• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada lima informan, semua informan adalah keluarga pasien BPJS yang sedang dirawat inap selama 3 sampai 7 hari di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan. Wawancara disusun dalam bentuk narasi dan sesuai dengan susunan pedoman wawancara yaitu karakteristik informan, komunikasi interpersonal dokter, sikap paramedis dan kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS.

4.2.1. Karakteristik Informan Informan I

Nama : Ismawati

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 12 Februari 1962

Alamat : Jln. Perjuangan Gg. Rezeki Ruangan : Nuri 4

Seperti yang sudah dijanjikan oleh Bapak Nando bahwa penelitian bisa dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 Desember 2015, penelitipun tiba di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan pukul 14:00 wib, dan diarahkan langsung untuk naik ke lantai dua karena disitu ruangan semua pasien pengguna BPJS. Peneliti langsung meminta izin pada perawat yang sedang bertugas setelah diizinkan peneliti langsung memasuki ruangan Nuri empat, karena pada saat itu peneliti melewati nuri satu, nuri dua dan nuri tiga tidak ada keluarga yang menjaga didalam ruangan, mungkin sedang keluar makan atau kesibukan lainnya. Di Nuri empat peneliti bertemu dengan Ibu Ismawati, Ibu Ismawati merupakan informan pertama yang peneliti wawancarai. Ibu Isma adalah nenek dari pasien, Ibu Isma seorang Ibu rumah tangga yang sangat peduli dengan kesehatan anak dan cucu-cucunya. Ibu Ismawati memiliki ciri-ciri berkulit hitam manis, berambut pendek dan tinggi kira-kira 165 cm, bersifat baik juga ramah dengan orang lain. Begitu juga saat melihat kedatangan peneliti, Ibu Isma menerima dan langsung dekat dengan peneliti seperti sudah lama kenal. Buk Isma juga bersedia untuk menjadi informan peneliti dan siap untuk diwawancarai. Dalam wawancara peneliti menggunakan alat bantu perekam dari gadget dan alat

tulis untuk mencatat hal-hal penting dari wawancara dan tidak lupa mendokumentasikan.

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengetahui biodata ibu Ismawati yang merupakan salah satu keluarga pasien BPJS yang sudah dirawat inap selama 4 hari terhitung mulai dari tanggal 25 Desember 2015 dirawat di Rumah Sakit Bina Kasih Medan.

Ibu Ismawati mengaku Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan adalah Rumah Sakit favorit dan sudah seperti rumah sakit pribadi buat Buk Isma, setiap ada yang sakit dalam keluarganya mulai dari Ibu Isma sendiri, suami, anak-anak dan cucu-cucu semua selalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan untuk dirawat dan menerima pertolongan medis. Sebagai pengguna kartu BPJS Ibu Ismawati mengaku tidak ada dipersulit saat mendaftarkan cucunya untuk dirawat di Rumah Sakit Bina Kasih Medan. Seperti yang diungkapkan Ibu Ismawati saat wawancara berlangsung tanggal 28 Desember 2015.

“sebelum cucu Ibu ini dirawat disini, Ibu duluan yang dirawat baru keluar dua minggu yang lalu. Ibu memilih Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan karena udah ngerasa nyaman Ibu dan cocok aja Ibu rasa dirawat disini Insya Allah sembuh. Cucu Ibu ini Ibu daftarkan sebagai pasien BPJS, dokter tau kalau cucu Ibu ini pasien BPJS, waktu Ibu mendaftar disinipun jadi pasien BPJS gak ada sulitnya semuanya mudah cuma disuruh ngasih Kartu Keluarga, KTP dan kartu BPJSnya.

Informan II

Nama : Rahmat

Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 2 April 1990 Alamat : Jln. Sunggal

Ruangan : Nuri 1

Selasa, 29 Desember 2015 peneliti datang ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan pukul 11:35 WIB, kembali untuk melanjutkan wawancara, peneliti langsung masuk keruangan pertama yaitu nuri satu. Karena sudah ada keluarga pasiennya yang sedang merawat, menunggui pasien diruangan ini.

Peneliti mengetuk pintu dan mengucapkan salam, di ruangan nuri satu terlihat ada laki-laki berkulit hitam dengan menggunakan topi dikepalanya, dia bingung dengan kedatangan peneliti. Sebelum wawancara dimulai peneliti berkenalan terlebih dahulu dengan keluarga pasien, ternyata laki-laki berkulit hitam dan memakai topi itu bernama Bang Rahmat, dan peneliti meminta izin kepada Bang Rahmat untuk bersedia meluangkan waktunya sebentar agar dilaksanakan wawancara santai. Awalnya Bang Rahmat merasa takut untuk di wawancarai, peneliti menjelaskan bahwa penelitian ini sudah diberi izin dari pihak Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan untuk melaksanakan penelitian dengan cara wawancara untuk melengkapi data-data skripsi peneliti, dan akhirnya Bang Rahmat bersedia diwawancarai.

Suasana wawancara sangat santai, karena Bang Rahmat menjawab semua pertanyaan yang ada dengan perasaan yang dia rasakan selama menjaga pasien. Pasien ini adalah Ibu dari Bang Rahmat yang menderita penyakit diabetes.

Sebagai anak, Bang Rahmat sangat sedih melihat Ibunya sakit berbaring lemas di tempat tidur, ia mengaku biaya kesehatan itu sangat mahal. Dengan adanya bantuan dari pemerintah untuk berobat gratis, Bang Rahmat sangat bersyukur. Bang Rahmat mengaku kenapa memilih Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan, karena dekat dari rumah dan menerima pasien BPJS, untuk masuk dirawatpun tidak ada dipersulit saat mendaftar.

“dari rumah ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medankan dekat jadi gak banyak keluar biaya lagi untuk ongkos pulang balik kalau ada yang harus diambil atau diperlukan. Daftar disinipun mudah gak ada dipersulit asalkan semua berkas lengkaplah dek kayak Kartu Keluarga, KTP dan kartu BPJS, langsung di bawa keruangan ini.”

Informan III

Nama : Erik

Jenis kelamin : laki-laki Tanggal lahir : 22 April 1975

Alamat : Jln. Melati perumahan helvetia

Ruangan : Nuri 2

Pada tanggal yang sama peneliti melanjutkan wawancara ke ruangan nuri dua peneliti bertemu dengan Bapak Erik yang sedang merawat dan menjaga istrinya. Peneliti langsung meminta izin bersedia atau tidak Pak Erik diwawancarai. Bapak Erik yang memiliki kulit sawo matang dan berkacamata ini bersedia untuk diwawancarai walaupun Pak Erik terlihat lagi tidak enak badan kemudian Pak Erik mengajak wawancara dilakukan diluar ruangan agar tidak mengganggu istrinya yang sedang istirahat.

Pak Erik bertanya kuliah dimana, kemudian peneliti menjawab kuliah di Universitas Sumatera Utara. Pak Erik kira peneliti adalah calon dokter, peneliti menjelaskan bahwa peneliti jurusan ilmu komunikasi, wawancara ini untuk melengkapi skripsi peneliti. Pertanyaan wawancara juga memfokuskan ke komunikasi paramedis di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan.

Wawancarapun dimulai, saat peneliti bertanya bagaimana perasaan Pak Erik, istri Bapak dirawat di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan dengan menggunakan kartu BPJS, sudah berapa lama istri Bapak dirawat disini.

“istri Bapak kan dirawat disini karena rujukan menggunakan kartu BPJS, saat mendaftar didepan sama orang informasinya gak ada dipersulit memang mungkin karena lengkap berkas berkas yang diperlukan. Istri Bapak dirawat dari tanggal 23 Desember 2015 sekarang udah tanggal 29 Desember berarti sudah 7 hari dirawat disini.”

Informan IV

Nama : Nurfika Harahap Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir :14 Agustus 1984 Alamat : Sei mencirim km.13

Ruangan : Nuri 3

Tanggal wawancara : 30 Desember 2015

Pada pukul 14:15 wib, siang itu peneliti langsung mengetuk pintu kamar pasien dan bertemu dengan Kak Nurfika Harahap, dia adalah anak dari pasien yang menderita sakit diabetes dan ada sakit jantung juga. Ciri-ciri Kak Nurfika adalah wanita yang menggunakan hijab dan memiliki tinggi sekitar 150 cm, dia

mengaku memilih Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan karena dekat dari rumah dan fasilitasnya lengkap, jadi kalau Ibu disuruh dokter foto (CT-Scan).

“awalnya, Ibu Kakak dibawa ke Klinik daerah rumah Kakak, terus karena gak sanggup mungkin makanya Ibu di rujuk ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan, karena Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan fasilitasnya lengkap dan dokternyapun lengkap. Waktu Kakak daftar di bawah dek langsung diproses dan Ibu langsung di bawak ke ruangan inilah, gak ada dipersulit karena berkas yang diperlukan lengkap Kakak bawak semuanya.”

Informan V

Nama : Ina

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 23 Agustus 1966

Alamat : P.Baris

Ruangan : Nuri 7

Hari semakin sore peneliti langsung mencari informan selanjutnya dan bertemu dengan seorang Ibu yang menggunakan hijab, berkulit coklat muda dengan postur tinggi badan kira-kira 160 cm, Ibu Ina sedang duduk diluar ruangan pasien. Peneliti langsung mendatangi Ibu tersebut dan menyapa, memberi salam, ternyata Ibu merespon baik kedatangan peneliti, setelah berkenalan nama Ibu tersebut adalah Ibu Ina yang sedang merawat dan menjaga anaknya dan Ibu Ina mau meluangkan waktunya untuk diwawancarai.

Saat Ibu Ina mengetahui anaknya sakit, langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan. Alasana Ibu Ina memilih Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan karena dekat dari rumah dan menerima pasien BPJS.

“namanya orang tua ya panik anaknya sakit, jadi Ibu pilih Rumah Sakit yang dekat ajalah dek, Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medankan dekat dari rumah Ibu dan menerima pasie BPJS juga. Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan bagus pelayanannya, tidak ada dipersulit saat daftar dibawah, langsung dibawa ke ruangan disini.”

4.2.2. Komunikasi Interpersonal

Berdasarkan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui komunikasi interpersonal paramedis dengan keluarga pasien BPJS di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan. Komunikasi yang efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan dari kedua belah pihak, baik itu keluarga maupun dokter. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dari keluarganya dan keluargapun yakin akan kesembuhan pasien menyerahkan seutuhnya kepada dokter.

Kondisi ini sangat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya, dengan berkomunikasi berjalanlah konsultasi yang memberikan informasi kepada keluarga pasien, keluargapun akan patuh menjalankan nasehat dan saran-saran dari dokter untuk kesembuhan pasien.

Setelah peneliti melakukan wawancara mendalam kepada setiap informan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Hanya satu informan yang merasakan komunikasi dokter berjalan dengan baik dan empat lainnya mengaku komunikasi tidak berjalan dengan baik.

Informan I

Nama : Ismawati

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 12 Februari 1962

Alamat : Jln. Perjuangan Gg. Rezeki Ruangan : Nuri 4

Tanggal wawancara : 28 Desember 2015

Ibu Ismawati adalah informan pertama yang peneliti wawancarai. Saat peneliti bertanya apakah dokter mau berkomunikasi, dan apakah ada kesulitan saat melakukan konsultasi dengan dokter.

Ibu yang ramah dan suka ketawa ini mengaku bahwa tidak ada kesulitan saat berkomunikasi dengan dokter, dokter meluangkan waktunya untuk berkonsultasi dengan Ibu Ismawati dan memberikan informasi. Informasi yang diterima semuanya mudah dipahami dan dimengerti.

saat dokter datang untuk meriksa cucu Ibu, dokter tidak hanya diam saja tapi sambil berbicara, jadinya komunikasi berjalan dengan baik, konsultasi berjalan setiap dokter datang meriksa pasti ada waktu untuk konsultasi selama 10 menitlah tentang penyakit cucu Ibu, selama konsultasi dokter mendengarkan dan memberi informasi yang lengkap tentang perkembangan kondisi cucu Ibu dan memberikan saran biar cepat sembuh. Kitapun harus banyak bertanya agar bertambah informasi dan tau perkembangan pasien.Komunikasi dokternyapun mudah dipahami, Ibu mengerti apa yang disampaikan dokternya, menjadi seorang yang merawat cucu Ibu, Ibu harus menggantikan peran pasien, untuk bertanya dan berkonsultasi dengan dokter. Komunikasilah penghubungan antara Ibu dan Dokter, untuk penyembuhan cucu Ibu. Dengan berkomunikasi dokter akan memberikan informasi perkembangan cucu Ibu, memberikan saran-saran dan larangan apa saja yang harus diperhatikan agar cepat berjalan penyembuhan cucu Ibu. Dan Ibu bersyukur Dokter-dokter yang menangani cucu Ibu mau berkomunikasi dan mengajak berkonsultasi selama proses komunikasi berjalan Ibupun semakin banyak mendapatkan informasi-informasi perkembangan cucu Ibu.”

Informan II

Nama : Rahmat

Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 2 April 1990 Alamat : Jln. Sunggal

Ruangan : Nuri 1

Tanggal wawancara : 29 Desember 2015

Bang Rahmat adalah informan kedua yang peneliti wawancarai, dengan muka yang tegang tetapi Bang Rahmat menjawab semua pertanyaan dengan apa yang dirasakan oleh Bang Rahmat. Seperti saat peneliti menanyakan Komunikasi Interpersonal dokter dengan Bang Rahmat, ternyata komunikasi tidak berjalan, dokter tidak mau berkomunikasi dan berkonsultasi tentang penyakit Ibu Bang Rahmat, Bang Rahmat mengaku tidak mendapatkan informasi tentang perkembangan Ibunya.

Saya sangat kecewa liat ajalah dokter cuma 1 kali datang padahal Ibu dirawat dari tanggal 24 Desember dan sekarang udah tanggal 29kan dek. Datangpun cuma memeriksa aja itupun sebentar paling lama lima menit, gak ada komunikasinya gak ada ngobrolnya kayak mana mau konsultasi, Sayapun jadi malas mau bertanya karena dokternya buru-buru pergi. Dari mana Saya dapat informasi tentang penyakit Ibu Saya kalau bukan dari dokter, tidak ada saran ataupun solusi dari dokter.”

Bang Rahmat mengaku belum bisa menyesuaikan diri dengan dokter, hal ini dikarenakan dari diri Bang Rahmat sendiri yang merasakan perasaan takut untuk memulai komunikasi, ditambah lagi dokter yang tidak mau memulai berkomunikasi dengan dirinya. Seharusnya dengan mengadapi dokter yang tidak mau berkomunikasi, Bang Rahmat bisa memulai atau mengajak komunikasi dengan dokter. Saat peneliti bertanya kenapa tidak Abang yang memulai berkomunikasi untuk berkonsultasi dengan dokter, Bang Rahmat Menjawab.

“Saya takut dek, kayaknya Saya lihat Dokternya sibuk sekali. Dokternya jarang datang, paling lama datang hanya lima menit, dengan waktu yang singkat itu lalu buru-buru pergi, jadi sayapun malas mau bertanya.”

Informan III

Nama : Erik

Jenis kelamin : laki-laki Tanggal lahir : 22 April 1975

Alamat : Jln. Melati perumahan helvetia

Ruangan : Nuri 2

Bapak Erik mengaku seharusnya Dokter sebagai komunikator untuk memulai berkomunikasi dan memberikan pesan-pesan informasi dan Bapak Erik sebagai komunikan yang menerima Pesan-pesan tersebut, tetapi Bapak Eriklah yang selalu mengajak atau memulai komunikasi dengan dokter. Menurut Bapak Erik dengan berkomunikasi mengajak dokter berkonsultasi ini menambah inf ormasi kepadanya untuk merawat istrinya yang sedang sakit, mengetahui perkembangan istrinya. Seperti yang diungkapkan Bapak Erik saat diwawancarai tangggal 29 Desember 2015.

“Untuk komunikasi, kalau gak Bapak duluan yang mulai konsultasi menanyai kondisi istri Bapak mungkin dokter langsung pergi. Seharusnya dokterlah yang aktif berkomunikasi bertukar informasi kepada Bapak tetapi dokternya hanya menunggu Bapak bertanya, kalau Bapak diam saja ya sama sekali tidak berjalan komunikasi disini dek. Komunikasi tidak berjalan dengan baik cuma sebentar dek paling ada lima menit gitu, itupun tidak ada informasi, saran dari dokter cuma banyak makan jangan sampai gak makan.”

Informan IV

Nama : Nurfika Harahap Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir :14 Agustus 1984 Alamat : Sei mencirim km.13

Ruangan : Nuri 3

Tanggal wawancara : 30 Desember 2015

Saat peneliti bertanya dengan Kak Nurfika, apakah dokter mau berkomunikasi dan mengajak Kakak berkonsultasi tentang perkembangan kondisi Ibu Kakak.

Kak Nurfika mengaku kalau komunikasi mengharapkan dokter duluan yang mulai, tidak akan pernah terjadi, kakak orangnya cerewet dek kalau gak kakak duluan yang memulai komunikasi, berkonsultasi, dokternya hanya diam saja dan tidak mau tau.

Kakak orangnya cerewet dek, Kakak gak peduli mau di rumah sakit atau mau di rumah, kalau di rumah sakit Kakak rasa cerewet Kakak ini sangat berguna kalilah, soalnya dokter sama perawatnya kalau gak kita yang ngadu, kita yang nanyak, kita yang ngelapor keadaan Ibu Kakak, mereka

ya diam aja mana mau tau. nunggui orang sakit ini harus cerewet, kalau ada yang dirasa Ibu sakit langsung Kakak ke perawat diluar, bilang Ibu sakit perutnya, kepalanya oyong, terus tanggapan mereka gak ada yang senang semuanya masang muka ketat, kalau dokternya malas bicara makanya Kakak duluan yang ngajak bicara menanyai kondisi Ibu, memang didengarkan tapi gak ada informasinya, paling sarannya banyak makan dan minum, kalau itu Kakakpun tau pastilah Kakak kasih makan,minum Ibu Kakak.”

Informan V

Nama : Ina

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 23 Agustus 1966

Alamat : P.Baris

Ruangan : Nuri 7

Tanggal wawancara : 30 Desember 2015

Ibu Ina menceritakan anaknya sakit karena kelelahan pulang dari kamping,

awalnya Ibu Ina tidak memberi izin kepada anaknya yang mau kamping dengan teman-teman kuliahnya, karena Ibu Ina khawatir takut sakit anaknya kambuh lagi, anaknya pernah menderita sakit hepatitis .tapi sianak tetap memaksa dan akhirnya Ibu Ina luluh dan memberikan izin kepada anaknya untuk ikut kamping. Selama kurang lebih seminggu kamping, pulang dari kamping anaknya ternyata sakit, apa yang ditakuti buk Ina terjadi, anaknya langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan. Dokternya jarang datang dan tidak mau berkomunikasi, saat pertama kali masuk dokter memeriksa salah memvonis penyakit anak Saya, seharusnya seorang dokter harus mampu mengenali satu persatu pasiennya dengan baik, ini perlu agar dokter tidak salah mengdiagnosa penyakit pasien yang ditanganinya.

“Waktu pertama kali dibawakan diperiksa dokter, Ibu bilang anak Ibu pernah sakit hepatitis, entah dengar atau tidak dokternya, tidak ada tanggapan. Dokter malah bilang anak Ibu cuma mencret biasa, kalau cuma mencret biasa Ibupun bisa ngobatinya, dan anak Ibu gak akan selemas ini dan merasakan sakit. Dokter jarang datang Karena dokter jarang datang jadi tidak ada tindakan medis selanjutnya, Komunikasi tidak berjalan dengan baik, informasi yang diberikan malah salah, datangpun paling lima menit, dengan lima menit waktu yang singkat itu aja dokter tidak ada mengajak konsultasi Ibu, dari mana ibu dapat Informasi kalau dokternya aja gak pernah berkomunikasi sama Ibu.”

4.2.3. Sikap Paramedis

Selain komunikasi interpersonal paramedis, penelitian ini bertujuan melihat sikap paramedis saat menangani pasien BPJS di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan, bagaimana sikap paramedis dalam upaya menyembuhkan pasien.

Informan I

Nama : Ismawati

Jenis kelamin : Perempuan Tanggal lahir : 12 Februari 1962

Alamat : Jln. Perjuangan Gg. Rezeki Ruangan : Nuri 4

Tanggal wawancara : 28 Desember 2015

Ibu Isma sangat nyaman dengan pelayanan Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan, dengan dokter-dokternya dan para perawatnya semuanya baik dan ramah, seperti yang diungkapkan Ibu Isma saat di wawancarai tanggal 28 Desember 2015.

Dokternya baik, ramah, tidak sombong, mau gitu ngobrol sama keluarga pasien dan pasiennya. Dokter menunjukan kepeduliannya. Dokter setiap hari datang mau itu pagi atau siang pokoknya dokter selalu datang untuk memeriksa cucu Ibu didampingi anak Ibu yang bekerja disini sebagai perawat. Perawatnyapun baik, ramah-ramah.”

Informan II

Nama : Rahmat

Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 2 April 1990 Alamat : Jln. Sunggal

Ruangan : Nuri 1

Tanggal wawancara : 29 Desember 2015

Saat peneliti bertanya bagaimana sikap paramedis saat menangani Ibu dari Bang Rahmat. Dengan penuh rasa kecewa Bang Rahmat menjawab dengan nada yang meninggi, bahwa dokter dan perawat di Rumah Sakit Bina Kasih Medan sangat tidak peduli dengan pasien.

sikap dokter tidak peduli kayak acuh tak acuh gitulah, datangpun jarang kalau datang cuma sebentar paling sekitar 5 menit memeriksa pakai yang diletakan di kuping (stetoskop) untuk memeriksa Ibu terus langsung pergi. Perawatpun samanya, kurang open gak mau menggantikan perban Ibu Saya, kalau Saya manalah ngerti bagaimana cara mengganti perban ini, karena sikap perawat seperti oom Saya marahlah dek, manggil perawatnya untuk menggantikan perban Ibu Saya, akhirnya perawat mau menggantikan perbannya. kalau Ibu Saya tidak sembuh juga tidak ditangani dengan baik tetap kayak gini, Saya bawak aja ke Rumah Sakit lain timbang disini buang-buang waktu aja.”

Bang Rahmat mengaku kalau sikap dokter seperti ini terus, tidak menunjukan sikap kepedulian kepada pasien, yang datang sesuka hatinya saja, tidak mau berkomunikasi, pelit informasi. Yakinlah tidak akan berhasil menyembuhkan setiap pasien.

Informan III

Nama : Erik

Jenis kelamin : laki-laki Tanggal lahir : 22 April 1975

Alamat : Jln. Melati perumahan helvetia

Ruangan : Nuri 2

Tanggal wawancara : 29 Desember 2015

Bapak Erik sangat kecewa melihat dokter dan perawat di Rumah Sakit Bina Kasih Medan yang tidak profesional saat menangani istrinya, dokter yang jarang datang itu bisa kita simpulkan bahwa dokter tidak peduli dengan tanggung jawabnya menangani pasien.

Rumah Sakit Bina Kasih Medan menggunakan dokter sama perawatnya tidak professional menangani istri Bapak. Dokter jarang datang, bayangkan dek istri Bapak dirawat dari tanggal 23 Desember 2015 sekarang udah tanggal 29 Desember cuma dua kali datang dokter meriksa istri Bapak. Itupun gak tentu jadwalnya datang cuma satu kali dalam sehari, yang pertama dokter datang pagi yang kedua dokter datang sore. Kalau perawat tidak semua baik dan ramah, tugasnyapun paling cuma ngantar obat dan menggantikan infus. Kalau gak ada perubahan dari dokter tetap kayak gini jarang datang, istri Bapak gak diperiksa periksa, mau Bapak pindahkan aja istri Bapak kerumah sakit lainlah yang menerima BPJS.”

Bapak Erik menyatakan kalau dokter-dokter sekarang tidak mengenali dirinya yang sangat berpengaruh untuk penyembuhan pasien. Sikap dokter tidak profesional, mungkin karena banyak dokter-dokter beranggapan profesinya adalah untuk menunjukkan tingkat sosialnya. Makin tinggi profesi orang makin sombong

Dokumen terkait