• Tidak ada hasil yang ditemukan

Word graph kata keterangan frekuentatif selalu

26 Word graph kata keterangan kewaktuan selalu dan sering secara

umum………... 24

27 Word graph kata keterangan frekuentatif jarang 1……….….…… 25

28 Word graph kata keterangan frekuentatif jarang 2……….….…… 25

29 Word graph kata keterangan kewaktuan sekarang dan kini…….… 26

30 Word graph kata keterangan kewaktuan nanti, besok dan lusa...…. 27

31 Word graph kata keterangan kewaktuan kemarin, dulu dan tadi…. 29

32 Word graph kata keterangan cara kesungguhan pasti………..….... 30

33 Word graph kata keterangan cara kesungguhan agaknya…….….. 32

34 Word graph kata keterangan cara kesungguhan mudah-mudahan… 34

35 Word graph kata keterangan cara ajakan mari ……… 35

36 Word graph kata keterangan cara pengingkaran tak……… 36

37 Word graph kata keterangan cara larangan jangan ………….…… 37

38 Word graph kata keterangan kontrastif bahkan ……….………... 38

39 Word graph kata keterangan niscaya……….... 39

40 Word graph kata keterangan di + lolasi yang menyatakan

tempat……… 40

41 Word graph kata keterangan ke + lokasi yang menyatakan tempat

tujuan………. 41

42 Word graph kata keterangan dari + lokasi yang menyatakan

tempatasal……….. 42

43 Word graph kata keterangan instrumental………..……….. 43

59 Flowchart pembentukan aturan word graph kata

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi saat ini telah mampu memanfaatkan teknologi komputer analog dan teknologi komputer digital sehingga menjadi teknologi

handal, yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan pemakainya

menggunakan ucapan sehari-hari dalam bahasa alami (Natural Language).

Penelitian dalam bahasa alami melahirkan sebuah bidang ilmu NaturalLanguage

Processing (NLP) atau Pemrosesan Bahasa Alami yang memungkinkan untuk

melakukan berbagai macam pemrosesan terhadap bahasa alami. Pemrosesan bahasa alami tidak mudah dilakukan, beberapa alasan yang menyulitkan

pemrosesan tersebut adalah sering terjadi ambiguity atau kerancuan makna kata.

Fenomena ini terjadi pada berbagai level implementasi bahasa, mulai dari pengucapan, penulisan, dan makna kata (Arman 2004).

Knowledge Graph (KG) adalah suatu metode baru dari NLP yang

mengarahkan pada cara baru dalam menjelaskan dan memodelkan NLP dan juga sebagai la ngkah ke depan untuk pemahaman terhadap aspek semantik dari suatu kata. Dengan cara menganalisis teks diharapkan dapat dihasilkan sebuah pengetahuan baru (Zhang 2002).

Penelitian KG pada teks bahasa Indonesia telah dirintis oleh beberapa mahasiswa di Departemen Matematika dan Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor. Hulliyah (2007) meneliti rekayasa memahami teks menggunakan metode KG dalam bahasa Indonesia dengan tema sistem pendidikan nasional. Ikhwati (2007) menganalisis masalah kemiskinan menggunakan metode KG. Berri (2008) mengubah kalimat sembarang menjadi

kalimat efektif lalu mengubahnya ke dalam bentuk text graph dan merancang

algoritme pembentukan text graph. Wulandari (2008) merancang algoritme

pembentukan combined graph dan simplified graph untuk teks berbahasa

Indonesia dan Rusiyamti (2008) meneliti penggunaan chunk indicators sebagai

petunjuk dalam menganalisis teks berbahasa Indonesia yang akan ditampilkan

Penelitian di atas masih jauh dari memadai untuk terciptanya sebuah metode membaca dokumen berbahasa Indonesia secara otomatis dan menghasilkan

informasi dalam bentuk graph. Terciptanya sebuah sistem yang bisa membaca

dokumen berbahasa Indonesia dalam jumlah yang besar dan menghasilkan

informasi dalam bentuk graph yang mudah untuk dipahami adalah tujuan jangka

panjang dari penelitian KG. Namun tujuan tersebut belum dapat terlaksana,

karena faktor yang menunjang belum lengkap, terutama word graph dari seluruh

kata dalam bahasa Indonesia belum lengkap. Pada penelitian ini penulis akan

membuat wordgraph dengan membatasi ruang lingkupnya yaitu hanya pada kata

keterangan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. melakukan analisis struktur kata keterangan pada bahasa Indonesia,

2. membuat aturan pembentukan word graph,

3. melakukan pengujian aturan yang dibuat.

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan menghasilkan word graph kata keterangan yang

bermanfaat dalam proses pembentukan kamus word graph dari semua kata

II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diberikan beberapa penjelasan yang akan digunakan pada bab- bab selanjutnya.

2. 1 Kata Keterangan

2.1.1 Batasan dan Ciri Kata Keterangan

Menurut tatarannya kata keterangan dapat dibedakan dalam tataran frasa dan tataran klausa. Dalam tataran frasa kata keterangan adalah kata yang menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan lain.

Dalam tataran klausa, kata keterangan yang mewatasi atau menjelaskan fungsi- fungsi sintaktis. Umumnya kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh kata keterangan itu berfungsi sebagai predikat (Alwi et al. 2003).

2.1.2 Kata Keterangan dari Segi Bentuknya

Dari segi bentuknya, kata keterangan dapat dibedakan menjadi:

1) Kata keterangan tunggal

Kata keterangan tunggal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu

a. Kata keterangan yang berupa kata dasar

Kata keterangan yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu kata dasar. Karena jenis kata keterangan dasar tergolong ke dalam kelompok kata yang keanggotaannya tertutup, maka jumlah kata keterangan yang berupa kata dasar itu tidak banyak.

b. Kata keterangan yang berupa kata berafiks

Kata keterangan yang berupa kata berafiks diperoleh dengan menambahkan gabungan afiks se-nya atau afiks –nya pada kata dasar.

c. Kata keterangan yang berupa kata ulang

Menurut bentuknya, kata keterangan yang berupa kata ulang dapat diperinci lagi menjadi empat macam, yaitu

- Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar

- Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan

- Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan

penambahan sufiks-an

- Kata keterangan yang berupa pengulangan kata dasar dengan

penambahan gabungan afiks se-nya (Alwi et al. 2003).

2) Kata Keterangan Gabungan

Kata keterangan gabungan terdiri atas dua kata keterangan yang berupa kata dasar yaitu:

a. Kata keterangan yang berdampingan

b. Kata keterangan yang tidak berdampingan (Alwi et al. 2003).

2.1.3 Kata Keterangan dari Segi Perilaku Sintaktisnya

Perilaku sintaktis kata keterangan dapat dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang dijelaskan oleh kata keterangan yang bersangkutan. Berdasarkan perilaku sintaktisnya kata keterangan dapat dibedakan menjadi empat macam posisi yaitu:

1. Kata keterangan yang mendahului kata yang diterangkan

2. Kata keterangan yang mengikuti kata yang diterangkan

3. Kata keterangan yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan

4. Kata keterangan yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan

(Alwi et al. 2003).

2.1.4 Kata Keterangan dari Segi Perilaku Semantisnya

Berdasarkan perilaku semantisnya, dapat dibedakan sepuluh jenis kata keterangan yaitu:

1. Kata keterangan kualitatif

Kata keterangan kualitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu.

2. Kata keterangan kuantitatif

Kata keterangan kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah.

Kata keterangan limitatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan.

4. Kata keterangan frekuentatif

Kata keterangan frekuentatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang diterangkan kata keterangan itu.

5. Kata keterangan kewaktuan

Kata keterangan kewaktuan menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan kata keterangan itu.

6. Kata keterangan kecaraan

Kata keterangan kecaraan menggambarkan makna yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh kata keterangan itu berlangsung atau terjadi.

7. Kata keterangan kontrastif

Kata keterangan kontrastif menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan sebelumnya.

8. Kata keterangan keniscayaan

Kata keterangan keniscayaan menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang kelangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan kata keterangan itu. (Alwi et al. 2003).

9. Kata keterangan lokatif

Kata keterangan lokatif menggambarkan makna yang berhubungan dengan keterangan tempat atau arah dalam kata keterangan (Keraf 1989).

10.Kata keterangan instrumental

Kata keterangan yang menjelaskan dengan alat manakah suatu proses itu berlangsung (Keraf 1989).

2.1.5 Kata Keterangan Konjungtif

Kata keterangan konjungtif adalah kata keterangan yang menghubungkan satu klausa atau kalimat dengan klausa atau kalimat yang lain. Posisinya dalam kalimat boleh dikatakan agak bebas. Akan tetapi, biasanya kata keterangan konjungtif digunakan pada awal kalimat (Alwi et al. 2003).

2.1.6 Kata Keterangan Pembuka Wacana

Kata keterangan pembuka wacana pada umumnya mengawali suatu wacana. Hubungannya dengan paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya (Alwi et al. 2003).

2.2 Graph

Suatu graph adalah pasangan terurut (V,E) dengan V adalah himpunan

berhingga dan takkosong dari elemen-elemen graph yang disebut simpul (node,

vertex) dan E adalah himpunan pasangan takterurut dari simpul-simpul berbeda di

V. Setiap {p,q} ? E (dengan p, q ? V) disebut sisi (edge) dan dikatakan

menghubungkan simpul-simpul p dan q (Foulds 1992).

2.3 Knowledge Graph (KG)

Menurut Zhang dan Hoede (2002) KG adalah sebuah teks yang diekstrak

yang merepresentasikan pengetahuan dalam teks dan disajikan dalam bentuk

graph untuk menjelaskan persepsi manusia dan pembentukan informasi. KG

mampu melukiskan atau menggambarkan aspek semantik yang lebih mendasar, dengan menggunakan sejumlah relasi yang terbatas. Teori ini memberikan cara baru melakukan penelitian untuk memahami bahasa manusia dengan bantuan komputer (Zhang 2002).

Word graph adalah konsep dan relasi yang direpresentasikan dalam bentuk

graph. Word graph dapat dinyatakan sebagai graph berarah yang diberi label (Zhang & Hoede 2002).

Konsep merupakan komponen terpenting dalam pemikiran manusia. Konsep mampu menjadikan prosedur dalam membentuk suatu pengertian dari khusus ke

umum atau bahkan sebaliknya. Konsep dalam KG dinyatakan sebagai token dan

type. Token (simbol, tanda, karakteristik, dan sebagainya) adalah konsep yang

dipahami oleh seseorang menurut cara pandangnya masing-masing sehingga token

bersifat objektif karena merupakan suatu kesepakatan yang dibuat sebelumnya (Zhang 2002).

2.4 Aspek Ontologi

Ontologi adalah gambaran dari beberapa konsep dan relasi antarkonsep yang bertujuan mendefinisikan ide- ide yang merepresentasikan konsep, relasi dan

logikanya. Berdasarkan ontologi yang dimiliki inilah maka KG dapat membangun

sebuah model yang dapat digunakan untuk memahami bahasa alami. Hal ini diperlukan agar arti dari suatu kalimat dapat diekspresikan. Arti dari kata terlebih dahulu harus diketahui untuk dapat mengartikan sebuah kalimat (Zhang 2002). Ontologi word graph sampai saat ini terdiri atas token yang disimbolkan

dengan” “ , 9 binary relationships, dan 4 frame relationships. Dalam (Zhang

2002), penjelasan dari ontologi dalam teori KG tersebut dapat diberikan sebagai

berikut:

1. Relasi ALI (ALIKENESS)

Relasi ALI digunakan untuk menghubungkan sebuah type dengan token.

Contoh: padi adalah type, dapat dinyatakan dengan:

Gambar 1 Contoh penggunaan relasi ALI.

Selain dipergunakan untuk menghubungkan type dengan token, dalam bahasa

Indonesia relasi ini dapat mengimplementasikan kata bagai, bagaikan, bak,

seperti, sebagaimana.

2. Relasi CAU ( CAUSALITY)

Relasi CAU digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki

hubungan sebab dan akibat, atau sesuatu hal yang memengaruhi sesuatu yang

lain. Contoh: Petani panen kopi. Kalimat tersebut dapat dinyatakan sebagai

berikut:

Gambar 2 Contoh penggunaan relasi CAU.

ALI padi panen kopi CAU ALI ALI petani ALI CAU

Struktur causal relation digunakan untuk menghubungkan dua token yang memiliki hubungan, pelaku, alasan, maksud, alat dan hasil. Relasi CAU dapat digunakan untuk menghubungkan dua konsep yang terdiri atas kata kerja, yaitu untuk menghubungkan subjek dengan predikat atau predikat dengan objek (Zhang 2002).

3. Relasi EQU (EQUALITY)

Relasi EQU digunakan untuk menghubungkan sebuah name dengan token.

Contoh: Monthong adalah name dari durian. Pernyataan tersebut dapat

digambarkan:

Gambar 3a Contoh penggunaan relasi EQU.

Gambar 3a memberi contoh word graph penggunaan relasi EQU untuk kata

durian Monthong. Relasi ini menghubungkan jenis durian Monthong ke konsep durian.

Relasi EQU digunakan untuk menjelaskan konsep yang sederajat, mengekspresikan dua hal yang identik. Relasi ini juga bisa menyatakan kata

hubung seperti adalah dan merupakan, word graph A sama dengan B, atau A

adalah B.

Gambar 3b Contoh penggunaan relasi EQU.

Gambar 3b memberikan contoh word graph penggunaan relasi EQU untuk

kalimat a sama dengan b, atau a adalah b.

4. Relasi SU B (SUBSET)

durian M onthong EQU

ALI

EQU

Bila terdapat dua token yang mengekspresikan dua rangkaian secara berurutan dan satu token adalah bagian dari token yang lainnya, maka di antara

kedua token tersebut terdapat relasi SUB. Contoh: akar SUB pohon. Pernyataan

tersebut dapat digambarkan:

Gambar 4 Contoh penggunaan relasi SUB.

Gambar 4 untuk contoh akar SUB pohon. Ekspresi pada kata “akar pohon”

tersebut mempunyai arti bahwa akar adalah bagian dari pohon.

5. Relasi DIS (DISPARATENESS)

Relasi DIS digunakan untuk menyatakan bahwa dua token tidak memiliki

hubungan satu dengan yang lainnya, relasi ini juga dapat digunakan untuk

menyatakan kata “berbeda”, misalnya nangka berbeda dengan durian dapat

dinyatakan dengan graph berikut:

Gambar 5 Contoh penggunaan relasi DIS.

Gambar 5 relasi DIS digambar tanpa menggunakan anak panah. Hal ini dikarenakan relasi DIS bersifat simetrik yaitu A DIS B yang dapat dinyatakan dengan B DIS A.

6. Relasi ORD (ORDERING)

Relasi ORD menyatakan bahwa dua hal mempunyai urutan satu sama lain, baik urutan waktu atau tempat, tetapi bisa juga digunakan untuk mengungkapkan hubungan “ < ” yang dikenal dalam matematika A < B (A lebih kecil daripada B).

Contoh penggunaan relasi ORD untuk menyatakan tanam kemudian panen,

ditunjukkan pada gambar berikut:

nangka ALI DIS ALI durian

ALI SUB

Gambar 6 Contoh penggunaan relasi ORD.

7. Relasi PAR (ATTRIBUTE)

Relasi PAR menyatakan bahwa sesuatu adalah atribut dari sesuatu yang

lain. Contohnya untuk menyatakan frasa gelas merah. Merah merupakan atribut

dari gelas, digambarkan berikut ini:

Gambar 7 Contoh penggunaan relasi PAR.

Relasi PAR juga dipergunakan untuk menyatakan satuan seperti, waktu, panjang, temperatur, berat, umur.

8. Relasi SKO (SKOLEM)

Relasi SKO digunakan, jika informasi suatu token bergantung pada token

yang lainnya. Contohnya digunakan untuk menyatakan harga bergantung pada

kualitas, digambarkan berikut ini:

Gambar 8 Contoh penggunaan relasi SKO.

9. F (FOCUS)

Ontologi F digunakan untuk menunjukkan fokus dari suatu graph. Ontologi

ini diperlukan untuk menunjukkan token yang menjadi fokus dalam word graph

(Hoede dan Nurdiati 2008a). Pada penelitian ini fokus dilambangkan dengan

simbol atau token yang diberi warna hitam. Penggunaan ontologi ini dalam

menyatakan gempa merusak bangunan dapat dinyatakan sebagai berikut:

ALI tanam ORD ALI panen ALI ALI PAR gelas merah ALI

kualitas ALI SKO ALI harga kualitas SKO

Gambar 9 Contoh penggunaan token F.

Gambar di atas menunjukkan bahwa fokus dari gempa merusak bangunan

terletak pada token gempa, dan dalam penelitian ini fokus dinyatakan dengan

token berwarna hitam.

Adapun empat frame relationship dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Focusing on a situation : FPAR

2. Negation of a situation : NEGPAR 3. Possibility of a situation : POSPAR 4. Necessity of a situation : NECPAR

Jika suatu graf merepresentasikan suatu pernyataan, misal a: hari ini hujan,

yang dinyatakan dengan frame, maka negasi dari a dinyatakan dengan graf yang

sama dan diberi frame dengan relasi NEGPAR, possibility dari a dinyatakan

dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi POSPAR, neccesity dari a

dinyatakan dengan graf yang sama dan diberi frame dengan relasi NECPAR

(Zhang 2002). Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar tersebut secara berurutan menunjukkan graf dari pernyataan bahwa hari

ini hujan, tidak benar hari ini hujan, mungkin hari ini hujan, seharusnya hari ini hujan. ALI bangunan merusak ALI CAU CAU rusak ALI ALI gempa

Gambar 10 Contoh penggunaan 4 frame relationship.

a NEG a NEC a POS a

III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

1. Studi literatur

Hal pertama yang dilakukan yaitu mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan. Data atau informasi tersebut diambil dari buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Informasi yang diambil berupa definisi dan contoh kalimat.

2. Menganalisis struktur kata keterangan pada bahasa Indonesia

Langkah- langkah yang diperlukan pada tahap ini adalah: menganalisis makna dan menganalisis pola stuktur kata keterangan pada bahasa Indonesia.

a. Langkah pertama analisis makna kata keterangan dilakukan satu per satu.

Analisis makna kata keterangan menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehingga dapat diperoleh makna dari setiap kata dalam kata keterangan.

b. Langkah kedua analisis pola kata pada kata keterangan dengan cara mencari

pola kata yang bermakna sama, lalu dilakukan pengelompokan kata keterangan tersebut.

Setelah kata keterangan dianalisis, maka kata keterangan tersebut diklasifikasi. Dari hasil penglasifikasian kata keterangan dipilih 52 kata keterangan yang akan dibahas.

3. Membuat aturan pembentukan word graph

Langkah pembuatan aturan pembentukan word graph kata keterangan

adalah mengidentifikasi kata keterangan kemudian menerapkan metode KG,

sehingga diperoleh aturan untuk setiap pembentukan word graph kata keterangan.

Dari sini dapat disimpulkan aturan dari setiap pembentukan word graph kata

4. Melakukan pengujian aturan word graph yang dibuat

Setelah tiap kata keterangan tersebut dibuat aturan pembentukan word

graphnya maka dilakukan pengujian aturan word graph kata keterangan tersebut. Pengujian ini dilakukan pada kata keterangan yang sama pada kalimat yang

berbeda. Apabila aturan word graph berlaku secara umum, maka aturan

pembentukan word graph kata keterangan tersebut sudah dapat dianggap baku.

Secara ringkas, tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada flowchart di bawah ini.

Gambar 11 Flowchart pembentukan aturan word graph kata keterangan.

Mulai

Kumpulan kata keterangan

Analisis struktur kata keterangan

Pengelompokan kata keterangan berdasarkan kesamaan bentuk word graph

Pembuatan aturan pembentukan word graph

kata keterangan berdasarkan makna Klasifikasi kata keterangan

Selesai

Pengujian aturan word graph

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Struktur Kata Keterangan

Kata keterangan dilihat dari tatarannya dibedakan jadi dua yaitu tataran frasa dan tataran klausa. Dalam tataran frasa, kata keterangan adalah kata yang menjelaskan kata kerja, kata sifat, atau kata keterangan yang lain. Dalam tataran klausa, kata keterangan menjelaskan fungsi-fungsi sintaktis. Kata keterangan dapat dibedakan menjadi

6. kata keterangan dari segi bentuknya,

7. kata keterangan dari segi perilaku sintaktisnya,

8. kata keterangan dari segi perilaku semantisnya,

9. kata keterangan konjungtif,

10.kata keterangan pembuka wacana.

Penelitian ini hanya menganalisis kata keterangan dari segi perilaku semantis. Kata keterangan berdasarkan perilaku semantik, dapat dibedakan menjadi sepuluh jenis kata keterangan yaitu: (1) Kata keterangan kualitatif, (2) Kata keterangan kuantitatif, (3) Kata keterangan limitatif, (4) Kata keterangan frekuentatif, (5) Kata keterangan kewaktuan, (6) Kata keterangan kecaraan, (7) Kata keterangan kontrastif, (8) Kata keterangan keniscayaan, (9) Kata keterangan lokatif, (10) Kata keterangan instrumental. Lebih jelas pembagian ini dijabarkan

dan menjadi acuan dalam pembentukan word graph pada subbab berikutnya

(Alwi et al. 2003).

4.2 Pembentukan Word Graph Kata Keterangan

Metode KG memberikan penjelasan bahwa setiap kata berhubungan dengan

sebuah word graph sebagai penyataan arti dari kata itu sendiri. Oleh karena itu

kata keterangan juga memiliki word graph yang berbeda bergantung pada kata

keterangan itu sendiri. Pada bahasan berikutnya akan dijelaskan struktur kata keterangan beserta word graph yang dibuat.

4.2.1 Kata Keterangan Kualitatif

Kata keterangan kualitatif adalah kata keterangan yang menggambarkan

makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu (Alwi et al. 2003).

Contoh kata keterangan kualitatif ialah: kurang, lebih, paling, sangat, amat.

Kata kurang memiliki makna tingkat yang belum atau tidak sama dengan

seharusnya (Ali et al. 2004). Berikut adalah penggunaan kata kurang di dalam

kalimat.

(1) Masakan ini kurang garam.

Kata keterangan kurang pada kalimat (1) menyatakan bahwa belum atau tidak

sama dengan seharusnya. Word graph dari makna kurang direpresentasikan

sebagai berikut.

Gambar 12 Word graph kata keterangan kualitatif kurang.

Makna dari kata kurang adalah terdapatnya suatu tingkat ukuran yang

belum atau tidak sama dengan seharusnya, oleh karena itu word graph kurang

terdiri atas dua token. Token pertama yang dimulai dari token yang di sebelah kiri mengimplementasikan sesuatu yang tingkat ukurannya belum atau tidak sama

dengan token kedua. Karena token pertama tingkat ukurannya belum atau tidak

sama dengan token kedua, maka dapat disimpulkan bahwa kedua token tersebut

memunyai hubungan urutan, sehingga kedua relasi tersebut dihubungkan oleh arc

berlabel ORD. Arc berawal dari token pertama karena urutan tingkat ukuran yang

dinyatakan token pertama lebih kecil dibandingkan token kedua, maka fokus

terletak pada token pertama. Makna kurang di dalam word graph ditunjukkan frame pada Gambar 12.

Kata lebih memiliki makna tingkat ukuran semakin atau lewat dari

semestinya (Ali et al. 2004). Berikut adalah penggunaan kata lebih di dalam

kalimat.

(2) Di sini saya lebih senang.

ORD

ALI kurang

ALI ALI

Kata keterangan lebih pada kalimat (2) menyatakan tingkat ukuran lewat dari semestinya. Word graph dari makna lebih direpresentasikan sebagai berikut:

Gambar 13 Word graph kata keterangan kualitatif lebih. Makna dari kata lebih adalah terdapat suatu tingkat ukuran yang lewat dari

semestinya. Word graph lebih terdiri atas dua token. Token pertama

mengimplementasikan sesuatu ukuran yang lebih dengan token kedua, maka dapat

disimpulkan bahwa antara kedua token tersebut memunyai hubungan urutan

ukuran, sehingga kedua relasi tersebut dihubungkan oleh arc ber label ORD. Arc

berawal dari token pertama, karena urutan ukuran tingkatannya dinyatakan oleh

token kedua lebih besar dibanding token pertama, maka fokus terletak pada token

kedua. Makna kata lebih di dalam word graph ditunjukkan frame pada Gambar

13.

Kata paling memiliki makna tingkat teramat (Ali et al. 2004). Berikut adalah penggunaan paling di dalam kalimat.

(3) Anaknya yang paling besar duduk di kelas III SMA (Ali et al. 2004).

Kata keterangan paling pada kalimat (3) menyatakan anak yang tertua.

Word graph makna kata paling direpresentasikan sebagai berikut:

Gambar 14 Word graph kata keterangan kualitatif paling.

Word graph kata paling terdiri atas tiga token. Token pertama yang dimulai

dari token yang berada di sebelah kiri mengimplementasikan suatu ukuran tingkat

ORD ALI lebih ALI ALI ukuran ukuran ALI paling ORD ORD

ukuran ukuran ukuran

Dokumen terkait