BAB IV ANALISIS DATA
A. Wujud Tindak Tutur dalam SRKR “Cinta yang Hilang”
1. Wujud Tindak Tutur Asertif
Pada penelitian tindak tutur Asertif (selanjutnya disingkat TTA) dalam SRKR “Cinta yang Hilang” di Radio Retjo Buntung Yogyakarta ini ditemukan 7 macam subtindak tutur yang dapat dikategorikan ke dalam TTA, yaitu
commit to user
memberitahukan, menjelaskan, membenarkan, menunjukkan, meyakinkan,
menegaskan, dan menyatakan.
a. Memberitahukan
Memberitahukan adalah menyampaikan (kabar dan sebagainya) supaya diketahui (KBBI, 2007:141). Jadi, yang dimaksud TTA „memberitahukan‟ adalah suatu tindak tutur yang dilakukan penutur untuk memberitahukan mitra tutur tentang sesuatu, bisa berupa kabar. Data yang menunjukkan TTA „memberitahukan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(1) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Pak Dibyo. Fatimah menanyakan tempat Pak Dibyo dulu bekerja. Pak Dibyo pun memberitahukan tempat Pak Dibyo dulu bekerja. Fatimah : “E… dulu Bapak bekerja di instansi mana, Pak?”
Pak Dibyo : “E… anu saya di Departemen Sosial, ngurusin orang-orang. Tapi, sekarang saya sudah tua ini tidak ada yang mengurus, semua pada sibuk sendiri-sendiri dengan urusannya masing-masing.”
(15/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (1) termasuk ke dalam jenis TTA „memberitahukan‟. Pada data (1) Fatimah bertanya tempat Pak Dibyo bekerja. Hal itulah yang memicu terjadinya TTA yang dilakukan oleh Pak Dibyo. TTA „memberitahukan‟ tampak pada tuturan Pak Dibyo yang menuturkan “E… anu saya di Departemen Sosial”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „memberitahukan‟. TTA „memberitahukan‟ pada tuturan di atas dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteksnya terlihat bahwa Pak Dibyo memberitahukan tempat Pak Dibyo dulu bekerja.
TTA „memberitahukan‟ pada data (1) terjadi ketika Fatimah bertanya kepada Pak Dibyo melalui tuturan “E… dulu Bapak bekerja di instansi mana
commit to user
meminta informasi tempat Pak Dibyo dulu bekerja. Hal itulah yang memicu terjadinya TTA „memberitahukan‟ yang dilakukan oleh Pak Dibyo melalui tuturan
“E… anu saya di Departemen Sosial”. Melalui tuturan tersebut Pak Dibyo ingin
memberitahukan tempat Pak Dibyo dulu bekerja kepada Fatimah, yaitu di Departemen Sosial. Jika Pak Dibyo tidak ingin memberitahukan hal tersebut kepada Fatimah tentu Pak Dibyo tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „memberitahukan‟.
Data yang menunjukkan TTA „memberitahukan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(2) Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Dibyo dan ustazah dalam sebuah acara pengajian rutin yang bertempat di rumah Fatimah. Bu Dibyo memberitahukan namanya kepada ustazah setelah ditanya oleh ustazah.
Bu Dibyo : “Eh, maaf Ustazah, saya mau tanya.” Ustazah : “Eh, silakan! Maaf, dengan ibu siapa?” Bu Dibyo : “Saya Bu Dibyo.”
Ustazah : “Mangga mangga silakan!”
(327/TT/22 Juli 2011) Tuturan pada data (2) termasuk ke dalam jenis TTA „memberitahukan‟. TTA „memberitahukan‟ tampak pada tuturan Bu Dibyo yang menuturkan “Saya Bu Dibyo”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „memberitahukan‟. TTA „memberitahukan‟ pada data (2) dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteks tuturan pada data di atas terlihat bahwa Bu Dibyo memberitahukan namanya kepada ustazah ketika ditanya namanya.
TTA „memberitahukan‟ pada data (2) terjadi karena dalam tuturan tersebut di awali oleh adanya tindak tutur direktif (selanjutnya disingkat TTDir). TTDir „meminta izin‟ yang dilakukan oleh Bu Dibyo melalui tuturan “Eh, maaf Ustazah,
commit to user
saya mau tanya”. Dari tuturan tersebut terlihat bahwa Bu Dibyo ingin meminta
izin kepada ustazah untuk bertanya. Kemudian ustazah mempersilakan Bu Dibyo untuk bertanya dan sebelum Bu Dibyo menyampaikan pertanyaannya, ustazah bertanya nama ibu yang akan bertanya tersebut melalui tuturan “Eh, silakan!
Maaf, dengan ibu siapa?”. Hal itulah yang memicu terjadinya TTA
„memberitahukan‟ yang dilakukan Bu Dibyo. Bu Dibyo pun memberitahukan kepada ustazah bahwa namanya adalah Bu Dibyo. Bu Dibyo melakukan TTA „memberitahukan melalui tuturan “Saya Bu Dibyo”. Jika Bu Dibyo tidak ingin memberitahukan namanya kepada Ustazah tentu Bu Dibyo tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „memberitahukan‟.
b. Menjelaskan
Menjelaskan adalah menerangkan, menguraikan secara terang (KBBI, 2007:465). Jadi, TTA „menjelaskan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan penutur yang berfungsi untuk membuat mitra tutur menjadi lebih jelas tentang suatu hal. Data yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(3) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati, Fatimah, dan Pak Dibyo ketika Pak Dibyo sedang bertamu di rumah Fatimah. Aryati mengira bahwa Pak Dibyo itu adalah kakeknya. Oleh sebab itu, Aryati meminta Pak Dibyo untuk tidur di rumah Aryati. Fatimah pun menjelaskan kepada Aryati bahwa Pak Dibyo tidak bisa tidur di rumah mereka dengan alasan rumah Pak Dibyo dekat dengan rumah mereka.
Aryati : “Selamat datang, Kakek. Kakek nanti tidur di rumah Titi, ya! Nanti Titi siapin kamarnya Kek.”
Fatimah : “Titi, Kakek kan rumahnya dekat dengan rumah kita ini, jadi Kakek bisa pulang ke rumah Kakek sendiri, tidak bisa tidur di sini dengan Titi, ya!”
commit to user
Pak Dibyo : “Iya sayang, Kakek kan tinggal di ujung jalan itu dan di sana ada cucu-cucu Kakek yang lain.”
(95/TT/19 Juli 2011) Tuturan pada data (3) termasuk ke dalam jenis TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Titi, Kakek kan rumahnya dekat dengan rumah kita ini, jadi Kakek bisa pulang ke rumah Kakek sendiri, tidak bisa tidur di sini dengan Titi, ya?”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ pada tuturan di atas dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteks tuturan pada data di atas terlihat bahwa Fatimah memberi penjelasan kepada Aryati bahwa Pak Dibyo tidak bisa tidur di rumah mereka dengan alasan rumahnya dekat dengan rumah mereka.
TTA „menjelaskan‟ pada data (3) terjadi ketika tuturan tersebut diawali oleh adanya TTDir „meminta‟ yang dilakukan oleh Aryati melalui tuturan “Kakek
nanti tidur di rumah Titi ya”. Ketika Pak Dibyo datang ke rumah Fatimah, Aryati
langsung menyambut kedatangan Pak Dibyo. Setahu Aryati Pak Dibyo itu adalah kakeknya, maka Aryati menyuruh Pak Dibyo untuk tidur di rumah Aryati, dan Aryati pun akan menyiapkan kamarnya. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya TTA „menjelaskan‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan “Titi, kakek kan
rumahnya dekat dengan rumah kita ini, jadi kakek bisa pulang ke rumah kakek
sendiri, tidak bisa tidur di sini dengan Titi, ya”. Dalam tuturan tersebut Fatimah
memberi penjelasan kepada Aryati bahwa rumah Pak Dibyo dekat dengan rumah mereka, jadi Pak Dibyo bisa pulang ke rumahnya sendiri dan tidak bisa menginap. Oleh karena itu, tuturan yang disampaikan oleh Fatimah termasuk dalam TTA
commit to user
„menjelaskan‟. Jika Fatimah tidak bermaksud memberi penjelasan kepada Aryati tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menjelaskan‟.
Data yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(4) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Bu Dibyo. Karena dituduh menggoda Pak Dibyo, Fatimah berusaha menjelaskan bahwa Fatimah tidak menggoda Pak Dibyo. Fatimah : “Ibu Dibyo, sebaiknya Ibu tidak marah-marah pada Bapak,
karena Bapak hanya bermain dengan anak saya Bu.”
Bu Dibyo : “Ya justru itu yang membuat saya marah. Di rumah saja dia tidak mau bermain dengan cucu-cucunya. Padahal mereka juga ingin bermain dengan kakeknya. Heeh, malah dia di sini enak-enakan main dengan anak sampeyan. Sampeyan sudah menggoda suami saya, ya? Jangan, ndak baik mengganggu suami orang.”
Fatimah : “Ibu, di sini tidak ada yang mengganggu suami orang. Bapak ini kesepian, beliau butuh teman Ibu.”
Bu Dibyo : “Heh, perempuan, jangan sok suci ya jadi orang, jangan sok alim. Saya tahu bagaimana suami saya. Sampeyan ndak
usah menasihati saya.”
(140/TT/20 Juli 2011) Tuturan pada data (4) di atas termasuk ke dalam jenis TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Ibu, di sini tidak ada yang mengganggu suami orang. Bapak ini kesepian, beliau butuh teman Ibu”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ pada data (4) dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteksnya terlihat bahwa karena dituduh menggoda Pak Dibyo, Fatimah berusaha menjelaskan kepada Bu Dibyo bahwa Fatimah tidak menggoda Pak Dibyo.
TTA „menjelaskan‟ pada data (4) terjadi ketika tuturan tersebut diawali oleh adanya TTDir „menasihati‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan
commit to user
bermain dengan anak saya Bu”. Fatimah menasihati Bu Dibyo supaya tidak
marah dengan Pak Dibyo. Hal tersebut justru membuat Bu Dibyo mengungkapkan rasa marahnya. Bu Dibyo marah karena saat di rumah, Pak Dibyo tidak mau jika dimintai bantuan untuk merawat cucu-cucunya, namun ketika Pak Dibyo di rumah Fatimah justru bermain dengan Aryati, anaknya Fatimah. Bu Dibyo pun menuduh Fatimah telah menggoda Pak Dibyo. Hal itulah yang mendorong terjadinya TTA „menjelaskan‟ yang dilakukan oleh Fatimah. TTA „menjelaskan‟ yang dilakukan oleh Fatimah tampak pada tuturan “Ibu, di sini tidak ada yang mengganggu suami
orang. Bapak ini kesepian, beliau butuh teman Ibu”. Melalui tuturan tersebut
Fatimah menjelaskan kepada Bu Dibyo bahwa dirinya tidak menggoda Pak Dibyo dan alasan Pak Dibyo di rumah Fatimah adalah karena Pak Dibyo membutuhkan teman. Jika Fatimah tidak ingin memberi penjelasan kepada Bu Dibyo, tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menjelaskan‟.
Data yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(5) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati dan Fatimah di rumah Bu Dibyo ketika Pak Dibyo meninggal dunia. Aryati menanyakan anak-anak Pak Dibyo yang belum datang. Fatimah pun memberi penjelasan anak-anak Pak Dibyo yang belum datang.
Aryati : “Kok anak-anak kakek yang lain belum ada yang datang, ya Bun?”
Fatimah : “Rumah mereka itu jauh sayang, ndak ada yang dekat, harus naik pesawat. Kalau naik jalan darat kelamaan, bisa dua hari. Yuk kita pulang yuk! Nanti kalau sudah mau diberangkatkan kita datang lagi, ayo sayang!”
Aryati : “Iya, Bunda.”
(318/TT/22 Juli 2011) Tuturan pada data (5) di atas termasuk ke dalam jenis TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Rumah
commit to user
mereka itu jauh sayang, ndak ada yang dekat, harus naik pesawat. Kalau naik jalan darat kelamaan, bisa dua hari”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „menjelaskan‟. TTA „menjelaskan‟ pada tuturan di atas dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteks tuturan pada data (5) terlihat bahwa Fatimah memberi penjelasan kepada Aryati tentang anak-anak Pak Dibyo.
TTA „menjelaskan‟ terjadi ketika anak-anak Pak Dibyo belum ada yang pulang saat Pak Dibyo meninggal dunia. Lalu Aryati menanyakan hal tersebut kepada Fatimah dengan menuturkan “Kok anak-anak kakek yang lain belum ada
yang datang, ya Bun?”. Tuturan dari Aryati tersebut secara tidak langsung
meminta penjelasan dari Fatimah tentang anak-anak Pak Dibyo yang belum ada yang pulang saat Pak Dibyo meninggal dunia. Tuturan Aryati tersebut memicu terjadinya TTA „menjelaskan‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan
“Rumah mereka itu jauh sayang, ndak ada yang dekat, harus naik pesawat. Kalau naik jalan darat kelamaan, bisa dua hari”. Melalui tuturan tersebut Fatimah
berusaha memberi penjelasan kepada Aryati bahwa anak-anak Pak Dibyo itu rumahnya jauh tidak ada yang dekat dan harus naik pesawat. Jika Fatimah tidak ingin memberi penjelasan kepada Aryati tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menjelaskan‟.
c. Membenarkan
Membenarkan adalah mengiyakan, mengakui (menyungguhkan), menganggap benar (baik), menyetujui (KBBI, 2007:130). Jadi, TTA „membenarkan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan oleh penutur yang berfungsi
commit to user
menganggap benar yang dikatakan mitra tuturnya. Data yang menunjukkan TTA „membenarkan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(6) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati dan Fatimah. Aryati ingin belajar komputer kemudian meminta ibunya untuk mengajarinya. Aryati membenarkan pertanyaan Fatimah bahwa Aryati ingin belajar komputer.
Aryati : “Bunda, Bunda bisa nggak ngajarin Titi komputer?” Fatimah : “Oh, mau belajar komputer, ya bisa dong. Mau belajar? Aryati : “Iya, Bun.”
Fatimah : “Yah, sip kalau gitu. Nah, sekarang Titi nyalain dulu komputernya, ya, Bunda mau melihat samping rumah sudah ada ibu-ibu yang datang atau belum. Hari ini kan ada pengajian rutin di rumah kita, ya kan?”
Aryati : “Oke, Bun.”
(167/TT/20 Juli 2011) Tuturan pada data (6) termasuk ke dalam jenis TTA „membenarkan‟. TTA „membenarkan‟ tampak pada tuturan Aryati yang menuturkan “Iya, Bun”. Kata
iya digunakan Aryati dalam tuturan tersebut sebagai penanda lingual TTA
„membenarkan‟. Aryati membenarkan bahwa dirinya ingin belajar komputer. TTA „membenarkan‟ pada data (6) terjadi ketika tuturan tersebut diawali oleh adanya TTDir „meminta‟ yang dilakukan oleh Aryati melalui tuturan
“Bunda, Bunda bisa nggak ngajarin Titi komputer”. Dari tuturan tersebut Aryati
meminta ibunya untuk mengajari bermain komputer. Fatimah menyatakan kesanggupannya untuk mengajari Aryati bermain komputer melalui tuturan “Oh,
mau belajar komputer, ya bisa dong”. Kemudian Fatimah meyakinkan Aryati
benar atau tidak ingin bermain komputer dengan bertanya “Mau belajar?”. Hal itulah yang memicu terjadinya TTA „membenarkan‟ yang dilakukan oleh Aryati dengan menuturkan “Iya, Bun”. Dari tuturan tersebut terlihat bahwa Aryati membenarkan perkataan Fatimah bahwa dirinya ingin belajar komputer. Jika
commit to user
Aryati tidak ingin belajar komputer tentu Aryati tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi „membenarkan‟.
d. Menunjukkan
Menunjukkan adalah memberitahu tentang sesuatu (KBBI, 2007:1226). Jadi, TTA „menunjukkan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan penutur yang berfungsi untuk memberitahukan mitra tutur tentang sesuatu. Data yang menunjukkan TTA „menunjukkan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(7) Konteks : Tuturan terjadi antara Pak Dibyo dan Fatimah. Fatimah adalah warga baru. Hal tersebut membuat Pak Dibyo datang ke rumah Fatimah untuk berkenalan. Pak Dibyo memberitahukan kalau dirinya satu warga dengan Fatimah. Pak Dibyo juga menunjukkan letak rumahnya.
Fatimah : “Oohhh, iya iya. Bapak warga sini atau….?”
Pak Dibyo : “Iya iya, saya warga sini. Itu rumah saya di ujung sebelah sana itu, yang gang kedua belakangnya dari gang ini. Tidak jauh sih, tapi ya, untuk ukuran di kota Jogja ini sudah lumayan jauh.”
(3/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (7) termasuk ke dalam jenis TTA „menunjukkan‟. TTA „menunjukkan‟ tampak pada tuturan Pak Dibyo yang menuturkan “Itu rumah saya di ujung sebelah sana itu, yang gang kedua belakangnya dari gang ini”. Kata itu digunakan Pak Dibyo dalam tuturan tersebut sebagai penanda lingual TTA „menunjukkan‟. Pak Dibyo menunjukkan rumahnya kepada Fatimah.
TTA „menunjukkan‟ pada data (7) terjadi karena Fatimah bertanya kepada Pak Dibyo melalui tuturan “Oohhh, iya iya. Bapak warga sini atau….”. Maksud tuturan tersebut adalah Fatimah ingin bertanya kepada Pak Dibyo satu warga dengan Fatimah atau tidak. Secara tidak langsung, tuturan Fatimah tersebut mempunyai maksud bahwa Fatimah meminta informasi dari Pak Dibyo, satu wargakah Pak Dibyo dengan Fatimah. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya
commit to user
TTA „menunjukkan‟ yang dilakukan oleh Pak Dibyo. TTA „menunjukkan‟ disampaikan oleh Pak Dibyo melalui tuturan “Itu rumah saya di ujung sebelah
sana itu, yang gang kedua belakangnya dari gang ini”. Dari tuturan tersebut, Pak
Dibyo ingin menunjukkan letak rumahnya kepada Fatimah. Hal itu dilakukan Pak Dibyo untuk meyakinkan Fatimah bahwa Pak Dibyo benar warga di daerah tempat Fatimah tinggal. Jika Pak Dibyo tidak ingin menunjukkan rumahnya kepada Fatimah tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menunjukkan‟.
e. Meyakinkan
Meyakinkan adalah menjadikan (menyebabkab dan sebagainya) yakin (KBBI, 2007:1277). Jadi, TTA „meyakinkan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan penutur yang membuat mitra tutur menjadi yakin akan sesuatu. Data yang menunjukkan TTA „meyakinkan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(8) Konteks : Tuturan terjadi antara Pak Dibyo dan Fatimah. Pak Dibyo bermaksud meyakinkan Fatimah bahwa dirinya masih sehat, belum pikun. Hal tersebut dilakukan Pak Dibyo karena merasa Fatimah tidak percaya atau meragukan Pak Dibyo yang masih ingat betul tentang keadaan anaknya dulu.
Pak Dibyo : “E.. saya ini tidak pikun, saya masih sehat kok, saya masih waras akal dan pikiran saya.”
Fatimah : “Iya.”
Pak Dibyo : “Daya ingat saya juga masih tajam, kalau saya pikun, pasti saya sudah lupa, lupa sudah makan atau belum. Saya masih ingat kok jam berapa saya makan dan juga pakai lauk apa.”
Fatimah : “Iya Pak, saya percaya kok kalau Pak Dib belum pikun.” Pak Dibyo : “He… he… iya.”
(75/TT/19 Juli 2011) Tuturan pada data (8) termasuk ke dalam jenis TTA „meyakinkan‟. TTA „meyakinkan‟ tampak pada tuturan Pak Dibyo yang menuturkan “Saya masih ingat kok jam berapa saya makan dan juga pakai lauk apa.”. Dalam tuturan
commit to user
tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „meyakinkan‟. TTA „meyakinkan‟ pada tuturan di atas dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteksnya terlihat bahwa Pak Dibyo bermaksud meyakinkan Fatimah bahwa dirinya masih sehat, belum pikun karena Pak Dibyo merasa Fatimah sedikit tidak percaya atau ragu akan diri Pak Dibyo yang masih ingat betul tentang keadaan anaknya dulu.
TTA „meyakinkan terjadi ketika Pak Dibyo menceritakan anaknya secara rinci pada waktu dulu. Hal itu membuat Fatimah merasa sedikit ragu dengan Pak Dibyo karena Pak Dibyo masih benar-benar ingat tentang kebiasaan anaknya. Hal tersebut memicu terjadinya TTA „meyakinkan‟ pada tuturan Pak Dibyo. Pak Dibyo meyakinkan Fatimah bahwa Pak Dibyo benar-benar masih ingat, dirinya masih waras, dan tidak pikun dengan mengatakan bahwa dirinya masih ingat saat dia makan. Hal tersebut dilakukan Pak Dibyo supaya Fatimah percaya dengan Pak Dibyo bahwa Pak Dibyo masih waras dan tidak pikun. Jika Pak Dibyo tidak bermaksud meyakinkan Fatimah, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „meyakinkan‟.
Data yang menunjukkan TTA „meyakinkan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(9) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati, Fatimah, dan Pak Dibyo. Aryati dan Fatimah datang ke rumah Pak Dibyo untuk menjenguk dan membujuk Pak Dibyo supaya Pak Dibyo mau makan. Pak Dibyo meyakinkan Fatimah dan Aryati bahwa dirinya bisa duduk setelah Aryati dan Fatimah bertanya Pak Dibyo bisa duduk atau tidak.
Aryati : “Kakek, Kakek Makan, ya, ini Titi bawa bubur kesukaan Kakek. Sekarang Titi suapin ya biar Kakek lekas sembuh dan Kakek bisa main lagi, makan ya Kek biar lekas sembuh!”
commit to user
Aryati : “Iya, Bunda. Kakek bisa duduk ndak, Bun?” Fatimah : “Bisa duduk kan, Kek?”
Pak Dibyo : “Oh, bisa sekali bisa.”
(278/TT/21 Juli 2011) Tuturan pada data (9) termasuk ke dalam jenis TTA „meyakinkan‟. TTA „meyakinkan‟ tampak pada tuturan Pak Dibyo yang menuturkan “Oh, bisa sekali bisa”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTA „meyakinkan‟. TTA „meyakinkan‟ pada tuturan di atas dapat ditentukan berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteksnya terlihat bahwa Pak Dibyo meyakinkan Aryati dan Fatimah bahwa dirinya bisa duduk.
TTA „meyakinkan‟ pada data (9) terjadi karena diawali oleh adanya TTDir „membujuk yang dilakukan oleh Aryati. Aryati membujuk Pak Dibyo supaya mau makan dengan menyuapi bubur kesukaan Pak Dibyo. Kemudian Fatimah mengingatkan Aryati supaya hati-hati saat menyuapi Pak Dibyo. Aryati pun bertanya kepada ibunya (Fatimah), Pak Dibyo bisa duduk atau tidak. Aryati tidak langsung bertanya kepada Pak Dibyo namun justru bertanya kepada ibunya. Fatimah pun bertanya kepada Pak Dibyo bisa duduk atau tidak melalui tuturan
“Bisa duduk kan, Kek”. Hal itu yang menyebabkan terjadinya TTA „meyakinkan‟
yang dilakukan oleh Pak Dibyo. Pak Dibyo meyakinkan kepada Aryati dan Fatimah bahwa dirinya bisa duduk melalui tuturan “Oh, bisa sekali bisa”. Dari tuturan tersebut Pak Dibyo ingin meyakinkan Aryati dan Fatimah bahwa dirinya bisa duduk. Jika Pak Dibyo tidak bermaksud meyakinkan ke Fatimah dan Aryati bahwa dirinya bisa duduk, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „meyakinkan‟.
commit to user
f. Menegaskan
Menegaskan adalah menerangkan, menjelaskan, mengatakan dengan tegas (KBBI, 2007: 1155). Jadi, TTA „menegaskan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan penutur yang berfungsi untuk mengatakan dengan jelas kepada mitra tutur. Data yang menunjukkan TTA „menegaskan‟ dapat dilihat pada data