commit to user
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA
" SEBAGAI TAMAN PUBLIK DAN PEMAKAMAN TERPADU
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PRAGMATIK UTOPIAN"
Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai
Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh :
DAN DARE ARRADHIKA I0208007
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA
Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu dengan Pendekatan Arsitektur Pragmatik Utopian
PENYUSUN : DAN DARE ARRADHIKA
NIM : I 0208007
JURUSAN : ARSITEKTUR
TAHUN : 2012
Telah diperiksa dan disetujui Tanggal : Juli 2012
Pembimbing I Tugas Akhir
Ir. Agus Heru Purnomo, MT. NIP. 19560801 198601 1 002
Pembimbing II Tugas Akhir
Tri Joko Daryanto, ST, MT. NIP. 19690509 199702 1 001
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001
Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS
commit to user KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil'aalamiin, Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan
Taman Makam Vertikal di Jakarta Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu
dengan Pendekatan Arsitektur Pragmatik Utopian ini berhasil penulis selesaikan
dengan mudah dan lancar. Penulis berharap penulisan ini dapat membuka peluang
baru pada generasi mendatang dalam memilih judul proyek tugas akhir yang lebih
berani dan menantang. Semoga penulisan ini senantiasa memberi manfaat bagi
semua pihak yang membacanya. Terima kasih.
Surakarta, Juli 2012
commit to user Allah SWT
"Engkaulah yang melampaui dan mengatasi segalanya"
Rasulullah Muhammad SAW
"Engkau yang diutus sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta"
Ibu So'imi Rochmaningsih, Bp. Satriya Widyogomo, Arrayasi Atria Danesti, Astral Artemisia, Aretha Orva Ultima, Madinatul Munawaroh
Keluarga Besar Bp. Soegiman T.S. + Bp. Rahardjo Wiryonitisastro
"Terimakasih atas segala bantuan moral maupun material yang senantiasa
menyelimuti langkah kaki ini dalam menapaki jalan kehidupan"
Ir. Sri Purwaningsih, Kahar Sunoko, ST , MT Ir. Agus Heru P., MT , Tri Joko D. ST, MT seluruh dosen dan karyawan jurusan arsitektur UNS
"Terimakasih atas segala bimbingan dan jasa-jasa yang tak kan ternilai selama
kurang lebih empat tahun jiwa raga ini menimba ilmu di Jurusan Arsitektur UNS "
Tim Hore Arch 08
"Kasih sayang, perselisihan, persahabatan, benci, cinta, kekhilafan, kehangatan,
apapun yang telah kita jalani, sedang kita rasakan, dan kelak akan terjadi,
semoga kita tetap menjadi KELUARGA yang senantiasa HORE"
Kaka Tingkat + Adik Tingkat Semuanya
" Terima kasih telah menjadi salah satu generator yang senantiasa memotivasi tubuh
ini untuk senantiasa berkarya dan mencetak prestasi, dan sesuatu yang spesial patut
untuk diberikan pada adik tingkat (angkatan berapapun) yang lulus dengan IPK lebih
dari 3,93 dan berani menghubungi invincible.danz@gmail.com, semangat !!! "
Dan segala yang diciptakanNya di dunia ini
"Terimakasih, karena setiap unsur dari sistem kehidupan di dunia ini akan senantiasa
commit to user
Hanyalah sekumpulan kata terangkai sebagai kalimat,
Apapun itu, semoga bermanfaat,
Kadang kita merasa,,
Hidup itu tak selalu manis seperti apa yang kita harapkan,,
Namun ketahuilah,,,
Bahwa hidup itu juga tak kan selalu pahit seperti yang kita khawatirkan,,,
Dengan Yakin, Do'a, dan Usaha,,,,
InsyaAllah kesuksesan akan senantiasa tercapai dengan ridhoNya,,,,
Enjoy The Process as Playing The Game,,,
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Judul ... 1
B. Latar Belakang ... 1
C. Rumusan Masalah ... 3
D. Persoalan ... 3
E. Tujuan ... 4
F. Sasaran ... 4
G. Metode Pembahasan ... 5
1. Pengumpulan Data ... 5
2. Analisis Data ... 5
3. Merumuskan Konsep ... 6
H. Batasan dan Ruang Lingkup ... 6
1. Batasan ... 6
2. Ruang Lingkup ... 7
I. Sistematika Pembahasan ... 7
BAB II TINJAUAN A. Kematian ... 9
1. Pengertian Kematian ... 9
commit to user
3. Fenomena Pembusukan ... 10
B. Pemakaman ... 11
1. Pengertian Pemakaman ... 11
2. Fungsi Pemakaman ... 11
3. Elemen Pemakaman ... 12
4. Macam Pemakaman ... 12
5. Karakter Pemakaman ... 12
6. Pelayanan Pendukung Pemakaman ... 13
7. Prosesi menurut lima agama besar di Indonesia ... 13
C. Taman Publik ... 17
1. Pengertian Taman Kota ... 17
2. Fungsi Taman Kota ... 18
3. Elemen Taman Publik ... 18
4. Macam Taman Kota ... 19
5. Karakter Taman Publik ... 20
D. Arsitektur Pragmatik Utopian ... 20
1. Pengertian Pragmatik Utopian ... 20
2. Suatu Teori Evolusi Arsitektur ... 21
3. Desain Berkelanjutan ... 23
4. Massa dan Tampilan Bangunan ... 24
5. Sirkulasi... 26
6. Elemen Arsitektur ... 27
7. Pengaruh Positif Pada Lingkungan Sekitar ... 28
E. Preseden ... 29
1. San Diego Hill (Karawang , Jakarta Barat) ... 29
2. Moksha Tower (Mumbai, India) ... 30
BAB III TINJAUAN LOKASI A. JAKARTA ... 32
1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta ... 32
2. Ekonomi ... 33
commit to user
4. Iklim ... 35
5. RTRW Mengenai Ruang Terbuka Hijau ... 36
BAB IV ANALISIS A. Analisis Kegiatan dan Peruangan ... 37
1. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 37
2. Pola Peruangan ... 41
3. Besaran Ruang ... 46
B. Analisis Pemilihan Site ... 50
C. Analisis Pengolahan Site ... 53
1. Pencapaian ... 53
2. Zonning ... 54
3. Respon Bangunan Terhadap Matahari ... 55
4. Respon Bangunan Terhadap Angin ... 58
5. Respon Bangunan Terhadap View ... 60
D. Analisis Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap ... 61
1. Tampilan bangunan ... 61
2. Tata Massa Bangunan ... 65
3. Tata Lansekap ... 66
E. Analisis Struktur Bangunan ... 70
1. Pemilihan Material ... 70
2. Struktur Makam Vertikal ... 71
3. Struktur Bangunan Pengelola ... 74
F. Analisis Utilitas ... 75
1. Penyediaan Energi ... 75
2. Penyediaan Air Bersih ... 75
3. Penyiram Tanaman ... 76
4. Drainase ... 76
5. Pembuangan Asap Pembakaran ... 77
6. Parkir ... 78
commit to user BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Kegiatan dan Peruangan ... 80
1. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 80
2. Pola Peruangan ... 83
3. Besaran ruang ... 83
B. Site Terpilih ... 85
C. Konsep Pengolahan Site ... 85
1. Pencapaian ... 85
2. Zonning ... 86
3. Respon Bangunan Terhadap Matahari ... 86
4. Respon Bangunan Terhadap Angin ... 86
5. Respon Bangunan Terhadap View ... 87
D. Konsep Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap ... 87
1. Tampilan Bangunan ... 87
2. Tata Massa ... 88
3. Lansekap ... 89
E. Konsep Struktur Bangunan ... 90
1. Material Terpilih ... 90
2. Struktur Makam Vertikal ... 90
3. Struktur Bangunan Pengelola ... 90
F. Konsep Utilitas ... 91
1. Penyediaan Energi ... 91
2. Penyediaan Air Bersih ... 91
3. Penyiram Tanaman ... 91
4. Drainase ... 92
5. Pembuangan Asap Pembakaran ... 92
6. Parkir ... 92
7. Keamanan Kebakaran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Charles Darwin...22
Gambar 2.2 Evolusi Bentukan Massa Arsitektur... 24
Gambar 2.3 Contoh proses pembentukan massa... 25
Gambar 2.4 Stavanger Concert Hall...25
Gambar 2.5 Dominasi Material Arsitektur Pragmatik Utopian...26
Gambar 2.6 Sirkulasi Pillar of Bawadi...27
Gambar 2.7 Elemen Arsitektur Pragmatik Utopian...27
Gambar 2.8 Pengembangan Kalifha Park...28
Gambar 2.9 San Diego Hill...29
Gambar 2.10 Moksha Tower...30
Gambar 3.1 Peta Jakarta...32
Gambar 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011...34
Gambar 3.3 Peta Struktur Arahan Rencana Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta...36
Gambar 4.1 Pemilihan Site Membuka Kemungkinan Pengembangan Daerah Sekitar...50
Gambar 4.2 Analisis Pemilihan Site...51
Gambar 4.3 Alternatif Site B...52
Gambar 4.4 Analisis Pencapaian...53
Gambar 4.5 Analisis Zona Kegiatan...54
Gambar 4.6 Analisis Matahari...55
Gambar 4.7 Analisis Inovasi Solar Cell...56
Gambar 4.8 Analisis Penyinaran Matahari pada Vegetasi...56
Gambar 4.9 Electrochromic Smart Window...57
Gambar 4.10 Analisis Angin...58
Gambar 4.11 Analisis Turbin Angin...59
Gambar 4.12 Analisis Aliran Angin pada Permukaan ...60
Gambar 4.13 Analisis View...60
Gambar 4.14 Analisis Pemaksimalan View...61
Gambar 4.15 Tampilan Eksterior...61
Gambar 4.16 Tampilan Interior...64
Gambar 4.17 Analisis Tata Massa...65
Gambar 4.18 Gelombang...65
Gambar 4.19 Petak Makam...68
Gambar 4.20 Vegetasi...69
Gambar 4.21 Ilustrasi Evolusi Elemen Taman...70
Gambar 4.22 Analisis Struktur badan bangunan...72
commit to user
Gambar 4.24 Kolom Lengkung...73
Gambar 4.25 Struktur Jembatan Layang...73
Gambar 4.26 Struktur Bangunan Pengelola...74
Gambar 4.27 Pembangkit Listrik...75
Gambar 4.28 Sprinkle Penyiram Tanaman...76
Gambar 4.29 Sistem Drainase...76
Gambar 4.30 Pembuangan Asap Hasil Kremasi...77
Gambar 4.31 Sistem Parkir Autostadt...78
Gambar 4.32 Sistem Parkir Sepeda Vertikal di Jepang...79
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Jakarta Tahun 2006-2010...33
Tabel 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011...34
Tabel 3.3Data Iklim Wilayah Jakarta...35
Tabel 4.1 Perhitungan Besaran Ruang...47
Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Jakarta tahun 2006-2010...51
Tabel 5.1 Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang...80
commit to user DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Proses Analisis...6
Bagan 2.1 Posisi Pendekatan Pragmatik Utopian... 22
Bagan 4.1 Analisis Kelompok Besar Kegiatan...37
Bagan 4.2 Struktur Kepengurusan Dinas Taman dan Pemakaman DKI Jakarta...39
Bagan 4.3 Analisis Pola Perletakan Area taman Makam...42
Bagan 4.4 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Komersial...42
Bagan 4.5 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Maintain Fasilitas...43
Bagan 4.6 Analisis Pola Perletakan Ruang Keperluan Kremasi...43
Bagan 4.7 Analisis Pola Perletakan Ruang Pelayanan Publik...44
Bagan 4.8 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Dinas...45
Bagan 4.9 Analisis Pola Perletakan Area Peruangan dengan Kesamaan Sifat...46
Bagan 4.10 Analisis Karakter Tampilan Fasilitas...62
Bagan 4.11 Analisis Tampilan Pengingat Kematian...63
Bagan 4.12 Sistem Parkir...78
Bagan 5.1 Konsep Pola Peruangan...83
Bagan 5.2 Konsep Zona Kegiatan...86
Bagan 5.3 Tahap Pembentukan Massa...88
Bagan 5.4 Penyediaan Energi Listrik...91
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Judul
“ Taman Makam Vertikal di Jakarta“
(Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu dengan Pendekatan Arsitektur
Pragmatik Utopian)
Merupakan suatu fasilitas pemakaman terpadu yang menyatukan kegiatan
pendukung ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka
hijau publik dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian dalam desain fasilitas
secara vertikal (bertingkat) untuk merespon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta.
B. Latar Belakang
Kematian merupakan fenomena yang pasti dialami oleh makhluk hidup.
Kematian merupakan akhir dari kehidupan manusia di dunia sekaligus suatu transisi
menuju kehidupan kekal di alam akhirat. Orang yang telah meninggal tentunya
harus disemayamkan dengan layak sebagai wujud penghormatan terakhir dan juga
sebagai memorial kepada kerabat yang ditinggalkannya.
Selama ini pemakaman sebagai wadah dari penyemayaman jenazah kurang
begitu diperhatikan dalam dunia arsitektur. Hal ini mengakibatkan pemakaman
kurang begitu terekspos dalam masyarakat. Padahal secara tersirat pemakaman
merupakan sarana pengingat kematian bagi orang yang masih hidup. Dengan
senantiasa mengingat kematian manusia akan cenderung berhati-hati dalam
menjalani hidup. Sehingga fasilitas pemakaman perlu dikembangkan lewat
arsitektur agar lebih terekspos pada masyarakat sebagai suatu pengingat kematian.
Penyediaan layanan pendukung pemakaman jenazah perlu untuk dipadukan
dalam satu area pelayanan. Hal tersebut dipengaruhi perkembangan zaman
menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan secara cepat. Sehingga dengan
adanya one stop service dalam penyediaan keperluan pendukung seperti
administrasi pemakaman, mobil jenazah, pemulasaraan jenazah, peti jenazah, dan
commit to user
Keterbatasan lahan pada aspek penyediaan ruang terbuka hijau merupakan
salah satu masalah serius yang dialami Kota Jakarta. Penyediaan ruang terbuka hijau
di Jakarta saat ini baru mencapai sembilan persen dari tiga puluh persen yang
disyaratkan pemerintah. Jumlah itu juga dapat berkurang dengan maraknya
penggusuran taman dan pemakaman untuk pembangunan bangunan komersil.
Padahal ruang terbuka hijau memiliki esensi yang tinggi bagi suatu kota. Di satu
sisi ruang terbuka hijau dapat digunakan oleh masyarakat kota sebagai taman publik
untuk berinteraksi, berolah raga, dan juga melakukan refreshing. Manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan suatu wadah untuk saling berinteraksi dengan orang
lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Di sisi lain ruang terbuka
hijau memiliki beberapa essensi sebagai paru paru kota, resapan air hujan, dan
habitat beberapa flora fauna yang ada sehingga dapat menjaga kesimbangan
ekosistem kota. Sehingga pemerintah perlu melakukan suatu usaha dalam merespon
fenomena keterbatasan lahan yang terjadi di Kota Jakarta ini.
Sistem bangunan vertikal merupakan alternatif solusi yang sangat efektif
dalam merespon keterbatasan lahan semenjak semakin berkembangnya teknologi
bangunan. Dengan sistem ini luas lahan dapat dilipatgandakan sesuai keinginan dan
kemampuan. Sehingga dengan memanfaatkan potensi kemajuan teknologi sekarang
ini sistem vertikal ini dapat diadopsi sebagai alternatif solusi dari fenomena
keterbatasan lahan pemakaman dan ruang terbuka hijau publik di Kota Jakarta.
Menggabungkan area pemakaman terpadu dan taman publik merupakan suatu
usaha yang efektif dalam merespon keterbatasan lahan namun kedua hal tersebut
memiliki sifat yang bertolak belakang. Taman publik identik dengan suasana yang
ramai dan bebas sedangkan area pemakaman identik dengan suasana yang sepi dan
dibatasi. Kedua hal yang berbeda tersebut dijembatani dengan pendekatan arsitektur
pragmatik utopian. Suatu evolusi dari dunia arsitektur dimana seorang arsitek tidak
harus memilih satu dari dua pilihan yang saling bertolak belakang, namun bisa
memilih semuanya lewat strategi penggabunggan pontensi dari keduanya agar dapat
berjalan bersama secara harmonis.
Mendesain lansekap pemakaman dan taman publik secara vertikal
(bertingkat) merupakan suatu hal yang terkesan utopis. Hal tersebut terjadi karena
commit to user
berada di permukaan tanah. Di sisi lain, hal tersebut juga terkesan pragmatik karena
sistem vertikal (bertingkat) merupakan salah satu usaha yang paling efektif dan
fungsional dalam merespon fenomena keterbatasan lahan yang ada. Sehingga
pendekatan arsitektur pragmatik utopian diangkat sebagai jembatan untuk
merealisasikannya. Arsitektur pragmatik utopian merupakan evolusi dari arsitektur
yang beradaptasi pada perkembangan kehidupan manusia. Arsitektur ini
menghasilkan ide ide yang luar biasa (utopian) namun tetap fungsional dan dapat
direalisasikan (pragmatik) dengan memanfaatkan potensi inovasi teknologi.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana merancang fasilitas
pemakaman vertikal yang memadukan kegiatan pendukung ke dalam satu area
pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka hijau publik di Jakarta dengan
pendekatan arsitektur pragmatik utopian.
D. Persoalan
Beberapa permasalahan yang diangkat antara lain
1. Bagaimana memadukan kegiatan pendukung pemakaman yang saling terpisah?
2. Bagaimana memadukan fungsi pemakaman dengan fungsi taman publik dengan
pendekatan arsitektur pragmatik utopian agar dapat berjalan selaras?
3. Bagaimana merancang taman publik dan pemakaman terpadu yang mampu
mendukung usaha perluasan ruang terbuka hijau kota?
4. Bagaimana strategi pemilihan site yang tepat agar fasilitas Taman Makam
Vertikal memiliki manfaat lebih bagi lingkungan sekitar?
5. Bagaimana merancang taman publik dan pemakaman terpadu dengan sistem
vertikal yang mampu merespon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta?
6. Bagaimana merancang fasilitas taman publik dan pemakaman terpadu yang
dapat menjadi sarana pengingat kematian sesuai pendekatan arsitektur
pragmatik utopian?
7. Bagaimana mengaplikasikan suatu landsekap ke dalam fasilitas Taman Makam
commit to user
8. Bagaimana strategi pengkondisian unsur alami dari pemakaman dan taman ke
dalam suatu fasilitas Taman Makam Vertikal?
9. Bagaimana mengaplikasikan inovasi teknologi ke dalam fasilitas Taman
Makam Vertikal sesuai pendekatan arsitektur pragmatik utopian?
E. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah mendapatkan suatu konsep perencanaan dan
perancangan fasilitas pemakaman vertikal yang memadukan kegiatan pendukung
ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka hijau
publik di Jakarta dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.
F. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai dalam penulisan ini antara lain
1. Tercapainya konsep pemakaman terpadu yang menyatukan fungsi kegiatan
pendukung ke dalam suatu area pelayanan.
2. Tercapainya konsep penggabungan kegiatan fungsi pemakaman dan taman
publik sesuai dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.
3. Tercapainya konsep hubungan antar ruang yang dapat mendukung kegiatan
pemakaman terpadu dan taman publik yang diwadahi.
4. Tercapainya konsep pemilihan site yang sesuai dengan pendekatan arsitektur
pragmatik utopian.
5. Tercapainya konsep pengolahan site yang sesuai dengan pendekatan arsitektur
pragmatik utopian.
6. Tercapainya konsep tampilan dan bentukan massa fasilitas Taman Makam
Vertikal dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.
7. Tercapainya konsep penyelesaian struktur bangunan fasilitas Taman Makam
Vertikal yang sesuai pendekatan arsitektur pragmatik utopian.
8. Tercapainya konsep pemilihan material bangunan yang kuat dan tahan lama
untuk fasilitas Taman Makam Vertikal sesuai pendekatan arsitektur pragmatik
utopian.
9. Tercapainya konsep utilitas yang mendukung fungsi pemakaman terpadu dan
commit to user G. Metode Pembahasan
1. Pengumpulan Data
a. Observasi
Melakukan survey langsung pada areal pemakaman untuk melihat bagaimana
keadaan pemakaman eksisting pada umumnya untuk melihat berbagai masalah
yang ada di dalamnya. Selain itu juga melihat bagaimana pengolahan lahan
makam yang ada sekarang untuk merumuskan pengolahan lahan yang lebih baik.
Melihat suatu prosesi pemakaman secara langsung di areal pemakaman dan
melihat aktivitas yang ada di dalamnya.
b. Studi Literatur
Yaitu mencari data dan teori yang berhubungan dengan pemakaman, taman
publik, dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian lewat buku. Referensi yang
digunakan untuk meninjau taman kota adalah buku "Ruang Terbuka Hijau"
karya Niniek Anggraini dan referensi untuk meninjau pendekatan arsitektur
pragmatik utopian adalah "Yes Is More" karya Bjarke Ingle Group.
c. Studi Preseden
Yaitu mencari preseden pemakaman yang difungsikan sebagai ruang publik
seperti San Diego Hill - Kawarang Barat dan preseden pemakaman vertikal
seperti Moksha Tower - Mumbai.
d. Wawancara
Melakukan wawancara pada responden dari penganut agama yang berbeda untuk
mengumpulkan informasi mengenai prosesi penyemayaman jenazah sesuai
aturan masing-masing agama.
2. Analisis Data
a. Input
Data dan teori mengenai
1) Kematian
2) Pemakaman
3) Taman Publik
commit to user
b. Proses
c. Output
Merupakan hasil analisis dari aspek kegiatan, peruangan, pemilihan site,
pengolahan site, tampilan, tata massa, struktur, dan utilitas dengan tinjauan teori
taman publik, pemakaman terpadu, dan arsitektur pragmatik utopian.
3. Merumuskan Konsep
Merumuskan hasil analisis yang telah dilakukan pada aspek kegiatan, peruangan,
pemilihan site, pengolahan site, tata massa, struktur, dan utilitas sehingga
mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan fasilitas Taman Makam
Vertikal di Jakarta.
H. Batasan dan Ruang Lingkup 1. Batasan
Dalam kasus ini Taman Makam Vertikal yang dimaksud adalah pemakaman
vertikal yang menyatukan kegiatan pendukung dan berfungsi ganda sebagai
taman publik sebagai respon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta dengan
pendekatan arsitektur pragmatik utopian menurut Bjarke Ingles. Arsitek Bjarke
Ingles dipilih karena merupakan arsitek yang mengaplikasikan pola pikir
pragmatik utopian ke dalam dunia arsitektur sebagai suatu bentuk inovasi dari
evolusi hasil adaptasi terhadap perkembangan kehidupan manusia.
Konsep Taman
commit to user 2. Ruang Lingkup
Untuk ruang lingkup yang dibahas adalah konsep dan teori yang tepat untuk
perencanaan dan perancangan fasilitas Taman Makam Vertikal di Jakarta sesuai
pendekatan arsitektur pragmatik utopian menurut Bjarke Ingles dalam buku
"Yes is More". Untuk hal hal yang menyangkut arsitektural antara lain
pengolahan site, tampilan, tata massa, struktur, utilitas, dan sebagainya.
I. Sistematika Pembahasan
TAHAP I
Tahap ini membahas gambaran awal secara menyeluruh tentang konsep
perencanaan dan perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta mulai
dari latar belakang, rumusan permasalahan, persoalan, tujuan, sasaran, metode,
dan sistematika pembahasan.
TAHAP II
Tahap ini membahas tinjauan yang mencakup tinjauan teori dan tinjauan
preseden berkaitan dengan pemakaman, taman publik, dan arsitektur pragmatik
utopian menjadi dasar dalam melakukan analisis untuk mendapatkan konsep
perencanaan dan perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta.
Referensi mengenai taman publik diperoleh dari buku Ruang Terbuka Hijau
karya Niniek Anggraini dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian diperoleh
dari buku Yes Is More karya Bjarke Ingles.
TAHAP III
Dalam tahap ini membahas data makro dan mikro dari lokasi terpilih yaitu Kota
Jakarta. Membahas dinamika penduduk Kota Jakarta dan berbagai potensi yang
ada di dalamnya berkaitan dengan Taman Makam Vertikal yang direncanakan.
TAHAP IV
Dalam tahap ini membahas proses analisis untuk mendapatkan konsep
perencanaan dan konsep perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta.
Termasuk di dalamnya analisis peruangan, penataan site, tampilan, tata massa,
commit to user TAHAP V
Tahap ini merupakan penjabaran dari output analisis yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya dalam bentuk konsep perencanaan dan perancangan Taman
Makam Vertikal di Kota sebagai fasilitas pemakaman vertikal yang
memadukan kegiatan pendukung ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi
ganda sebagai ruang terbuka hijau publik di Jakarta dengan pendekatan
commit to user BAB II TINJAUAN
Bab ini menjabarkan tinjauan mengenai kematian, lahan pemakaman, taman
publik, dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian yang menjadi dasar dalam
melakukan analisis pada tahap selanjutnya.
A. Kematian
1. Pengertian Kematian
Kematian merupakan akhir dari kehidupan yaitu ketiadaan nyawa dalam
organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara
permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab
tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup
mengalami pembusukan.
2. Pandangan Kematian Menurut Lima Agama Besar di Indonesia
a. Menurut pandangan Islam kematian pada hakikatnya merupakan peralihan
hidup dari satu alam ke alam lainnya. Kematian bukanlah akhir dari
segalanya, melainkan terminal awal untuk menuju kepada kehidupan kekal
di akhirat. ( Nababan, H. Syamsul Arifin, Kematian Dalam Perspektif Islam,
Makalah (tidak dipublikasikan), Yayasan An Naba' , Banten )
b. Menurut pandangan agama Budha kematian mengacu pada faktor terpenting
untuk menentukan kematian yaitu unsur-unsur batiniah suatu makhluk
hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih dapat berfungsi sebagaimana
layaknya (secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan medis ),
seseorang dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul
dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam.
Kepadaman kesadaran ajal merupakan „the point of no return’ bagi suatu
makhluk dalam kehidupan ini. Kematian merupakan suatu transisi menuju
kehidupan mendatang. (Sañjîvaputta, Jan, (1999), Menguak Misteri
commit to user
c. Menurut pandangan umat hindu kematian adalah perpisahan jasad dengan
Roh. Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan
untuk Roh. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah
usang harus dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum
mendapat “selimut keabadian” di alam Moksha. ( Paradev, Page, Fenomena
Gerbang Kematian, www.parisada.org, diakses pada 12 November 2011)
d. Menurut pandangan umat katholik kematian adalah titik akhir peziarahan
manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah
berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan
rencana Allah dan menuju dunia keabadian. (Katekismus Gereja Katholik,
1013, www.luxveritatis7.wordpress.com, diakses pada 12 November 2011)
e. Menurut pandangan kristen
Kematian adalah pintu menuju hidup kekal yaitu kelepasan dari segala dosa
menuju hidup kepada kehidupan bersama Allah.
( Siregar, Pdt. F. H. B. , (2010), Kematiaan Menurut Ajaran Kristen,
www.hkbptapiannaulipematangsiantar.blogspot.com, diakses pada 12
November 2011)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kematian merupakan
suatu transisi menuju kehidupan yang kekal di alam akhirat. Kehidupan
setelah kematian sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan seseorang
selama hidupnya. Fenomena kematian hendaknya menjadi suatu pengingat
bagi manusia yang masih hidup untuk lebih berhati hati dalam menjalani
kehidupan. Sehingga pemakaman sebagai penyemayaman jenazah perlu
lebih diekspos pada amsyarakat lewat arsitektur.
3. Fenomena Pembusukan
Jenazah manusia yang telah meninggal dunia akan mengalami pembusukan
dalam kurun waktu sekitar 24 jam kematian. Pembusukan mayat adalah proses
degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk
terutama Klostridium welchii. terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi
cepat-lambatnya pembusukan mayat, antara lain
a. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
commit to user
c. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
d. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
e. Konstitusi tubuh. Pembusukan tubuh gemuk lebih cepat dari tubuh kurus.
f. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
g. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi
memperlambat pembusukan.
h. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan.
Arsen, stibium, dan asam karbonat memperlambat pembusukan.
i. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.
Proses pembusukan jasad manusia yang telah meninggal menghasilkan
senyawa yang berbahaya untuk makhluk hidup seperti asam asetat, gas metana,
dan cairan lain yang mengandung protein toksik. Sehingga ( Al-Fatih II,
Muhammad, (2007), Forensik, Klinik Indonesia. www.klinikindonesia.com
diakses pada 20 Desember 2011)
Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dari sembilan faktor
yang mempengaruhi cepat-lambat pembusukan terdapat empat faktor luar yang
dapat dikendalikan lewat penyelesaian arsitektural yaitu jumlah mikro
organisme, suhu optimal, kelembaban udara, dan sifat medium. Proses
pembusukan menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi makhluk hidup
sehingga penyemayaman jenazah memerlukan suatu penanganan khusus agar
tidak membahayakan lingkungan sekitar.
B. Pemakaman
1. Pengertian Pemakaman
Pemakaman merupakan tempat menguburkan jenazah orang yang
telah meninggal. (Sugono, Dendy, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta)
2. Fungsi Pemakaman
Area pemakaman memiliki beberapa fungsi , antara lain
commit to user
b. Tempat untuk melakukan ziarah mengingat dan menghormati almarhum
c. Sebagai pengingat kematian bagi manusia yang masih hidup
d. Sebagai area peresapan air hujan
e. Sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota
3. Elemen Pemakaman
Beberapa elemen yang terdapat pada pemakaman antara lain
a. Petak kubur
b. Vegetasi (Pohon , perdu, tanaman penutup tanah,dll)
c. Penanda makam (kijing, semen, kayu, tanah ditinggikan,dll)
d. Jalan Setapak
e. Perkerasan
f. Bangunan penjaga makam
g. Saluran drainase
h. Area cuci kaki
4. Macam Pemakaman
Pemakaman di indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu
a. Pemakaman umum
b. Pemakaman khusus, termasuk di dalamnya
1) pemakaman agama tertentu
2) pemakaman adat
3) pemkamanan cina
4) pemakaman tanah wakaf
5) pemakaman pribadi / keluarga
6) makam pahlawan
5. Karakter Pemakaman
Beberapa karakteristik pemakaman di Indonesia, antara lain
a. Relatif sepi
b. Dominasi vegetasi plumeria (kambuja)
c. Terdapat petak makam
commit to user
e. Merupakan tempat berziarah
f. Secara audio cenderung tenang
g. Terdapat pelayanan pendukung pemakaman
h. Kegiatan dibatasi aturan
6. Pelayanan Pendukung Pemakaman
Menurut Perda No.3 Tahun 2007 Pasal 9 tentang pemakaman
disebutkan bahwa pelayanan pendukung pemakaman antara lain
a. pelayanan jasa pengurusan jenazah
b. angkutan jenazah
c. pembuatan peti jenazah
d. perawatan jenazah
e. pelayanan rumah duka
f. pengabuan atau kremasi
g. tempat penyimpanan abu jenazah
h. kegiatan atau usaha lain di bidang pelayanan pemakaman
7. Prosesi menurut lima agama besar di Indonesia
a. Menurut Ajaran Islam
1) Muslim yang telah meninggal dunia harus dimandikan, dikafani, dan
disholatkan dulu sebelum dikubur. Bagi umat islam yang masih hidup
keikutsertaan dalam prosesi ini hukumnya fardhu khifayah, yaitu
wajib untuk dilakukan oleh umat muslim, namun apabila sudah ada
yang melakukannya maka kewajiban bagi yang lain akan digugurkan.
2) Konsep penyemayaman jenazah dalam Ajaran Islam adalah manusia
berasal dari saripati tanah dan kembali ke tanah sehingga
penyemayaman jenazah harus dikubur di dalam tanah agar menjadi
tanah. Hal ini termuat Al Quran,
a. Surat Thaahaa (20) ayat 55 :
"Dari bumi (Tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan
kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya
Kami mengeluarkanmu pada kali yang lain"
commit to user
(17)-"Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik
baiknya" (18)- "kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah
dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan
sebenar benarnya"
Sehingga umat Islam yang telah meninggal harus dikubur dalam
media tanah agar nantinya jenazah dapat kembali menjadi tanah.
(Wawancara dengan H. Taslim, S.Ag)
3) Dalam ajaran Islam ini juga terdapat aturan mengikat mengenai
lubang kubur dan juga tata cara penguburan
a. Lubang kubur
Lubang kubur dibuat memanjang dari arah utara ke selatan.
Panjang dari lubang kubur disesuaikan dengan tinggi jenazah.. Di
bagian dasar kubur dibuat liang lahat, yaitu liang tempat
meletakkan jenazah.
b. Tata cara penguburan jenazah
Sebelum jenazah diberangkatkan ke makam, hendaknya
lubang kubur dan liang lahat sudah selesai dibuat. Setelah sampai
di makam, jenazah (masih berada dalam usungan) diletakkan di
pinggir atas lubang kubur sebelah kiblat sejajar dengan lubang
kubur. Kemudian tiga laki-laki muslim (keluarga dekat jenazah)
turun ke lubang kubur, dan tiga lainnya berdiri di atas menghadap
jenazah. Tiga laki-laki yang berdiri mengahdap jenazah,
mengangkat jenazah dan menyerahkannya pada tiga laki-laki yang
berdiri di lubang kubur. Kemudian jenazah diletakkan dengan
hati-hati di liang lahat dengan posisi miring, kepala di sebelah
utara, kaki menjulur ke selatan menghadap kiblat. Keempat utas
tali yang mengikat jenazah dilepas dan kain kafan yang menutup
muka disingkapkan sehingga muka jenazah dapat mencium tanah.
Setelah jenazah sudah diletakkan di liang lahat, jenazah ditutup
dengan papan ataupun peti mati yang sudah dibongkar, lalu
commit to user
(Drs. H. Syamsuri, 2004, Pendidikan Agama Islam untuk kelas
XI., Erlangga, Jakarta)
4) Islam juga mengajarkan adab berziarah makam yang baik sesuai,
beberapa aturan dalam berziarah antara lain,
a) Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal
pemakaman.
b) Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari
Allah SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah
meninggal.
c) Tidak duduk, menginjak-injak, tidur di atas petak makam
d) Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar,
kencing, meludah, melakukan hubungan suami isteri, buang
sampah sembarangan, dan lain-lain.
e) Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur
f) Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan
tenang di alam kubur sana dengan ikhlas
g) Tidak membaca Al Quran di areal pemakaman
b. Menurut ajaran Budha
1) Umat Budha yang telah meninggal dunia dirawat dengan dimandikan
dan dikenakan pakaian pantas yang dia sukai semasa hidupnya atau
dikanakan pakaian nasional adat setempat. Sebelum dilakukan
penyemayaman terakhir dilakukan acara mendoakan jenazah secara
bersama sama di rumah duka.
2) Dalam ajaran Budha penyemayaman jenazah umumnya dilakukan
dengan dua cara yaitu dikubur ataupun dikremasi. Namun ajaran ini
sangat fleksible sehingga tatacara penyemayaman jenazah umat budha
yang telah meninggal dunia dapat dilakukan sesuai dengan tatacara
penyemayaman sesuai dengan wilayah setempat. Termasuk
didalamnya tata cara dalam penguburan, lubang kubur, maupun adab
dalam berziarah. (Sañjîvaputta, Jan, (1999), Menguak Misteri
commit to user
c. Menurut Agama Hindu
1) Umat Hindu yang telah meninggal dunia dirawat dengan dimandikan
dan dikenakan pakaian yang rapi. Pemilihan pakaian dapat bersifat
fleksibel menyesuaikan adat dan kebudayan setempat.
2) Ajaran hindu sangat bersifat fleksibel termasuk tata cara
penyemayaman jenazah. Penyemayaman jenazah umumnya dilakukan
dengan cara ngaben (dibakar) namun hal tersebut hanya untuk
kalangan yang mampu. Selain itu penyemayaman jenazah dapat
dilakukan dengan dikubur, ditenggelamkan di laut, maupun
disemayamkan sesuai dengan adat kebudayaan sekitar seperti
diletakkan di bawah pohon, di atas batu, dan lain sebagainya.
3) Dalam ajaran hindu juga tidak disebutkan aturan mengenai tatacara
penguburan, lubang kuburan, maupun adab dalam berziarah semua itu
sesuai dengan adat dan kebudayaan setempat. Dalam berziarah
dianjurkan untuk menjaga sopan santun dan tenang pada saat
mendoakan orang yang telah meninggal.
(wawancara Bapak Sudjarwo, Pedande Desa Kemuning)
d. Menurut agama katholik
1) Umat katholik yang meninggal dunia dirawat dengan dimandikan dan
dikenakan pakaian yang rapi, kemudian dilakukan doa bersama
dengan menyanyikan syair syair pujian untuk sang jenazah.
2) Tatacara penyemayaman jenazah umat katholik juga fleksible dan
dapat mengikuti adat dan budaya setempat. Jenazah umat katholik di
Indonesia umumnya disemayamkan dengan dikubur di dalam tanah.
3) Untuk tatacara penguburannya dilakukan dengan mengubur jenazah
bersama peti mati tanpa dirusak maupun di buka. Dalam ajaran
katholik ini tidak disebutkan aturan mengenai lubang pemakaman.
4) Adab berziarah sesuai dengan ajaran katholik adalah menjaga sopan
santun saat berada di areal pemakaman.
e. Menurut agama kristen
1) Umat kristen yang meninggal dunia dirawat, dimandikan, dan
commit to user
2) Tatacara penyemayaman jenazah umat kristen juga fleksible dan
dapat mengikuti adat dan budaya setempat. Hampir sama seperti umat
katholik, jenazah umat kristen di Indonesia pada umumnya
disemayamkan dengan dikubur di dalam tanah.
3) Untuk tatacara penguburan jenazah umat kristen pun juga hampir
sama dengan umat katholik yaitu jenazah dikubur bersama peti mati
tanpa dirusak maupun di buka. Dalam ajaran kristen ini tidak
disebutkan aturan mengenai lubang pemakaman.
4) Adab berziarah sesuai dengan ajaran kristen adalah dengan menjaga
sopan santun di areal pemakaman.
(wawancara Ibu Sri Sugiyanti, Amd, Guru Agama Kristen SMPN 25
Surakarta)
Pemakaman berkaitan dengan prosesi pada masing masing agama yang ada
dalam masyarakat. Dari lima agama besar yang ada di Indonesia agama Islam
memiliki peraturan pemakaman yang tegas dan bersifat universal, tetapi keempat
agama yang lain yaitu Hindu, Budha, Kristen, dan Katholik memiliki peraturan
yang fleksibel. Sehingga aturan dalam Islam yang tegas dan bersifat universal
dapat lebih dominan digunakan dari aturan agama lain yang lebih flexibel. Suatu
area pemakaman terpadu hendaknya menyediakan berbagai pelayanan
pendukung sehingga dapat mengakomodir kebutuhan penyemayaman jenazah
untuk masyarakat.
C. Taman Publik
1. Pengertian Taman Kota
Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti melindungi
atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti
kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Secara lengkap dapat diartikan Taman
adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan,
kegembiraan, dan kenyamanan. (Anggriani, Niniek , (2011), Ruang Terbuka Hijau di
commit to user 2. Fungsi Taman Kota
Fungsi sangat besar karena berusaha menciptakan suatu space yang
manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi dari taman kota antara lain
a. Fungsi sosial
1)sebagai tempat melakukan aktivitas bersama
2)sebagai tempat komunikasi sosial
3)sebagai tempat peralihan dan menunggu
4)sebagai tempat bermain dan olah raga
5)sebagai sarana olah raga dan rekreasi
6)sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya
7)pembatas diantara massa bangunan
8)sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk
membentuk kesadaran lingkungan hidup
9)sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan
keindahan lingkungan
b. Fungsi Ekologis
1)penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro
2)penyerap air hujan
3)pengendalian banjir dan pengaturan tata air
4)memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah
5)pelembut arsitektur bangunan
3. Elemen Taman Publik
Elemen dari taman publik terdiri dari
a. Material Lansekap atau Vegetasi
1)Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan
percabangan yang kokoh.
2)Perdu : jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup
berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh.
3)Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau
commit to user
4)Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun
dan berbunga indah.
5)Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada
diatas tanah.
b. Material Pendukung atau Elemen Keras
1)Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan
bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Taman dengan kolam akan
mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi
sebagai penyejuk lingkungan.
2)Tebing buatan. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu
dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan
tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada
saat matahari bersinar sepanjang siang.
3)Batu-batuan sebagai elemen estetika untuk menguatkan kesan alami.
4)Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang
berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman.
5)Jalan setapak dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput
dan tanaman.
6)Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya.
7)Lampu taman sebagai penerang dan sebagai nilai estetika pada taman.
4. Macam Taman Kota
Tiga macam taman kota menurut aktivitasnya antara lain,
a. Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu
kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif
menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan,
kesegaran, dan kebugaran.
b. Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat
dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan
commit to user
c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa
dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk
mengadakan aktivitas.
5. Karakter Taman Publik
Beberapa karakteristis taman publik di Indonesia antara lain,
a. Relatif banyak dikunjungi masyarakat
b. Dominasi bunga
c. Terdapat pedestrian
d. Terkesan menarik dan menyenangkan
e. Sebagai tempat berinteraksi
f. Secara audio relatif ramai
g. Didukung elemen taman
h. Kegiatan cenderung bebas
bahwa taman publik memiliki dua elemen utama yaitu elemen landscape dan
elemen pendukung yang saling mengisi. Taman publik memiliki dua fungsi
utama yaitu fungsi sosial dan fungsi ekologis untuk menciptakan suatu space
yang manusiawi bagi penduduk kota. Suatu taman publik tentunya harus dapat
memberi makna bagi masyarakat sekitar, mengakomodir kegiatan user, dan juga
menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat sesuai peraturan yang berlaku.
D. Arsitektur Pragmatik Utopian
Tinjauan arsitektur pragmatik utopian ini bersumber dari buku Yess Is More :
An Archicomic On Architectural Evolution karya Bjarke Ingels pada tahun 2009 terbitan Taschen, Denmark.
1. Pengertian Pragmatik Utopian
Secara historis bidang arsitektur telah didominasi oleh dua ekstrem yang
berlawanan. Di satu sisi merupakan avant garde-penuh ide-ide gila. Berasal dari
filsafat, mistisisme, atau daya tarik potensial visualisasi komputer sehingga sering
terlepas dari kenyataan dan hanya menjadi karya seni yang mahal. Di sisi lain
terdapat banyak sekali perusahaan konsultan yang mendirikan bangunan kotak yang
commit to user
utopis yang naif atau pragmatis yang kaku. Bila dihadapkan pada kedua hal tersebut,
Bjarke Ingle cenderung memadukan potensi antara kedua hal yang saling berlawanan
tersebut. Suatu arsitektur pragmatik utopian yaitu perpaduan potensi sisi pragmatis
dan sisi utopis yang dapat berjalan harmonis untuk kepentingan masyarakat.
2. Suatu Teori Evolusi Arsitektur
Gambaran tradisional dari arsitek radikal adalah seorang pemuda yang
memberontak melawan suatu pembentukan. Avant-garde didefinisikan sebagai
apa yang dilawan daripada digunakan untuk apa. Hal ini mengarah ke suatu fase
pergantian dari kontradiksi dimana setiap generasi mengatakan bahwa dia adalah
lawan dari generasi sebelumnya.. Daripada menjadi radikal dengan mengacuhkan
suatu kontek, lebih baik mencoba mengubah pola pikir dengan cara yang
menyenangkan.
Seperti Darwin mendekripsikan suatu penciptaan sebagai proses dari seleksi
alam. Arsitek sebaiknya memperhatikan kekuatan dari masyarakat, berbagai
kepentingan dari semua orang, memutuskan yang mana ide arsitek bisa hidup dan
yang mana yang harus mati. Suatu ide ber-evolusi lewat suatu mutasi dan
perkawinan silang menjadi suatu spesies baru dari arsitektur yang seutuhnya .
Kehidupan manusia ber-evolusi lewat adaptasi dari perubahan lingkungan
alami. Dengan inovasi dari arsitektur dan perkembangan teknologi Bjarke Ingel
telah menangkap kekuatan untuk mengadaptasi lingkungan sekitar sebagai suatu
jalan kehidupan yang tepat. Sebagaimana kehidupan itu berevolusi, kota dan
arsitektur juga perlu berevolusi secara beriringan. Sehingga di saat sesuatu tidak
cocok untuk berada di masanya, sebagai seorang arsitek harus memiliki
kemampuan dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa arsitektur tidak
memaksa masyarakat untuk beradaptasi pada sisa masa lalu yang telah usang
namun memberi suatu inovasi baru yang menarik dan menyenangkan.
Arsitektur sering dibebankan dengan konsep monogami (tunggal) dari suatu
komitmen ke dalam suatu kepentingan tunggal atau ide. Suatu arsitektur dimana
seorang arsitek tidak harus memilih antara privat atau publik, padat atau terbuka,
urban atau sub-urban, atheis atau muslim, dan lain sebagainya. Suatu arsitektur
yang memperbolehkan arsitek untuk mengatakan "YA" untuk semua aspek
commit to user
arsitektural yang digami (ganda), dimana arsitek tidak harus memilih satu
diantara yg lain tapi bisa mendapatkan keduanya secara harmonis.
Seperti yang dikatakan Darwin, bukan spesies paling kuat ataupun paling
pintar, melainkan yang paling bisa beradaptasi dengan perubahanlah yang mampu
bertahan. Arsitektur Pragmatik Utopian merupakan penggabungan antara
pemikiran pragmatik dan pemikiran utopian yang dapat berjalan harmonis untuk
kepentingan masyarakat. Suatu evolusi dari dunia arsitektur dari hasil adaptasi
terhadap perkembangan masyarakat. Memposisikan arsitek dalam suatu konsep
bigami (ganda) yang dapat menyatukan berbagai aspek kehidupan tanpa
memperdulikan seberapa bertentangan kedua hal tersebut asalkan dapat memberi
manfaat yang lebih untuk kehidupan masyarakat.
Arsitektur pragmatik utopian berada pada overlap antara potensi pemikiran
utopis dan pragmatis. Sehingga menghasilkan inovasi ide baru dengan
mengeksplor imaginasi maksimal (utopis) namun tetap bersifat fungsional, dapat
diterima logika, dan memungkinkan manusia untuk menggapainya (pragmatis) Gambar 2.1Charles Robert Darwin
Sumber : Yes Is More
Bagan 2.1 Posisi Pendekatan Pragmatik Utopian
Pragmatis Utopian
commit to user
dengan pemanfaatan perkembangan teknologi sebagai bentuk adaptasi
perkembangan kehidupan manusia.
3. Desain Berkelanjutan
Sekarang ini konsep berkelanjutan bukanlah suatu hal yang dapat diangkat
sebagai tema khusus dalam suatu desain karena setiap bangunan haruslah
menerapkan prinsip prinsip berkelanjutan baik secara langsung dan tidak langsung
agar bangunan tersebut dapat memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dalam
suatu desain berkelanjutan tersebut terdapat sepuluh aspek, antara lain
a. Reduce, Reuse, Recycle (mengurangi penggunaan, penggunaan kembali,
daur ulang)
b. Stay close to home (tetap dekat dengan rumah)
c. Minimize use of combustion engines (memperkecil penggunaan mesin
pembakaran)
d. Reduce fuel consumption (mengurangi penggunaan bahan bakar)
e. Support govermenment regulation with political choice (mendukung aturan
pemerintah dengan pemilihan politik)
f. Support throughful innovation ( mendukung inovasi yang bijaksana)
g. Prioritize (prioritas)
h. Vote (memilih)
i. Feel guity (merasa bersalah)
j. Enjoy what you have (menikmati apa yang kau punya)
Dengan menyesuaikan desain berkelanjutan pada pola hidup sesuai
pendekatan arsitektur pragmatik utopian yang senantiasa beradaptasi pada
perkembangan manusia, maka didapatkan evolusi sepuluh poin tersebut menjadi
a. Use, Reuse, Recycle ( menggunakan, menggunakan kembali, daur ulang)
b. Hit the road ( memulai perjalanan )
c. Maximize use of hydrogen engines ( memperbanyak penggunaan mesin
berbahan hidrogen)
d. Produce energi when driving ( menghasilkan energi saat berkendara)
e. Support your household with energy (mendukung rumah tangga dengan
commit to user
f. Support thoughtful innovation !!! (lebih menegaskan dukungan pada inovasi
yang bijaksana)
g. The more you use-more you get (semakin banyak yang dipakai-semakin
banyak yang didapat)
h. Waste (sampah)
i. Dont feel guilty (jangan merasa bersalah)
j. Enjoy more ( menikmati lebih)
Kedua hal tersebut bukanlah merupakan dua hal yang saling berlawanan,
namun lebih ke dua sisi yang berjalan dari latar belakang yang sama. Dengan
evolusi tersebut masyarakat tidak merasa terbatasi maupun terpaksa. Sehingga
masyarakat dapat melakukan semua kegiatan dengan bebas dan tetap menjunjung
prinsip berkelanjutan.
4. Massa dan Tampilan Bangunan
Pada awal 1900an, arsitek sudah mampu mendesain dan membangun menara
yang imajinatif sebagai penghormatan untuk gereja maupun sang raja. Bangunan
tersebut memiliki ornamen yang indah dengan bentuk organik yang dinamis.
Masyarakat dapat merasakan keindahan dan terpukau dengan bangunan
bangunan tersebut. Namun dengan datangnya fungsionalisme dengan berbagai
perhatian mengenai pencahayaan alami, view, fungsi, dan teknik produksi,
imajinasi kita semakin berkurang sehingga bangunan hanya akan berbentuk
orthogonal yaitu kotak yang membosankan dengan pengulangan plat persegi
panjang yang identik. Bentuk tersebut menimbulkan suatu kebosanan dan
pemikiran yang statis. Dengan melakukan evolusi dan beradaptasi kita dapat
memadukan kedua unsur tersebut dengan memanfaatkan nilai baik dari Gambar 2.2 Evolusi Bentukan Massa Arsitektur
commit to user
fungsionalisme ke dalam suatu proses kreatif dan menghasilkan bentukan baru
yang indah sekaligus fungsional.
Proses pembentukan massa pada pendekatan arsitektur pragmatik utopian
merupakan suatu pembentukan berdasarkan proses berfilosofi yang mengambil
suatu bentuk tertentu kemudian mentransformasikannya dengan memaksimalkan
imajinasi untuk menghasilkan bentukan massa yang terkesan dinamis, unik, dan
terlepas dari bentukan bangunan yang membosankan. Bentukan tersebut lebih
menitik beratkan pada proses berfilosofi dan eksplorasi imajinasi daripada suatu
bentukan yang komunikatif untuk menunjukkan fungsi yang diwadahi.
Bentukan massa pada Arsitektur Pragmatik Utopian memiliki bentuk yang
unik, namun hal tersebut tidak semata mata mengejar nilai estetika ataupun
imajinasi. Setiap ruang yang tercipta dari bentukan massa tersebut memiliki nilai Gambar 2.3 Contoh proses pembentukan massa
Sumber : Yes Is More
commit to user
fungsional yang lebih. Seperti yang terlihat pada Stavanger Concert Hall (gambar
2.4) terlihat bagian bawah maupun bagian ats tangga dimanfaatkan sebagai ruang
publik. Pada bagian atap bangunan pun juga dibuat datar dan mudah diakses oleh
masyarakat agar dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik
Massa bangunan pada arsitektur pragmatik utopian memiliki bentukan massa
yang terkesan monumental dan dinamis. Massa bangunan ini diselesaikan dengan
fasad bangunan yang didominasi dengan material beton bertulang, kaca, baja,
kayu, dan vegetasi yang di ekspos sehingga menjadi suatu elemen fungsional
sekaligus elemen estetika. Pemilihan material tersebut juga berdasarkan kekuatan
struktur dan penyesuaian terhadap bentuk massa yang dinamis.
Bentukan Massa yang dinamis dan terlepas dari bentuk bentuk pragmatik
yang kaku tentunya memerlukan penyelesaian struktur yang sesuai. Penyelesaian
struktur pada arsitektur pragmatik utopian ini sangat memperhatikan beberapa
aspek agar bangunan dapat berdiri dengan kuat dan dapat direalisasikan, seperti
a. bentuk bangunan yang dinamis
b. pemanfaatan teknologi
c. logika struktur
d. pemilihan material yang tepat
5. Sirkulasi
Sirkulasi memegang peranan penting dalam suatu wadah kegiatan.
Menghubungkan ruang yang satu dengan ruang yang lain agar kegiatan dapat
berjalan dengan maksimal.
commit to user
Bangunan dalam arsitektur pragmatik utopian bukanlah suatu bangunan egois
yang membatasi diri dengan ruang luar dan tidak membatasi hubungan antar
fasilitas di luar site. Berlaku sebaliknya, bahwa bangunan pada arsitektur
pragmatik utopian menjadikan site menjadi suatu sarana penghubung antar
fasilitas di luar site yang bermanfaat untuk kepentingan publik.
6. Elemen Arsitektur
Pendekatan arsitektur pragmatik utopian menekankan pada suatu inovasi
yang bermanfaat untuk masyarakat. Bahwa suatu hal yang ada sekarang ini adalah
hasil evolusi dari proses adaptasi dari suatu perkembangan masyarakat yang tidak
menutup kemungkinan bahwa hal yang ada sekarang ini masih dapat berevolusi
lagi apabila kebutuhan masyarakat mulai berkembang. Begitu pula pada elemen
arsitektur yang dapat berevolusi menyesuaikan perkembangan masyarakat sehinga
tak hanya memenuhi tuntutan fungsional namun memiliki nilai tambah sebagai
suatu elemen yang menyenangkan.
Gambar 2.6 Sirkulasi Pillar of Bawadi Sumber : big.dk
commit to user
Sebagai contoh adalah halte bus, selama ini kegiatan menunggu bus di halte
bus merupakan suatu hal yang membosankan. Bagaimana bila kegiatan menunggu
bus dibuat lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan pendekatan
pragmatik utopian suatu tempat duduk pada halte bus dapat berevolusi menjadi
ayunan sehingga user tidak akan bosan saat menunggu bus. Halte bus tak hanya
memiliki nilai fungsional sebagai tempat menunggu bus, namun memiliki nilai
tambah sebagai suatu elemen yang menyenangkan.
7. Pengaruh Positif Pada Lingkungan Sekitar
Tak semata mata hanya membangun pada site yang telah disediakan oleh
client saja, Bjarke Ingle juga merencanakan suatu bangunan pioner di Kalifha,
Abu Dhabi. Ingle melihat area ini merupakan salah satu area mati yang
berpontensi untuk dikembangkan apabila dirangsang dengan suatu fasilitas yang
diekspos secara maksimal sehingga dapat menarik perhatian dunia. Maka
dirancang fasilitas Taman Bermain Kalifha Park dengan mega roller coaster
sebagai point of interest yang membuka kemungkinan pengembangan area di
sekitarnya dan menghidupkan area tersebut.
Simpulan dari pembahasan diatas adalah arsitektur pragmatik utopian
merupakan evolusi arsitektur yang beradaptasi dengan perkembangan kehidupan
masyarakat. Arsitektur yang menggabungkan pemikiran pragmatis dan pemikiran
utopis ini memiliki beberap prinsip desain, antara lain
a. Imaginatif-logis
b. Inovasi
c. Pemanfaatan teknologi modern
d. Dinamis-Monumental
e. Filosofis
f. Dominasi unsur publik
commit to user g.Manfaat ganda
h.Energi mandiri
E. Preseden
1. San Diego Hill (Karawang , Jakarta Barat)
a. Pelaku :
1) Keluarga duka dan jenazah
2) Peziarah
3) Wisatawan
4) Pengelola
b. Aktivitas :
1) Pemakaman Jenazah
2) Berziarah
3) Berjalan jalan
4) Rekreasi
5) Olah raga
6) Pertemuan
7) Pengelolaan fasilitas
c. Perwadahan
San Diego Hill selain menyediakan area untuk pemakaman juga
menyediakan fasilitas fasilitas rekreasi seperti lapangan olah raga, jalan
setapak dengan pengolahan lansekap yang indah, gedung pertemuan ,
restoran, waduk dengan permainan air, dan lain sebagainya.
d. Permasaan
Massa bangunan di San Diego Hill ini dirancang dengan komposisi
menyebar untuk memaksimalkan pengolahan lansekap dan agar massa
bangunan tidak menutup pandang pada pengunjung.
San Diego Hill merupakan makam
pertama di Indonesia yang menambahkan
unsur rekreasi ke dalam fungsi. Makam ini
bersifat komersil dan terbuka untuk umum
commit to user
e. Interaksi
San Diego Hill dibangun dengan mempertahankan kontur alami dari
site. Keserasian dengan alam sekitar yang hijau sangat ditonjolkan untuk
memperkuat aspek rekreasi yang mengubah citra negatif dari suatu
pemakaman.
Dari preseden San Diego Hill ini dapat disimpulkan bahwa
pemakaman tak selalu menjadi tempat yang angker dan tidak tertata, tetapi
bisa dikombinasikan dengan unsur rekreasi menjadi suatu inovasi fasilitas
pemakaman yang menarik perhatian.
2. Moksha Tower (Mumbai, India)
a. Pelaku
1) Keluarga duka dan Jenazah (Hindu, Islam, Kristen, dan Parsi)
2) Peziarah
3) Pengelola
b. Aktivitas
1) Pemakaman
2) Kremasi
3) Berziarah
4) Meditasi
5) Pengelolaan fasilitas
c. Perwadahan
Moksha Tower menyediakan pemakaman bagi umat Hindu,
Islam, Kristen, dan Parsi selain itu juga menyediakan fasilitas kremasi
bagi jenazah yang ingin disemayamkan dengan cara dibakar sesuai
salah satu adat kebudayaan yang ada di India. Pada bagian atas tower
disediakan suatu space yang luas untuk bermeditasi bagi umat parsi. Gambar 2.10 Moksha Tower
Moksha Tower merupakan desain
pemakaman vertikal di Mumbai yang
mengakomodir pemakaman untuk empat
agama terbesar di India yaitu umat Hindu,
Islam, Kristen, dan Parsi sebagai solusi dari
commit to user
d. Permasaan
Moksha Tower terdiri dari satu massa tunggal dengan 50 lantai.
e. Interaksi
Moksha Tower sangat kontekstual dengan lingkungan sekitar. Pada
bangunan terdapat pemaksimalan lahan hijau yang berguna untuk
menfilter polusi udara yang ada di sekitarnya.
Dari preseden Moksha Tower ini dapat disimpulakan bahwa
dengan sistem vertikal jumlah luasan lahan pemakaman dapat
commit to user BAB III
TINJAUAN LOKASI
Bab ini menjabarkan tinjauan lokasi yang mencakup data data mengenai
situasi dan kondisi Kota Jakarta berkaitan dengan Taman Makam Vertikal.
A. JAKARTA
1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota
negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau
Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527),
Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan
Djakarta (1942-1972).
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan
penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan
commit to user 2. Ekonomi
Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Jakarta juga merupakan pusat
bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia,
kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak berlokasi di Kota Jakarta. Saat
ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Kota Jakarta.
Kota Jakarta merupakan salah satu kota di Benua Asia dengan masyarakat
kelas menengah cukup besar. Pada tahun 2009, 13% masyarakat kota Jakarta
berpenghasilan di atas US$ 10.000. Jumlah ini, menempatkan Kota Jakarta
sejajar dengan Singapura, Shanghai, dan Mumbai.
3. Kependudukan
Jumlah penduduk Jakarta sekitar 9.588.198 jiwa (2010), namun pada siang
hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota
satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/Kabupaten yang
paling banyak penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk,
sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk,
yaitu 19.545 jiwa.
Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Jakarta Tahun 2006-2010
commit to user
b. Data Kelahiran dan Kematian
Berikut ini adalah tabel jumlah kelahiran dan kematian Kota Jakarta pada
tahun 2011 yang digunakan untuk mengetahui jumlah kelahiran dan kematian
per tahun.
Perbandingan jumlah kelahiran dan kematian Kota Jakarta per wilayah
kota administrasi pada tahun 2011 tersebut ditunjukkan pada diagram berikut
Gambar 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011 Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi
commit to user
c. Agama
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data
pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini
adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu
(1,2 %), dan Buddha (3,5 %) Jumlah umat Buddha terlihat lebih besar
karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh
berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, yangmana umat Islam berjumlah
84,4%; diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha
(5,7%), serta Tidak beragama (0,3%) penganut agama Kong Hu Cu secara
relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak
mencatat agama yang dianut selain kelima agama yang diakui pemerintah.
4. Iklim
Jakarta memiliki karakteristik udara yang panas dan kering. Jakarta
mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan
rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan
antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta
dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus
dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober
adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C.
Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun Tabel 3.3Data Iklim Wilayah Jakarta
commit to user 5. RTRW Mengenai Ruang Terbuka Hijau
Area yang berwarna hijau menunjukkan arahan rencana pemanfaatan tata
ruang Wilayah DKI Jakarta termasuk di dalamnya area perencanaan ruang terbuka
hijau yang dapat dijadikan pedoman dalam penentuan site untuk fasilitas Taman
Makam Vertikal di Jakarta.
Gambar 3.3 Peta Struktur Arahan Rencana Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta