• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

G. Definisi Operasional Variabel

2. Wilayah Hutan Ngawi

Hutan wilayah Ngawi sekitar 45.907,10 ha yang terbagi atas berbagai tanaman. Hutan yang terdiri dari hutan produksi, hutan lindung dan hutan rakyat tersebut mempunyai jenis tanaman hutan yang berbeda-beda. Luas hutan yang demikian itu terbagi atas 14 (empat belas) BKPH yang terbagi atas tiga (3) bagian wilayah hutan, yaitu wilayah hutan barat, hutan tengah dan hutan timur. Wilayah hutan barat tediri dari 5 (lima) BKPH yaitu di Pandean, Banyuasin, Payak, Kedung Banteng dan Walikukun. Wilayah hutan tengah terdiri dari 4 (empat) BKPH yaitu di Watutinah, Sonde, Kedunggalar dan Begal. Sedangkan di wilayah hutan timur terdiri dari 5 (lima) BKPK yaitu di Ngandong, Getas, Kedawak Selatan, Getas, Kedawak Utara dan Geneng. Sedangkan untuk wilayah BKPH ini terbagi atas RPH sebanyak 55 KRPH.2

Di bawah ini merupakan gambar wilayah hutan Ngawi yang telah dipetakan dan dibagi maupun tersebar pada tiap-tiap wilayah. Peta ini telah diperbaharui pada tahun 2009 oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui luas wilayah hutan yang dikelola maupun yang dilindungi supaya hutan tetap terjaga dan lestari. Peta ini terbagi atas wilayah hutan KPH Perum Perhutani dan wilayah hutan rakyat.

1

Badan Statistika Kabupaten Ngawi, 2009. 2

Gambar 4.1

Peta Kawasan Hutan KPH Perum Perhutani Ngawi

Sumber Data : Arsip Peta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun 2009

Peta di atas merupakan gambar peta wilayah hutan yang menjadi kawasan hutan pengelolaan dan perlindungan dari KPH Perum Perhutani Ngawi. Data peta tersebut merupakan gambaran dari keadaan hutan Ngawi yang sebagian adalah naungan dari KPH dan sebagian lagi adalah hutan rakyat yang dikelola oleh Dinas Kehutanan. Peta tersebut merupakan satuan yang utuh namun ada bagian-bagian hutan yang menjadikan kawasan hutan rakyat.

Wilayah hutan di Kabupaten Ngawi rata-rata tanaman hutannya adalah pohon jati. Hanya sebagian saja yang tanamannya selain pohon jati, tanaman lainnya adalah hutan rakyat. Tanaman di hutan Ngawi lebih banyak pohon jati karena selain potensi tanamannya bagus, pohon ini terkenal kokoh apabila dibuat sebagai alat-alat bangunan dan alat kerajian. Oleh karena itu daerah Pulau Jawa khususnya tanaman hutan yang terbukti sangat kokoh adalah pohon jati. Selain itu jenis tanaman ini harga jualnya sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya karena melihat kualitasnya yang baik.

Jenis tanaman hutan rakyat yang pengelolaannya di bawah Dinas Kehutanan dan Perkebunan ini mempunyai jenis tanaman yang berbeda-beda. Tanaman hutan selain pohon jati yang terdapat di wilayah Ngawi diantaranya adalah pohon mahoni, pinus, sengon, trembesi, akasia, mangga, durian, kelapa, dan bambu. Tanaman ini masuk dalam kawasan hutan rakyat dan kawasan hutan rakyat tersebut bukanlah termasuk wilayah KPH Ngawi.

Hutan rakyat mempunyai kawasan yang berbeda dengan wilayah hutan yang di bawah naungan KPH Ngawi. Hutan rakyat mempunyai wilayah hutan sekitar 12.97.00 ha. Selama ini hutan rakyat dikelola oleh badan milik pemerintah wilayah kabupaten yaitu Dinas Kehutanan dan bukan atas naungan KPH di setiap wilayah yang memiliki kawasan hutan. Dinas Kehutanan diberi wewenang untuk mengelola hutan rakyat yang ada di sekitar masyarakat desa hutan dan yang lainnya. Ruang lingkup hutan rakyat ini memang terbatas pada hutan yang dikelola oleh masyarakat.

Menurut Peraturan Bupati Ngawi Nomor 49 tentang tugas, fungsi dan kewenangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan keberadaan hutan rakyat ini merupakan pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan pada otonomi dan tugas pembantuan di bidang kehutanan dan perkebunan dan tugas lain yang di berikan oleh Bupati. Oleh karena itu Dinas Kehutanan hanya mengawasi dan mengelola hutan rakyat tanpa mempunyai kewenangan dalam

hal penangkapan apabila terjadi tindak pidana illegal logging di sekitar wilayah hutan rakyat.3

Adapun salah satu wilayah hutan rakyat yang menjadi bagian dari pengelolaan Dinas Kehutanan adalah sebagai berikut yang telah ada di dalam peta di bawah ini.

Gambar 4.2 Kawasan Hutan Rakyat

Sumber Data : Arsip Peta Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Tahun 2009)

Di atas ini merupakan salah satu gambar peta wilayah yang menjadi kawasan hutan rakyat yang pengelolaannya oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Pada peta tersebut menandakan sebuah tanda hitam dan bagian beberapa petakan pada bagian gambar yang menjadi kewenangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam urusan pengelolaan dan perlindungan terhadap kawasan hutan khususnya hutan rakyat.

3

Data arsip, Luas Hutan Rakyat dan Jenis-Jenis Tamanan Hutan rakyat, Badan Statistika Kabupaten Ngawi, 2009.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa Perum Perhutani adalah “Perusahaan Umum

Kehutanan Negara (Perum Perhutani), yang selanjutnya dijelaskan Perusahaan, adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969, yang bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri, dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.”

Perhutani mempunyai sifat, maksud dan tujuan yaitu yang disebutkan pada pasal 6 PP Nomor 30 Tahun 2003, yaitu:

a. Sifat usaha dari perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan dan kelestarian sumber daya hutan. b. Maksud perusahaan adalah menyelenggarakan usaha di bidang

kehutanan yang menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan memadai guna memenuhi hajat hidup orang banyak dan memupuk keuntungan. Kemudian menyelenggarakan pengelolaan hutan sebagai ekosistem sesuai dengan karakteristik wilayah untuk mendapatkan manfaat yang optimal dari segi ekologi, sosial, budaya dan ekonomi, bagi perusahaan dan masyarakat. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang berpedoman kepada rencana pengelolaan hutan yang disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kehutanan.

c. Tujuan perusahaan adalah turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kehutanan.4

Dalam pembentukan Perum Perhutani tersebut setiap unit yang ada di wilayah provinsi telah memilah-milah kembali dengan pembentukan kesatuan yang disebut dengan Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani. Fungsi dari pembentukan ini adalah untuk membantu kinerja pemerintah dalam pengawasan dan pengelolaan hutan. Pembentukan kesatuan ini dibentuk pada tiap-tiap kota atau kabupaten yang mempunyai wilayah hutan telah ada KPH Perum Perhutani sendiri.

Kesatuan Pemangkuan Hutan Perum Perhutani Ngawi yang diberikan kewenangan dalam pengelolaan hutan ini kemudian membuat suatu lembaga masyarakat desa hutan ini berfungsi untuk pengelolaan hutan di sekitar wilayah hutan Ngawi. Dengan jiwa kerjasama dengan masyarakat desa hutan maka diharapkan dapat mempermudah dalam pengelolaan hutan dan perlindungannya.

Perum Perhutani Ngawi membentuk sebuah struktur organisasi yang fungsinya sebagai pengaturan proses pengelolaan dan perlindungan hutan yang telah menjadi kewenangannya. Tentu saja pekerjaan KPH Perum Perhutani ini sangat berat dalam mengemban tugasnya sebagai instansi yang dipercaya untuk pengelolaan masalah hutan. Adapun tugas dan fungsi dari KPH Perum Perhutani selaku pengelola hutan telah tertera dalam

4

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani), pasal 6.

undang Nomor 41 Nomor 1999 tentang Kehutanan, terdapat pada pasal 52 sampai dengan pasal 66. Hal tersebut sebagai penelitian dan pengembangan hutan, memberikan pendidikan dan latihan kehutanan, memberikan penyuluhan tentang kehutanan, membantu untuk masalah pendanaan dan prasarana. Selain itu berwenang juga dalam bidang pengawasan hutan dan memberikan penyerahan kewenangan yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengurusan hutan dalam rangka pengembangan hutan dalam rangka pengembangan otonomi daerah, yang selebihnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dibawah ini merupakan bentuk dari struktur organisasi KPH Perum Perhutani Ngawi yang diolah kembali oleh peneliti guna mempermudah untuk mengetahui jumlah dari BKPH dan KRPH yang telah dibentuk oleh Perum Perhutani Ngawi dalam pelaksanaan tugasnya dalam pengelolaan hutan dan perlindungan hutan. Pembentukan struktur organisasi ini dipimpin oleh seorang administratur yang bertugas mengawasi dari seluruh bagian-bagian dari KPH dalam pengelolaan hutan. Selain itu bagian-bagian yang telah dibentuk tersebut mempunyai kewajiban untuk selalu melaporkan atau memberitahukan kepada atasan apabila terjadi apapun yang berkaitan dengan pengelolaan dan perlindungan hutan. Sehingga dalam pengelolaan dan perlindungan hutan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut adalah bagan struktur organisasi KPH Perum Perhutani Ngawi yang diolah kembali oleh peneliti :

Dokumen terkait