• Tidak ada hasil yang ditemukan

WORKSHOP KETETAPAN PENILAIAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA

Dalam dokumen ISSN : Volume 8 No.2 Juli Desember 2018 (Halaman 36-40)

Epfik Fantanti Jawak1, Rahmad Gurusinga2, Tati Murni Karo Karo3 Program Studi Profesi Ners, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara – Indonesia

*email korespondensi author: epfikfantantijawak@medistra.ac.id

Abstrak

Triase dalam pelayanan gawat darurat merupakan proses pengumpulan setiap informasi dari pasien, mengkategorikan dan memprioritaskan kebutuhan pasien dan merupakan bagian dari upaya manajemen patient safety. Triase yang banyak di terapkan dan diadaptasi oleh rumah sakit di dunia termasuk di Indonesia adalah triase lima level yang membagi pasien dalam lima level yaitu Resucitation, Emergent, Urgent, Nonurgent, Referred. Triage merupakan tugas keperawatan yang mandiri dan penting untuk keamanan pasien, dimana keputusan klinik yang dibuat oleh perawat triage memerlukan proses kognitif yang kompleks. Namun dibeberapa model triage yang diterapkan juga melibatkan tim medis di dalam tim triage. Penerapan triage lima level di Indonesia sudah dilakukan di beberapa rumah sakit besar dan publikasi terkait implementasinya masih belum banyak dilakukan terutama tentang peran perawat triage.

Kata kunci: Penilaian Triase; Penangan ; Cidera Kepala Abstract

Triage in emergency services is the process of collecting any information from patients, categorizing and prioritizing patient needs and is part of patient safety management efforts. Triage that is widely applied and adapted by hospitals in the world, including in Indonesia, is a five-level triage which divides patients into five levels, namely Resucitation, Emergent, Urgent, Nonurgent, Referred.

Triage is an independent nursing task and is important for patient safety, where clinical decisions made by triage nurses require complex cognitive processes. However, in some triage models that are applied also involve the medical team in the triage team. The implementation of five-level triage in Indonesia has been carried out in several large hospitals and publications related to its implementation have not been widely carried out, especially regarding the role of triage nurses.

Keywords: Triage Assessment; handler; Head Injury

1. Pendahuluan

Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya. Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang mengancam nyawa tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan. Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban perang di basis militer.

Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent. Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan IGD rumah sakit kebanjiran pasien.Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu.

Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu menyeleksi pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegara mungkin. Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan melakukan klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya.

Cedera kepala adalah trauma pada kepala yang terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat pada gangguan fungsi saraf, fungsi fisik, kognitif dan psikososial, yang dapat bersifat temporer ataupun permanent. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas. Hal ini diakibatkan karena mobilitas yang tinggi di kalangan usia produktif sedangkan kesadaran untuk menjaga keselamatan di jalan masih rendah. Penanganan Pertama Pada Cedera Kepala Dengan Komplikasi

a. Primary Survey

1. Airway (Cek Jalan Napas) Lakukan dengan teknik “Lihat Dengar Rasakan” selama 5-10 detik Waspadai masalah yang muncul seperti sumbatan jalan napas

2. Breathing (Cek Pernapasan) Hitung frekuensi napas, lihat pergerakan dada, berikan bantuan resusitasi jika perlu

3. Circulation (Cek Sirkulasi Nadi) Identifikasi tingkat kesadaran, warna kulit dan frekuensi nadi

4. Disability (Cek Kesadaran) Periksa skala GCS (hanya untuk orang terlatih), dan refleks cahaya pada pupil b. Secondary Survey

1. Lakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Hati-hati saat pemeriksaan bagian kepala

2. Periksa apakah ada perdarahan dan fraktur (patah tulang)

3. Tekan daerah perdarahan dengan kain bersih, jangan lepaskan sampai perdarahan berhenti

4. Waspada jika terdapat fraktur atau cedera spinal (cedera pada saraf tulang belakang) 5. Jangan beri makan dan minum

2. Metode

Kegiatan pengabdian ini dilakukan melalui seminar dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, demontrasi dan latihan Ketetapan Penilaian Triase. Dalam memaparkan materi mengenai ketetapan penilaian triase dengan keberhasilan penanganan pasien cedera kepala ini menggunakan metode ceramah yang dibantu dengan peralatan laptop dan infokus. Kemudian dilanjutkan dengan metode diskusi agar dapat memahami materi dengan lebih baik dan membangun komunikasi yang lebih intens terhadap peserta seminar kemudian dilanjut dengan Demonstrasi dan latihan Ketetapan Penilaian Triase.

Langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut:

1. Langkah 1

Pengabdi meminta ijin di tempat pengabdian dengan menyertakan surat tugas dari Ketua LPPM.

2. Langkah 2

Pengabdi mensosialisasikan seputar kegiatan pengabdian kepada peserta seminar.

3. Langkah 3

Pengabdi dan peserta melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai Ketetapan Penilaian Triase Terhadap Tingkat Keberhasilan Penanganan Pasien Cedera Kepala.

4. Langkah 4

Pengabdi mendemonstrasikan serta memberi latihan dalam menentukan

Ketetapan Penilaian Triase untuk Penanganan Pasien Cedera Kepala.

5. Langkah 5

Pengabdi melakukan evaluasi dan tindak lanjut kepada para peserta seminar.

3. Hasil dan Pembahasan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk mengedukasi dan memantapkan Perawat dalam Ketetapan Penilaian Triase Terhadap Tingkat Keberhasilan Penanganan Pasien Cedera Kepala. Hasil kegiatan yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah:

1. Materi yang disosialisasikan dapat dipahami dan direspon baik oleh peserta seminar.

2. Secara umum peserta memahami materi dan mampu melakukan / menentukan Ketetapan Penilaian Triase Terhadap Tingkat Keberhasilan Penanganan Pasien Cedera Kepala Secara umum hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini meliputi beberapa aspek sebagai berikut:

1. Aspek tujuan kegiatan

Tujuan Pengabdian masyarakat mengenai Ketetapan Penilaian Triase Terhadap Tingkat Keberhasilan Penanganan Pasien Cedera Kepala sudah sangat baik terlaksana, semua persiapan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan didukung oleh bukti yang dicatat secara langsung.

2. Aspek target materi

Ketercapaian target materi sudah sangat baik, karena materi telah dapat disampaikan secara keseluruhan.

3. Aspek Kemampuan Peserta

Kemampuan peserta dinilai berdasarkan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengikuti pre test dan post test yang disiapkan.

Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah:

1. Faktor pendukung

a. Adanya dukungan baik dari pihak tempat pengabdian kepada masyarakat dengan tim pelaksana pengabdian.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

c. Ketertarikan dan minat peserta dalam mengikuti semua rangkaian kegiatan.

d. Peserta seminar dan tim pengabdi tetap menjalankan porotokol kesehatan.

2. Faktor penghambat

Pelaksanaan kegiatan adalah keterbatasan waktu, sebab pelaksanaan tidak dapat dilakukan dalam durasi yang lebih panjang.

4. Kesimpulan

a) Adanya respon positif dari peserta dengan munculnya pertanyaan dan tanggapan yang diberikan selama kegiatan dan diskusi.

b) Sebanyak 98% peserta seminar mengalami peningkatan edukasi mengenai materi yang disampaikan dengan nilai post test yang lebih meningkat dibandingkan dengan nilai pre test.

5. Ucapan Terima Kasih

Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

2. Direktur Rumah Sakit Umum Sembiring Deli tua

6. Daftar Pustaka

Burnstrom L, Nordberg M, Ornung G, et al.

(2012) Physician-led team triage based on lean principles may be superior for efficiency and quality A comparison of three emergency departments with different

triage models.

http://dx.doi.org/10.1186/1757- 7241-20-57 8

College of Emergency Nursing Australasi (CENA) (2009). Position Statement, Triage Nurse. Retrieved from http://www.cena.org.au/document

s/CENATriageNursePSJuly2009.p df Ehsaei, M. R., Sarreshtedar, A., Ashraf, H., &

Karimiani, E. G. (2014). Trauma Mortality : Using Injury Severity Score ( ISS ) for Survival Prediction in East of Iran, . Razavi International Journal Medicine 2 (1)

Gilboy, N. Tanabe, P. Travers, D.A. Rosenau, A.M. Eitel, D.R. (2005). Emergency Severity Index, Version 4: Implementation Handbook. AHRQ Publication No. 05-046-2. Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and Quality

Gilboy N, Tanabe P, Travers D, Rosenau AM.

(2012). Emergency Severity Index (ESI): A Triage Tool for Emergency Department

Care. 4th ed. Rockville, MD: AHRQ Publication

Lund, S. B., Gjeilo, K. H., Moen, K. G., Schirmer-mikalsen, K., Skandsen, T., &

Vik, A. (2016). Moderate traumatic brain injury, acute phase course and deviations in physiological variables : an observational study. Scandinavian Journal of Trauma, Resuscitation and Emergency

Medicine, 1–8.

http://doi.org/10.1186/s13049-016- 0269-5

Schellein, O. Ludwig-Pistor, F. Bremerich, D.H. (2008). Manchester Triage System:

Process Optimization In The Interdisciplinary Emergency Department.

Anaesthesis

Travers and Lee, (2006) “Avoiding prolonged waiting time during busy periods in the emergency department: is there a role for the senior emergency physician in triage”

European Journal of EmergencyMedicine, vol. 13,no. 6, pp. 342–348

Dalam dokumen ISSN : Volume 8 No.2 Juli Desember 2018 (Halaman 36-40)

Dokumen terkait