• Tidak ada hasil yang ditemukan

XIV KESIMPULAN

Dalam dokumen frederic engels anti duhring (Halaman 191-195)

Kita sekarang telah selesai dengan filsafat; fantasi-fantasi lain mengenai masa-depan seperti yang dimuat di dalam Course akan dibahas ketika kita sampai pada revolusi Herr Dühring dalam sosialisme. Apakah yang dijanjikan Herr Dühring pada kita? Segala-galanya. Dan janji-janji apakah yang dipenuhinya? Tidak ada. “Unsur-unsur suatu filsafat yang sungguh- sungguh dan bersesuaian diarahkan pada realitas alam dan realitas kehidupan, konsepsi yang sepenuhnya ilmiah mengenai dunia, ide-ide yang menciptakan-sistem,” dan semua pencapaian lainnya dari Herr Dühring, dikumandangkan pada dunia oleh Herr Dühring dalam ungkapan-ungkapan yang nyaring-bunyinya, ternyata, kapan dan di manapun kita memperoleh-nya, “sepenuhnya perklenikan.” Skematisme dunia yang “tanpa sedikitpun penyimpangan dari kedalaman pikiran, secara pasti melaksanakan bentuk-bentuk dasar keberadaan” ternyata suatu duplikat yang tak-terbatas dangkalnya dari logika Hegelian, dan sama-sama dengan yang tersebut terakhir berbagi dalam ketakhayulan bahwa “bentuk-bentuk dasar” ini atau kategori-kategori logika ini telah membawa suatu keberadaan misterius ke sesuatu tempat sebelum dan di luar dunia, di mana mereka “mesti di berlakukan.” Filsafat alam menawarkan pada kita suatu kosmogoni yang titik-pangkalnya adalah suatu “keadaan materi yang sama-sendiri” – suatu keadaan yang hanya dapat dipahami dengan cara kekacauan yang paling tidak berpengharapan berkenaan dengan hubungan antara materi dan gerak; suatu keadaan yang dapat, di samping itu, hanya kita pahami atas asumsi suatu Tuhan ekstra- duniawi yang pribadi, yang adalah satu-satunya yang dapat menyebabkan gerak dalam keadaan materi ini.

Dalam memperlakukan alam organik, filsafat mengenai realitas pertama-tama menolak perjuangan untuk kehidupan dan seleksi alamiah Darwinian sebagai “sebongkah kebrutalan yang ditujukan terhadap kemanusiaan,” dan kemudian mesti mengakui kembali kedua-duanuya lewat pintu-belakang sebagai faktor-faktor yang operatif dalam alam, sekalipun berperingkat kedua. Selanjutnya, filsafat mengenai realitas

berkesempatan untuk memamerkan, di wilayah biologi, ketidak-tahuan seperti yang dewasa ini, ketika ceramah-ceramah ilmu-pengetahuan populer tidak lagi dapat dihindari, nyaris tidak dapat dijumpai di kalangan para puteri “kelas-kelas terpelajar.” Di wilayah moralitas dan hukum, filsafat mengenai realitas tidak lebih berhasil dalam pendangkalan terhadap Rousseau daripada dalam versi sebelumnya yang dangkal mengenai Hegel; dan, sejauh yang bersangkutan dengan yurisprudensi, sekalipun dengan semua jaminannya akan yang sebaliknya, seperti itu pula ia memperagakan suatu kekurangan/ketiadaan pengetahuan yang jarang dijumpai bahkan di kalangan ahli-ahli hukum yang paling biasa dari Prusia lama. Filsafat “yang tidak memperkenankan kesahihan sesuatu kakilangit yang cuma kelihatannya” sudah puas, dalam masalah-masalah yuridisial, dengan suatu kakilangit yang sesungguhynya, yang berkoekstensif dengan teritori di mana Landrecht Prusisa menjalankan yurisdiksi. Kita masih menantikan “bumi dan langit-langit alam eksternal dan alam internal” yang dijanjikan oleh filsafat ini akan disingkapkannya pada kita dalam sapuannya yang secara perkasa merevolusionerkan; tepat sebagaimana kita masih menantikan “kebenaran-kebenaran final dan terakhir” dan landasan “yang secara mutlak mendasar.” Filsuf yang gaya berpikirnya “meniadakan/ mengecualikan” setiap kecenderungan pada suatu “konsepsi dunia yang secara subyektif terbatas” terbukti secara subyektif terbatas tidak hanya oleh yang telah dibuktikan menjadi pengetahuannya yang secara ekstrem tidak-sempurna, gaya berpikir metafisiknya yang ditafsirkan secara sempit dan kecongkakannya yang mengerikan, tetapi bahkan oleh kelangkang-kelangkang pribadinya yang kekanak-kanakan. Ia tidak dapat memproduksi filsafatnya mengenai realitas tanpa menyeret dalam kejijikannya terhadap tembakau, kucing-kucing dan kaum Yahudi, sebagai suatu hukum umum yang sahih bagi seluruh selebihnya kemanusiaan, termasuk kaum Yahudi. “Titik-pandang kritiknya yang sesungguhnya” dalam hubungannya dengan orang-orang lain, memperlihatkan dirinya dengan secara keras dipertalikannya pada mereka hal-hal yang tidak pernah mereka katakan dan yang adalah bikinan Herr Dühring sendiri. Tulisan-tulisan meditasinya mengenai tema-tema yang layak bagi kaum filistin, seperti yang mengenai nilai kehidupan dan cara terbaik dalam menikmati kehidupan, itu sendiri

begitu penuh filistinisme sehingga mereka menjelaskan kemurkaannya terhadap karya Goethe Faust. Hegel sungguh tidak-dapat-dimaafkan karena telah menciptakan Faust yang tidak-bermoral dan tidak filsuf mengenai realitas yang serius itu, Wagner, sebagai pahlawannya. Singkat kata, filsafat mengenai realitas terbukti –dalam keseluruhannya– yang akan disebut Hegel “endapan paling lemah dari Sok-Pencerahan Jerman” – suatu endapan yang kesederhanaan dan sifat biasanya yang transparan menjadi lebih substansial dan buram hanya oleh dicampur- adukkannya serpihan-serpihan retorika orakuler. Dan kini, setelah kita menyelesaikan buku itu, kita tepat sama pengetahuan kita seperti yang ada pada awalnya; dan kita terpaksa mengakui bahwa “cara berpikir baru, bahwa kesimpulan-kesimpulan dan pandangan-pandangan asli yang dibangun dari bawah/dasar,” dan “ide-ide yang menciptakan- sistem,” sekalipun semua itu jelas telah menunjukkan pada kita sejumlah besar keaneka-ragaman omong-kosong orijinal, tetapi tidak memberikan pada kita setunggal garis yang darinya kita dapat belajar sesuatu. Dan orang ini, yang memuji-muji bakat-bakatnya dan barang-barangnya dengan dibarengi hiruk-pikuknya gembreng-gembreng dan trompet- trompet sekeras dan selantang tukang-obat di pasar, dan yang di balik kata-kata besarnya itu tiada apapun yang berarti, secara mutlak tiada apapun –orang ini telah begitu beraninya untuk berkata tentang orang- orang seperti Fichte, Schelling dan Hegel, yang setidak-tidaknya adalah seorang raksasa jika dibandingkan dengan dirinya, bahwa mereka itu dukun-dukun klenik. Dukun klenik, sungguh keterlaluan! Tetapi pada siapakah kata itu paling tepat dikenakan?

Bagian II

Dalam dokumen frederic engels anti duhring (Halaman 191-195)