H. Manifestasi Sinusitis
Demam > 39oc ,edema periorbital, nyeri wajah
Batuk malam hari sering menyertai infeksi virus pernafasan atas, tetapi batuk siang hari lebih berkesan sinusitis.
Nyeri kepala, pelembekan edema tidak lazim
Pemeriksaan sesudah pemberian dekogestan topical dapat menunjukkan adanya nanah dalam meates yang memberi kesan keterlibatan sinus maksillaris ,frontalis, atau etmoidalis anterior , nanah pada meatus superior memberikan kesan keterlibatan sel spernoid atau etmodalis posterior.
Cairan postnatal dapat mengakibatkan nyeri tenggorokan atau batuk persisten terutama malam hari
Pada etmoditis akut terutama pada bayi dan anak kecil, selulitis periorotas, dengan edema jaringan lunak dan kemerahan kulit
merupakan manifestasi yang lazim.
Gejala sinusitis kronis sering terjadi demam, malaise, mudah lelah, anoreksia. (Ngystia, 1997)
I. Pemeriksaan Penunjang Sinusitis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusistis maksila dan etmoid anterior dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis etmoid posterior dan sphenoid).
2. Pada rinosinusitis akut, mukosa edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan di daerah kantus medius. 3. Pemerikasaan pembantu yang penting adalh foto polos atau CT scan.
menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara, cairan (air fluid level) atau penebalan mukosa.
4. CT scan sinus merupakan golg standard diagnosis sinusitis karena mampu manila anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secacra keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang diagnosis sinusistis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus.
5. Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan ini sudah jarang digunakan karena sangat terbatas kegunaannya.
6. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil secret dari meatus medius/superior, untuk mendapat antibiotic yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil secret yang keluar dari pungsi sinus maksila.
7. Sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melalui meatus inferior, dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi. (Anonim, 2010).
J. Penatalaksanaan Sinusitis
Tujuan terapi sinusitis ialah : - Mempercepat penyembuhan - Mencegah komplikasi
- Mencegah perubahan menjadi kronik
Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di KOM sehinggan drenase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
1. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bacterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan
maukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotic diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotic yang sesuai untuk kuman negative gram dan anaerob.
2. Selain dekongestan oral dan topical, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, seperti analgetik, mukolitik, teroid oral/topical, pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin diberikan, karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan secret jadi lebih kental. Bila ada alergi berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinus maksila atau Proetz displacement therapy juga merupakan terapi tambahan yang bermanfaat. Imunoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita
kelainan alergi yang berat.
3. Tindakan operasi. Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat; sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang irreversible; polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.( Higler, AB. 1997).
K. Komplikasi
Sinus akut
Akses otak
Sinusitis orbita atau periobita
Absesorbita superiousteal
Meningitis
Komplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intracranial.
1. Kelainan orbita disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata (orbita). Yang paling sering adalah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum. Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, asbes subperiostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus kavernosus. Kelainan Intrakranial. Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak dan thrombosis sinus kavernosus.
2. Komplikasi juga dapat terjadi padasinusitis kronis berupa: Osteomielitis dan abses suberiostal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.
3. Kelainan paru, seperti bronchitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sinobronkitis. Selain itu dapat juga menyebabkan kambuhnya asma bronchial yang sukar dihilangkan sebalum sinusitisnya disembuhkan.
(Soepardi, EA. 2007).
L. Asuhan Keperawatan Sinusitis 10.1 Askep Teori
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2. Keluhan utama :
Biasanya penderita mengeluh nyeri kepala sinus, tenggorokan.
3. Riwayat Penyakit sekarang :
Sekarang Berisi tentang kapan gejala mulai dirasakan, seberapa sering gejala dirasakan, upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
4. Riwayat penyakit dahulu :
- Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
- Pernah mempunyai riwayat penyakit THT - Pernah menedrita sakit gigi geraham.
5. Riwayat keluarga :
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososial
a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
7. Pola fungsi kesehatan
Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek samping
b. Pola nutrisi dan metabolisme :
Biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
c. Pola istirahat dan tidur
Selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek.
d. Pola Persepsi dan konsep diri
Klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
e. Pola sensorik
Daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan Persistem
Pemeriksaan fisik pada klien dengan sinusitis meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (breath) a. Bentuk dada : normal b. Pola napas : tidak teratur
c. Suara napas : ronkhi d. Sesak napas : ya e. Batuk : tidak
f. Retraksi otot bantu napas ; ya
2. Kardiovaskular B2 (blood) a. Irama jantung : regular b. Nyeri dada : tidak
c. Bunyi jantung ; normal d. Akral : hangat
3. Persyarafan B3 (brain)
a. Penglihatan (mata) : normal
b. Pendengaran (telinga) : tidak ada gangguan c. Penciuman (hidung) : ada gangguan
d. Kesadaran: gelisah e. Reflek: normal
4. Perkemihan B4 (bladder) a. Kebersihan : bersih
b. Bentuk alat kelamin : normal c. Uretra : normal
d. Produksi urin: normal
5. Pencernaan B5 (bowel) a. Nafsu makan : menurun b. Porsi makan : setengah
c. Mulut : bersih d. Mukosa : lembap
6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone) a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas b. Kondisi tubuh: kelelahan
9. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum : keadaan umum , tanda viotal, kesadaran.
2) Pemeriksaan fisik data focus hidung : nyeri tekan pada sinus, rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
B. Analisa Data Data subyektif : 1. Observasi nares :
a. Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya
b. Riwayat pembedahan hidung atau trauma
c. Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya.
2. Sekret hidung :
a. warna, jumlah, konsistensi secret b. Epistaksis
c. Ada tidaknya krusta/nyeri hidung. 3. Riwayat Sinusitis :
a. Nyeri kepala, lokasi dan beratnya
b. Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca. 4. Gangguan umum lainnya :
Kelemahan Data Obyektif
1. Demam, drainage ada : - Serous Mukppurulen - Purulen
2. Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus.
3. Kemerahan dan Odema membran mukosa. 4. Pemeriksaan penunjang :
a. Kultur organisme hidung dan tenggorokan b. Pemeriksaan rongent sinus.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi penumpukan sekret hidung) sekunder dari peradangan
sinus.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dai kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun sekuder dari peradangan sinus.
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
5. Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan .
D. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Jalan nafas tidak efektik berhubungan dengan obtruksi (penumpukan sekret hidung) sekunder dari peradangan sinus.
Tujuan : jalan nafas efektif setelah sekret (seous, purulen)dikeluarkan Kriteria hasil :
Klien tidak bernafas lagi melalui mulut
Jalan nafas kembali normal terutama hidung
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji penumpukan sekret yang ada
b. Obsevasi tanda-tanda vital c. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pembersihan sekret
a. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya
b. Mengetahui perkembangan klien sebelum dilakukan operasi
c. Kerjasama untuk meghilangkan penumpukan sekret/masalah.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang Kriteria Hasil:
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hila ng - Klien tidak menyeringai kesakitan
INTERVENSI RASIONAL a. Kaji tingkat nyeri klien
b. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
c. Ajarkan tekhnik relaksasi dan distraksi
d. Observasi tanda-tanda vital dan keluahan klien
e. Kolaborasi dengan tim medis :
1. Terapi Konservatif :
- Obat Acetaminopen, Aspirin, obat sakit kepala berupa puyer atau tablet.
Dekongestan Hidung (obat tetes hidung) à untuk memperlancar drenase, hanya diberikan untuk waktu yang terbatas 5 sampai 10 hari. - Drainase Sinus, pada sinus
frontal dapat dilakukan dari
a. Mengetahui tigkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
c. Klien mengetahui tekhnik distraksi dan relaksasi sehingga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri.
d. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien. e. Menghilangkan/menguragi
dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar (eksternasal), seperti pada operasi killian. Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan dari dalam hidung (intranasal)
2. Pembedahan : - Irigasi Antral :
Untuk Sinusitis Maksilaris
dilakukan untuk
mengeluarkan sekret yang terkumpul di dalam rongga sinus maksila
- Operasi Cadwell luc. à untuk mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkena
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dai kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan menurun sekuder dari peradangan sinus.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi Kriteria hasil
Klien menghabiskan korsi makannya
Berat badan tetap seperti sebelum sakit atau bertambah
a. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
b. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses penyembuhan. c. Catat intake ouput makanan
klien.
d. Anjurkan makan sedikit tapi sering
e. Sajikan makan secara menarik
a. Mengatahui kekurangan nutrisi klien
b. Dengan pengetahuan yang baik tentang nutrisi akan memotivasi meningkatkan pemenuhan nutrisi
c. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien
d. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekana yang berlebihan pada lambung
e. Meningkatkan selara makan klien
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (irigasi/operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang Kriteria hasil :
Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji tingkat kecemasan klien b. Berikan kenyamanan dan
ketentraman pada klien.
c. Temani klien Perlihatkan rasa empati (datang dengan menyentuh klien)
c. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang
a. Menentukan tindakan selanjutnya.
b. Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
c. Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih koopretif.
dideritanya perlahan, tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah di
mengerti
d. Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya : Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
- batasi kontak dengan orang lain/klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan Observasi tanda-tanda vital.
- Bila perlu, kolaborasi dengan tim medis.
1. Terapi Konservatif :
- Obat Acetaminopen ; Aspirin, obat sakit kepala berupa puyer atau tablet. Dekongestan Hidung (obat tetes hidung) à untuk memperlancar drenase, hanya diberikan untuk waktu yang terbatas 5 sampai 10 hari.
- Drainase Sinus, pada sinus frontal dapat dilakukan dari dalam hidung (intranasal) atau dengan operasi dari luar (eksternasal), seperti pada operasi killian. Sedangkan pada sinus sfenoid dilakukan dari dalam hidung
d. Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
e. Mengetahui perkembangan klien secara dini.
f. Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
(intranasal) 2. Pembedahan :
- Irigasi Antral :
Untuk Sinusitis Maksilari dilakukan untuk mengeluarkan sekret yang terkumpul di dalam rongga sinus maksila
- Operasi Cadwell luc. untuk mengangkat mukosa yang patologik dan membuat drainase
dari sinus yang terkena
5. Gangguan Istirahat dan tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder dari proses peradangan .
Tujuan : klien dapat istirahat dan tidur dengan nyaman Kriteria hasil :
- Klien tidur 6-8 jam sehari
INTERVENSI RASIONAL
a. Kaji kebutuhan tidur klien. b. Ciptakan suasana yang
nyaman.
c. Anjurkan klien bernafas lewat mulut.
d. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat.
a. Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
b. Agar klien dapat tidur dengan tenang.
c. Pernafasan tidak terganggu d. Pernafasan dapat efektif
kembali lewat hidung 6. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Tujuan : suhu tubuh kembali dalam keadaan normal Kriteria hasil :
Kulit hangat dan lembab, membran mukosa lembab.
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitoring perubahan suhu tubuh
b. Mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dengan pemasangan infus.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik guna
mengurangi proses peradangan (inflamasi).
d. Anjurkan pada pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang optimal sehingga
metabolisme dalam tubuh dapat berjalan lancer.
a. Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien.
b. Cairan dalam tubuh sangat penting guna menjaga homeostasis (keseimbangan) tubuh. Apabila suhu tubuh meningkat maka tubuh akan kehilangan cairan lebih banyak. c. Antibiotik berperan penting
dalam mengatasi proses peradangan (inflamasi).
d. Jika metabolisme dalam tubuh berjalan sempurna maka tingkat kekebalan/ sistem imun bisa melawan semua benda asing (antigen) yang masuk.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada Tn. A
Tn. A Umur 35 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit kepala, demam, hidung tersumbat, kehilangan rasa membaui dan nyeri tekan (tumpul) di sekitar wajah, nyeri terlokalisir di area hidung (sinus), nyeri betambah berat dirasakan Tn.A ketika membungkuk atau tidur terlentang. Tn. A juga mengeluh mengeluarkan cairan hijau tebal dari hidung disertai nanah atau darah. Kemudian Tn.A dikaji nyerinya dengan cara menundukan kepala dan melakukan valsava manuver, ternyata nyeri bertambah berat. TD (130/80 mmHg), RR (20 x/menit), HR (80 x/menit), Suhu (380C). Pada saat akan diberikan tindakan keperawatan, pasien menolak tindakan tersebut.
PENGKAJIAN A. Anamnesa
a. Identitas :
Nama : Tn. A
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 35 tahun
b. Keluhan Utama :
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit kepala,demam, hidung tersumbat, kehilangan rasa membaui dan nyeri tekan (tumpul) di sekitar wajah.
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tn. A Umur 35 tahun datang ke RS dengan keluhan sakit kepala,demam, hidung tersumbat, kehilangan rasa membaui dan nyeri tekan (tumpul) di sekitar wajah, nyeri terlokalisir di area hidung (sinus), nyeri betambah berat dirasakan Tn.A ketika membungkuk
atau tidur terlentang. Tn. A juga mengeluh mengeluarkan caira hijau tebal dari hidung disertai nanah atau darah.
d. Riwayat Penyakit Dahulu : e. Riwayat Penyakit Keluarga : -f. Riwayat Alergi :
B. Pengkajian Pola Fungsi
a. Pola Aktivitas/Latihan : nyeri betambah berat dirasakan Tn.A ketika membungkuk atau tidur terlentang.
b. Pola Nyeri/Kenyamanan : pasien mengeluh sakit kepala, nyeri tekan tumpul disekitar wajah.
c. Pola Sensorik : pasien kehilangan rasa membaui.
C. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing) : hidung tersumbat b. B2 (Blood) :
-c. B3 (Brain) : sakit kepala, demam. d. B4 (Bladder) :
e. B5 (Bowel) :
-f. B6 (Bone) : nyeri pada pipi
D. Pemeriksaan Penunjang
- Valsava Manuver : nyeri bertambah berat
E. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan 1 DS:
Pasien datang ke RS dengan keluhan sakit kepala, nyeri tekan
Peradangan pada hidung
Gangguan rasa nyaman nyeri
(tumpul) di sekitar wajah, nyeri terlokalisir di area hidung (sinus), nyeri betambah berat dirasakan Tn.A ketika membungkuk atau tidur terlentang.
DO: Saat melakukan valsava manuver, ternyata nyeri bertambah berat. TD (130/80 mmHg). 2 DS: Pasien mengeluh hidung tersumbat, kehilangan rasa membaui, pasien juga mengeluh mengeluarkan cairan hijau tebal dari hidung disertai nanah atau darah.
DO:
-Adanya
penumpukan sekret
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3 DS:
Pasien mengeluh demam.
DO:
Suhu 38oC 4 DS: Pasien menolak tindakan keperawatan DO:
Pada saat akan dilakukan tindakan keperawatan, klien menolak. Kurang informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan Defisit pengetahuan F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada hidung
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan.