BAB IV ANALISIS DATA
A. Wujud Tindak Tutur dalam SRKR “Cinta yang Hilang”
2. Wujud Tindak Tutur Direktif
Pada penelitian TTDir dalam SRKR “Cinta yang Hilang” di Radio Retjo Buntung Yogyakarta ini ditemukan 16 macam subtindak tutur yang dapat dikategorikan ke dalam TTDir, yaitu mempersilakan, memohon, menasihati,
menyarankan, menyuruh, meminta izin, melarang, mengingatkan, meminta,
mengajak, memperingatkan, membujuk, mendesak, pemesanan, berharap, dan
commit to user
a. Mempersilakan
Mempersilakan adalah meminta secara lebih hormat supaya (KBBI, 2007:1064). Jadi, TTDir „mempersilakan‟ adalah tindak tutur yang disampaikan oleh penutur yang berfungsi untuk meminta mitra tutur secara hormat supaya melakukan sesuatu. Data yang menunjukkan TTDir „mempersilakan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(14) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Pak Dibyo. Pak Dibyo bertamu di rumah Fatimah. Fatimah dan Pak Dibyo sedang asik mengobrol. Fatimah bermaksud mempersilakan Pak Dibyo untuk minum.
Fatimah : “Oh iya, diminum Pak sampai kelupaan!” Pak Dibyo : “Iya iya.”
Fatimah : “Nanti keburu dingin lho.” Pak Dibyo : “Injih.”
Fatimah : “Mangga, silakan!”
Pak Dibyo : “Terima kasih terima kasih.”
(31/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (14) termasuk ke dalam jenis TTDir „mempersilakan‟. TTDir „mempersilakan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Mangga, silakan”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „mempersilakan‟ karena Fatimah ingin mempersilakan Pak Dibyo untuk meminum minuman yang sudah disediakan. Kata mangga dan silakan digunakan dalam tuturan tersebut sebagai penanda lingual TTDir „mempersilakan‟.
TTDir „mempersilakan‟ pada data (14) terjadi karena ketika Pak Dibyo dan Fatimah keasyikan mengobrol, Fatimah lupa mempersilakan Pak Dibyo untuk minum. Kemudian Fatimah pun menyuruh Pak Dibyo untuk minum. Karena Pak Dibyo tidak segera minum setelah disuruh oleh Fatimah, Fatimah mendesak Pak Dibyo untuk minum dengan menuturkan “Nanti keburu dingin lho”. Hal itu menyebabkan terjadinya TTDir „mempersilakan‟ yang dilakukan oleh Fatimah
commit to user
melalui tuturannya “Mangga, silakan”. Melalui tuturan tersebut Fatimah bermaksud untuk mempersilakan Pak Dibyo untuk meminum minuman yang sudah disediakan. Jika Fatimah tidak bermaksud mempersilakan Pak Dibyo untuk minum, tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „mempersilakan‟.
Data yang menunjukkan TTDir „mempersilakan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(15) Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Dibyo dan ustazah dalam acara pengajian rutin yang bertempat di rumah Fatimah. Setelah ustazah selesai memberikan tausiyah, Bu Dibyo meminta izin untuk bertanya kepada ustazah. Ustazah pun mempersilakan Bu Dibyo untuk menyampaikan pertanyaannya.
Bu Dibyo : “Eh, maaf Ustazah, saya mau tanya.” Ustazah : “Eh, silakan! Maaf dengan ibu siapa?” Bu Dibyo : “Saya Bu Dibyo.”
Ustazah : “Mangga mangga silakan!”
(328/TT/22 Juli 2011) Tuturan pada data (15) termasuk ke dalam jenis TTDir „mempersilakan‟. TTDir „mempersilakan‟ tampak pada tuturan ustazah yang menuturkan “Eh, silakan” dan “Mangga-mangga silakan”. Kata mangga dan silakan digunakan dalam tuturan tersebut sebagai penanda lingual TTDir „mempersilakan‟. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „mempersilakan‟ karena ustazah ingin mempersilakan Bu Dibyo untuk bertanya.
TTDir „mempersilakan‟ pada data (15) terjadi ketika sesi tanya jawab dalam acara pengajian sudah dibuka, Bu Dibyo ingin bertanya kepada ustazah yang mengisi pengajian tersebut. Sebelum bertanya, Bu Dibyo meminta izin kepada ustazah untuk bertanya melalui tuturan “Eh, maaf Ustazah, saya mau
commit to user
bertanya dan supaya diberikan izin untuk bertanya oleh ustazah. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya TTDir „mempersilakan‟ yang dilakukan oleh ustazah melalui tuturan “Eh, silakan….” dan “Mangga-mangga silakan”. Melalui tuturan tersebut ustazah bermaksud memberikan izin kepada Bu Dibyo untuk bertanya dan mempersilakan Bu Dibyo untuk menyampaikan pertanyaannya. Hal tersebut dilakukan oleh ustazah supaya Bu Dibyo segera menyampaikan pertanyaannya. Jika ustazah tidak bermaksud mempersilakan Bu Dibyo untuk bertanya, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „mempersilakan‟.
b. Memohon
Memohon adalah meminta dengan hormat (KBBI, 2007:752). Jadi, TTDir „memohon‟ adalah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur untuk meminta secara hormat sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan kepada mitra tutur. Data yang menunjukkan TTDir „memohon‟ dapat dilihat pada data berikut:
(16) Konteks : Tuturan terjadi antara Bu Dibyo dan Fatimah. Bu Dibyo bermaksud memohon bantuan kepada Fatimah karena suaminya sudah satu minggu sakit.
Bu Dibyo : “Assalamualaikum, Bu Fat (sambil menangis), saya mohon talong saya Bu, Bapaknya sudah seminggu ini ndak mau makan, sekarang dia nggak mau bangun nggak bisa bangun, badannya itu lemas, wajahnya pucat sekali.”
Fatimah : “Ada apa ini Bu Dibyo, ada apa Bapak? Tenang, ya, tenang, ya Bu.Ada apa kok sampai nangis seperti ini. Ada apa dengan Pak Dibyo Bu?”
(214/TT/21 Juli 2011) Tuturan pada data (16) termasuk ke dalam jenis TTDir „memohon‟. Bu Dibyo datang ke rumah Fatimah sambil menangis. Bu Dibyo bermaksud memohon bantuan pada Fatimah karena sudah satu minggu suaminya sakit dan tidak mau makan. TTDir „memohon‟ tampak pada tuturan Bu Dibyo yang
commit to user
menuturkan “Saya mohon tolong saya Bu”. Kata mohon digunakan dalam tuturan tersebut sebagai penanda lingual TTDir „memohon‟. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „memohon‟ karena Bu Dibyo bermaksud memohon bantuan kepada Fatimah.
TTDir „memohon‟ pada data (16) terjadi ketika Bu Dibyo melihat kondisi suaminya yang sedang sakit, tidak mau makan, bangun, dan wajahnya pucat. Bu Dibyo datang ke rumah Fatimah sambil menangis. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya TTDir „memohon‟ yang dilakukan oleh Bu Dibyo melalui tuturan
“Saya mohon tolong saya Bu”. Tuturan tersebut disampaikan oleh Bu Dibyo agar
Fatimah bersedia menolongnya untuk membujuk Pak Dibyo supaya mau makan agar bisa cepat sembuh. Jika Bu Dibyo tidak bermaksud memohon bantuan kepada Fatimah, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „memohon‟.
c. Menasihati
Menasihati adalah memberi nasihat (kepada) (KBBI, 2007:775). Jadi, TTDir „menasihati‟ adalah tindak tutur yang dilakukan penutur yang berfungsi untuk memberi nasihat kepada mitra tutur. Data yang menunjukkan TTDir „menasihati‟ dapat dilihat pada data berikut:
(17) Konteks : Tuturan disampaikan oleh Fatimah. Pak Dibyo mengungkapkan kesengsaraan yang dialaminya karena istrinya tidak pernah ada waktu untuk mengurus Pak Dibyo. Fatimah pun bermaksud menasihati Pak Dibyo untuk lebih sabar dan bisa mengendalikan emosinya.
Pak Dibyo : “Istri saya memang begitu sejak dulu, tidak pernah meluangkan waktu untuk melayani saya. Saya tu suami mandiri. Mau berangkat kerja menyiapkan segala sesuatunya sendiri, ya pakaian, ya makan pagi, ya pokoknya semuanya.”
commit to user
Fatimah : “Pak Dib, sudahlah, sabar, ya, jangan emosi. Emosinya harus bisa dikendalikan, nanti malah sakitnya datang lagi, kan malah repot.”
(51/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (17) termasuk ke dalam jenis TTDir „menasihati‟. TTDir „menasihati‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Pak Dib, sudahlah, sabar, ya, jangan emosi. Emosinya harus bisa dikendalikan, nanti malah sakitnya datang lagi, kan malah repot”. Dalam tuturan tersebut tidak ditemukan adanya penanda lingual yang menunjukkan TTDir „menasihati‟. TTDir „menasihati‟ pada tuturan (17) dapat dilihat berdasarkan konteksnya. Jika dilihat dari konteks tuturanya, terlihat bahwa Fatimah bermaksud menasihati Pak Dibyo untuk lebih sabar dan bisa mengendalikan emosinya agar penyakitnya tidak datang lagi.
Terjadinya TTDir „menasihati‟ pada data (17) diawali oleh adanya tindak tutur ekspresif (selanjutnya disingkat TTE) „kesengsaraan‟ yang dilakukan oleh Pak Dibyo melalui tuturan “Istri saya memang begitu sejak dulu, tidak pernah
meluangkan waktu untuk melayani saya. Saya tu suami mandiri. Mau berangkat
kerja menyiapkan segala sesuatunya sendiri, ya pakaian, ya makan pagi, ya
pokoknya semuanya”. Melalui tuturan tersebut terlihat bahwa Pak Dibyo
mengungkapkan kesengsaraannya sebagai seorang suami karena harus mengerjakan segala sesuatu sendiri tanpa dibantu oleh istri. Hal itulah yang mendorong terjadinya TTDir „menasihati‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan “Pak Dib, sudahlah, sabar, ya, jangan emosi. Emosinya harus bisa
dikendalikan, nanti malah sakitnya datang lagi, kan malah repot”.Tuturan dari
Fatimah tersebut sebagai bentuk respon dari Fatimah atas kesengsaraan yang dialami oleh Pak Dibyo. Melalui tuturan tersebut, Fatimah bermaksud menasihati
commit to user
Pak Dibyo untuk lebih sabar dan bisa mengendalikan emosinya agar penyakitnya tidak datang lagi. Jika Fatimah tidak bermaksud untuk menasihati Pak Dibyo, tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menasihati‟.
Data yang menunjukkan TTDir „menasihati‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(18) Konteks : Tuturan terjadi antara Pak Dibyo dan Fatimah. Pak Dibyo merasa bersalah dan menyesal karena tidak bisa mendidik jiwa anak-anaknya. Fatimah pun bermaksud menasihati Pak Dibyo agar tidak lagi menyesali semuanya.
Pak Dibyo : “Saya hanya berhasil mendidik anak-anak saya menjadi sarjana dan pekerjaan tetap, tetapi tidak berhasil mendidik jiwa mereka. Ahh, saya sudah keliru Bu Fat, keliru.”
Fatimah : “Pak Dibyo, Bapak tidak boleh bersedih seperti ini. Buat istigfar saja, ya Pak, bersyukur dan mendoakan anak-anak semoga diberikan keselamatan dan selalu dalam hidayah-Nya dan tidak lupa dengan Bapak, ya?”
(90/TT/19 Juli 2011) Tuturan pada data (18) termasuk ke dalam jenis TTDir „menasihati‟. TTDir „menasihati‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Pak Dibyo, Bapak tidak boleh bersedih seperti ini. Buat istigfar saja, ya Pak, bersyukur dan mendoakan anak-anak semoga diberikan keselamatan dan selalu dalam hidayah-Nya dan tidak lupa dengan Bapak, ya”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „menasihati‟ karena pada tuturan sebelumnya Pak Dibyo merasa menyesal karena tidak bisa mendidik jiwa anak-anaknya. Oleh sebab itulah terjadi TTDir „menasihati‟ yang dituturkan oleh Fatimah.
TTDir „menasihati‟ pada data (18) terjadi ketika anak-anak Pak Dibyo tidak ada yang peduli dengan Pak Dibyo. Mereka tidak datang untuk menjenguk Pak Dibyo. Hal tersebut membuat Pak Dibyo menuturkan tuturan yang mengandung TTE „menyesal‟. Pak Dibyo merasa bersalah dan menyesal karena
commit to user
tidak bisa mendidik jiwa anak-anaknya. Dengan adanya TTE „menyesal‟ yang dilakukan oleh Pak Dibyo tersebut memicu terjadinya TTDir „menasihati‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan “Pak Dibyo, Bapak tidak boleh bersedih
seperti ini. Buat istigfar saja, ya Pak, bersyukur dan mendoakan anak-anak
semoga diberikan keselamatan dan selalu dalam hidayah-Nya dan tidak lupa
dengan Bapak, ya”. Tuturan tersebut disampaikan Fatimah sebagai respon atas
tuturan Pak Dibyo yang mengungkapkan rasa bersalah dan menyesal. Melalui tuturan tersebut Fatimah bermaksud menasihati Pak Dibyo agar tidak lagi menyesali semua yang sudah terjadi. Hal itu dilakukan Fatimah supaya Pak Dibyo bisa bersyukur dan bisa mendoakan anak-anaknya. Jika Fatimah tidak bermaksud menasihati Pak Dibyo, tentu Fatimah tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menasihati‟.
d. Menyarankan
Menyarankan adalah memberikan saran (anjuran) (KBBI, 2007:999). Jadi, TTDir „menyarankan‟ adalah tindak tutur yang dilakukan penutur untuk memberikan saran atau anjuran kepada mitra tutur. Data yang menunjukkan TTDir „menyarankan‟ dapat dilihat pada data berikut:
(19) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Pak Dibyo. Pak Dibyo merasa sedih karena kesepian, tidak ada yang bisa ia ajak berbicara, istrinya selalu sibuk dengan cucu-cucunya. Fatimah bermaksud memberikan saran kepada Pak Dibyo hal yang bisa dilakukan Pak Dibyo untuk mengusir rasa sepinya.
Pak Dibyo : “E.. iya, tapi saya merasa sedih, merasa sendiri, nggak ada yang saya ajak bicara, nggak ada yang menemani. Istri saya kalau siang sibuk dengan cucu-cucunya dan kalau sudah malam juga sudah capek. Dia tidur dekat cucu-cucunya dan saya tidur sendiri.”
commit to user
Fatimah : “Eh, sekarang begini saja Pak Dib, kalau Bu Dib
momong cucu, ya Bapak ikut saja momong, bercanda
sama cucu-cucu, nanti pasti hati Bapak akan terhibur.” Pak Dibyo : “He.. he.. saya ini sudah ndak bisa lari-lari. Jangankan lari,
jalan saja sudah ndak bisa lurus, harus pakai tongkat. Lha itu cucu saya laki-laki sukanya main bola, lalu, menarik-narik saya kalau diajak mengejar bola e… kalau saya berhenti dia suka nangis padahal saya kan sudah ndak bisa, he.. he.. he...”
(20/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (19) termasuk ke dalam jenis TTDir „menyarankan‟. TTDir „menyarankan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Eh, sekarang begini saja Pak Dib, kalau Bu Dib momong cucu, ya Bapak ikut saja momong, bercanda sama cucu-cucu, nanti pasti hati Bapak akan terhibur”. Fatimah menyarankan Pak Dibyo untuk ikut istrinya merawat dan bermain dengan cucu-cucunya supaya bisa mengusir rasa sepi dan bisa terhibur.
Terjadinya TTDir „menyarankan‟ pada data (19) diawali oleh adanya TTE „kesedihan‟ yang dilakukan Pak Dibyo. Pak Dibyo mengungkapkan rasa sedihnya karena merasa kesepian tidak ada yang diajak bicara, istrinya sibuk mengurus cucu-cucunya. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya TTDir „menyarankan‟ yang dituturkan oleh Fatimah melalui tuturan “Eh, sekarang begini saja Pak Dib,
kalau Bu Dib momong cucu, ya Bapak ikut saja momong, bercanda sama
cucu-cucu, nanti pasti hati Bapak akan terhibur”. Melalui tuturan tersebut Fatimah
bermaksud memberikan saran untuk Pak Dibyo dengan harapan supaya Pak Dibyo tidak lagi bersedih karena merasa kesepian. Jika Fatimah tidak bermaksud untuk menyarankan Pak Dibyo tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menyarankan‟. Setelah mendapat saran dari Fatimah, Pak Dibyo justru mengeluh karena dirinya tidak bisa berlari lagi, padahal cucu-cucunya suka bermain bola.
commit to user
Data yang menunjukkan TTDir „menyarankan‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
(20) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Bu Dibyo. Bu Dibyo merasa bingung kepada suaminya yang semakin tua semakin manja dan Bu Dibyo tidak tahu yang harus ia lakukan kepada suaminya ketika suaminya sudah jatuh sakit. Fatimah pun bermaksud memberikan saran kepada Bu Dibyo untuk memberikan perhatian untuk suaminya dengan menelepon putra-putrinya agar bergiliran menjenguk bapaknya.
Bu Dibyo : “Suami saya itu sekarang memang aneh kok. Dulu saat sehat saja dia apa-apa sendiri, ndak mau diperhatikan, mau makan ambil sendiri, bahkan nyuci baju, setrika juga sendiri, saya ndak pernah menyiapkan keperluannya sama sekali, eh sudah tua seperti ini malah manjanya setengah mati. Sebentar-sebentar Bu, bentar-bentar Bu minta diperhatikan, kesel Bu saya.
Fatimah : “He.. he.. he.. Yah, mungkin ini juga ujian dari Allah Bu agar kita ini berbakti pada suami. Saya saja yang ndak punya suami pingin punya suami kok Bu. Lha Ibu yang punya suami sebaik Pak Dibyo malah ngendiko begitu, jangan ya Bu. Coba Ibu ingat-ingat kembali saat Bapak masih aktif bekerja dan sehat seperti dulu beliau sumber kehidupan Ibu dan anak-anak kan? Bahkan sampai sekarang pun bapak masih memberikan gaji pensiun pada Ibu. Maaf lho Bu kalau dari ceritanya bapak yang diinginkan beliau bukan harta atau benda Ibu hanya ingin perhatian dari anak-anak juga Ibu. Kasihan lho Bu, Bapak sudah sepuh, sudah sakit-sakitan, jangan sampai Ibu menyesal dikemudian hari. Kalau saya boleh memberikan saran lho, telepon putra-putri Ibu minta bergiliran menjenguk bapaknya!”
(256/TT/21 Juli 2011) Tuturan pada data (20) termasuk ke dalam jenis TTDir „menyarankan‟. TTDir „menyarankan‟ tampak pada tuturan Fatimah yang menuturkan “Kalau saya boleh memberikan saran lho, telepon putra-putri Ibu minta bergiliran menjenguk bapaknya”. Tuturan kalau saya boleh memberikan saran menjadi penanda lingual TTDir „menyarankan‟. Fatimah bermaksud memberikan saran
commit to user
kepada Bu Dibyo supaya menelepon anak-anaknnya sebagai bentuk perhatian Bu Dibyo kepada suaminya.
TTDir „menyarankan‟ kepada data (20) terjadi karena Pak Dibyo menginginkan perhatian dari istri dan anak-anaknya namun istrinya selalu mengeluh dan tidak mau memberikan perhatiannya. Hal itulah yang menyebabkan terjadinya TTDir „menyarankan‟ yang dilakukan oleh Fatimah melalui tuturan
“Kalau saya boleh memberikan saran lho, telepon putra-putri Ibu minta bergiliran menjenguk bapaknya”. Melalui tuturan tersebut Fatimah bermaksud
memberikan saran kepada Bu Dibyo supaya menelepon anak-anaknya agar Pak Dibyo merasa terhibur jika bisa berkomunikasi dengan anak-anaknya. Jika Fatimah tidak bermaksud memberi saran kepada Bu Dibyo, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menyarankan‟.
e. Menyuruh
Menyuruh adalah memerintah (supaya melakukan sesuatu) (KBBI, 2007:1109). Jadi, TTDir „menyuruh‟ adalah tindak tutur yang dilakukan penutur yang berfungsi untuk memberi perintah kepada mitra tutur. Data yang menunjukkan TTDir „menyuruh‟ dapat dilihat pada data berikut:
(21) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati dan Fatimah ketika Pak Dibyo sedang bertamu di rumah Fatimah. Aryati mengira Pak Dibyo adalah kakeknya sendiri.
Aryati : “Ibu, ini kakek Titi, ya?”
Fatimah : “Oh, iya Ti, ini Kakek Dibyo. Ayo kasih salam sama Kakek!”
Aryati : “Asik Titi ketemu sama Kakek. Titi akhirnya punya Kakek.”
(92/TT/19 Juli 2011) Tuturan pada data (21) termasuk ke dalam jenis TTDir „menyuruh‟. TTDir „menyuruh‟ tampak pada tuturan yang disampaikan oleh Fatimah, yaitu “Ayo
commit to user
kasih salam sama Kakek”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „menyuruh‟ karena Fatimah ingin menyuruh Aryati untuk memberikan salam kepada Pak Dibyo. Kata “ayo” digunakan sebagai penanda lingual TTDir „menyuruh‟. Fatimah menggunakan kata “ayo” dalam tuturan tersebut untuk memperhalus suruhan.
Terjadinya TTDir „menyuruh‟ pada data (21) ketika Pak Dibyo sedang bertamu di rumah Fatimah. Aryati melihat ada seorang kakek yang berada di rumahnya. Oleh sebab itulah Aryati menanyakan kakek tersebut kepada ibunya. Aryati bertanya melalui tuturan “Ibu, ini kakek Titi, ya?”. Secara tidak langsung Aryati meminta informasi tentang kakek yang berada di rumahnya. Fatimah pun merespon pertanyaan Aryati tersebut dengan memberitahukan bahwa kakek yang berada di rumahnya itu adalah Kakek Dibyo. Setelah memberitahu Aryati tentang kakek yang berada di rumahnya, Fatimah menyuruh Aryati untuk memberikan salam kepada Kakek Dibyo melalui tuturan “Ayo kasih salam sama Kakek!”. Tuturan tersebut mengandung jenis TTDir „menyuruh‟. Melalui tuturan tersebut Fatimah menyuruh Aryati memberikan salam kepada Pak Dibyo. Jika Fatimah tidak bermaksud menyuruh Aryati, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menyuruh‟. Setelah Fatimah menyuruh Aryati untuk memberikan salam kepada Pak Dibyo, Aryati tidak menyatakan kesanggupannya untuk memberikan salam ataupun menolak untuk memberikan salam kepada Pak Dibyo, tetapi Aryati justru mengungkapkan kesenangnnya karena bisa bertemu dengan kakeknya dan Aryati merasa dirinya mempunyai kakek.
Data yang menunjukkan TTDir „menyuruh‟ dapat pula dilihat pada data berikut:
commit to user
(22) Konteks : Tuturan terjadi antara Aryati dan Fatimah. Fatimah menyuruh Aryati untuk masuk agar tidak melihat keributan yang terjadi.
Aryati : “Bunda, siapa sih nenek ini kok marah-marah sama kakek sih Bun?”
Fatimah : “Ti.. Titi.. Titi ke dalam dulu ya sama Mbak, bunda baru ada tamu, ayo.. ayo sana!”
Aryati : “Tapi kakek Bun, kasihan kan dimarahin nenek itu.”
Fatimah : “Sssstttt, Titi ke dalam dulu, ya! Nanti Bunda nyusul, oke?”
Aryati : “Oke, Bun. Dada…. Kek.”
(133/TT/20 Juli 2011) Tuturan pada data (22) termasuk ke dalam jenis TTDir „menyuruh‟. TTDir „menyuruh‟ tampak pada tuturan yang disampaikan oleh Fatimah, yaitu “Ti.. Titi.. Titi ke dalam dulu ya sama Mbak, bunda baru ada tamu, ayo..ayo sana” dan “Titi ke dalam dulu, ya”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam TTDir „menyuruh‟ karena Fatimah ingin menyuruh Aryati untuk masuk ke rumah. Kata
“ayo” digunakan sebagai penanda lingual TTDir „menyuruh‟. Fatimah
menggunakan kata “ayo” dalam tuturan tersebut untuk memperhalus suruhan dan supaya Aryati segera masuk ke rumah.
Terjadinya TTDir „menyuruh‟ pada data (22) ketika Pak Dibyo dan istrinya sedang bertengkar di rumah Fatimah. Aryati dan Fatimah mengetahui keributan yang terjadi di rumah mereka. Oleh sebab itulah Fatimah menyuruh Aryati untuk masuk ke rumah. Aryati pun bersedia untuk masuk ke rumah. Jika Fatimah tidak bermaksud menyuruh Aryati, tentu ia tidak akan menuturkan tuturan yang berfungsi untuk „menyuruh‟.
commit to user
f. Meminta Izin
TTDir „meminta izin‟ adalah tindak tutur yang dilakukan penutur yang berfungsi untuk mendapatkan izin dari mitra tutur. Data yang menunjukkan TTDir „meminta izin‟ dapat dilihat pada data berikut:
(23) Konteks : Tuturan terjadi antara Fatimah dan Pak Dibyo. Fatimah menawarkan buku kepada Pak Dibyo. Pak Dibyo pun meminta izin kepada Fatimah untuk membawa pulang buku tersebut.
Fatimah : “Eh, ini saya punya buku bagus, Pak, barangkali Bapak suka membaca, bisa sedikit-sedikit mengusir rasa sepi, Pak.”
Pak Dibyo : “E… boleh saya bawa?” Fatimah : “Silakan silakan, Pak!”
(61/TT/18 Juli 2011) Tuturan pada data (23) termasuk ke dalam jenis TTDir „meminta izin‟. TTDir „meminta izin‟ tampak pada tuturan yang disampaikan oleh Pak Dibyo,