• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Informan Berdasarkan Jabatan

WEAKNESSES (W) 1 Kurangnya sarana

yang disediakan oleh Kementerian Agama Padang Lawas Utara, terutama tempat duduk bagi calon jamaah haji ketika pendaftaran dan kotak saran. 2. Karena haji merupakan agenda perjalanan tahunan yang wajib dilakukan pemerintah dalam memberikan pelayanan maka dapat dilihat bahwasanya

melaksanakan ibadah secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur”. 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 21 tahun 2016 tentang penetapan biaya penyelenggaraan

ibadah haji tahun 1437 H/ 2016 M.

3. Peraturan Menteri Agama No. 42 tahun

2016 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kemenag “penyelenggaraan

ibadah haji di tingkat pusat dilaksanakan oleh Direktur Jenderal dibantu oleh Direktur Pelayanan Haji dan Umroh, dan Direktur

pemerintah adalah

tidak dapat memberangkatkan

semua jamaah haji dikarenakan perluasan arena Masjidil Haram yang membuat kuota diperkecil sehingga membuat daftar tunggu yang lama.

Pembinaan Haji”. 4. Keputusan Menteri Agama RI No. 224 tahun 2016 tentang pembayaran biaya penyelenggaraan

Ibadah Haji reguler 1437H/2016M.

5. Dalam pelayanan memakai alat yang lebih modern dengan fasilitas selain Sistem

Informasi dan Komput erisasi Haji Terpadu

(SISKOHAT), Kantor Kementerian Agama Padang Lawas Utara juga mengadakan pemotoan langsung di scan di kantor dan cap jari asli bagi jamaah

komputer. OPPORTUNITIES (O)

1. Tidak adanya KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji) di kabupaten Padang Lawas Utara membuat jamaah menggunakan jasa atau pelayanan instansi pemerintah. 2. Minat masyarakat dalam melaksanakan ibadah haji setiap tahunnya meningkat STRATEGI SO 1. Mewujudkan peran pemerintah yang dominan terhadap pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2008, Peraturan Presiden No. 21 TAHUN 2016, Peraturan Menteri Agama No. 42 Tahun 2016, Keputusan Menteri Agama No. 224 Tahun 2016.

2. Mengelola Sistem Informasi dan Komput erisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) sebagai media yang terintegrasi antara beberapa stakeholder STRATEGI WO 1. Memanfaatkan sarana prasarana yang terbatas dengan seoptimal mungkin. 2. Mengupayakanada nya koordinasi Kemenag Paluta dengan Kemena Pusat melalui Kanwil Kemenag Sumut untuk mengoptimalkan kuota haji wilayah Paluta.

sehinnga

memudahkan proses pelayanan ibadah haji. THREATS (T)

1. Tantangan yang terus- menerus datang dari jamaah yaitu masih banyaknya jamaah yang berusia lanjut dan dari sisi riwayat kesehatan.

2. Pengurangan kuota haji yang membuat

daftar tunggu keberangkatan

mamakan waktu yang lebih lama. STRATEGI ST 1. Mengutamakan keberangkatan jamaah haji lansia. 2. Mengupayakan adanya koordinasi Kemenag Paluta dengan Kemenag Pusat melalui Kanwil Kemenag wilayah Sumut untuk mengoptimalkan

kuota haji wilayah Paluta. STRATEGI WT 1. Penambahan sarana dan prasarana. 2. Mengupayakan adanya koordinasi Kemenag Paluta dengan Kemenag Pusat melalui Kanwil Kemenag wilayah Sumut untuk mengoptimalkan kuota haji wilayah Paluta.

3. Mengutamakan keberangkatan jamaah lansia. 4. Melakukan

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data dan pembahasan, maka dalam bab terakhir ini dapat ditarik kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut:

1. Bahwa Kantor Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas Utara dalam menyelenggarakan pelayanan ibadah haji adalah dengan menjalankan strategi mendahulukan keberangkatan jamaah lansia, mengupayakan adanya koordinasi Kemenag Paluta dengan Kemenag Pusat melalui Kanwil Sumut untuk mengoptimalkan kuota haji wilayah Paluta, penambahan sarana dan prasarana serta melakukan evaluasi.

2. Kemenag Paluta sudah memiliki visi dan misi yang menjadi acuan mereka dalam menjalankan pelayanan publik yang berkaitan dengan program haji. Sesuai dengan misi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas Utara pada poin 5 yang berbunyi meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji. Artinya program haji menjadi prioritas di Kementerian Agama, atas dasar itu juga peneliti melihat bahwa kemenag paluta telah bekerja sesuai dengan arah dari visi-misi tersebut.

3. Fakta di lapangan peneliti tidak melihat adanya keterlibatan pihak swasta/biro perjalanan atau yang disebut KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) dalam mengurusi program haji di Kabupaten Padang Lawas Utama. Jadi secara keseluruhan peran pemerintah dominan dalam mengurusi ibadah haji

4. Peneliti melihat bahwa terdapat beberapa alat sosialisasi terkait prosedur pelayanan yang sudah ditetapkan kemenag paluta contohnya adanya spanduk, flayer, dokumentasi terkait pengurusan haji.Prosedur yang diterapkan kemenag paluta mudah dipahami dan dimengerti masyarakat. Walaupun masyarakat sudah memahami prosedur tersebut kemenag paluta juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk memberikan masukan terkait pelayanan. Dan sistem yang dimiliki Kemenag Paluta sudah terintegrasi dengan beberapa stakeholder.

5. Peneliti melihat dalam proses pengawasan yang dilakukan Kepala Kantor Kementerian Agama pengawasan yang bersifat internal. Artinya pengawasan yang dilakukan langsung dilakukan oleh pihak internal Kementerian Agama, misalnya Seksi Penyelenggaran Haji dan Umroh (PHU) diawasi langsung oleh Kepala Seksinya, dan Kepala Seksi harus melaporkan perkembangan dari masing-masing Seksi kepada Kepala Kantor. Dari observasi dan proses wawancara yang berlangsung peneliti menilai bahwa tindakan mal-administrasi atau dalam kata lain menghambat proses administrasi pendaftaran haji yang dilakukan oleh petugas akan minim terjadi. Hal tersebut dikarenakan Kepala Seksi terus mengawasi jajaran bawahannya dalam proses pelayanan yang dilakukan sehari-hari.

6. Di Kantor Kemenag Paluta bagi pegawai yang berkinerja baik tentu akan mendapatkan hadiah yaitu dengan adanya rekomendasi kenaikan pangkat

Masyarakat menilai bahwa petugas dari Kementerian Agama Padang Lawas Utara sangat ramah dan benar-benar melayani masyarakat yang melakukan pengurusan haji.

6.2 Saran:

Akhirnya penulis hanya dapat memberikan saran yang mudah-mudahan memberikan input (masukan) kepada Kantor Kementerian Agama Padang Lawas Utara

1. Perlu adanya peningkatan terhadap pelayanann haji yang dahulunya dikatakan baik menjadi lebih baik.

2. Sudah seharusnya pihak swasta dilibatkan dalam konteks pihak pendukung jalannya pelaksanaan program pelakasanaan haji agar pelayanan yang diberikan kepada jamaah lebih optimal.

3. Kantor Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas Utara khusunya bagian penyelenggaraan haji dan umroh sekiranya mengusulkan kepada Kantor Wilayah untuk perluasan ruangan dan lahan parkir serta menambah fasilitas sarana berupa bangkuagar jamaah dan pegawai nyaman saat berada dalam ruangan dan kotak saran.

4. Pengawasan yang dilakukan sudah cukup baik hanya saja perlu ditingkatkan melalui kordinasi antara Kasi PHU dan jajaran.

5. Sistem reward dan punishment yang diterapkan di Kemenag Paluta harus dijadikan dasar perbaikan kualitas pegawai yang harus dilandaskan nilai objektif dan religius guna terlaksananya pelayanan haji yang baik.

Saran-saran tersebut tidak untuk menilai maupun mengkritik pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji yang telah dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas Utara. Tetapi saran-saran yang diberikan oleh peneliti, hendaknya dapat ditanggapi secara positif dan dapat digunakan sebagai masukan dan evaluasi kinerja Kantor Kementerian Agama Kabupaten Padang Lawas Utara dalam penyelenggaraan ibadah haji selama ini sehingga dimasa yang akan datang tidak terjadi kesalahan yang sama dan berusaha untuk menjadi lebih baik.

Dokumen terkait