• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zonning

Dalam dokumen TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA (Halaman 67-99)

C. Analisis Pengolahan Site

2. Zonning

Area Taman Makam Vertikal merupakan fasilitas publik sehingga

sebagian besar kegiatan yang diwadahi adalah untuk kepentingan publik. Sehingga enentuan zonning terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut

a. Zona Publik, merupakan area dapat diakses dengan leluasa dari ruang luar

dan mewadahi semua kegiatan user publik

b. Zona Semi Publik, merupakan area pelayanan kepada user publik

c. Zona Privat,merupakan zona kerja khusus pengelola dan user publik tidak

diperkenankan untuk memasukinya kecuali memiliki kepentingan khusus

Zona Publik berada pada lapisan terluar karena merupakan zona yang

berfungsi sebagai akses dari ruang luar dan memiliki luasan terbanyak. Zona Semi publik berada di antara zona publik dan privat karena berfungsi sebagai area pelayanan yang harus menghubungkan pengelola dan publik. Zona Privat berada pada pusat zonning agar pelayanan dari pusat dapat menyebar dengan mudah. Sehingga zonning pada Taman Makam Vertikal ini memiliki pola lingkaran memusat dengan tiga lapisan zona berturut turut dari luar zona publik, zona semi publik, dan zona privat.

Arah Pelayanan Pengelola

Zona Privat

Gambar 4.5 Analisis Zona Kegiatan Zona Semi Publik

Zona Publik

Ruang Luar

commit to user 3. Respon Bangunan Terhadap Matahari

Indonesia merupakan negara yang terletak pada wilayah yang beriklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Hal ini mengakibatkan intensitas cahaya matahari yang menyinari permukaan wilayah memiliki intensitas yang lebih besar. Penyinaran matahari ini memiliki potensi positif yang perlu dimanfaatkan dan potensi negatif yang perlu ditanggulangi. Pada analisis respon bangunan Taman makam Vertikal terhadap matahari terdapat empat aspek yang perlu diperhatikan, yaitu

a. Pemanfaatan potensi energi matahari sebagai alternatif energi

b. Pemanfaatan potensi matahari untuk penyinaran tanaman

c. Penanggulangan efek glare dan sinar matahari pada kegiatan taman

d. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dan

penanggulagan glare dalam ruangan Respon

Dengan mengacu prinsip pemanfaatan teknologi modern dan energi mandiri, energi matahari dapat diolah menjadi salah satu energi alternatif dengan menggunakan bantuan solar panel. Agar dapat menghasilkan energi yang maksimal maka solar panel harus menyerap intensitas sinar matahari yang relatif konstan, namun efek dari rotasi bumi mengakibatkan matahari seolah olah berputar dengan arah lintasan dari timur ke barat. Solar panel umumnya dipasang pada posisi konstan dan dihadapkan pada arah datangnya intensitas matahari terbesar saja dan hal tersebut hanya terjadi beberapa waktu saja (tidak dapat dilakukan dari pagi sampai sore).

Gambar 4.6 Analisis Matahari

UTARA Pagi

Siang

commit to user

Pendekatan arsitektur pragmatik utopian senantiasa berusaha

menemukan suatu inovasi pada elemen-elemen arsitektur dan memberinya nilai lebih pada pemanfaatan. Dengan prinsip omaginatif logis dan inovasi maka Solar panel yang selama ini dipasang pada posisi konstan dapat ditingkatkan dengan tambahan sensor matahari dan mesin penggerak sehingga solar panel senantiasa dapat menghadap arah datangnya intensitas matahari terbesar dan mengikuti pergerakannya layaknya bunga matahari yang senantiasa menghadap arah datangnya sinar matahari. Dengan demikian output energi dari pemanfaatan solar cell ini dapat maksimal.

Fasilitas ini merupakan suatu taman makam sehingga didominasi oleh

unsur vegetasi. Untuk melakukan fotosintesis vegetasi membutuhkan cahaya matahari. Sehingga diusahakan cahaya matahari dapat menyinari vegetasi secara keseluruhan. Sehingga bentukan bangunan hendaknya dilengkapi

Gambar 4.8 Analisis Penyinaran Matahari pada Vegetasi

Pagi Siang

Sore

Gambar 4.7 Analisis Inovasi Solar Cell

commit to user

dengan celah celah agar cahaya matahari dapat menjangkau vegetasi yang digunakan untuk melakukan fotosintesis.

Sebagai taman fasilitas ini memerlukan suatu peneduh agar user taman dapat merasa nyaman dan tidak terganggu dengan intensitas sinar matahari yang berlebihan. Untuk meningkatkan kesan alami maka fasilitas ini hendaknya didominasi oleh vegetasi sehingga sinar matahari yang sifatnya mengganggu ini dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan barier vegetasi. Tak hanya nyaman

karena akan tercipta shading namun O2 hasil fotosintesis dari vegetasi juga

menyegarkan udara sekitar.

Dari pagi sampai sore hari matahari seolah olah bergerak dengan garis lintas dari timur ke barat. Cahaya ini dapat dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami dalam ruangan. Untuk mendapatkan pencahayaan yang optimal arah hadap dari bukaan bangunan hendaknya tidak menghadap frontal terhadap arah datang dan tidak pula menghindari arah datangnya sinar matahari namun menghadap di antaranya, sehingga arah bukaan cenderung dihadapkan pada posisi serong dari arah datangnya sinar matahari yakni pada arah tenggara-barat laut atau barat daya - timur laut. Meskipun optimal namun posisi ini dapat beresiko timbulnya glare yang mengganggu sehingga dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan teknologi

electrochromic smart window, yaitu bukaan dengan kaca yang dapat mengatur intensitas matahari yang melewatinya. Pengaturan intensitas matahari ini terjadi

karena pergerakan ion ion pada material electrochromic yang diatur oleh

komputer.

Gambar 4.9 Electrochromic Smart Window Sumber : HowStuffWorks.com

commit to user 4. Respon Bangunan Terhadap Angin

Sejauh tiga kilometer ke arah utara merupakan Laut Jawa, sehingga angin dominan relatif bertiup pada arah utara-selatan karena perbedaan tekanan udara di darat dan di laut. Angin yang bertiup pada siang hari merupakan angin laut yang mengalir dari arah utara ke selatan, sedangkan pada malam hari merupakan angin darat yang mengalir dari arah selatan ke utara. Kecepatan angin di area ini relatif tinggi antara 7-10m/s dan kecepatan ini akan semakin bertambah pada tempat yang lebih tinggi karena angin dapat bertiup tanpa terhalang oleh massa bangunan. Angin merupakan termasuk energi kinetik yang memiliki potensi positif yang dapat dimanfaatkan dan potensi negatif yang perlu ditanggulangi.

Pada analisis respon bangunan Taman Makam Vertikal terhadap angin terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu pemanfaatan potensi energi kinetik angin untuk alternatif energi dan penanggulangan potensi negatif tekanan angin pada bangunan.

Potensi energi kinetik dari angin dapat dimanfaatkan sebagai salah

satu sumber penyediaan alternatif energi dengan menggunakan wind turbin. Kincir angin yang berputar karena tiupan angin akan menggerakkan generator yang menghasilkan energi listrik. Selama ini wind turbin diletakkan secara konstan dan dihadapkan pada arah datangnya angin dominan saja padahal angin merupakan salah satu bentuk energi yang bergerak dan dapat berubah arah.

Gambar 4.10 Analisis Angin

3km ke arah utara dari site merupakan laut jawa

Angin Darat Angin Laut

commit to user

Sehingga kincir angin hanya bergerak maksimal pada waktu waktu tertentu karena tidak dapat mengikuti arah datangnya angin dominan. Pada site terpilih angin dominan yang melintas adalah angin darat dan angin laut dengan arah yang konstan secara periodik yaitu bertiup dari selatan ke utara pada malam hari dan bertiup dari utara ke selatan pada siang hari. Sehingga wind turbin pada fasilitas ini perlu dihadapkan pada arah utara-selatan. Agar wind turbin ini dapat berputar maksimal selama 24 jam dan menghasilkan energi yang maksimal maka perlu inovasi wind turbin yang dapat berputar baik diterpa angin dari arah utara maupun arah selatan.

Sebagai suatu fasilitas taman makam yang memiliki unsur refreshing maka wind turbin hendaknya juga menjadi suatu elemen estetika sesuai dengan prinsip manfaat ganda. Bila suatu titik warna bergerak memutar secara cepat maka akan membentuk suatu lingkaran warna sesuai arah putaran. Warna secara visual memberi kesan yang menyenangkan bagi yang melihat namun secara tersirat warna juga dapat memberi pengaruh secara tidak langsung. Warna juga memiliki beberapa filosofi seperti warna kuning menggambarkan harapan dan optimis, merah menggambarkan kekuatan dan kehangatan, biru menggambarkan teknologi, spiritualitas, dan menenangkan, hijau menggambarkan alami dan kesuburan, ungu dan jingga menggambarkan spiritualitas dan ramah (Adek,

(2010), Memaknai Warna Dalam Sebuah Desain, http://www.abangadek-

adv.com, diakses pada 30 Juni 2012). Dari filosofi tersebut warna yang sesuai dengan fasilitas ini antara lain warna biru karena menggambarkan teknologi, ketenangan, dan spiritualitas, warna jingga dan ungu karena menggambarkan spiritualitas dan ramah. Sehingga kincir dapat dilengkapi lampu LED yang hemat energi dengan warna dominan jingga, ungu, biru, dan gradasi warna pelangi yang tidak begitu dominan untuk menghubungkan ketiga warna tersebut.

Gambar 4.11 Analisis Turbin

commit to user

Angin merupakan energi kinetik yang bergerak dan menimbulkan tekanan bila terhalang sesuatu. Pada intensitas yang tinggi tekanan ini sangat mempengaruhi struktur bangunan karena memberi tekanan dari arah horisontal sehingga perlu bentukan massa bangunan yang aerodinamis sehingga angin dapat mengalir melewati bangunan dengan lancar tanpa memberi tekanan pada struktur bangunan. Selain itu arus angin yang terhalang oleh sesuatu dapat menimbulkan turbulensi angin yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Angin yang menerpa permukaan yang rata dan luas akan cenderung memberi tekanan yang tinggi terhadap permukaan tersebut. Bentuk yang dapat mengalirkan angin tanpa memberi suatu tekanan pada permukaan adalah bentuk kurva atau lengkung. Sehingga bentukan bangunan hendaknya didominasi bentuk lengkung agar angin dapat mengalir dengan lancar.

5. Respon Bangunan Terhadap View

Analisis respon bangunan terhadap view pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu pemaksimalan potensi tampilan lingkungan sekitar sebagai view keluar site dan peemaksimalan view ke dalam site untuk mengekspos keseluruhan fasilitas.

permukaan rata

Gambar 4.12 Analisis Aliran Angin pada Permukaan permukaan lengkung

Gambar 4.13 Analisis View

View ke luar View ke dalam

commit to user

Lingkungan sekitar site merupakan jalur hijau yang banyak dipenuhi vegetasi. Di kota besar seperti di Jakarta tampilan hijau dari vegetasi merupakan suatu hal yang jarang ditemui sehingga hal tersebut bisa menjadi suatu view yang sangat menarik untuk dipandang, apalagi pada ketinggian tertentu. Sehingga bentukan massa bangunan hendaklah berbentuk melingkar sehingga user dapat mengamati suasana sekitar ke segala arah dengan leluasa.

Fasilitas Taman Makam Vertikal sebagai suatu pengingat kematian perlu diekspos secara maksimal kepada masyarakat. Agar mudah dilihat oleh khalayak ramai maka keseluruhan bangunan haruslah menjadi suatu point of interest dengan mendesain bangunan dengan prinsip bentukan yang dinamis dan skala yang monumental. Dengan ukuran yang monumental, fasilitas ini dapat terlihat dari jarak yang relatif jauh. Bentukan dinamis yang unik akan menarik perhatian orang yang melihat dan memunculkan suatu rasa penasaran untuk mengetahui lebih jauh sehingga akan menarik pengunjung untuk mengamati lebih dekat.

D. Analisis Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap 1. Tampilan bangunan

Pada analisis tampilan bangunan pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan yaitu tampilan eksterior bangunan secara keseluruhan dan tampilan interior bangunan.

Gambar 4.14 Analisis Pemaksimalan View

View ke luar View kedalam

Keseluruhan bangunan sebagai

Point of Interest

commit to user

Fasilitas Taman Makam Vertikal merupakan suatu fasilitas mix use antara taman publik dan pemakaman terpadu yang memiliki sifat yang saling bertolak belakang. Di satu sisi taman publik merupakan tempat yang ramai, menyenangkan, cenderung bebas sedangkan pemakaman merupakan tempat yang sepi, sedih, dan cenderung dibatasi dengan aturan. Kedua hal yang

berbeda tersebut dipadukan dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian

dengan menggabungkan potensi dari masing masing aspek dan menyelaraskannya. Penyelarasan tersebut dilakukan dengan memaksimalkan potensi positif untuk menutupi aspek aspek negatif dari kedua fungsi yang dipadukan. Maka didapatkan suatu fasilitas Taman Makam Vertikal yang memiliki tampilan eksterior dengan kesan kesan yang inovatif seperti

Ekspos Monumental

Relatif banyak dikunjungi masyarakat

Terdapat Pedestrian

Secara audio cenderung tenang dan teratur Inovasi Dominasi vegetasi Plumeria (kamboja) Terkesan menarik dan menyenangkan Terdapat pelayanan pendukung pemakaman Ekspos Dominasi vegetasi bunga Merupakan tempat berziarah Didukung elemen taman Teknologi Relatif banyak dikunjungi masyarakat Terkesan menarik dan menyenangkan Tempat untuk berinteraksi Terdapat Pedestrian

Secara audio relatif ramai Dominasi vegetasi bunga Didukung elemen taman Kegiatan cenderung bebas

Karakter Pemakaman Karakter Taman Publik

+

Relatif sepi

Terkesan angker dan menakutkan Terdapat petak makam Merupakan tempat berziarah Secara audio cenderung tenang Terdapat pelayanan pendukung pemakaman Kegiatan dibatasi aturan Dominasi vegetasi Plumeria (kamboja)

Arsitektur Pragmatik Utopian

Inovasi Teknologi

Inovasi Karakter

Kedua kegiatan teratur dan saling menyesuaikan

Bagan 5.10 Analisis Karakter Tampilan Fasilitas

Terdapat petak makam Tempat untuk

berinteraksi

commit to user

a. Dari bagan 4.10 dapat dilihat bahwa karakter fasilitas Taman Makam ini

merupakan hasil penggabungan antara karakter pemakaman dan taman

publik dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian sehingga

memiliki karakter baru yang mempertahankan karakter masing masing fungsi yang berpotensi positif dan melakukan overlap potensi positif pada potensi negatif sebagai suatu inovasi karakter.

b. Seperti yang terlihat pada bagan 4.11, fasilitas taman makam hendaknya

diekspos secara maksimal kepada masyarakat sebagai suatu sarana pengingat kematian secara tersirat dan menarik, karena selama ini pemakaman sebagai pengingat kematian jarang sekali diekspos ke publik dan dianggap sebagai suatu hal yang tabu sehingga orang jarang mengunjungi pemakaman (pengingat kematian) sehingga cenderung lupa akan datangnya kematian. Dengan tampilan yang menarik diharapkan dapat menggiring masyarakat untuk mengunjungi taman makam dengan frekuensi yang lebih besar sehingga secara halus mendekatkan masyarakat pada pemakaman (pengingat kematian ) dan senantiasa ingat dan takut pada datangnya kematian.

b. Mengakomodir kegiatan taman publik yang bebas namun mendorong

user untuk senantiasa teratur (dibatasi etika memasuki area pemakaman), Bagan 4.11 Analisis Tampilan Pengingat

Tampilan makam menakutkan & angker secara visual Orang menjauhi pemakaman (pengingat kematian)

Orang lupa akan kematian

Orang tak takut datangnya kematian Tampilan Menarik dan diekspos secara visual Masyarakat tertarik mengunjungi taman makam dengan frekuensi lebih besar

Masyarakat lebih dekat dengan

pemakaman (pegingat kematian)

Masyarakat diingatkan secara halus (tersirat) untuk senantiasa ingat

dan takut pada datangnya kematian

commit to user

karena selama ini kegiatan taman publik berjalan dengan bebas tanpa aturan sehingga taman publik kerap kali disalahgunakan untuk kegiatan negatif dan sering terjadi vandalisme

c. Memiliki atmosfer suasana yang menyenangkan, menjadi sarana

refreshing, dan mampu mengurangi rasa sedih dari keluarga duka maupun pengunjung yang lain, karena selama ini pengelolaan makam yang kurang teratur membuat pemakaman memiliki image yang buruk di mindset masyarakat

d. Memiliki tampilan yang menarik dan terlepas dari kesan pemakaman

yang angker dan mencekam, karena selama ini makam dianggap oleh masyarakat sebagai suatu tempat yang angker dan menakutkan

e. Mengekspos bentukan massa dengan skala monumental, bentukan massa

yang unik, dan mengekspos penggunaan teknologi modern dan inovasi, karena selama ini pemakaman kurang diangkat dalam dunia arsitektur sehingga jarang sekali adanya desain inovatif pada arsitektur pemakaman

f. Memaksimalkan suasana alami dengan dominasi unsur vegetasi pada

bangunan, karena taman dan makam identik dengan lansekap yang alami

Eksterior dan interior suatu bangunan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Maka tampilan interior pada fasilitas Taman makam Vertikal ini perlu diselaraskan dengan tampilan eksteriornya. Tampilan interior perlu didominasi oleh unsur vegetasi untuk menguatkan kesan alami dalam ruangan. Kesan monumental dari interior dapat dikuatkan dengan langit langit yang relatif tinggi dan dominasi partisi non masiv agar ruangan terlihat lebih luas. Mengekspos sebagian struktur bangunan sebagai elemen estetika bangunan.

commit to user 2. Tata Massa Bangunan

Dari gambar 4.17 terlihat bahwa site terbelah menjadi dua bagian

yaitu di sebelah timur jalan dan di sebelah barat jalan sehingga fasilitas ini terbagi menjadi dua massa utama (massa jamak). Untuk kemudahan sirkulasi maka kedua massa perlu dihubungkan satu sama lain.

Proses pembentukan massa pada arsitektur pragmatik utopian

cenderung mengutamakan aspek filosofis daripada suatu bentukan yang komunikatif. Dengan proses filosofis maka akan mendorong orang yang melihat menjadi penasaran dan berusaha menafsirkan bentukan bangunan. Proses tersebut membuat orang untuk mengamati dan merasakan lebih dekat sehingga akan menjadi suatu sarana penarik pengunjung.

Fasilitas Taman Makam Vertikal ini secara tersirat merupakan sarana

pengingat kematian pada masyarakat. Pengingat kematian secara tersirat identik dengan sifat gelombang yang menyebar dan mempengaruhi tanpa terlihat oleh mata kepala. Sehingga bentukan massa fasilitas ini mengambil

UTARA

Gambar 4.17 Analisis Tata Massa

Massa 2

Massa 1

commit to user

analogi bentuk gelombang pengingat kematian yang senantiasa meluas dan menyebar.

Gelombang terdiri dari dua bagian yaitu pusat sumber gelombang dan

gelombang yang senantiasa menyebar dan meluas dari pusat gelombang ke arah luar. Kedua bagian tersebut ditansformasikan menjadi fisik bangunan dengan bentukan yang dinamis dan didominasi oleh lengkungan. Pusat gelombang yang menjadi inti penggerak gelombang ditransformasikan menjadi bentukan fisik bangunan pengelola yang menjadi pusat penggerak dari keseluruhan kegiatan pada fasilitas. Sedangkan gelombang merupakan bagian yang menyebar dan mempengaruhi sehingga ditransformasikan menjadi bangunan fisik dari taman makam vertikal. Mayoritas pemakaman di Jawa dipengaruhi oleh ajaran Islam (bersifat universal) yang berorientasi pada arah utara selatan agar jenazah menghadap ke kiblat, orientasi tersebut juga perlu diangkat dalam pembentukan massa dari fasilitas taman makam vertikal ini. Walaupun sifat gelombang dapat menyebar dan meluas sampai tak terhingga, namun bangunan dibatasi oleh site yang tersedia sehingga perwujudan fisik dari gelombang hendaknya juga memperhatikan luasan site yang ada.

3. Tata Lansekap

Analisis tata lansekap pada fasilitas Taman Makam Vertikal ini

terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu

a. Pola Sirkulasi pedestrian

b. Sirkulasi Vertikal

c. Tata petak makam makam dan vegetasi

d. Elemen taman

Jalur pedestrian pada area taman umumnya memiliki jalur sirkulasi

yang simple, dinamis, dan mengarahkan user untuk menikmati suasana sekitar sambil mengelilingi keseluruhan lansekap taman. Pola sirkulasi pada

pendekatan arsitektur pragmatik utopian cenderung mengikuti bentukan dari

massa bangunan yang bersifat dinamis. Dengan mengikuti bentukan massa bangunan maka pola sirkulasi dapat mengarahkan user untuk mengelilingi keseluruhan lansekap. Sehingga pola sirkulasi pada fasilitas Taman Makam

commit to user

Vertikal ini mengikuti bentukan massa dinamis yang mengambil analogi filosofi lingkar gelombang dan memperhatikan arah orientasi utara- selatan.

Fasilitas ini merupakan area taman makam dengan sistem vertikal

sehingga selain sirkulasi horisontal juga harus diperhatikan aspek sirkulasi

vertikal. Sebagai taman publik harus bersifat democratic, yaitu dapat menerima

kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi termasuk kalangan difabel yang memiliki keterbatasan. Kalangan difabel memerlukan bantuan khusus untuk menjangkau suatu tempat terutama pada ketinggian yang berbeda. Sebagai taman makam, fasilitas ini juga harus menyediakan jalur sirkulasi untuk pengusungan jenazah. Proses pengusungan jenazah bukanlah suatu kegiatan yang mudah dilakukan karena beban jenazah yang relatif berat, tidak boleh jatuh, keadaaan jenazah harus stabil, dan secara adat harus dilakukan secara manual diusung oleh manusia. Oleh karena itu proses pengusungan jenazah juga memerlukan suatu bantuan khusus untuk menjangkau tempat pada ketinggian lantai yang berbeda. Saat ini terdapat berbagai alat bantu dalam pencapaian sirkulasi vertikal seperti tangga, eskalator, ram, elevator dan lain sebagainya. Dari beberapa alternatif sirkulasi vertikal tersebut tentunya memiliki konsekuensi masing masing dalam menggunakannya, tangga memerlukan usaha ekstra saat menaikinya, eskalator memang berjalan dengan otomatis namun memerlukan keseimbangan saat menaikinya, ram mudah dilewati namun memerlukan banyak lahan dan jarak tempuh menjadi jauh, dan elevator memberi kemudahan namun memerlukan

perawatan yang rutin dan energi listrik. Pendekatan arsitektur pragmatik

utopian menekankan prinsip inovasi, teknologi modern, manfaat ganda, dan dominasi unsur publik sehingga elevator merupakan alternatif yang dapat digunakan. Untuk masalah perawatan dan penyediaan energi dapat didukung oleh aspek yang lain. Selain pola sirkulasi yang digunakan untuk kegiatan utama, suatu fasilitas tentunya juga harus menyediakan pola sirkulasi darurat pada saat terjadi suatu bencana. Pola sirkulasi ini bersifat manual dan mudah diakses kapan saja. Sehingga pola sirkulasi vertikal juga harus dilengkapi dengan tangga darurat.

commit to user

Selama ini penataan petak makam kebanyakan menggunakan dengan

sistem grid baik itu grid yang teratur maupun tidak teratur. Hal tersebut menimbulkan suatu kebosanan dan tampilan yang statis. Sehingga agar lebih menarik pola petak makam hendaknya ditata dengan prinsip inovasi, pola yang dinamis, dan filosofis. Agar pola petak makam unity terhadap pola sirkulasi dan bentukan massa yang dinamis, maka pola petak makam juga ditata bendasarkan filosofi lingkar gelombang yang didominasi unsur lengkungan dan juga memperhatikan orientasi utara selatan.

Kebanyakan petak makam di Indonesia ditandai dengan nisan dan

diplester dengan semen. Hal tersebut dilakukan tak hanya sebagai penanda saja namun juga sebagai penutup tanah agar petak makam tidak ditumbuhi oleh

Dalam dokumen TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA (Halaman 67-99)

Dokumen terkait