• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pendapat yang menyatakan bahwa yurisdiksi dilaksanakan oleh

Negara, lebih cenderung berpendapat bahwa yurisdiksi adalah refleksi dari

kedaulatan suatu Negara, yang dilaksanakan dalam batas-batas wilayahnya.

Apabila kedaulatan merupakan atribut atau ciri khusus dari Negara maka

yurisdiksi merupakan lambang kedaulatan suatu Negara. Pendapat-pendapat

yang mendukung pernyataan tersebut antara lain :

a. B. James George Jr. yang mendefinisikan yurisdiksi sebagai “the

authority of nations or states to create or prescribe penal or regulatory norms and to enforce them through administrative and judicial action”.81

b. Malcon N. Shaw memberikan pengertian yurisdiksi sebagai berikut:

“The power of state to affect people, property and circumstances and reflects the basic of state sovereignty, equality of states and non-interference in domestic affairs. Jurisdiction is a vital and indeed central feature of sovereignty,…it may be achieved by means of legislative action or by executive action or by judicial action.”

Hal ini berarti yurisdiksi menggambarkan kekuasaan Negara untuk

mengatur orang, kebendaan, dan peristiwa serta mencerminkan

landasan dari kedaulatan Negara, kesederajatan antar-negara dan tidak

campur tangan dalam urusan dalam negeri Negara lain. Shaw juga

81

Sanford H.Kadish, Encyclopedia of Crime and Justice, (New York :The Free Press, 1983) hlm. 922 dikutip dari Ibid.

berpendapat bahwa yurisdiksi merupakan hal yang sangat penting dari

kedaulatan Negara, Hal ini dapat diwujudkan melalui kegiatan

legislatif, eksekutif ataupun yudikatif. Menurut Shaw, lingkup

yursidiksi sebagai refleksi kedaulatan negara terdiri dari tiga jenis

yurisdiksi yaitu :

1) Legislative Jurisdiction. Yurisdiksi legislatif menunjukan pada

kekuasaan yang dimiliki organ Negara secara konstitusional untuk

membuat hukum yang mengikat di dalam wilayahnya.

2) Executive Jurisdiction. Yurisdiksi eksekutif berkaitan dengan

kemampuan Negara untuk melakukan tindakan di dalam

batas-batas Negara lain. Pejabat negar tidak dapat menerapkan

hukumnya di wilayah Negara lain.

3) Judicial Jurisdiction. Yurisdiksi yudisial berkaitan dengan

kekuasaan pengadilan Negara tertentu untuk mengadili

perkara-perkara yang ada faktor asing. Terdapat sejumlah dasar atau alasan

yang dapat digunakan pengadilan untuk menuntut mengadili dalam

yurisdiksinya, dari mulai prinsip territorial sampai prinsip

universal.82

c. Hakim Mac Millan menyatakan :

“it is essential attribute if sovereignity…,as of all soverign independent states, that it just process jurisdiction over all person and

82

things within its territorial limits and in all causes, civil and criminal arising within its limits”83

(Ini merupakan karakteristik esensial dari kedaulatan…,sebagaimana

juga yang melekat pada semua Negara merdeka yang berdaulat, bahwa

kekuasaan tersebut mencakup yurisdiksi atau kewenangan atas semua

orang dan benda atau peristiwa yang ada atau terjadi dalam batas-batas

wilayahnya, baik yang bersifat keperdataan maupun pidana)

Dalam tataran teoritis, terdapat dua doktrin kontemporer tentang yurisdiksi

ini yakni doktrin Domestic Jurisdiction (Yurisdiksi Domestik) yang

merupakan yurisdiksi dalam suatu Negara dan Universal Jurisdiction

(Yurisdiksi Universal). Dalam HI prinsip yurisdiksi domestik dijamin seperti

dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB yang berbunyi :

“Nothing contained in the present Charter shall authorize The United Nations to intervene in matters which are essentially with the domestic jurisdiction of any state.”84

Namun dalam Piagam PBB juga diberikan pengesahan untuk melakukan

intervensi (dalam hal ini intervensi positif atau kemanusiaan, seperti yang

diatur dalam Bab VII tentang keleluasaan Organisasi Internasional (PBB, atau

organisasi regional) untuk merespons ancaman-ancaman terhadap perdamaian,

pelanggaran atas perdamaian, tindakan-tindakan melanggar HAM dan praktik

terorisme. Dengan kata lain, yurisdiksi domestik masih diakui selama tidak

83

Sigid Suseno, loc.cit., hlm. 54 84

UN Charter, Text in Ian Brownlie (ed), Basic Documents on Human Rights, (3rd Editions), Oxford :Clederon Press, 1993) hlm. 4-5 dikutip dari Mirza Satria Buana, HI: Teori dan Praktek, (Bandung: Nusamedia, 2007), hlm.62

bertentangan dan menjadi ancaman bagi perdamaian dan keamanan dunia

global.

Dalam kajian HI kontemporer, setidaknya ada 2 penyebab utama kenapa

yurisdiksi domestik suatu Negara tidak bisa dijalankan secara mutlak, yaitu :

a. Adanya perkembangan mekanisme internasional tentang perlindungan

HAM dan perlingdungan dari serangan terorisme global

b. Adanya praktik-praktik intervensi yang dilakukan komunitas

internasional terhadap rezim pemerintahan yang dinilai telah

melakukan kejahatan berat HAM dan Terorisme.85

Selain itu terdapat doktrin Universal Jurisdiction (Yurisdiksi Universal)

Prinsip HI yang menjadi antitesa dari kejayaan prinsip yurisdiksi domestik

adalah prinsip yurisdiksi universal. Prinsip ini lahir dari pemahaman bahwa

setiap Negara di dunia ini memiliki kewajiban-kewajiban universal untuk

melindungi HAM, memerangi terorisme global dan melindungi kebebasan

fundamental semua warga dunia. Berdasarkan hal ini, dipandang perlu adanya

suatu komunitas internasional yang mempunyai hak dan tanggung jawab

untuk mengawasi dan mengambil tindakan tegas terhadap Negara-negara yang

mengancam kedamaian dunia. Komunitas internasional tersebut adalah PBB

dan organisasi regional yang ada di setiap belahan dunia yang diberi mandat

untuk mempromosikan dan memberikan perlindungan dari teroris dan

kejahatan HAM. 86 85 Ibid, hlm.61-62 86 Ibid, hlm.63

Berdasarkan objek dan yurisdiksi dapat dibagi menjadi yurisdiksi

personal, yurisdiksi teritorial, dan yurisdiksi kuasi teritorial. Sedangkan

berdasaarkan ketentuan yang membatasi pelaksanaan kedaulatannya,

yurisdiksi dapat dibagi menjadi yurisdiksi terbatas dan yurisdiksi tidak

terbatas.

a. Yurisdiksi Personal

Yurisdiksi merupakan otoritas yang ditimbulkan oleh kedaulatan

negara atas individu-individu berdasarkan proteksi (perlindungan).

Dengan demikian titik beratnya 0ada sujek hukum yang ditundukkan

oleh hukum yang bersangkutan.87 Lebih lanjut, yurisdiksi personal ini

terdiri dari yurisdiksi personal aktif dimana berdasarkan prinsip ini,

negar memiliki yurisdiksi terhadap warganya yang melakuan kejahatan

di luar negeri serta yurisdiksi personal pasif dimana engara memiliki

yurisdiksi terhadap wargnya yang menjadi korban kejahatan yang

dilakukan orang asing di luar negeri.88

b. Yurisdiksi Teritorial

Pengertian yurisdiksi teritorial menunjuk pada yurisdiksi yang

berlaku atas orang ataupun benda khususnya pada wilayah di mana

orang ataupun benda berada. Dalam setiap wilayah teritorial negara,

yurisdiksi teritorial ini mencakup warga negara beserta harat bendanya.

87

F.X. Adji Samekto, Negara dalam Dimensi Hukum Internasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), hlm. 62

88

Orang asing tidak dapat menuntut pembebasan diri atas yurisdiksi

teritorial.89

Meskipun penting, kuat dan populer, penerapan yurisdiksi teritorial

tidaklah absolut. Ada beberapa pengecualian yang diatur dalam HI di

mana negara tidak dapat menerapkan yurisdiksi teritorialnya,

meskipun suatu peristiwa terjadi di wilayahnya. Beberapa

pengecualian yang dimaksud adalah90

a. Terhadap pejabat diplomatik negara asing :

b. Terhadap negara dan kepala negara asing

c. Terhadap kapal publik negara asing

d. Terhadap organisasi internasional

e. Terhadap pangkalan militer negara asing

c. Yurisdiksi Terbatas dan Yurisdiksi Tidak Terbatas

Pada dasarnya setiap negara berdaulat melaksanakan yurisdiksi

tidak terbatas di dalam wilayahnya atas semua orang dan benda,

kecuali yang terhadapnya telah dibatasi oleh perjanjian-perjanjian

internasional, hukum kebiasaan internasional, serta prinsip-prinsip

hukum umum. Dalam bidang-bidang tertentu yurisdiksi negara

memang harus dibatasi. Apabila tidak dibatasi, suatu negara berdaulat

dalam wilayah teritorialnya dapat mengabaikan subjek-subjek hukum

internasional yang lain melalui pelaksanaan kekuasaannya di bidang

legislatif, yudikatif dan eksekutif. Pengakuan timbal balik antara

89

F.X. Adji Samekto, op.cit, hlm. 63 90

negara berdaulat mengandung arti bahwa apabila tidak ada ketentuan

hukum internasional yang mengatur sebaliknya, masing-masing negara

mempunyai tanggung jawab hukum untuk tidak melanggar yurisdiksi

teritorial negara berdaulat lain.

Yurisdiksi yang tidak terbatas adalah yang mencakup wilayah

teritorial negara, harta benda, dan hak milik warga negaranya. Negara

juga berhak melaksanakan yurisdiksi teritorialnya terhadap orang

asing, tetapi pelaksanaannya dibatasi oleh standar minimum

internasional untuk kepentingan orang asing itu dan

pembatasan-pembatasan penerapan yurisdiksi ini lebih lanjut dituangkan melalui

perjanjian internasional.91

Dokumen terkait