• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORITIS

B. Zakat Maal dan Zakat Produktif

1. Pengertian Zakat Maal dan Zakat Produktif a. Pengertian Zakat Maal

Menurut UU No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat pasal 11, zakat maal adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Daud Ali berpendapat, zakat maal adalah bagian dari harta kekayaan seseorang (juga badan hukum) yang wajib dikeluarkan untuk golongan orang tertentu setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu dalam jumlah minimal tertentu.17

15

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.252.

16

Ibid.,h.268.

17

Zakat maal adalah zakat kekayaan, artinya zakat yang dikeluarkan dari kekayaan atau sumber kekayaan itu sendiri.18

b. Pengertian Zakat Produktif

Kata produktif secara bahasa berasal dari dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan; memberikan banyak hasil; banyak menghasilkan barang-barang berharga; yang mempunyai hasil baik. “productivity” daya produksi. Zakat produktif adalah Pemberian zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya itu. Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau dana zakat yang diberikan kepada para mustahik tidak dihabiskan akan tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka, sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup secara terus-menerus.19

Zakat produktif pada dasarnya menitikkan pola penyaluran zakat secara produktif, pola produktif adalah pola penyaluran dana zakat kepada mustahik yang ada dipinjamkan oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha/bisnis. Pola penyaluran secara produktif (pemberdayaan) adalah penyaluran zakat atau dana lainnya yang disertai target merubah keadaan penerima (mustahik) dari kondisi kategori mustahik menjadi kategori muzakki.20

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh imam muslim dari salim bin abdillah bin umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw telah memberikan kepadanya

18

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.10.

19

Artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari http://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2013/03/zakat-konsumtif-dan-zakat-produktif.html.

20

zakat, lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.Salim pun mengelolanya sampai ia mampu memberikan sedekah dari usahanya tersebut. Sejarah itu menjadi tonggak awal bagaimana mengelola zakat sehingga menjadi sesuatu yang produktif dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para mustahiknya.21

Lembaga pengelola zakat memiliki dua sisi kegiatan yaitu mendistribusikan dana secara konsumtif dan secara produktif. Secara konsumtif berarti dana zakat habis begitu saja dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan membiayai kesehatan. Secara Produktif berarti mengembangkan usaha-usaha produktif memberikan bantuan dana modal untuk wirausaha dalam rangka meningkatkan kualitas income per capita pengusaha.22

2. Tujuan Zakat

Tujuan utama zakat adalah untuk mengentaskan kemiskinan mustahiq (orang-orang yang berhak menerima zakat) dari kemiskinan, bahkan merubah mereka dari mustahiq menjadi muzakki (orang-orang yang membayar zakat).23

Menurut Qosim Bukhori dalam buku Didin Hafidhuddin, Tujuan zakat ada tiga yaitu pertama membersihkan jasmani dan rohani, yag kedua memperbaiki taraf hidup manusia, dan yang terakhir meningkatkan taraf kehidupan.24

21

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.223.

22

Lili Bariadi dkk, Zakat dan Wirausaha, h.76.

23

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, h.215.

24

Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (UIN Malang Press, 2008), h.16.

Menurut Yusuf Qardhawi tujuan dari ajaran zakat itu dibagi menjadi dua, yaitu tujuan untuk kehidupan individu dan tujuan untuk kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan yang pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengobati hati dari cinta dunia yang membabi buta, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat manusia melebihi martabat benda dan menghilangkan sifat materialisme dalam diri manusia. Tujuan yang kedua memiliki dampak pada kehidupan kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat, zakat merupakan suatu bagian dari sistem jaminan sosial dalam islam.25

Tujuan zakat menurut Muhammad Daud Ali yaitu sebagai berikut:26

a. Mengangkat derajat fakir miskin dan membantu keluar dari kesulitan hidup. b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin, ibnu

sabil dan mustahik lain.

c. Membina tali persaudaraan sesama umat islam, dan umat manusia. d. Menghilangkan sifat kikir dan rakus pemilik harta.

e. Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) di hati orang-orang yang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.

25

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1996), h.848.

26

g. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sebagai salah satu instrumen pengentasan kemiskinan.

j. Pendorong peningkatan produktivitas dan pemberdayaan ekonomi umat. 3. Manfaat Zakat

Manfaat Zakat menurut Didin Hafidhuddin antara lain adalah:27

a. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah.Swt, mensyukuri nikmatNya, menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan harta yang dimiliki. Qs 9: 103, Qs 30:39, Qs 14:7

b. Berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka terutama golongan fakir miskin atau wirausaha, ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada Allah.Swt, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya yang berkecukupan hidupnya.

27

c. Sebagai pilar jama’i antara kelompok aghniya yang berkecukupan hidupnya, dengan para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjihad dan berjuang di jalan Alloh, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah dan keluarganya. Qs 2:273

ح ض ْا ي ف اً ض ع س َا س ي ف ا ح أ ذلا ءا ف ل ءا ن أ ها ج لا س

َا إ ف خ ا ف ن ا ۗ اًفا ح ل إ سانلا ل أ س ها س ف ع فف ع لا ل

(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui. Al Baqarah ayat 273.

d. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi dan terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. e. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat(sedekah) tidak

akan diterima dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil sebagaimana diterangkan dalam hadist riwayat muslim:

Dokumen terkait