menghentikan pemberian anugerah kepada manusia walaupun manusia tersebut berbuat dosa tetapi sebagai makhluk ciptaan-Nya tidak boleh lupa kalau seluruh perbuatan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.