• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETAN

407639.800 X4 + 140603.753 X5 Keterangan: X1= Luas lahan

X2= Jumlah tanggungan dalam keluarga X3= Tingkat pendidikan

X4= Pengalaman bertani X5= Usia

Y = Tingkat Pendapatan

Luas Lahan

Berdasarkan hasil estimasi koefisien menggunakan analisis uji regresi linear berganda bahwa luas lahan berpengaruh positif (+) dengan koef isien 10298458.88 dan berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga petani dimana nilai probabilitas 0.000< taraf nyata 5%. Artinya bahwa peningkatan satu hektar variabel luas lahan dengan variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar 10298458.88 rupiah. Luas lahan merupakan jumlah lahan pertanian yang dimiliki oleh rumah tangga petani dalam satuan hektar. Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa luas lahan berpengaruh dengan pendapatan. Hal ini logis dimana kepemilikan lahan meningkat maka pendapatan akan meningkat.

Program transmigrasi ini memindahkan masyarakat dari tidak memiliki lahan menjadi memiliki lahan sebanyak 2 hektar. Hal ini logis bahwa pada awal transmigran setiap rumah tangga mendapatkan lahan sebanyak 2 hektar. Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan rumah tangga petani masyarakat transmigran memiliki lahan yang luas maka pendapatan yang diperoleh juga besar. Adapun petani yang memiliki lahan sempit dan buruh tani yang tidak memiliki lahan maka pendapatan yang diperoleh juga kecil. Perbedaan kepemilikan lahan ini juga menguntungkan bagi rumah tangga petani yang memiliki lahan sempit dan tidak memiliki lahan untuk dapat berkerja kepada rumah tangga petani yang memiliki lahan luas. Pemanfaatan lahan petani berlahan luas ini dilakukan dengan memperkerjakan saudara atau tetangga yang berlahan sempit dan tidak memiliki lahan. Hal ini mendukung hasil uji statistik yang menunjukkan semakin sempit kepemilikan lahan petani maka semakin kecil pendapatannya.

Hal ini seperti yang terjadi pada salah satu seorang responden, Bapak RY (43 tahun). Beliau merupakan petani dengan lahan yang luas sebanyak 6 hektar. Berikut pernyataan Bapak RY mengenai pemanfaatan lahan yang beliau miliki.

Ya, lahannya sebagian udah dipekerjakan saudara karena untuk membantu saudara yang tidak mempunyai lahan biar punya kerjaan dan bisa memperoleh penghasilan. ” (RY 43)

Terdapat responden yang menuturkan pula bahwa beliau merupakan rumah tangga petani yang memiliki lahan seluas 0.75 hektar. Berikut penuturan Bapak SW mengenai pemanfaatan lahan yang beliau miliki.

Lahannya cuma sedikit Feb jadi ya sekarang kerja di tempat orang yang kebunnya luas.” (SW 30)

Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Berdasarkan hasil analisis uji regresi linear berganda bahwa variabel jumlah tanggungan dalam keluarga berpengaruh negatif (-) dengan koefisien -736379.141 namun tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga petani dimana nilai probabilitas 0.725 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 5% (0.778>0.05). Artinya bahwa peningkatan satu orang variabel jumlah tanggungan dalam keluarga dengan variabel konstan lain akan menyebabkan penurunan pendapatan sebesar -736379.141 rupiah. Jumlah tanggungan dalam keluarga merupakan adalah jumlah individu yang ada dalam keluarga responden yang masih ditanggung biaya hidupnya oleh responden. Keluarga responden meliputi anak, istri, saudara, orang tua, atau orang lain yang dianggap keluarga oleh responden. Pada hipotesis penelitian disebutkan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan.

Rata-rata jumlah tanggungan dalam keluarga sesuai dengan profil rumah tangga transmigran adalah sebanyak 3 orang. Terdapat pula responden yang memiliki pendapatan Rp2 000 000 dengan jumlah tanggungan sebanyak 6 orang maka pendapatan perkapitanya adalah Rp333 333. Artinya pendapatan tersebut termasuk di bawah garis kemiskinan Provinsi Bengkulu. Hal ini didukung dengan hasil uji statistik bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan dan hubungannya berlawanan dimana jumlah tanggungan dalam keluarga semakin banyak maka pendapatannya menurun.

Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil analisis uji regresi linear berganda bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif (+) dengan koefisien 414001.999 namun tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga petani dimana nilai probabilitas 0.576 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 5% (0.690>0.05). Artinya bahwa peningkatan satu tahun variabel pendidikan dengan variabel bebas lain konstan akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar 414001.999 rupiah. Tingkat pendidikan adalah lamanya seseorang menempuh pendidikan formal yang diukur dalam satuan tahun. Hal ini berdasarkan hipotesis penelitian yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin meningkat pendapatan rumah tangga petani.

Berdasarkan profil rumah tangga transmigran bahwa rata-rata tingkat pendidikan responden pada penelitian ini dalam menempuh pendidikan formal adalah selama 7 tahun. Hal ini diartikan bahwa pendidikan responden rendah yakni lulusan SD (Sekolah Dasar) atau tidak menamatkan SMP (Sekolah Menengah Pertama) sehingga homogenitas tingkat pendidikan responden ini tidak memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan. Hal ini didukung juga bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan.

Pengalaman Bertani

Berdasarkan hasil analisis uji regresi linear berganda variabel pengalaman bertani berpengaruh negatif (-) dengan koefisien -407639.800 dan tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga petani dimana nilai probabilitas 0.278 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 5% (0.202>0.05). Artinya bahwa peningkatan satu tahun variabel pengalaman bertani dengan variabel bebas lain konstan menyebabkan penurunan pendapatan sebesar - 407639.800 rupiah. Pengalaman bertani merupakan lamanya seseorang bekerja sebagai petani yaitu kepala rumah tangga petani. Variabel pengalaman bertani memiliki hubungan yang berlawanan dengan pendapatan.

Rata-rata pengalaman bertani responden adalah 33 tahun. Hal ini mengindikasikan petani yang memiliki pengalaman bertani lebih lama cenderung memiliki keahlian yang tinggi di sektor pertanian sedangkan di luar sektor pertanian keahlian yang dimiliki cukup minim. Responden cenderung memilih untuk mempertahankan hanya kerja di bidang pertanian dibandingkan mencari tambahan di sektor lain selain pertanian. Hal ini seperti penuturan responden R (43 tahun) dan P (78 tahun) sebagai berikut :

Box 1. Kasus Bapak R (43 tahun)

Beliau menjadi seorang petani baru 25 tahun karena harus membantu kedua orang tuanya memenuhi kebutuhan keluarga. Beliau menjelaskan bahwa pendapatan yang dimilikinya saat ini lebih banyak dari hasil non pertanian daripada hasil perkebunannya namun beliau tidak meninggalkan kegiatan pertaniannya karena setiap pagi-pagi sekali Bapak R selalu pergi ke kebun untuk menyadap karet. Hal ini juga disebabkan karena harga dari komoditi perkebunan saat ini sangat murah sehingga beliau sangat semangat bergelut di bidang non pertanian yaitu bisnis yang hasilnya lebih besar daripada hasil perkebunannya.

Usia

Berdasarkan hasil analisis uji regresi linear berganda bahwa variabel usia berpengaruh positif (+) dengan koefisien 140603.753 namun tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan rumah tangga petani dimana nilai probabilitas 0.742 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan 5% (0.602>0.05). Artinya bahwa peningkatan satu tahun usia dengan variabel konstan lain akan menyebabkan kenaikan pendapatan sebesar 140603.753 rupiah. Usia adalah usia kepala rumah tangga petani yang bekerja dalam kegiatan pertanian dalam satuan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin usianya bertambah maka pendapatan meningkat.

Seperti yang terjadi pada salah satu responden, Bapak (MJ 41 tahun). Seiring bertambahnya usia beliau pendapatan yang didapatkan juga semakin meningkat. Berikut pernyataan Bapak MJ (41 tahun) mengenai pendapatan yang beliau dapatkan.

Kalo pendapatan sebulan ya kira-kira lebih dari 5 juta sebulan mbak tergantung harga karet dan sawitnya berapa kalo harganya kayak begini (rendah) ya masihlah 5 juta an.” (MJ 41)

Berdasarkan profil rumah tangga transmigran bahwa rata-rata usia responden adalah 25-40 tahun. Adapun penentuan kategori usia muda, sedang, dan tua ini didasarkan pada nilai tengah yang didapatkan dari data hasil seluruh responden. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata responden adalah berusia muda. Hal ini juga dikarenakan responden pada penelitian lebih banyak masyarakat transmigran generasi ketiga. Hal ini didukung dengan hasil uji statistik bahwa usia tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan.

Box 2. Kasus Bapak P (78 tahun)

Beliau merupakan seorang petani yang sudah melakukan kegiatan pertanian selama 70 tahun. Beliau menjelaskan bahwa sejak kecil sudah melakukan kegiatan pertanian karena kurangnya perekonomian sehingga Bapak P harus bekerja untuk membantu kedua orang tuanya. Istri Bapak P bekerja sebagai penjual sayuran. Beliau menyadari bahwa sudah lama sekali melakukan kegiatan pertanian namun pendapatan yang dihasilkan tidak meningkat secara nyata karena harus membagi lahannya ke anak-anaknya yang sudah berkeluarga. Bapak juga tidak bekerja dalam bidang non pertanian. Hal ini disebabkan jumlah anak yang banyak sehingga harus membagi lahannya dalam beberapa bagian karena bapak P tidak melakukan kegiatan lain selain pertanian.

Dokumen terkait