• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

Penelitian ini diharapkan memberikan kejelasan karakter morfologi dan fisiologi adaptasi tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan di lapangan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjelaskan peranan FMA dalam mekanisme adaptasi tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan di lahan kering di lapangan. Percobaan dirancang secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis FMA yang terdiri atas tanpa FMA dan FMA Glomus sp-1p dan Acaulospora sp- 1p. Faktor kedua yaitu provenan jarak pagar yang terdiri atas provenan Palu, NTB, IP-1P dan IP-1A. Percobaan dilaksanakan di lahan kering Kota Palu, Sulawesi Tengah, dari bulan Oktober 2008 sampai Oktober 2009. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanaman yang bermikoriza dapat meningkatkan kadar air relatif daun dan menurunkan kandungan prolin daun, yang akibatnya dapat meningkatkan organ vegetatif (jumlah dan luas daun, tinggi tanaman, cabang primer dan sekunder), sedangkan provenan yang berbeda menghasilkan organ vegetatif yang berbeda. Produksi biji kering tanaman dan hasil minyak tertinggi per ha terdapat pada tanaman yang diberi FMA yaitu 93 kg/ha biji dan 30.7 kg minyak, sedangkan provenan dengan hasil tertinggi yaitu IP-1A 81 kg/ha biji dan 26.8 kg minyak.

Kata kunci: prolin, lahan kering, Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p. .

ABSTRACT

The research was conducted to investigate the morphological and physiological characteristics of physic nuts and AMF roles for plant adaptation to drought stress. The experiment was carried out on dry land of Palu City, Central Sulawesi, from October 2008 to October 2009. The experiment used completely randomized block design with 2 factors and 3 replications. The first factor was AMF type i.e. without AMF, and AMF (mixture of Glomus sp-1pand Acaulospora sp-1p). The second factor was provenances of physic nut i.e. Palu, NTB, IP-1A dan IP-1P. The results showed that AMF inoculation increased relative water content and reduced proline content in leaves, and vegetative growth of plants. Provenances have different sizes of vegetative organs. The application of AMF resulted in highest productivity of dry seed and oil i.e. 92.9 kg dry seed/ha and 30.7 kg oil/ha, respectively. provenan IP-1A, 1 year old plant, produced the highest seed and oil i.e. 81 kg dry seed/ha and 26.8 kg oil/ha, respectively.

Key words : proline, dry land, Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p. PENDAHULUAN

Secara agronomis tanaman jarak pagar dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia. Tanaman jarak pagar menurut Jones dan Miller (1992) dapat tumbuh baik pada kondisi curah hujan 480 mm sampai 2380 mm per tahun, sedangkan menurut (Heller 1996) tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering minimal curah hujan 200 mm per tahun hingga kondisi basah tertinggi 2000 mm per tahun. Tanaman jarak bahkan dapat tumbuh pada curah hujan lebih tinggi dari 3000 mm per tahun seperti dikebun Cikabayan IPB di bogor. Perbedaan kesesuaian iklim untuk tanaman jarak sangat ditentukan oleh faktor lain misalnya kelembaban udara dari masing- masing daerah penanaman jarak pagar, karena menurut Hening (2004) di kepulauan Cape Verde meski curah hujan hanya 250 mm tetapi kelembaban udaranya sangat tinggi sehingga tanaman jarak dapat hidup. Selain itu juga disebabkan perbedaan sifat genetik dari bibit yang digunakan.

Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang lebih baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan draenase dan aerasi yang baik. Menurut Okabe dan Somabhi (1989) tanaman jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir memberikan hasil biji tertinggi daripada tanah bertekstur lainnya, karena tanah bertekstur lempung berpasir mempunyai draenase dan aerasi yang baik

Propinsi Sulawesi Tengah mempunyai luas lahan sekitar 880.525 ha yang sesuai untuk pengembangan jarak pagar (Allorerung 2006), oleh karena itu pemerintah Sulawesi Tengah berupaya mengembangan tanaman jarak pagar pada beberapa daerah yang dianggap berpotensi. Salah satu daerah tersebut adalah Desa Poboya yang berada pada Kota Palu, Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan rata-rata suhu udara Kota Palu berkisar 27,2 0C dan suhu terendah mencapai 23 0C, rata-rata penyinaran matahari berkisar 65 % (Sulawesi Tengah dalam angka 2004), curah hujan rata-rata memiliki 3-4 bulan basah dan jenis tanahnya termasuk jenis tanah inceptisol.

Lingkungan tanah yang menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan tanaman adalah tingkat ketersedian air tanah. Tingkat ketersedian air akan

berpengaruh terhadap proses pertumbuhan sel tanaman dan kelangsungan metabolisme yang normal. Kondisi cekaman air menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena fotosintesis dan proses fisiologis yang normal terganggu. Salisbury dan Ross (1992) menjelaskan bahwa cekaman kekeringan akan mengakibatkan penurunan potensial air di daun, pembesaran sel mula-mula melambat sehingga pertumbuhan menurun. Sebenarnya tanaman secara alami sudah memiliki mekanisme toleransi terhadap cekaman kekeringan berkaitan dengan pengendalian transpirasi dan peningkatan serapan air. Menurut Levitt (1980) tanaman dapat dibedakan menjadi dua type berkaitan dengan pengaturan transpirasi yaitu (1) mekanisme penghindaran (avoidance) kekurangan air dengan upaya penurunan transpirasi melalui pengaturan kecepatan penutupan stomata atau kemampuan meningkatkan pengambilan air dengan memperpanjang akar, (2) mekanisme toleransi (tolerance) dengan memanfaatkan pengendali osmotik untuk menekan laju transpirasi. Respon tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat dilihat dengan respon morfologi yakni perubahan organ tanaman dan respon fisiologinya yakni perubahan metabolisme dalam tanaman (peningkatan senyawa prolin).

Pemanfaatan FMA dimaksudkan untuk membantu tanaman dalam proses penyerapan air, sehingga diharapkan dapat membantu tanaman pada saat tercekam kekeringan di lahan kering tempat penanaman jarak pagar. Ditegaskan oleh George et al. (1992) bahwa keberadaan FMA memberikan manfaat peningkatan serapan air pada tanaman inang selain peran pokoknya meningkatkan serapan fosfat. Lebih lanjut Al-Karaki (1998) mengungkapkan bahwa FMA mampu meningkatkan efisiensi penggunaan air pada tanaman baik dalam kondisi kecukupan air maupun kondisi tercekam kekeringan.

Penelitian ini diharapkan memberikan kejelasan karakter morfologi dan fisiologi adaptasi tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan di lapangan, serta dapat menjelaskan peranan FMA dalam mekanisme adaptasi tanaman jarak pagar terhadap cekaman kekeringan di lahan kering (di lapangan).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di lapangan tempat pengembangan jarak pagar di daerah kota Palu, di Sulawesi Tengah. Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai Oktober 2009.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain tanah inceptisol asal tempat pengembangan jarak pagar di desa Poboya Kota Madya Palu, Sulawesi Tengah, pupuk kandang (1kg/tanaman), inokulum FMA, benih jarak pagar yaitu, provenan Palu, NTB, IP-1A dan IP-1P. Inokulum FMA yang digunakan adalah indigenous yang terbaik dari hasil percobaan ke-3 (Efektifitas Fungi Mikoriza Arbuskular dengan Provenan Jarak Pagar Pada Cekaman Kekeringan) dari rangkaian penelitian ini yaitu isolat campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p.

Metode Percobaan

Percobaan secara faktorial menggunakan Rancangan Acak Kelompok, dua faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama ialah provenan jarak pagar, terdiri atas Palu , NTB, IP-1A dan IP-1P . Faktor ke-dua ialah spesies FMA terdiri atas tanpa FMA dan FMA indegenous yaitu isolat campuran Glomus sp- 1p. dan Acaulospora sp-1p, dengan demikian diperoleh 24 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 6 tanaman, sehingga total 144 tanaman, dengan satuan percobaan adalah petak percobaan 4 m x 6 m yang diletakkan secara acak dalam kelompok percobaan. Jarak tanam yang digunakan untuk tanaman jarak pagar adalah 2 m x 2 m.

Data sebelum diolah (analisis sidik ragam) diuji dahulu kehomogenan dan kenormalan ragam. Data peubah yang uji F nya berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan.

Pelaksanaan Percobaan

Perbanyakan fungi FMA. Kultur spora tunggal yang sudah menghasilkan spora cukup baik langsung disub-kulturkan untuk memperbanyak jumlah spora yang terbentuk. Teknik subkultur dilakukan dengan cara menanam langsung spora dari cawan petri plastik spora tunggal yang telah dibuka penutupnya ke dalam pot-pot plastik kecil yang telah diisi zeolit kira-kira sepertiga volume pot. Selanjutnya pot diisi zeolit sampai penuh.

Kultur-kultur ini dipelihara di rumah kaca sampai berumur kurang lebih 4 bulan. Selama kegiatan, pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman dan pemberian larutan hara Hyponex merah (25-5-20) dengan konsenterasi 1 g/ 2 l air sebanyak 20 ml setiap pot yang dilakukan setiap minggu. Hasil pemanenan kultur digunakan untuk percobaan selanjutnya.

Persiapan, penanaman dan pemeliharaan. Persiapan tanam dimulai dengan mempersiapkan bibit dengan perlakuan yang sama sampai umur 3 bulan dari masing-masing provenan (Palu, NTB, IP-1A, IP-1P), kecuali ada bibit yang diberi FMA dan ada yang tidak (sesuai dengan perlakuan). Sebanyak 20 g inokulum FMA diinokulasikan ke akar tanaman dalam polybag yang telah dipersiapkan sesuai perlakuan dengan cara sebar rata pada kedalaman 5 cm dari permukaan tanah. Satu kecambah tanaman jarak pagar per ember sesuai perlakuan ditanam di atas inokulum dan kemudian ditutup tanah. Penyiangan secara berkala dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam ember. Penanaman dilakukan di lapangan dengan menggunakan bibit yang telah berumur 3 bulan. Adapun jadwal pembibitan, penanaman di lapangan dan waktu panen pertama tahun pertama, serta data curah hujan disajikan pada Gambar 6.1.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Waktu (bulan) Ju ml a h C H

Ket: PP = periode pembibitan PL = Periode di lapangan WT = waktu tanam WPn1= waktu panen pertama Gambar 6.1. Data curah hujan sejak waktu pembibitan sampai waktu panen pertama

Pengamatan

1. Pengamatan terhadap derajat infeksi FMA, dan karakter morfologi (tinggi tanaman saat panen, luas daun, jumlah daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk, BB daun, BB akar).

2. Pengamatan fisiologi, terhadap prolin, dan kadar air relatif (KAR) daun, persentase kandungan minyak biji, dan kandungan minyak biji per hektar. 3. Pengamatan terhadap komponen hasil yaitu jumlah cabang primer, jumlah

cabanag sekunder, jumlah tandan produktif, jumlah buah pertandan, bobot biji, bobot buah, jumlah biji per tanaman, bobot biji per tanaman, bobot biji per petak, bobot biji per hektar, kandungan air biji.

4. Data penunjang yang diamati adalah data curah hujan (Lampiran 9 dan 10), suhu harian (Lampiran 11dan12), dan data analisis tanah tempat percobaan (lampiran 13), serta data anlisis pupuk kandang sapi (Lampiran 14).

Pengujian kadar minyak biji jarak pagar dilakukan setelah panen. Pengukuran kadar minyak dilakukan dengan mengekstrak minyak dari biji secara mekanis dengan menggunakan blender. Pengukuran kandungan minyak dilakukan dengan menggunakan metode soxhlet (BSN 1992). Prosedur analisis kandungan minyak jarak pagar dengan menggunakan metode soxhlet disajikan pada Lampiran 15.

WT

PL

WPn I

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pemberian FMA terhadap tanaman jarak pagar dapat menginfeksi akar tanaman. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pemberian isolat campuran Glomus sp- 1p. dan Acaulospora sp-1p dapat meningkatkan derajat infeksi akar tanaman lebih dari 100 % pada semua provenan tanaman jarak pagar.

Tabel 6.1.Derajat infeksi beberapa provenan jarak pagar umur 1 tahun dengan pemberian FMA Provenan Jenis Mikoriza Rata- rata Peningkatan terhadap kontrol (%) Tanpa FMA Glomus sp-1p + Acaulospora sp-1p Palu NTB IP-1A IP-1P Rata- rata --- % --- 31.67 76.67 28.33 75.00 30.00 73.33 28.33 68.33 29.58b 73.33a 54.17 51.67 51.67 48.33 51.46 142.09 164.74 144.43 141.19 147.90 Keterangan:Angka-angka pada masing-masing kolom dan baris yang diikuti huruf tidak berbeda nyata berdasarkan uji F

Perbedaan derajat infeksi akar tanaman jarak antara tanaman yang tidak dan yang diberi FMA mengakibatkan perbedaan kadar air relatif di daun tanaman (Tabel 6.2). Pemberian FMA isolat campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p dapat meningkatkan kadar air relatif di daun tanaman jarak pagar sebesar 6.0 %. Tabel 6.2 juga menunjukkan bahwa provenan jarak pagar juga mengalami perbedaan kadar air relatif di daun, yaitu provenan Palu, NTB dan IP-1A memiliki kadar air relatif yang hampir sama, namun ketiganya berbeda dengan provenan IP-1P.

Tabel 6.2. Kadar air relatif (KAR) di daun beberapa provenan tanaman jarak pagar umur 1 tahun yang diberi FMA

Perlakuan Kadar air relatif di daun (KAR)(%) Jenis FMA: Tanpa FMA Glomus sp-1p +Acaulospora sp-1p Provenan: Palu NTB (Lombar) IP-1A IP-1P 59.9 b 65.9 a 63.8 p 64.2 p 63.5 p 60.1 q

Keterangan : Angka-angka pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F untuk jenis FMA, dan berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5% untuk provenan.

Tabel 6.3 menjelaskan bahwa pemberian FMA dapat menurunkan kandungan prolin di daun tanaman jarak pagar pada semua provenan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian FMA dapat mengurangi cekaman pada tanaman jarak pagar.

Tabel 6.3. Kadar prolin di daun beberapa provenan tanaman jarak pagar dan jenis FMA (µg/100cm2 )

Jenis mikoriza

Provenan Tanpa FMA Glomus sp-1p +Acaulospora sp-1p ---µg/100cm2 ---

Palu 1.84 bA 1.31 aB NTB/Lombar 1.81 bA 1.22 bB IP-1A 1.93 aA 1.21 bB IP-1P 1.49 cA 1.39 aB

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5%, dan angka-angka yang diikuti huruf kapital yang sama pada baris yang sama pada masing-masing peubah tidak berbeda nyata berdasarkan uji F

Pemberian FMA Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p menyebabkan peningkatan jumlah daun (5.6 %), luas daun ( 21.9 %), tinggi tanaman (14.9 %), cabang primer (66.7 %), dan cabang sekunder (44.4 %) dibandingkan dengan kontrol (Tabel 6.4).

Tabel 6.4 juga menunjukkan bahwa di lapangan provenan jarak pagar mengalami perbedaan luas daun dan jumlah cabang primer yang terbentuk.

Provenan IP-1A memiliki luas daun tertinggi dan jumlah cabang terbanyak, sedangkan provenan IP-1P memiliki luas daun dan jumlah cabang terendah. Walaupun perbedaan provenan belum menunjukkan adanya perbedaan pada jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah cabang sekunder pada tanaman berumur 1 tahun.

Tabel 6.4. Luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah cabang primer dan jumlah cabang sekunder jarak pagar umur 1 tahun yang diberi mikoriza

Perlakuan

Luas daun Jumlah Tinggi Σ cabang Σ cabang (cm2) daun tanaman primer sekunder (cm) Jenis FMA: Tanpa FMA Glomus sp-1p + Acaulospora sp-1p Provenan: Palu NTB IP- 1A IP- 1P 2557.1b 92.6b 60.5b 1.2b 0.9b 3115.9a 97.8a 69.5a 2.0a 1.3a 2938.2p 98.0p 65.7p 1.6pq 1.1p 2866.2p 94.1p 64.9p 1.6pq 1.1p 2956.2p 96.9p 66.3p 1.8p 1.2p 2585.4q 91.8p 63.1p 1.3q 1.0p

Keterangan : Angka-angka pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F untuk jenis FMA, dan berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5% untuk provenan

Pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p juga meningkatkan komponen produksi tanaman umur 1 tahun yaitu jumlah tandan produktif (55.0 %), jumlah kapsul per tandan (68.8 %), jumlah kapsul per tanaman (165.1%), jumlah biji per tanaman (166.5 %), bobot biji (4.2 %), dan bobot kapsul (11.3 %) dibandingkan kontrol (Tabel 6.5).

Tabel 6.5 juga menunjukkan bahwa provenan yang berbeda memberikan perbedaan pembentukan tandan produktif, jumlah kapsul per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji. Provenan IP-1A memiliki jumlah tandan produktif, jumlah kapsul per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji yang tertinggi, sedangkan provenan IP-1P mempunyai jumlah tandan produktif, jumlah kapsul per tanaman, jumlah biji per tanaman dan bobot biji yang terendah. Walaupun perbedaan provenan belum menyebabkan adanya perbedaan pada pembentukan jumlah kapsul per tandan dan bobot kapsul.

Tabel 6.5. Komponen produksi beberapa provenan tanaman jarak pagar umur 1 tahun yang diberi FMA

Perlakuan Σ tandan Σ kapsul/ Σ kapsul/ Σ biji/ Bobot Bobot produktif tandan tan tan biji (g) buah (g) Jenis FMA: Tanpa FMA Glomus sp-1p + Acaulospora sp-1p Provenan: Palu NTB (Lombar) IP- 1A IP- 1P 2.0b 3.2b 6.3b 18.8b 0.71b 9.41b 3.1a 5.4a 16.7a 50.1a 0.74a 10.47a 2.4pq 4.2p 10.5q 31.5q 0.72q 9.80p 2.7pq 4.3p 12.1pq 36.3pq 0.74p 9.95p 2.9p 4.7p 14.5p 43.5p 0.74p 10.05p 2.2q 4.1p 8.8q 26.5q 0.72q 9.95p Keterangan : Angka-angka pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F untuk jenis FMA, dan berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5% untuk provenan

Tabel 6.6 memperlihatkan bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan bobot biji pertanaman, bobot biji per petak, dan bobot biji per hektar. Pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p dapat meningkatkan bobot biji pertanaman (179.7 %), bobot biji per petak (178.8 %) dan bobot biji per hektar (178.1 %) dibandingkan kontrol.

Tabel 6.6. Bobot biji beberapa provenan tanaman jarak pagar umur 1 tahun (panen pertama) yang diberi FMA

Perlakuan Bobot biji/ Bobot biji/ Bobot biji/ tanaman (g) petak (g) ha (kg) Jenis FMA: Tanpa FMA Glomus sp-1p + Acaulospora sp-1p Provenan: Palu NTB IP-1A IP-1P 13.3b 80.0b 33.4b 37.2a 223.0a 92.9a 22.9qr 137.1qr 57.1qr 26.8pq 161.0pq 67.2pq 32.2p 193.4p 80.6p 19.1r 114.4r 47.7r

Keterangan : Angka-angka pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F untuk jenis mikoriza, dan berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5% untuk provenan

Bobot biji juga berbeda antar provenan. Provenan IP-1A memiliki bobot biji per tanaman, bobot biji per petak dan bobot biji per hektar tertinggi, sedangkan IP-1P terendah.

Tabel 6.7 menunjukkan bahwa pemberian FMA Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p mampu meningkatkan kandungan minyak biji, sedangkan antar provenan belum menunjukkan adanya perbedaan. Selanjutnya persentase kandungan minyak biji setelah dikonversi menjadi hasil minyak biji per hektar (kg), memperlihatkan bahwa dengan pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p hasil minyak biji per hektar tanaman jarak meningkat sebasar 205.4 %. Demikian juga dengan provenan yang berbeda memberikan perbedaan juga terhadap hasil minyak biji per hektar. Provenan IP-1A memiliki hasil minyak biji per hektar tertinggi

Persentase kadar air biji tanaman jarak dipengaruhi oleh pemberian FMA dan provenan.(Tabel 6.7). Pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p dapat menurunkan persentase kadar air biji tanaman jarak sebesar 11. 2 %. Provenan yang berbeda memberikan perbedaan juga terhadap persentase kadar air biji olehnya provenan IP-1A memiliki kadar air biji terendah sama dengan NTB.

Tabel 6.7. Kandungan minyak dan air beberapa provenan tanaman jarak pagar umur 1 tahun (panen pertama) dengan pemberian FMA

Perlakuan Kandungan Hasil minyak Kadar air minyak biji (%) biji/ha (kg) (%) Jenis FMA: Tanpa FMA Glomus sp-1p + Acaulospora sp-1p Provenan: Palu NTB (Lombar) IP- 1A IP- 1P 29.95b 10.06b 9.65a 32.95a 30.72a 8.57b 31.57p 18.43qr 9.29p 31.28p 21.76pq 8.96q 32.24p 26.44p 8.86q 30.72p 14.94q 9.33p Keterangan: Angka-angka pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji F untuk jenis FMA, dan berdasarkan uji jarak berganda Duncan 5% untuk provenan

Pembahasan

Pertumbuhan dan produksi tanaman inang tidak dapat diduga hanya dengan melihat pada tinggi rendahnya derajat infeksi akar tanaman inang oleh fungi mikoriza arbuskular (FMA), karena dengan semakin tingginya derajat infeksi akar tanaman inang oleh FMA tidak berarti pertumbuhan dan produksinya akan lebih baik. Tabel 6.1 pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa provenan Palu mempunyai derajat infeksi lebih tinggi yaitu 54.2% dibandingkan provenan IP-1A dan NTB (51.7 % dan 51.7 %), akan tetapi ternyata memiliki pertumbuhan dan produksi lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa derajat infeksi tidak menggambarkan jumlah cendawan mikoriza yang sedang aktif bermetabolisme, karena cendawan yang aktif bermetabolisme dapat menentukan pengaruh FMA terhadap penyerapan hara dan air dengan keaktifan dari panjang dan banyaknya hifa eksternal yang dimiliki. Menurut Allen (2001), keterpaduan antar tanaman inang dengan FMA dapat dilihat dengan derajat infeksi akar tanaman inang, walaupun belum tentu menggambarkan tinggi rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman inang. Oleh karena itu sebaiknya peubah derajat infeksi akar tanaman inang digunakan hanya untuk mengindikasikan adanya simbiosis antara FMA dengan tanaman inang, apalagi jika peubah lain seperti panjang akar sulit atau tidak memungkinkan untuk diamati. Selain itu juga menurut Setiadi (1989) tanda-tanda anatomis yang mencirikan ada tidaknya infeksi FMA tidak dapat dilihat, kecuali akar-akar yang terinfeksi.

FMA mampu memperbaiki kondisi perakaran tanaman, terbukti perlakuan FMA memberikan peningkatan pada bobot kering akar tanaman jarak dari 7.5 g pada kondisi tanpa diberikan FMA menjadi 8.6 g (Gambar 3). Perbaikan fungsi akar karena aplikasi FMA akan mempengaruhi kandungan air relatif (KAR) daun yang pada gilirannya akan berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman inang. Tabel 6.2 menunjukkan bahwa pemberian FMA dapat meningkatkan kandungan air relatif daun tanaman jarak pagar sebesar 6.0 %, sedangkan dengan penggunaan provenan yang berbeda menyebabkan perbedaan kandungan air relatif daun. Provenan yang agak toleran seperti Palu, NTB, dan IP-1A mempunyai jumlah kandungan air relatif daun lebih banyak dibandingkan dengan provenan peka seperti IP-1P. Lain halnya dengan kandungan prolin di

daun tanaman jarak akibat pengaruh FMA, ternyata tanaman yang diberi perlakuan FMA mempunyai kandungan prolin lebih rendah dibanding dengan dengan tanaman yang tidak diberi FMA. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Swasono(2006) bahwa tanaman yang diberi mikoriza dapat menyerap air lebih baik pada kondisi tercekam kekeringan.

Respon tanaman jarak pagar yang diinokulasi inokulum FMA lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jarak pagar tanpa FMA. Hal ini disebabkan karena hifa FMA dapat mempertahankan kontak tanah-akar yang lebih baik dan memudahkan pengambilan air dan hara (Davies et al. 1992). Sieverding (1991) melaporkan bahwa FMA yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang akan memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman bermikoriza akan mampu meningkatkan kapasitasnya dalam menyerap unsur hara dan air. Terjadinya peningkatan penyerapan air pada tanaman yang bermikoriza membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman dalam kondisi tercekam kekeringan. Hal ini dapat dilihat pada penelitian ini, dimana pada tanaman yang diberi FMA memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada semua organ tumbuh yang diamati seperti luas daun, jumlah daun, tinggi tanaman, cabang primer dan cabang sekunder (Tabel 6.4 ).

Pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jarak pagar dalam kondisi tercekam kekeringan. Hal ini dapat ditunjukkan dalam penelitian ini, bahwa tanaman jarak pagar secara periodik setiap akhir tahun menggugurkan daunnya, namun dengan pemberian FMA campuran Glomus sp-1p dan Acaulospora sp-1p jumlah daun yang gugur dapat dikurangi. Jumlah daun tanaman jarak pagar yang diamati pada akhir penelitian ini (umur 1 tahun) terlihat bahwa yang diberi FMA mempunyai jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tanaman yang tidak diberi

Dokumen terkait