• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Data

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa

Dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang peneliti analisis, peneliti menemukan 13 jenis gaya bahasa berdasarkan konteksnya yang meliputi gaya bahasa ironi, inuendo, sarkasme, sinisme, anafora, epizeukis, koreksio atau epanortosis, asonansi, eufemisme, ellipsis, apofasis, pleonasme, dan polisindenton. Berikut ini akan diberikan masing-masing contoh analisisnya.

4.2.1.1 Gaya Bahasa Ironi

Kalimat yang mengandung gaya bahasa ironi dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 4 buah. Data yang berupa percakapan yang disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.

Data 1. A: Selamat siang, bapak ada keluar?

B: Ho sedikit lagi dorang (mereka) sudah pulang.

A: Lalu bapak ini siapa (menunjuk mayat seorang lelaki)? Ada sirih? Kopi? Saya ini tamu

Konteks : tuturan itu terjadi karena ada seorang yang datang bertamu ke rumahnya, orang itu adalah penjahat yang ingin merampok ke rumahnya. Penjahat itu mengadakan komunikasi dengan tuan rumah, ia berpura-pura menjadi seorang penagi hutang.

Data 2. A: Kau duduk, baru taufan itu siapa? B: Bukan kau pu (punya) urusan to

A: cantik tapi sangar sekali, kau bilang bapak sedang keluar, dari tadi saya duduk manis di sini, utang penguburan yang lalu belum selesai, sekarang sudah tamba lagi..pasti belum lama?

B: Bukan kau punya urusan

Konteks : tuturan itu bisa terjadi karena ada seorang penjahat

yang datang ke rumahnya. Penjahat itu sengaja mengadalan komunikasi dengan tuan rumah sehingga tuan rumah merasa kesal dan berbicara dengan keras padanya

Data 3. C: sudah kumpul semua? D: sudah

C: kerbau berapa?

D: babi, kambing, masing-masing 10, ayam 7

Konteks : tuturan itu bisa terjadi karena ada seorang yang masuk ke dapur yaitu salah satu dari penjahat itu. Ia ingin menanyakan makanan yang dimasak oleh Marlina yaitu tuan rumah. Saat itu ia melihat temannya yang bernama Frans berada di dapur, ia marah pada Frans karena Frans ingin mencicipi makanan itu terlebih dahulu dan tuturan itu dituturkannya.

Penunjuk gaya bahasa ironi pada dialog pertama adalah kalimat ada sirih? Kopi? Saya ini tamu. Kalimat ini merupakan gaya bahasa yang mengolok artinya bahwa kalimat tersebut dipakai untuk membuat seseorang merasa tersindir atau diolok, terlihat bahwa Ia menyindir Marlina yang tidak menjamunya dengan baik. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).

Adapun konteks pragmatik dari kalimat tersebut yaitu seorang penjahat yang bernama Markus datang ke rumah Marlina siang hari, mengetuk pintu dan berusaha berkomunikasi dengan Marlina. Maka, terjadi percakapan seperti itu.

Marlina tidak mengenal pria yang datang ke rumahnya, tetapi ia telah curiga melihat gelagat lelaki itu yang berpura-pura menjadi penagi hutang. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, dapat dikatakan bahwa konteks merupakan sesuatu yang melingkupi suatu tuturan.

Gaya bahasa ironi pada dialog kedua adalah cantik tapi sangar sekali merupakan gaya bahasa ironi yang bermaksud menyindir, dalam gaya bahasa ironi tersebut bermasuk menyindir Marlina yang menjawab pertanyaan dari penjahat yang bernama Markus. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).

Dalam kalimat tersebut memiliki konteks pragmatik yaitu penjahat itu masuk ke rumah Marlina siang hari dan berpura-pura menjadi seorang penagi hutang, dia mengadakan komunikasi dengan Marlina karena ia ingin mengetahui keadaan di rumah itu sehingga rencananya berhasil. Penjahat itu menanyakan semua anggota keluarga Marlina tetapi Marlina tidak menghiraukannya. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.

Petunjuk gaya bahasa ironi yang terkandung pada dialog ketiga adalah pada kalimat sudah kumpul semua? Kalimat ini merupakan kalimat yang menyindir, dapat dilihat dari cara ia menuturkan kata-kata dengan cukup kasar

dan suara yang keras. Ironi adalah sejenis gaya bahasa yang mengimplikasikan sesuatu yang nyata berbeda, bahkan seringkali bertentangan dengan yang sebenarnya dikatakan itu (Tarigan, 2013:61).

Kalimat tersebut memiliki konteks yaitu seseorang datang dari ruang tamu masuk ke dapur, ia melihat temannya yang bernama Frans ingin mencicipi makanan yang dimasak oleh Marlina, dia marah karena makanan itu ingin dicicipi oleh temannya apalagi temannya lebih muda darinya. Setelah itu dia menanyakan tentang jumlah hewan yang mereka curi dari rumah Marlina. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.

4.2.1.2 Gaya Bahasa Inuendo

Kalimat yang mengandung gaya bahasa inuendo dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 16 buah. Data yang disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.

Data 4. A: Kasian sekali kau

B: Saya punya urusan bukan kau punya urusan

A: Janda tidak boleh sanger sudah baik kalau ada laki-laki yang mau, jangan terlalu bepilih (memilih)

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat berkomunikasi dengan tuan rumah ia diabaikan, tuan rumah tidak mendengarnya dan mengabaikan pertanyaan darinya, penjahat itu marah dan merasa diabaikan sehingga ia menuturkan hal tersebut.

Konteks : tuturan itu terjadi karena penjahat yang bernama Markus menunggu teman-temannya pada sore itu, setelah beberapa jam teman-temannya tiba di tempat itu (di rumah Marlina), mereka turun dari truk dan menyapa Markus dengan wajah yang takut karena mereka terlambat dan terjadilah tuturan tersebut.

Data 6. B: Dia mau coba?

C: Siapa?(sambil melihat temannya) anak kecil mau makan duluan

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu salah satu teman Markus masuk ke dapur ingin menanyakan makanan yang dimasak oleh Marlina apakah masakan itu sudah matang atau belum karena teman-temannya sudah lapar, dan ia melihat temannya yang bernama Frans. Frans ingin mencicipi makanan yang dimasak oleh Marlina dan ia marah, maka terjadilah tuturan tersebut.

Inuendo adalah sindiran kecil yang mengecilkan sesuatu yang sebenarnya. Inuendo adalah sebuah sindiran yang tidak terlalu kasar, artinya peneliti mengatakan itu sebagai sindiran kecil karena intonasi penutur ketika menuturkan sesuatu lebih halus (Tarigan, 2013:74). Pada dialog pertama dan kedua yang mengandung gaya bahasa inuendo, tuturannya dapat dilihat di bawah ini:

a) Janda tidak boleh sanger sudah baik kalau ada laki-laki yang mau b)Yang penting kamu bawa minuman saja

Dari kedua tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa dari tuturan (a) terlihat adanya sindiran/kritik secara halus yang disampaikan oleh penjahat bahwa si janda harus bersyukur, tidak boleh galak karena dia sangat beruntung jika ada laki-laki yang menyukainya. Pada tuturan kedua (b) adalah kalimat yang menyindir dengan menerangkan pada temannya dengan membawa minuman beralkohol saja sudah cukup untuk menutupi rasa bersalah mereka,

karena mereka datang terlambat ke tempat itu untuk mengambil semua ternak yang dimiliki Marlina. Konteks pragmatik yang terkandung dalam kedua kalimat di atas adalah:

a) Penjahat itu marah karena ia diabaikan oleh Marlina. Marlina tak menghiraukannya karena dia sudah mengetahui maksud kedatangan penjahat itu.

b)Para penjahat itu turun dari truk dengan muka datar karena terlambat, dan Markus yang tiba terlebih dulu di tempat itu mengatur mereka untuk mengambil semua ternak yang dimiliki oleh Marlina, ia menyuruh mereka dan menunjukkan tempat semua ternak yang dimiliki oleh Marlina.

Kalimat yang mengandung gaya bahasa inuendo pada dialog ketiga adalah anak kecil mau makan duluan merupakan sesuatu yang dipakai untuk menyindir temannya karena ingin makan terlebih dulu, dapat dilihat dari kata-kata yang digunakan dalam percakapan tersebut bahwa dia lebih tua dari orang yang disindir sehingga ia menyatakan hal itu. Gaya bahasa inuendo sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, contoh lain ketika kita ingin minum sesuatu dan tidak mau berbicara terus terang, kita akan berbicara ‘kerongkongan saya kering, percuma ada tuan kos tapi tidak diberikan’ dari contoh tersebut orang itu akan tahu bahwa kita menyindirnya secara halus.

Konteks pragmatik dari kalimat di atas adalah teman Frans keluar dari ruang tamu dan masuk ke dapur untuk mengecek makanan, ia marah karena Frans ingin mencicipi makanannya terlebih dulu, apalagi Frans lebih muda

darinya. Itulah yang membuat ia berkata seperti itu. Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.

4.2.1.3 Gaya Bahasa Sarkasme

Kalimat yang mengandung gaya bahasa sarkasme dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 15 buah. Data yang disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.

Data 7. B: Jadi ko (kau) datang sini, ko (kau) bilang suka sama saya? A: Eh saya tidak sendiri, sebentar lagi teman yang lain datang. B: Siapa?

A: Saya punya kawan B: Mereka mau apa ke sini?

A: Mau ambil kau punya barang semua kau punya ternak

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi

dengan Marlina ia memberitahu maksud kedatangannya dan mengungkapkan perasaannya pada Marlina dan Marlina pun marah pada Markus, maka terjadilah percakapan tersebut. Data 8. A: Kalau Masih ada waktu tidur dengan kau, kita bertujuh.

Saya su (sudah) sering liat ko (kau) gaga tapi saya sendiri. Malam ini kau dapat bonus 7 laki-laki memang… heh su

berapa laki-laki yang kau tiduri? Hanya dia (sambil menujuk mayat seorang laki-laki) ?

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat Markus berkomunikasi

dengan Marlina dan memberitahu maksud kedatangannya ke rumah Marlina, sikap Marlina acuh tak acuh dan tak menghiraukan kata-katanya. Ia menyukai Marlina dan ingin berniat jahat.

Data 9. D: Mana markus?

C: Lahu (bangsat) ini kau banyak omong sekali, pigi (pergi) sana

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika ia memarahi Frans karena ingin mencicipi makananya terlebih dulu tetapi Frans mengalihkan pembicaraannya, maka terjadilah tuturan tersebut.

Petunjuk gaya bahasa sarkasme yang terdapat dalam dialog pertama adalah mau ambil kau punya barang semua kau punya ternak merupakan pertanyataan yang secara kasar dikeluarkan terlihat dari kata-kata yang diungkapkan oleh Markus yaitu mau mengambil semua kau punya ternak, kata-kata itu merupakan kata-kata yang kasar yang dapat membuat seseorang sakit hati. Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti ‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’, atau ‘bicara dengan kepahitan’ (Keraf, 1984:143). Jadi, sarkasme itu digunakan untuk membuat orang menjadi takut ataupun membuat orang menjadi sakit hati karena kata-kata yang digunakan dalam sarkasme adalah kata-kata yang sangat kasar.

Jadi, kontek pragmatik yang terkandung dalam kalimat di atas adalah penjahat itu datang ke rumah Marlina dengan maksud jahat. Marlina telah mengetahui itu, ketika penjahat itu memberitahu maksud kedatangannya Marlina marah karena penjahat itu menyatakan sesuatu yang telah melukai perasaannya. Pragmatik pada hakikatnya adalah studi bahasa dari sudut pemakaiannya atau bahasa dalam pemakaiannya (language in use) (Levinson dalam Pranowo 2014:137). Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.

Petunjuk gaya bahasa sarkasme dalam dialog kedua adalah kalau masih ada waktu tidur dengan kau, kita bertujuh merupakan gaya bahasa yang kasar

terlihat bahwa ia mengatakan hal yang sangat menyinggung perasaan dan membuat orang sangat marah dengan kata-kata yang ia tuturkan. Kata sarkasme berasal dari bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti ‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’, atau ‘bicara dengan kepahitan’ (Keraf, 1984:143).

Kalimat di atas memiliki konteks yaitu sebelum datang ke rumah Marlina untuk merampok tenyata penjahat itu telah menyukai Marlina dan ia ingin berniat jahat sehingga terjadilah percakapan seperti itu. Konteks biasanya dipahami sebagai sesuatu yang sudah ada sebelum wacana dan situasi dari partisipan (Brown dan Yule dalam Black, 2011:3). Jadi, konteks merupakan yang melatarbelakangi suatu tuturan itu bisa terjadi.

Penunjuk gaya bahasa sarkasme dalam dialog ketiga adalah Lahu (bangsat) ini kau banyak omong sekali, pigi (pergi) sana merupakan gaya bahasa yang sangat kasar terlihat dari kata bangsat (lasu) dalam kalimat tersebut, kata tersebut sangat kasar karena kata tersebut akan membuat orang sensitif, apalagi dengan kata lasu. Bagi orang Sumba itu adalah kata yang sangat kasar jika dituturkan untuk laki-laki karena memiliki arti yaitu membicarakan kepunyaan laki-laki. Kalimat di atas mengandung gaya bahasa sarkasme. Gaya bahasa sarkasme adalah gaya bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan kepahitan (Keraf, 1984:143).

Adapun konteks dalam tuturan tersebut terjadi karena dia datang dari ruang tamu, masuk ke dapur dan berbicara dengan Frans tetapi dia marah karena

Frans mengalihkan pembicaraan mereka. Jadi, konteks merupakan sesuatu yang terjadi sebelum tuturan itu dituturkan.

4.2.1.4 Gaya Bahasa Sinisme

Kalimat yang mengandung gaya bahasa sinisme dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 12 buah. Data yang disajikan di sini berjumlah 3 data. Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.

Data 10. E: Ini umbu dari bulan lalu tidak bisa pulang, kalau sudah jadwal lahir, lewat sudah dia

Konteks : tuturan itu tejadi karena saat itu Marlina dan Novi sedang berbicara tentang kehamilan Novi yang sudah 9 bulan dan akan melahirkan, dan Novi mengatakan bahwa ia terlambat melahirkan sebenarnya waktu yang ditentukan untuk melahirkan itu dua minggu lalu, saat itu juga ia kesal terhadap suaminya yang sibuk dengan pekerjaannya, maka terjadilah tuturan tersebut.\

Data 11. G: Kau tidak merasa bersalah nona e

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika Marlina ingin naik ke truk ia dilarang masuk oleh supir truk. Ia dilarang karena membawa kepala manusia yang ia penggal tetapi ia mengancam dengan memakai barang tajam dan salah satu dari penumpang di truk itu turun dan memarahi Marlina.

Data 12. I: Saya bukannya tidak mau duduk di kau punya samping (sambil melihat kepala markus yang dipegang oleh Marlina) Konteks : tuturan itu terjadi karena saat ibu salah satu penumpang di truk itu memberitahu Marlina bahwa ia tidak perluh menodongkan parang/golok pada supir truk itu karena supir itu tidak akan lari kemana-mana, saat itu juga Marlina pindah ke belakang untuk duduk dan ibu itu pindah karena tidak nyaman duduk bersama Marlina yang memegang kepala manusia.

Gaya bahasa sinisme dalam dialog pertama adalah ini umbu dari bulan lalu tidak bisa pulang, kalau sudah jadwal lahir, lewat sudah dia, ungkapan ini

merupakan gaya bahasa yang menyindir terlihat dari kalau sudah jadwal lahir dia rugi sudah karena tidak bisa melihat anaknya lahir, dia menyindir suaminya yang sibuk kerja tanpa memikirkan perasaan istri dan anaknya yang akan lahir. Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).

Konteks yang terkandung dari kalimat tersebut adalah Novi kecewa karena suaminya tidak pulang untuk menemuinya, suaminya sibuk kerja sampai lupa pulang untuk menemui istrinya yang akan melahirkan. Leech (1993) dalam (Rahardi, 2003:18) memaparkan bahwa konteks situasi tuturan adalah aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh penutur maupun mitra tutur serta aspek-aspek non-kebahasaan lainnya yang menyertai, mewadai, serta melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu.

Gaya bahasa sinisme yang terkandung dalam dialog kedua adalah kau tidak merasa bersalah nona e merupakan gaya bahasa menyindir terlihat dari kalimat kau tidak merasa bersalah yaitu ia ingin supaya perempuan itu sadar akan perbuatannya karena telah memenggal kepala penjahat yang datang merampok ke rumahnya. Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).

Kalimat di atas mengandung konteks dalam pragmatik yaitu seorang penumpang yang turun dari truk itu marah karena melihat Marlina membawa

kepala manusia, ia merasa bahwa Marlina adalah orang yang kejam karena telah membunuh dengan cara memenggal kepala dari penjahat itu. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya.

Gaya bahasa sinisme dalam dialog ketiga adalah saya bukannya tidak mau duduk di kau punya samping merupakan sindiran terlihat dari kata-kata yang dikeluarkan wanita yang di truk itu karena melihat Marlina membawa kepala Markus yang ia bunuh. Sinisme adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan menggunakan hal yang berlawanan dengan tujuan agar orang tersindir secara lebih tajam dan menusuk perasaan (Keraf, 1984:143).

Konteks pragmatik dari kalimat di atas adalah ibu itu menegur Marlina agar Marlina melepaskan golok yang ia gunakan untuk menodong supir truk itu, saat itu juga Marlina pindah ke belakang untuk duduk tetapi karena melihat Marlina memegang kepala Markus ibu itu tidak ingin duduk di samping Marlina. Pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Dalam menstudi bahasa pragmatik melibatkan konteks yang dipakai oleh penutur/penulis dengan tuturannya, bukan dengan menekankan pada hubungan antara penutur dengan tuturannya, bukan pada hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain yang terlepas dari konteksnya. Jadi, konteks merupakan suatu yang melatarbelakangi atau suatu peristiwa yang terjadi sebelum tuturan itu terjadi.

4.2.1.5 Gaya Bahasa Anafora

Kalimat yang mengandung gaya bahasa anafora dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah 1 buah. Data yang disajikan di sini berjumlah 1 data. Berikut ini akan dipaparkan data tersebut.

Data 13. A: Malam ini kau adalah perempuan paling beruntung B: Saya perempuan paling sial sudah malam ini

Konteks : tuturan itu terjadi karena saat itu ketika penjahat itu berkata bahwa ia ingin meniduri Marlina dan ia mengatakan bahwa Marlina wanita yang beruntung bisa ditiduri olehnya, maka terjadi tuturan tersebut.

Gaya bahasa anafora dalam dialog diatas adalah malam ini, frasa ini merupakan gaya bahasa yang berupa perulangan kata, disini terlihat bahwa frasa malam ini telah diulang-ulang sehingga dapat dikatakan sebagai anafora. Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada setiap baris atau setiap kalimat (Tarigan, 2013:184).

Konteks pragmatik dari frasa di atas adalah Marlina merasa dirinya paling sial atau tidak beruntung karena penjahat itu menyukainya dan ingin berniat jahat padanya. Penjahat berkata bahwa Marlina harus mensyukuri jika masih ada laki-laki yang mau dengannya, sehingga tuturan itu bisa terjadi. Jadi, konteks merupakan sesuatu yang melatarbelakangi atau peristiwa yang terjadi sebelum tuturan itu bisa terjadi.

4.2.1.6 Gaya Bahasa Epizeukis

Kalimat yang mengandung gaya bahasa epizeukis dalam film Marlina si pembunuh dalam empat babak yang dianalisis berjumlah sembilan buah. Data

yang disajikan di sini berjumlah 3 (tiga). Berikut ini akan dipaparkan 3 data tersebut.

Data 14.

B: Makan! makan malam. Heh! (makanan jatuh), Biar saya ambil yang baru

A: Tunggu, Kau duduk.. duduk, buka..buka

Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika itu Marlina masuk

ke kamarnya tempat Markus tidur, ia membangunkan Markus untuk makan malam tetapi Markus malah menyenggol makanan itu sampai terjatuh, ketika Marlina ingin mengambil makanan baru Markus menahannya, maka terjadilah tuturan tersebut.

Data 15. E: Marlina, woy Marlina tunggu

Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika Marlina

menunggu truk di pinggir jalan dan membawa kepala Markus yang ia penggal, terlihat dari kejauhan Novi memanggilnya Data 16. F: Hey, turun..turun kau tidak bisa

B: Saya mau pergi kantor polisi (sambil menodongkan parang/golol)

Konteks : tuturan itu terjadi karena ketika Marlina ingin naik ke truk, supir itu turun dan menghentikan Marlina tetapi Marlina memaksa untuk naik ke truk, maka terjadilah tuturan tersebut.

Dialog pertama yang mengandung gaya bahasa epizeukis pada kalimat di atas adalah kau duduk..duduk, buka, buka! merupakan gaya bahasa yang langsung dan diulang beberapa kali seperti duduk, duduk, buka, buka itu merupakan kata yang diulang-ulang. Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut (Tarigan, 2013:182).

Konteks dalam pragmatik dari dialog tersebut adalah Marlina masuk ke

Dokumen terkait