• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA

" SEBAGAI TAMAN PUBLIK DAN PEMAKAMAN TERPADU

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PRAGMATIK UTOPIAN"

Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai

Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

DAN DARE ARRADHIKA I0208007

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TAMAN MAKAM VERTIKAL DI JAKARTA

Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu dengan Pendekatan Arsitektur Pragmatik Utopian

PENYUSUN : DAN DARE ARRADHIKA

NIM : I 0208007

JURUSAN : ARSITEKTUR

TAHUN : 2012

Telah diperiksa dan disetujui Tanggal : Juli 2012

Pembimbing I Tugas Akhir

Ir. Agus Heru Purnomo, MT. NIP. 19560801 198601 1 002

Pembimbing II Tugas Akhir

Tri Joko Daryanto, ST, MT. NIP. 19690509 199702 1 001

Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS

Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001

Ketua Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik UNS

(3)

commit to user KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil'aalamiin, Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan

Taman Makam Vertikal di Jakarta Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu

dengan Pendekatan Arsitektur Pragmatik Utopian ini berhasil penulis selesaikan

dengan mudah dan lancar. Penulis berharap penulisan ini dapat membuka peluang

baru pada generasi mendatang dalam memilih judul proyek tugas akhir yang lebih

berani dan menantang. Semoga penulisan ini senantiasa memberi manfaat bagi

semua pihak yang membacanya. Terima kasih.

Surakarta, Juli 2012

(4)

commit to user Allah SWT

"Engkaulah yang melampaui dan mengatasi segalanya"

Rasulullah Muhammad SAW

"Engkau yang diutus sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta"

Ibu So'imi Rochmaningsih, Bp. Satriya Widyogomo, Arrayasi Atria Danesti, Astral Artemisia, Aretha Orva Ultima, Madinatul Munawaroh

Keluarga Besar Bp. Soegiman T.S. + Bp. Rahardjo Wiryonitisastro

"Terimakasih atas segala bantuan moral maupun material yang senantiasa

menyelimuti langkah kaki ini dalam menapaki jalan kehidupan"

Ir. Sri Purwaningsih, Kahar Sunoko, ST , MT Ir. Agus Heru P., MT , Tri Joko D. ST, MT seluruh dosen dan karyawan jurusan arsitektur UNS

"Terimakasih atas segala bimbingan dan jasa-jasa yang tak kan ternilai selama

kurang lebih empat tahun jiwa raga ini menimba ilmu di Jurusan Arsitektur UNS "

Tim Hore Arch 08

"Kasih sayang, perselisihan, persahabatan, benci, cinta, kekhilafan, kehangatan,

apapun yang telah kita jalani, sedang kita rasakan, dan kelak akan terjadi,

semoga kita tetap menjadi KELUARGA yang senantiasa HORE"

Kaka Tingkat + Adik Tingkat Semuanya

" Terima kasih telah menjadi salah satu generator yang senantiasa memotivasi tubuh

ini untuk senantiasa berkarya dan mencetak prestasi, dan sesuatu yang spesial patut

untuk diberikan pada adik tingkat (angkatan berapapun) yang lulus dengan IPK lebih

dari 3,93 dan berani menghubungi invincible.danz@gmail.com, semangat !!! "

Dan segala yang diciptakanNya di dunia ini

"Terimakasih, karena setiap unsur dari sistem kehidupan di dunia ini akan senantiasa

(5)

commit to user

Hanyalah sekumpulan kata terangkai sebagai kalimat,

Apapun itu, semoga bermanfaat,

Kadang kita merasa,,

Hidup itu tak selalu manis seperti apa yang kita harapkan,,

Namun ketahuilah,,,

Bahwa hidup itu juga tak kan selalu pahit seperti yang kita khawatirkan,,,

Dengan Yakin, Do'a, dan Usaha,,,,

InsyaAllah kesuksesan akan senantiasa tercapai dengan ridhoNya,,,,

Enjoy The Process as Playing The Game,,,

(6)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Judul ... 1

B. Latar Belakang ... 1

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Persoalan ... 3

E. Tujuan ... 4

F. Sasaran ... 4

G. Metode Pembahasan ... 5

1. Pengumpulan Data ... 5

2. Analisis Data ... 5

3. Merumuskan Konsep ... 6

H. Batasan dan Ruang Lingkup ... 6

1. Batasan ... 6

2. Ruang Lingkup ... 7

I. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN A. Kematian ... 9

1. Pengertian Kematian ... 9

(7)

commit to user

3. Fenomena Pembusukan ... 10

B. Pemakaman ... 11

1. Pengertian Pemakaman ... 11

2. Fungsi Pemakaman ... 11

3. Elemen Pemakaman ... 12

4. Macam Pemakaman ... 12

5. Karakter Pemakaman ... 12

6. Pelayanan Pendukung Pemakaman ... 13

7. Prosesi menurut lima agama besar di Indonesia ... 13

C. Taman Publik ... 17

1. Pengertian Taman Kota ... 17

2. Fungsi Taman Kota ... 18

3. Elemen Taman Publik ... 18

4. Macam Taman Kota ... 19

5. Karakter Taman Publik ... 20

D. Arsitektur Pragmatik Utopian ... 20

1. Pengertian Pragmatik Utopian ... 20

2. Suatu Teori Evolusi Arsitektur ... 21

3. Desain Berkelanjutan ... 23

4. Massa dan Tampilan Bangunan ... 24

5. Sirkulasi... 26

6. Elemen Arsitektur ... 27

7. Pengaruh Positif Pada Lingkungan Sekitar ... 28

E. Preseden ... 29

1. San Diego Hill (Karawang , Jakarta Barat) ... 29

2. Moksha Tower (Mumbai, India) ... 30

BAB III TINJAUAN LOKASI A. JAKARTA ... 32

1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta ... 32

2. Ekonomi ... 33

(8)

commit to user

4. Iklim ... 35

5. RTRW Mengenai Ruang Terbuka Hijau ... 36

BAB IV ANALISIS A. Analisis Kegiatan dan Peruangan ... 37

1. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 37

2. Pola Peruangan ... 41

3. Besaran Ruang ... 46

B. Analisis Pemilihan Site ... 50

C. Analisis Pengolahan Site ... 53

1. Pencapaian ... 53

2. Zonning ... 54

3. Respon Bangunan Terhadap Matahari ... 55

4. Respon Bangunan Terhadap Angin ... 58

5. Respon Bangunan Terhadap View ... 60

D. Analisis Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap ... 61

1. Tampilan bangunan ... 61

2. Tata Massa Bangunan ... 65

3. Tata Lansekap ... 66

E. Analisis Struktur Bangunan ... 70

1. Pemilihan Material ... 70

2. Struktur Makam Vertikal ... 71

3. Struktur Bangunan Pengelola ... 74

F. Analisis Utilitas ... 75

1. Penyediaan Energi ... 75

2. Penyediaan Air Bersih ... 75

3. Penyiram Tanaman ... 76

4. Drainase ... 76

5. Pembuangan Asap Pembakaran ... 77

6. Parkir ... 78

(9)

commit to user BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Konsep Kegiatan dan Peruangan ... 80

1. Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ... 80

2. Pola Peruangan ... 83

3. Besaran ruang ... 83

B. Site Terpilih ... 85

C. Konsep Pengolahan Site ... 85

1. Pencapaian ... 85

2. Zonning ... 86

3. Respon Bangunan Terhadap Matahari ... 86

4. Respon Bangunan Terhadap Angin ... 86

5. Respon Bangunan Terhadap View ... 87

D. Konsep Tampilan, Tata Massa, dan Lansekap ... 87

1. Tampilan Bangunan ... 87

2. Tata Massa ... 88

3. Lansekap ... 89

E. Konsep Struktur Bangunan ... 90

1. Material Terpilih ... 90

2. Struktur Makam Vertikal ... 90

3. Struktur Bangunan Pengelola ... 90

F. Konsep Utilitas ... 91

1. Penyediaan Energi ... 91

2. Penyediaan Air Bersih ... 91

3. Penyiram Tanaman ... 91

4. Drainase ... 92

5. Pembuangan Asap Pembakaran ... 92

6. Parkir ... 92

7. Keamanan Kebakaran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

(10)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Charles Darwin...22

Gambar 2.2 Evolusi Bentukan Massa Arsitektur... 24

Gambar 2.3 Contoh proses pembentukan massa... 25

Gambar 2.4 Stavanger Concert Hall...25

Gambar 2.5 Dominasi Material Arsitektur Pragmatik Utopian...26

Gambar 2.6 Sirkulasi Pillar of Bawadi...27

Gambar 2.7 Elemen Arsitektur Pragmatik Utopian...27

Gambar 2.8 Pengembangan Kalifha Park...28

Gambar 2.9 San Diego Hill...29

Gambar 2.10 Moksha Tower...30

Gambar 3.1 Peta Jakarta...32

Gambar 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011...34

Gambar 3.3 Peta Struktur Arahan Rencana Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta...36

Gambar 4.1 Pemilihan Site Membuka Kemungkinan Pengembangan Daerah Sekitar...50

Gambar 4.2 Analisis Pemilihan Site...51

Gambar 4.3 Alternatif Site B...52

Gambar 4.4 Analisis Pencapaian...53

Gambar 4.5 Analisis Zona Kegiatan...54

Gambar 4.6 Analisis Matahari...55

Gambar 4.7 Analisis Inovasi Solar Cell...56

Gambar 4.8 Analisis Penyinaran Matahari pada Vegetasi...56

Gambar 4.9 Electrochromic Smart Window...57

Gambar 4.10 Analisis Angin...58

Gambar 4.11 Analisis Turbin Angin...59

Gambar 4.12 Analisis Aliran Angin pada Permukaan ...60

Gambar 4.13 Analisis View...60

Gambar 4.14 Analisis Pemaksimalan View...61

Gambar 4.15 Tampilan Eksterior...61

Gambar 4.16 Tampilan Interior...64

Gambar 4.17 Analisis Tata Massa...65

Gambar 4.18 Gelombang...65

Gambar 4.19 Petak Makam...68

Gambar 4.20 Vegetasi...69

Gambar 4.21 Ilustrasi Evolusi Elemen Taman...70

Gambar 4.22 Analisis Struktur badan bangunan...72

(11)

commit to user

Gambar 4.24 Kolom Lengkung...73

Gambar 4.25 Struktur Jembatan Layang...73

Gambar 4.26 Struktur Bangunan Pengelola...74

Gambar 4.27 Pembangkit Listrik...75

Gambar 4.28 Sprinkle Penyiram Tanaman...76

Gambar 4.29 Sistem Drainase...76

Gambar 4.30 Pembuangan Asap Hasil Kremasi...77

Gambar 4.31 Sistem Parkir Autostadt...78

Gambar 4.32 Sistem Parkir Sepeda Vertikal di Jepang...79

(12)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Jakarta Tahun 2006-2010...33

Tabel 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011...34

Tabel 3.3Data Iklim Wilayah Jakarta...35

Tabel 4.1 Perhitungan Besaran Ruang...47

Tabel 4.2 Kepadatan Penduduk Jakarta tahun 2006-2010...51

Tabel 5.1 Konsep Kegiatan dan Kebutuhan Ruang...80

(13)

commit to user DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Proses Analisis...6

Bagan 2.1 Posisi Pendekatan Pragmatik Utopian... 22

Bagan 4.1 Analisis Kelompok Besar Kegiatan...37

Bagan 4.2 Struktur Kepengurusan Dinas Taman dan Pemakaman DKI Jakarta...39

Bagan 4.3 Analisis Pola Perletakan Area taman Makam...42

Bagan 4.4 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Komersial...42

Bagan 4.5 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Maintain Fasilitas...43

Bagan 4.6 Analisis Pola Perletakan Ruang Keperluan Kremasi...43

Bagan 4.7 Analisis Pola Perletakan Ruang Pelayanan Publik...44

Bagan 4.8 Analisis Pola Perletakan Ruang Bersifat Dinas...45

Bagan 4.9 Analisis Pola Perletakan Area Peruangan dengan Kesamaan Sifat...46

Bagan 4.10 Analisis Karakter Tampilan Fasilitas...62

Bagan 4.11 Analisis Tampilan Pengingat Kematian...63

Bagan 4.12 Sistem Parkir...78

Bagan 5.1 Konsep Pola Peruangan...83

Bagan 5.2 Konsep Zona Kegiatan...86

Bagan 5.3 Tahap Pembentukan Massa...88

Bagan 5.4 Penyediaan Energi Listrik...91

(14)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Judul

“ Taman Makam Vertikal di Jakarta“

(Sebagai Taman Publik dan Pemakaman Terpadu dengan Pendekatan Arsitektur

Pragmatik Utopian)

Merupakan suatu fasilitas pemakaman terpadu yang menyatukan kegiatan

pendukung ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka

hijau publik dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian dalam desain fasilitas

secara vertikal (bertingkat) untuk merespon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta.

B. Latar Belakang

Kematian merupakan fenomena yang pasti dialami oleh makhluk hidup.

Kematian merupakan akhir dari kehidupan manusia di dunia sekaligus suatu transisi

menuju kehidupan kekal di alam akhirat. Orang yang telah meninggal tentunya

harus disemayamkan dengan layak sebagai wujud penghormatan terakhir dan juga

sebagai memorial kepada kerabat yang ditinggalkannya.

Selama ini pemakaman sebagai wadah dari penyemayaman jenazah kurang

begitu diperhatikan dalam dunia arsitektur. Hal ini mengakibatkan pemakaman

kurang begitu terekspos dalam masyarakat. Padahal secara tersirat pemakaman

merupakan sarana pengingat kematian bagi orang yang masih hidup. Dengan

senantiasa mengingat kematian manusia akan cenderung berhati-hati dalam

menjalani hidup. Sehingga fasilitas pemakaman perlu dikembangkan lewat

arsitektur agar lebih terekspos pada masyarakat sebagai suatu pengingat kematian.

Penyediaan layanan pendukung pemakaman jenazah perlu untuk dipadukan

dalam satu area pelayanan. Hal tersebut dipengaruhi perkembangan zaman

menuntut manusia untuk memenuhi kebutuhan secara cepat. Sehingga dengan

adanya one stop service dalam penyediaan keperluan pendukung seperti

administrasi pemakaman, mobil jenazah, pemulasaraan jenazah, peti jenazah, dan

(15)

commit to user

Keterbatasan lahan pada aspek penyediaan ruang terbuka hijau merupakan

salah satu masalah serius yang dialami Kota Jakarta. Penyediaan ruang terbuka hijau

di Jakarta saat ini baru mencapai sembilan persen dari tiga puluh persen yang

disyaratkan pemerintah. Jumlah itu juga dapat berkurang dengan maraknya

penggusuran taman dan pemakaman untuk pembangunan bangunan komersil.

Padahal ruang terbuka hijau memiliki esensi yang tinggi bagi suatu kota. Di satu

sisi ruang terbuka hijau dapat digunakan oleh masyarakat kota sebagai taman publik

untuk berinteraksi, berolah raga, dan juga melakukan refreshing. Manusia sebagai

makhluk sosial memerlukan suatu wadah untuk saling berinteraksi dengan orang

lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Di sisi lain ruang terbuka

hijau memiliki beberapa essensi sebagai paru paru kota, resapan air hujan, dan

habitat beberapa flora fauna yang ada sehingga dapat menjaga kesimbangan

ekosistem kota. Sehingga pemerintah perlu melakukan suatu usaha dalam merespon

fenomena keterbatasan lahan yang terjadi di Kota Jakarta ini.

Sistem bangunan vertikal merupakan alternatif solusi yang sangat efektif

dalam merespon keterbatasan lahan semenjak semakin berkembangnya teknologi

bangunan. Dengan sistem ini luas lahan dapat dilipatgandakan sesuai keinginan dan

kemampuan. Sehingga dengan memanfaatkan potensi kemajuan teknologi sekarang

ini sistem vertikal ini dapat diadopsi sebagai alternatif solusi dari fenomena

keterbatasan lahan pemakaman dan ruang terbuka hijau publik di Kota Jakarta.

Menggabungkan area pemakaman terpadu dan taman publik merupakan suatu

usaha yang efektif dalam merespon keterbatasan lahan namun kedua hal tersebut

memiliki sifat yang bertolak belakang. Taman publik identik dengan suasana yang

ramai dan bebas sedangkan area pemakaman identik dengan suasana yang sepi dan

dibatasi. Kedua hal yang berbeda tersebut dijembatani dengan pendekatan arsitektur

pragmatik utopian. Suatu evolusi dari dunia arsitektur dimana seorang arsitek tidak

harus memilih satu dari dua pilihan yang saling bertolak belakang, namun bisa

memilih semuanya lewat strategi penggabunggan pontensi dari keduanya agar dapat

berjalan bersama secara harmonis.

Mendesain lansekap pemakaman dan taman publik secara vertikal

(bertingkat) merupakan suatu hal yang terkesan utopis. Hal tersebut terjadi karena

(16)

commit to user

berada di permukaan tanah. Di sisi lain, hal tersebut juga terkesan pragmatik karena

sistem vertikal (bertingkat) merupakan salah satu usaha yang paling efektif dan

fungsional dalam merespon fenomena keterbatasan lahan yang ada. Sehingga

pendekatan arsitektur pragmatik utopian diangkat sebagai jembatan untuk

merealisasikannya. Arsitektur pragmatik utopian merupakan evolusi dari arsitektur

yang beradaptasi pada perkembangan kehidupan manusia. Arsitektur ini

menghasilkan ide ide yang luar biasa (utopian) namun tetap fungsional dan dapat

direalisasikan (pragmatik) dengan memanfaatkan potensi inovasi teknologi.

C. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana merancang fasilitas

pemakaman vertikal yang memadukan kegiatan pendukung ke dalam satu area

pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka hijau publik di Jakarta dengan

pendekatan arsitektur pragmatik utopian.

D. Persoalan

Beberapa permasalahan yang diangkat antara lain

1. Bagaimana memadukan kegiatan pendukung pemakaman yang saling terpisah?

2. Bagaimana memadukan fungsi pemakaman dengan fungsi taman publik dengan

pendekatan arsitektur pragmatik utopian agar dapat berjalan selaras?

3. Bagaimana merancang taman publik dan pemakaman terpadu yang mampu

mendukung usaha perluasan ruang terbuka hijau kota?

4. Bagaimana strategi pemilihan site yang tepat agar fasilitas Taman Makam

Vertikal memiliki manfaat lebih bagi lingkungan sekitar?

5. Bagaimana merancang taman publik dan pemakaman terpadu dengan sistem

vertikal yang mampu merespon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta?

6. Bagaimana merancang fasilitas taman publik dan pemakaman terpadu yang

dapat menjadi sarana pengingat kematian sesuai pendekatan arsitektur

pragmatik utopian?

7. Bagaimana mengaplikasikan suatu landsekap ke dalam fasilitas Taman Makam

(17)

commit to user

8. Bagaimana strategi pengkondisian unsur alami dari pemakaman dan taman ke

dalam suatu fasilitas Taman Makam Vertikal?

9. Bagaimana mengaplikasikan inovasi teknologi ke dalam fasilitas Taman

Makam Vertikal sesuai pendekatan arsitektur pragmatik utopian?

E. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah mendapatkan suatu konsep perencanaan dan

perancangan fasilitas pemakaman vertikal yang memadukan kegiatan pendukung

ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi ganda sebagai ruang terbuka hijau

publik di Jakarta dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.

F. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam penulisan ini antara lain

1. Tercapainya konsep pemakaman terpadu yang menyatukan fungsi kegiatan

pendukung ke dalam suatu area pelayanan.

2. Tercapainya konsep penggabungan kegiatan fungsi pemakaman dan taman

publik sesuai dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.

3. Tercapainya konsep hubungan antar ruang yang dapat mendukung kegiatan

pemakaman terpadu dan taman publik yang diwadahi.

4. Tercapainya konsep pemilihan site yang sesuai dengan pendekatan arsitektur

pragmatik utopian.

5. Tercapainya konsep pengolahan site yang sesuai dengan pendekatan arsitektur

pragmatik utopian.

6. Tercapainya konsep tampilan dan bentukan massa fasilitas Taman Makam

Vertikal dengan pendekatan arsitektur pragmatik utopian.

7. Tercapainya konsep penyelesaian struktur bangunan fasilitas Taman Makam

Vertikal yang sesuai pendekatan arsitektur pragmatik utopian.

8. Tercapainya konsep pemilihan material bangunan yang kuat dan tahan lama

untuk fasilitas Taman Makam Vertikal sesuai pendekatan arsitektur pragmatik

utopian.

9. Tercapainya konsep utilitas yang mendukung fungsi pemakaman terpadu dan

(18)

commit to user G. Metode Pembahasan

1. Pengumpulan Data

a. Observasi

Melakukan survey langsung pada areal pemakaman untuk melihat bagaimana

keadaan pemakaman eksisting pada umumnya untuk melihat berbagai masalah

yang ada di dalamnya. Selain itu juga melihat bagaimana pengolahan lahan

makam yang ada sekarang untuk merumuskan pengolahan lahan yang lebih baik.

Melihat suatu prosesi pemakaman secara langsung di areal pemakaman dan

melihat aktivitas yang ada di dalamnya.

b. Studi Literatur

Yaitu mencari data dan teori yang berhubungan dengan pemakaman, taman

publik, dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian lewat buku. Referensi yang

digunakan untuk meninjau taman kota adalah buku "Ruang Terbuka Hijau"

karya Niniek Anggraini dan referensi untuk meninjau pendekatan arsitektur

pragmatik utopian adalah "Yes Is More" karya Bjarke Ingle Group.

c. Studi Preseden

Yaitu mencari preseden pemakaman yang difungsikan sebagai ruang publik

seperti San Diego Hill - Kawarang Barat dan preseden pemakaman vertikal

seperti Moksha Tower - Mumbai.

d. Wawancara

Melakukan wawancara pada responden dari penganut agama yang berbeda untuk

mengumpulkan informasi mengenai prosesi penyemayaman jenazah sesuai

aturan masing-masing agama.

2. Analisis Data

a. Input

Data dan teori mengenai

1) Kematian

2) Pemakaman

3) Taman Publik

(19)

commit to user

b. Proses

c. Output

Merupakan hasil analisis dari aspek kegiatan, peruangan, pemilihan site,

pengolahan site, tampilan, tata massa, struktur, dan utilitas dengan tinjauan teori

taman publik, pemakaman terpadu, dan arsitektur pragmatik utopian.

3. Merumuskan Konsep

Merumuskan hasil analisis yang telah dilakukan pada aspek kegiatan, peruangan,

pemilihan site, pengolahan site, tata massa, struktur, dan utilitas sehingga

mendapatkan konsep perencanaan dan perancangan fasilitas Taman Makam

Vertikal di Jakarta.

H. Batasan dan Ruang Lingkup 1. Batasan

Dalam kasus ini Taman Makam Vertikal yang dimaksud adalah pemakaman

vertikal yang menyatukan kegiatan pendukung dan berfungsi ganda sebagai

taman publik sebagai respon fenomena keterbatasan lahan di Jakarta dengan

pendekatan arsitektur pragmatik utopian menurut Bjarke Ingles. Arsitek Bjarke

Ingles dipilih karena merupakan arsitek yang mengaplikasikan pola pikir

pragmatik utopian ke dalam dunia arsitektur sebagai suatu bentuk inovasi dari

evolusi hasil adaptasi terhadap perkembangan kehidupan manusia.

Konsep Taman

(20)

commit to user 2. Ruang Lingkup

Untuk ruang lingkup yang dibahas adalah konsep dan teori yang tepat untuk

perencanaan dan perancangan fasilitas Taman Makam Vertikal di Jakarta sesuai

pendekatan arsitektur pragmatik utopian menurut Bjarke Ingles dalam buku

"Yes is More". Untuk hal hal yang menyangkut arsitektural antara lain

pengolahan site, tampilan, tata massa, struktur, utilitas, dan sebagainya.

I. Sistematika Pembahasan

TAHAP I

Tahap ini membahas gambaran awal secara menyeluruh tentang konsep

perencanaan dan perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta mulai

dari latar belakang, rumusan permasalahan, persoalan, tujuan, sasaran, metode,

dan sistematika pembahasan.

TAHAP II

Tahap ini membahas tinjauan yang mencakup tinjauan teori dan tinjauan

preseden berkaitan dengan pemakaman, taman publik, dan arsitektur pragmatik

utopian menjadi dasar dalam melakukan analisis untuk mendapatkan konsep

perencanaan dan perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta.

Referensi mengenai taman publik diperoleh dari buku Ruang Terbuka Hijau

karya Niniek Anggraini dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian diperoleh

dari buku Yes Is More karya Bjarke Ingles.

TAHAP III

Dalam tahap ini membahas data makro dan mikro dari lokasi terpilih yaitu Kota

Jakarta. Membahas dinamika penduduk Kota Jakarta dan berbagai potensi yang

ada di dalamnya berkaitan dengan Taman Makam Vertikal yang direncanakan.

TAHAP IV

Dalam tahap ini membahas proses analisis untuk mendapatkan konsep

perencanaan dan konsep perancangan Taman Makam Vertikal di Kota Jakarta.

Termasuk di dalamnya analisis peruangan, penataan site, tampilan, tata massa,

(21)

commit to user TAHAP V

Tahap ini merupakan penjabaran dari output analisis yang telah dilakukan pada

tahap sebelumnya dalam bentuk konsep perencanaan dan perancangan Taman

Makam Vertikal di Kota sebagai fasilitas pemakaman vertikal yang

memadukan kegiatan pendukung ke dalam satu area pelayanan dan berfungsi

ganda sebagai ruang terbuka hijau publik di Jakarta dengan pendekatan

(22)

commit to user BAB II TINJAUAN

Bab ini menjabarkan tinjauan mengenai kematian, lahan pemakaman, taman

publik, dan pendekatan arsitektur pragmatik utopian yang menjadi dasar dalam

melakukan analisis pada tahap selanjutnya.

A. Kematian

1. Pengertian Kematian

Kematian merupakan akhir dari kehidupan yaitu ketiadaan nyawa dalam

organisme biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara

permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab

tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup

mengalami pembusukan.

2. Pandangan Kematian Menurut Lima Agama Besar di Indonesia

a. Menurut pandangan Islam kematian pada hakikatnya merupakan peralihan

hidup dari satu alam ke alam lainnya. Kematian bukanlah akhir dari

segalanya, melainkan terminal awal untuk menuju kepada kehidupan kekal

di akhirat. ( Nababan, H. Syamsul Arifin, Kematian Dalam Perspektif Islam,

Makalah (tidak dipublikasikan), Yayasan An Naba' , Banten )

b. Menurut pandangan agama Budha kematian mengacu pada faktor terpenting

untuk menentukan kematian yaitu unsur-unsur batiniah suatu makhluk

hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih dapat berfungsi sebagaimana

layaknya (secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan medis ),

seseorang dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul

dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam.

Kepadaman kesadaran ajal merupakan „the point of no return’ bagi suatu

makhluk dalam kehidupan ini. Kematian merupakan suatu transisi menuju

kehidupan mendatang. (Sañjîvaputta, Jan, (1999), Menguak Misteri

(23)

commit to user

c. Menurut pandangan umat hindu kematian adalah perpisahan jasad dengan

Roh. Mati menurut pandangan Hindu hanyalah berlaku bagi jasad, bukan

untuk Roh. Bagi Roh, jasad tak lebih dari sekedar baju yang jika sudah

usang harus dilepas/dibuang untuk diganti dengan yang baru sebelum

mendapat “selimut keabadian” di alam Moksha. ( Paradev, Page, Fenomena

Gerbang Kematian, www.parisada.org, diakses pada 12 November 2011)

d. Menurut pandangan umat katholik kematian adalah titik akhir peziarahan

manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah

berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan

rencana Allah dan menuju dunia keabadian. (Katekismus Gereja Katholik,

1013, www.luxveritatis7.wordpress.com, diakses pada 12 November 2011)

e. Menurut pandangan kristen

Kematian adalah pintu menuju hidup kekal yaitu kelepasan dari segala dosa

menuju hidup kepada kehidupan bersama Allah.

( Siregar, Pdt. F. H. B. , (2010), Kematiaan Menurut Ajaran Kristen,

www.hkbptapiannaulipematangsiantar.blogspot.com, diakses pada 12

November 2011)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kematian merupakan

suatu transisi menuju kehidupan yang kekal di alam akhirat. Kehidupan

setelah kematian sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan seseorang

selama hidupnya. Fenomena kematian hendaknya menjadi suatu pengingat

bagi manusia yang masih hidup untuk lebih berhati hati dalam menjalani

kehidupan. Sehingga pemakaman sebagai penyemayaman jenazah perlu

lebih diekspos pada amsyarakat lewat arsitektur.

3. Fenomena Pembusukan

Jenazah manusia yang telah meninggal dunia akan mengalami pembusukan

dalam kurun waktu sekitar 24 jam kematian. Pembusukan mayat adalah proses

degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk

terutama Klostridium welchii. terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi

cepat-lambatnya pembusukan mayat, antara lain

a. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.

(24)

commit to user

c. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.

d. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.

e. Konstitusi tubuh. Pembusukan tubuh gemuk lebih cepat dari tubuh kurus.

f. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).

g. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi

memperlambat pembusukan.

h. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan.

Arsen, stibium, dan asam karbonat memperlambat pembusukan.

i. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami

pembusukan.

Proses pembusukan jasad manusia yang telah meninggal menghasilkan

senyawa yang berbahaya untuk makhluk hidup seperti asam asetat, gas metana,

dan cairan lain yang mengandung protein toksik. Sehingga ( Al-Fatih II,

Muhammad, (2007), Forensik, Klinik Indonesia. www.klinikindonesia.com

diakses pada 20 Desember 2011)

Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dari sembilan faktor

yang mempengaruhi cepat-lambat pembusukan terdapat empat faktor luar yang

dapat dikendalikan lewat penyelesaian arsitektural yaitu jumlah mikro

organisme, suhu optimal, kelembaban udara, dan sifat medium. Proses

pembusukan menghasilkan senyawa yang berbahaya bagi makhluk hidup

sehingga penyemayaman jenazah memerlukan suatu penanganan khusus agar

tidak membahayakan lingkungan sekitar.

B. Pemakaman

1. Pengertian Pemakaman

Pemakaman merupakan tempat menguburkan jenazah orang yang

telah meninggal. (Sugono, Dendy, (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta)

2. Fungsi Pemakaman

Area pemakaman memiliki beberapa fungsi , antara lain

(25)

commit to user

b. Tempat untuk melakukan ziarah mengingat dan menghormati almarhum

c. Sebagai pengingat kematian bagi manusia yang masih hidup

d. Sebagai area peresapan air hujan

e. Sebagai bagian dari ruang terbuka hijau kota

3. Elemen Pemakaman

Beberapa elemen yang terdapat pada pemakaman antara lain

a. Petak kubur

b. Vegetasi (Pohon , perdu, tanaman penutup tanah,dll)

c. Penanda makam (kijing, semen, kayu, tanah ditinggikan,dll)

d. Jalan Setapak

e. Perkerasan

f. Bangunan penjaga makam

g. Saluran drainase

h. Area cuci kaki

4. Macam Pemakaman

Pemakaman di indonesia dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu

a. Pemakaman umum

b. Pemakaman khusus, termasuk di dalamnya

1) pemakaman agama tertentu

2) pemakaman adat

3) pemkamanan cina

4) pemakaman tanah wakaf

5) pemakaman pribadi / keluarga

6) makam pahlawan

5. Karakter Pemakaman

Beberapa karakteristik pemakaman di Indonesia, antara lain

a. Relatif sepi

b. Dominasi vegetasi plumeria (kambuja)

c. Terdapat petak makam

(26)

commit to user

e. Merupakan tempat berziarah

f. Secara audio cenderung tenang

g. Terdapat pelayanan pendukung pemakaman

h. Kegiatan dibatasi aturan

6. Pelayanan Pendukung Pemakaman

Menurut Perda No.3 Tahun 2007 Pasal 9 tentang pemakaman

disebutkan bahwa pelayanan pendukung pemakaman antara lain

a. pelayanan jasa pengurusan jenazah

b. angkutan jenazah

c. pembuatan peti jenazah

d. perawatan jenazah

e. pelayanan rumah duka

f. pengabuan atau kremasi

g. tempat penyimpanan abu jenazah

h. kegiatan atau usaha lain di bidang pelayanan pemakaman

7. Prosesi menurut lima agama besar di Indonesia

a. Menurut Ajaran Islam

1) Muslim yang telah meninggal dunia harus dimandikan, dikafani, dan

disholatkan dulu sebelum dikubur. Bagi umat islam yang masih hidup

keikutsertaan dalam prosesi ini hukumnya fardhu khifayah, yaitu

wajib untuk dilakukan oleh umat muslim, namun apabila sudah ada

yang melakukannya maka kewajiban bagi yang lain akan digugurkan.

2) Konsep penyemayaman jenazah dalam Ajaran Islam adalah manusia

berasal dari saripati tanah dan kembali ke tanah sehingga

penyemayaman jenazah harus dikubur di dalam tanah agar menjadi

tanah. Hal ini termuat Al Quran,

a. Surat Thaahaa (20) ayat 55 :

"Dari bumi (Tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan

kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya

Kami mengeluarkanmu pada kali yang lain"

(27)

commit to user

(17)-"Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik

baiknya" (18)- "kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah

dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan

sebenar benarnya"

Sehingga umat Islam yang telah meninggal harus dikubur dalam

media tanah agar nantinya jenazah dapat kembali menjadi tanah.

(Wawancara dengan H. Taslim, S.Ag)

3) Dalam ajaran Islam ini juga terdapat aturan mengikat mengenai

lubang kubur dan juga tata cara penguburan

a. Lubang kubur

Lubang kubur dibuat memanjang dari arah utara ke selatan.

Panjang dari lubang kubur disesuaikan dengan tinggi jenazah.. Di

bagian dasar kubur dibuat liang lahat, yaitu liang tempat

meletakkan jenazah.

b. Tata cara penguburan jenazah

Sebelum jenazah diberangkatkan ke makam, hendaknya

lubang kubur dan liang lahat sudah selesai dibuat. Setelah sampai

di makam, jenazah (masih berada dalam usungan) diletakkan di

pinggir atas lubang kubur sebelah kiblat sejajar dengan lubang

kubur. Kemudian tiga laki-laki muslim (keluarga dekat jenazah)

turun ke lubang kubur, dan tiga lainnya berdiri di atas menghadap

jenazah. Tiga laki-laki yang berdiri mengahdap jenazah,

mengangkat jenazah dan menyerahkannya pada tiga laki-laki yang

berdiri di lubang kubur. Kemudian jenazah diletakkan dengan

hati-hati di liang lahat dengan posisi miring, kepala di sebelah

utara, kaki menjulur ke selatan menghadap kiblat. Keempat utas

tali yang mengikat jenazah dilepas dan kain kafan yang menutup

muka disingkapkan sehingga muka jenazah dapat mencium tanah.

Setelah jenazah sudah diletakkan di liang lahat, jenazah ditutup

dengan papan ataupun peti mati yang sudah dibongkar, lalu

(28)

commit to user

(Drs. H. Syamsuri, 2004, Pendidikan Agama Islam untuk kelas

XI., Erlangga, Jakarta)

4) Islam juga mengajarkan adab berziarah makam yang baik sesuai,

beberapa aturan dalam berziarah antara lain,

a) Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal

pemakaman.

b) Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Ridho dari

Allah SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah

meninggal.

c) Tidak duduk, menginjak-injak, tidur di atas petak makam

d) Tidak melakukan tindakan tidak senonoh seperti buang air besar,

kencing, meludah, melakukan hubungan suami isteri, buang

sampah sembarangan, dan lain-lain.

e) Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur

f) Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan

tenang di alam kubur sana dengan ikhlas

g) Tidak membaca Al Quran di areal pemakaman

b. Menurut ajaran Budha

1) Umat Budha yang telah meninggal dunia dirawat dengan dimandikan

dan dikenakan pakaian pantas yang dia sukai semasa hidupnya atau

dikanakan pakaian nasional adat setempat. Sebelum dilakukan

penyemayaman terakhir dilakukan acara mendoakan jenazah secara

bersama sama di rumah duka.

2) Dalam ajaran Budha penyemayaman jenazah umumnya dilakukan

dengan dua cara yaitu dikubur ataupun dikremasi. Namun ajaran ini

sangat fleksible sehingga tatacara penyemayaman jenazah umat budha

yang telah meninggal dunia dapat dilakukan sesuai dengan tatacara

penyemayaman sesuai dengan wilayah setempat. Termasuk

didalamnya tata cara dalam penguburan, lubang kubur, maupun adab

dalam berziarah. (Sañjîvaputta, Jan, (1999), Menguak Misteri

(29)

commit to user

c. Menurut Agama Hindu

1) Umat Hindu yang telah meninggal dunia dirawat dengan dimandikan

dan dikenakan pakaian yang rapi. Pemilihan pakaian dapat bersifat

fleksibel menyesuaikan adat dan kebudayan setempat.

2) Ajaran hindu sangat bersifat fleksibel termasuk tata cara

penyemayaman jenazah. Penyemayaman jenazah umumnya dilakukan

dengan cara ngaben (dibakar) namun hal tersebut hanya untuk

kalangan yang mampu. Selain itu penyemayaman jenazah dapat

dilakukan dengan dikubur, ditenggelamkan di laut, maupun

disemayamkan sesuai dengan adat kebudayaan sekitar seperti

diletakkan di bawah pohon, di atas batu, dan lain sebagainya.

3) Dalam ajaran hindu juga tidak disebutkan aturan mengenai tatacara

penguburan, lubang kuburan, maupun adab dalam berziarah semua itu

sesuai dengan adat dan kebudayaan setempat. Dalam berziarah

dianjurkan untuk menjaga sopan santun dan tenang pada saat

mendoakan orang yang telah meninggal.

(wawancara Bapak Sudjarwo, Pedande Desa Kemuning)

d. Menurut agama katholik

1) Umat katholik yang meninggal dunia dirawat dengan dimandikan dan

dikenakan pakaian yang rapi, kemudian dilakukan doa bersama

dengan menyanyikan syair syair pujian untuk sang jenazah.

2) Tatacara penyemayaman jenazah umat katholik juga fleksible dan

dapat mengikuti adat dan budaya setempat. Jenazah umat katholik di

Indonesia umumnya disemayamkan dengan dikubur di dalam tanah.

3) Untuk tatacara penguburannya dilakukan dengan mengubur jenazah

bersama peti mati tanpa dirusak maupun di buka. Dalam ajaran

katholik ini tidak disebutkan aturan mengenai lubang pemakaman.

4) Adab berziarah sesuai dengan ajaran katholik adalah menjaga sopan

santun saat berada di areal pemakaman.

e. Menurut agama kristen

1) Umat kristen yang meninggal dunia dirawat, dimandikan, dan

(30)

commit to user

2) Tatacara penyemayaman jenazah umat kristen juga fleksible dan

dapat mengikuti adat dan budaya setempat. Hampir sama seperti umat

katholik, jenazah umat kristen di Indonesia pada umumnya

disemayamkan dengan dikubur di dalam tanah.

3) Untuk tatacara penguburan jenazah umat kristen pun juga hampir

sama dengan umat katholik yaitu jenazah dikubur bersama peti mati

tanpa dirusak maupun di buka. Dalam ajaran kristen ini tidak

disebutkan aturan mengenai lubang pemakaman.

4) Adab berziarah sesuai dengan ajaran kristen adalah dengan menjaga

sopan santun di areal pemakaman.

(wawancara Ibu Sri Sugiyanti, Amd, Guru Agama Kristen SMPN 25

Surakarta)

Pemakaman berkaitan dengan prosesi pada masing masing agama yang ada

dalam masyarakat. Dari lima agama besar yang ada di Indonesia agama Islam

memiliki peraturan pemakaman yang tegas dan bersifat universal, tetapi keempat

agama yang lain yaitu Hindu, Budha, Kristen, dan Katholik memiliki peraturan

yang fleksibel. Sehingga aturan dalam Islam yang tegas dan bersifat universal

dapat lebih dominan digunakan dari aturan agama lain yang lebih flexibel. Suatu

area pemakaman terpadu hendaknya menyediakan berbagai pelayanan

pendukung sehingga dapat mengakomodir kebutuhan penyemayaman jenazah

untuk masyarakat.

C. Taman Publik

1. Pengertian Taman Kota

Taman (Garden) diterjemahkan dari bahasa Ibrani, Gan berarti melindungi

atau mempertahankan lahan yang ada dalam suatu lingkungan berpagar, Oden berarti

kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Secara lengkap dapat diartikan Taman

adalah sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan,

kegembiraan, dan kenyamanan. (Anggriani, Niniek , (2011), Ruang Terbuka Hijau di

(31)

commit to user 2. Fungsi Taman Kota

Fungsi sangat besar karena berusaha menciptakan suatu space yang

manusiawi bagi penduduk kota. Adapun fungsi dari taman kota antara lain

a. Fungsi sosial

1)sebagai tempat melakukan aktivitas bersama

2)sebagai tempat komunikasi sosial

3)sebagai tempat peralihan dan menunggu

4)sebagai tempat bermain dan olah raga

5)sebagai sarana olah raga dan rekreasi

6)sarana penghubung antara tempat satu dengan tempat lainnya

7)pembatas diantara massa bangunan

8)sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk

membentuk kesadaran lingkungan hidup

9)sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan

keindahan lingkungan

b. Fungsi Ekologis

1)penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro

2)penyerap air hujan

3)pengendalian banjir dan pengaturan tata air

4)memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah

5)pelembut arsitektur bangunan

3. Elemen Taman Publik

Elemen dari taman publik terdiri dari

a. Material Lansekap atau Vegetasi

1)Pohon : tanaman kayu keras dan tumbuh tegak, berukuran besar dengan

percabangan yang kokoh.

2)Perdu : jenis tanaman seperti pohon terapi berukuran kecil, batang cukup

berkayu tetapi kurang tegak dan kurang kokoh.

3)Semak : tanaman yang agak kecil dan rendah, tumbuhnya melebar atau

(32)

commit to user

4)Tanaman penutup tanah : tanaman yang lebih tinggi rumputnya, berdaun

dan berbunga indah.

5)Rumput : jenis tanaman pengalas, merupakan tanaman yang persisi berada

diatas tanah.

b. Material Pendukung atau Elemen Keras

1)Kolam dibuat dalam rangka menunjang fungsi gedung atau merupakan

bagian taman yang memiliki estetika sendiri. Taman dengan kolam akan

mampu meningkatan kelembaban lingkungan sehingga dapat berfungsi

sebagai penyejuk lingkungan.

2)Tebing buatan. Tebing ini dibuat untuk memberikan kesan alami, menyatu

dengan alam, tebing dibuat dengan maksud untuk menyembunyikan

tembok pembatas dinding yang licin massif, agar tidak menyilaukan pada

saat matahari bersinar sepanjang siang.

3)Batu-batuan sebagai elemen estetika untuk menguatkan kesan alami.

4)Gazebo adalah bangunan peneduh atau rumah kecil di taman yang

berfungsi sebagai tempat beristirahat menikmati taman.

5)Jalan setapak dibuat agar dalam pemeliharaan taman tidak merusak rumput

dan tanaman.

6)Perkerasan pada taman dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

macam bahan, seperti tegel, paving, aspal, batu bata, dan bahan lainnya.

7)Lampu taman sebagai penerang dan sebagai nilai estetika pada taman.

4. Macam Taman Kota

Tiga macam taman kota menurut aktivitasnya antara lain,

a. Taman untuk rekreasi aktif adalah taman yang didalamnya dibangun suatu

kegiatan pemakai taman, sehingga pemakai taman secara aktif

menggunakan fasilitas didalamnya, sekaligus memperoleh kesenangan,

kesegaran, dan kebugaran.

b. Taman untuk rekreasi pasif adalah taman yang dibentuk agar dapat

dinikmati keindahan dan kerindangannya, tanpa mengadakan aktivitas dan

(33)

commit to user

c. Taman untuk rekreasi aktif dan pasif merupakan taman yang bisa

dinikmati keindahan sekaligus ada fungsi lain dan dapat digunakan untuk

mengadakan aktivitas.

5. Karakter Taman Publik

Beberapa karakteristis taman publik di Indonesia antara lain,

a. Relatif banyak dikunjungi masyarakat

b. Dominasi bunga

c. Terdapat pedestrian

d. Terkesan menarik dan menyenangkan

e. Sebagai tempat berinteraksi

f. Secara audio relatif ramai

g. Didukung elemen taman

h. Kegiatan cenderung bebas

bahwa taman publik memiliki dua elemen utama yaitu elemen landscape dan

elemen pendukung yang saling mengisi. Taman publik memiliki dua fungsi

utama yaitu fungsi sosial dan fungsi ekologis untuk menciptakan suatu space

yang manusiawi bagi penduduk kota. Suatu taman publik tentunya harus dapat

memberi makna bagi masyarakat sekitar, mengakomodir kegiatan user, dan juga

menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat sesuai peraturan yang berlaku.

D. Arsitektur Pragmatik Utopian

Tinjauan arsitektur pragmatik utopian ini bersumber dari buku Yess Is More :

An Archicomic On Architectural Evolution karya Bjarke Ingels pada tahun 2009 terbitan Taschen, Denmark.

1. Pengertian Pragmatik Utopian

Secara historis bidang arsitektur telah didominasi oleh dua ekstrem yang

berlawanan. Di satu sisi merupakan avant garde-penuh ide-ide gila. Berasal dari

filsafat, mistisisme, atau daya tarik potensial visualisasi komputer sehingga sering

terlepas dari kenyataan dan hanya menjadi karya seni yang mahal. Di sisi lain

terdapat banyak sekali perusahaan konsultan yang mendirikan bangunan kotak yang

(34)

commit to user

utopis yang naif atau pragmatis yang kaku. Bila dihadapkan pada kedua hal tersebut,

Bjarke Ingle cenderung memadukan potensi antara kedua hal yang saling berlawanan

tersebut. Suatu arsitektur pragmatik utopian yaitu perpaduan potensi sisi pragmatis

dan sisi utopis yang dapat berjalan harmonis untuk kepentingan masyarakat.

2. Suatu Teori Evolusi Arsitektur

Gambaran tradisional dari arsitek radikal adalah seorang pemuda yang

memberontak melawan suatu pembentukan. Avant-garde didefinisikan sebagai

apa yang dilawan daripada digunakan untuk apa. Hal ini mengarah ke suatu fase

pergantian dari kontradiksi dimana setiap generasi mengatakan bahwa dia adalah

lawan dari generasi sebelumnya.. Daripada menjadi radikal dengan mengacuhkan

suatu kontek, lebih baik mencoba mengubah pola pikir dengan cara yang

menyenangkan.

Seperti Darwin mendekripsikan suatu penciptaan sebagai proses dari seleksi

alam. Arsitek sebaiknya memperhatikan kekuatan dari masyarakat, berbagai

kepentingan dari semua orang, memutuskan yang mana ide arsitek bisa hidup dan

yang mana yang harus mati. Suatu ide ber-evolusi lewat suatu mutasi dan

perkawinan silang menjadi suatu spesies baru dari arsitektur yang seutuhnya .

Kehidupan manusia ber-evolusi lewat adaptasi dari perubahan lingkungan

alami. Dengan inovasi dari arsitektur dan perkembangan teknologi Bjarke Ingel

telah menangkap kekuatan untuk mengadaptasi lingkungan sekitar sebagai suatu

jalan kehidupan yang tepat. Sebagaimana kehidupan itu berevolusi, kota dan

arsitektur juga perlu berevolusi secara beriringan. Sehingga di saat sesuatu tidak

cocok untuk berada di masanya, sebagai seorang arsitek harus memiliki

kemampuan dan tanggung jawab untuk memastikan bahwa arsitektur tidak

memaksa masyarakat untuk beradaptasi pada sisa masa lalu yang telah usang

namun memberi suatu inovasi baru yang menarik dan menyenangkan.

Arsitektur sering dibebankan dengan konsep monogami (tunggal) dari suatu

komitmen ke dalam suatu kepentingan tunggal atau ide. Suatu arsitektur dimana

seorang arsitek tidak harus memilih antara privat atau publik, padat atau terbuka,

urban atau sub-urban, atheis atau muslim, dan lain sebagainya. Suatu arsitektur

yang memperbolehkan arsitek untuk mengatakan "YA" untuk semua aspek

(35)

commit to user

arsitektural yang digami (ganda), dimana arsitek tidak harus memilih satu

diantara yg lain tapi bisa mendapatkan keduanya secara harmonis.

Seperti yang dikatakan Darwin, bukan spesies paling kuat ataupun paling

pintar, melainkan yang paling bisa beradaptasi dengan perubahanlah yang mampu

bertahan. Arsitektur Pragmatik Utopian merupakan penggabungan antara

pemikiran pragmatik dan pemikiran utopian yang dapat berjalan harmonis untuk

kepentingan masyarakat. Suatu evolusi dari dunia arsitektur dari hasil adaptasi

terhadap perkembangan masyarakat. Memposisikan arsitek dalam suatu konsep

bigami (ganda) yang dapat menyatukan berbagai aspek kehidupan tanpa

memperdulikan seberapa bertentangan kedua hal tersebut asalkan dapat memberi

manfaat yang lebih untuk kehidupan masyarakat.

Arsitektur pragmatik utopian berada pada overlap antara potensi pemikiran

utopis dan pragmatis. Sehingga menghasilkan inovasi ide baru dengan

mengeksplor imaginasi maksimal (utopis) namun tetap bersifat fungsional, dapat

diterima logika, dan memungkinkan manusia untuk menggapainya (pragmatis) Gambar 2.1Charles Robert Darwin

Sumber : Yes Is More

Bagan 2.1 Posisi Pendekatan Pragmatik Utopian

Pragmatis Utopian

(36)

commit to user

dengan pemanfaatan perkembangan teknologi sebagai bentuk adaptasi

perkembangan kehidupan manusia.

3. Desain Berkelanjutan

Sekarang ini konsep berkelanjutan bukanlah suatu hal yang dapat diangkat

sebagai tema khusus dalam suatu desain karena setiap bangunan haruslah

menerapkan prinsip prinsip berkelanjutan baik secara langsung dan tidak langsung

agar bangunan tersebut dapat memberi manfaat lebih bagi masyarakat. Dalam

suatu desain berkelanjutan tersebut terdapat sepuluh aspek, antara lain

a. Reduce, Reuse, Recycle (mengurangi penggunaan, penggunaan kembali,

daur ulang)

b. Stay close to home (tetap dekat dengan rumah)

c. Minimize use of combustion engines (memperkecil penggunaan mesin

pembakaran)

d. Reduce fuel consumption (mengurangi penggunaan bahan bakar)

e. Support govermenment regulation with political choice (mendukung aturan

pemerintah dengan pemilihan politik)

f. Support throughful innovation ( mendukung inovasi yang bijaksana)

g. Prioritize (prioritas)

h. Vote (memilih)

i. Feel guity (merasa bersalah)

j. Enjoy what you have (menikmati apa yang kau punya)

Dengan menyesuaikan desain berkelanjutan pada pola hidup sesuai

pendekatan arsitektur pragmatik utopian yang senantiasa beradaptasi pada

perkembangan manusia, maka didapatkan evolusi sepuluh poin tersebut menjadi

a. Use, Reuse, Recycle ( menggunakan, menggunakan kembali, daur ulang)

b. Hit the road ( memulai perjalanan )

c. Maximize use of hydrogen engines ( memperbanyak penggunaan mesin

berbahan hidrogen)

d. Produce energi when driving ( menghasilkan energi saat berkendara)

e. Support your household with energy (mendukung rumah tangga dengan

(37)

commit to user

f. Support thoughtful innovation !!! (lebih menegaskan dukungan pada inovasi

yang bijaksana)

g. The more you use-more you get (semakin banyak yang dipakai-semakin

banyak yang didapat)

h. Waste (sampah)

i. Dont feel guilty (jangan merasa bersalah)

j. Enjoy more ( menikmati lebih)

Kedua hal tersebut bukanlah merupakan dua hal yang saling berlawanan,

namun lebih ke dua sisi yang berjalan dari latar belakang yang sama. Dengan

evolusi tersebut masyarakat tidak merasa terbatasi maupun terpaksa. Sehingga

masyarakat dapat melakukan semua kegiatan dengan bebas dan tetap menjunjung

prinsip berkelanjutan.

4. Massa dan Tampilan Bangunan

Pada awal 1900an, arsitek sudah mampu mendesain dan membangun menara

yang imajinatif sebagai penghormatan untuk gereja maupun sang raja. Bangunan

tersebut memiliki ornamen yang indah dengan bentuk organik yang dinamis.

Masyarakat dapat merasakan keindahan dan terpukau dengan bangunan

bangunan tersebut. Namun dengan datangnya fungsionalisme dengan berbagai

perhatian mengenai pencahayaan alami, view, fungsi, dan teknik produksi,

imajinasi kita semakin berkurang sehingga bangunan hanya akan berbentuk

orthogonal yaitu kotak yang membosankan dengan pengulangan plat persegi

panjang yang identik. Bentuk tersebut menimbulkan suatu kebosanan dan

pemikiran yang statis. Dengan melakukan evolusi dan beradaptasi kita dapat

memadukan kedua unsur tersebut dengan memanfaatkan nilai baik dari Gambar 2.2 Evolusi Bentukan Massa Arsitektur

(38)

commit to user

fungsionalisme ke dalam suatu proses kreatif dan menghasilkan bentukan baru

yang indah sekaligus fungsional.

Proses pembentukan massa pada pendekatan arsitektur pragmatik utopian

merupakan suatu pembentukan berdasarkan proses berfilosofi yang mengambil

suatu bentuk tertentu kemudian mentransformasikannya dengan memaksimalkan

imajinasi untuk menghasilkan bentukan massa yang terkesan dinamis, unik, dan

terlepas dari bentukan bangunan yang membosankan. Bentukan tersebut lebih

menitik beratkan pada proses berfilosofi dan eksplorasi imajinasi daripada suatu

bentukan yang komunikatif untuk menunjukkan fungsi yang diwadahi.

Bentukan massa pada Arsitektur Pragmatik Utopian memiliki bentuk yang

unik, namun hal tersebut tidak semata mata mengejar nilai estetika ataupun

imajinasi. Setiap ruang yang tercipta dari bentukan massa tersebut memiliki nilai Gambar 2.3 Contoh proses pembentukan massa

Sumber : Yes Is More

(39)

commit to user

fungsional yang lebih. Seperti yang terlihat pada Stavanger Concert Hall (gambar

2.4) terlihat bagian bawah maupun bagian ats tangga dimanfaatkan sebagai ruang

publik. Pada bagian atap bangunan pun juga dibuat datar dan mudah diakses oleh

masyarakat agar dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik

Massa bangunan pada arsitektur pragmatik utopian memiliki bentukan massa

yang terkesan monumental dan dinamis. Massa bangunan ini diselesaikan dengan

fasad bangunan yang didominasi dengan material beton bertulang, kaca, baja,

kayu, dan vegetasi yang di ekspos sehingga menjadi suatu elemen fungsional

sekaligus elemen estetika. Pemilihan material tersebut juga berdasarkan kekuatan

struktur dan penyesuaian terhadap bentuk massa yang dinamis.

Bentukan Massa yang dinamis dan terlepas dari bentuk bentuk pragmatik

yang kaku tentunya memerlukan penyelesaian struktur yang sesuai. Penyelesaian

struktur pada arsitektur pragmatik utopian ini sangat memperhatikan beberapa

aspek agar bangunan dapat berdiri dengan kuat dan dapat direalisasikan, seperti

a. bentuk bangunan yang dinamis

b. pemanfaatan teknologi

c. logika struktur

d. pemilihan material yang tepat

5. Sirkulasi

Sirkulasi memegang peranan penting dalam suatu wadah kegiatan.

Menghubungkan ruang yang satu dengan ruang yang lain agar kegiatan dapat

berjalan dengan maksimal.

(40)

commit to user

Bangunan dalam arsitektur pragmatik utopian bukanlah suatu bangunan egois

yang membatasi diri dengan ruang luar dan tidak membatasi hubungan antar

fasilitas di luar site. Berlaku sebaliknya, bahwa bangunan pada arsitektur

pragmatik utopian menjadikan site menjadi suatu sarana penghubung antar

fasilitas di luar site yang bermanfaat untuk kepentingan publik.

6. Elemen Arsitektur

Pendekatan arsitektur pragmatik utopian menekankan pada suatu inovasi

yang bermanfaat untuk masyarakat. Bahwa suatu hal yang ada sekarang ini adalah

hasil evolusi dari proses adaptasi dari suatu perkembangan masyarakat yang tidak

menutup kemungkinan bahwa hal yang ada sekarang ini masih dapat berevolusi

lagi apabila kebutuhan masyarakat mulai berkembang. Begitu pula pada elemen

arsitektur yang dapat berevolusi menyesuaikan perkembangan masyarakat sehinga

tak hanya memenuhi tuntutan fungsional namun memiliki nilai tambah sebagai

suatu elemen yang menyenangkan.

Gambar 2.6 Sirkulasi Pillar of Bawadi Sumber : big.dk

(41)

commit to user

Sebagai contoh adalah halte bus, selama ini kegiatan menunggu bus di halte

bus merupakan suatu hal yang membosankan. Bagaimana bila kegiatan menunggu

bus dibuat lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan pendekatan

pragmatik utopian suatu tempat duduk pada halte bus dapat berevolusi menjadi

ayunan sehingga user tidak akan bosan saat menunggu bus. Halte bus tak hanya

memiliki nilai fungsional sebagai tempat menunggu bus, namun memiliki nilai

tambah sebagai suatu elemen yang menyenangkan.

7. Pengaruh Positif Pada Lingkungan Sekitar

Tak semata mata hanya membangun pada site yang telah disediakan oleh

client saja, Bjarke Ingle juga merencanakan suatu bangunan pioner di Kalifha,

Abu Dhabi. Ingle melihat area ini merupakan salah satu area mati yang

berpontensi untuk dikembangkan apabila dirangsang dengan suatu fasilitas yang

diekspos secara maksimal sehingga dapat menarik perhatian dunia. Maka

dirancang fasilitas Taman Bermain Kalifha Park dengan mega roller coaster

sebagai point of interest yang membuka kemungkinan pengembangan area di

sekitarnya dan menghidupkan area tersebut.

Simpulan dari pembahasan diatas adalah arsitektur pragmatik utopian

merupakan evolusi arsitektur yang beradaptasi dengan perkembangan kehidupan

masyarakat. Arsitektur yang menggabungkan pemikiran pragmatis dan pemikiran

utopis ini memiliki beberap prinsip desain, antara lain

a. Imaginatif-logis

b. Inovasi

c. Pemanfaatan teknologi modern

d. Dinamis-Monumental

e. Filosofis

f. Dominasi unsur publik

(42)

commit to user g.Manfaat ganda

h.Energi mandiri

E. Preseden

1. San Diego Hill (Karawang , Jakarta Barat)

a. Pelaku :

1) Keluarga duka dan jenazah

2) Peziarah

3) Wisatawan

4) Pengelola

b. Aktivitas :

1) Pemakaman Jenazah

2) Berziarah

3) Berjalan jalan

4) Rekreasi

5) Olah raga

6) Pertemuan

7) Pengelolaan fasilitas

c. Perwadahan

San Diego Hill selain menyediakan area untuk pemakaman juga

menyediakan fasilitas fasilitas rekreasi seperti lapangan olah raga, jalan

setapak dengan pengolahan lansekap yang indah, gedung pertemuan ,

restoran, waduk dengan permainan air, dan lain sebagainya.

d. Permasaan

Massa bangunan di San Diego Hill ini dirancang dengan komposisi

menyebar untuk memaksimalkan pengolahan lansekap dan agar massa

bangunan tidak menutup pandang pada pengunjung.

San Diego Hill merupakan makam

pertama di Indonesia yang menambahkan

unsur rekreasi ke dalam fungsi. Makam ini

bersifat komersil dan terbuka untuk umum

(43)

commit to user

e. Interaksi

San Diego Hill dibangun dengan mempertahankan kontur alami dari

site. Keserasian dengan alam sekitar yang hijau sangat ditonjolkan untuk

memperkuat aspek rekreasi yang mengubah citra negatif dari suatu

pemakaman.

Dari preseden San Diego Hill ini dapat disimpulkan bahwa

pemakaman tak selalu menjadi tempat yang angker dan tidak tertata, tetapi

bisa dikombinasikan dengan unsur rekreasi menjadi suatu inovasi fasilitas

pemakaman yang menarik perhatian.

2. Moksha Tower (Mumbai, India)

a. Pelaku

1) Keluarga duka dan Jenazah (Hindu, Islam, Kristen, dan Parsi)

2) Peziarah

3) Pengelola

b. Aktivitas

1) Pemakaman

2) Kremasi

3) Berziarah

4) Meditasi

5) Pengelolaan fasilitas

c. Perwadahan

Moksha Tower menyediakan pemakaman bagi umat Hindu,

Islam, Kristen, dan Parsi selain itu juga menyediakan fasilitas kremasi

bagi jenazah yang ingin disemayamkan dengan cara dibakar sesuai

salah satu adat kebudayaan yang ada di India. Pada bagian atas tower

disediakan suatu space yang luas untuk bermeditasi bagi umat parsi. Gambar 2.10 Moksha Tower

Moksha Tower merupakan desain

pemakaman vertikal di Mumbai yang

mengakomodir pemakaman untuk empat

agama terbesar di India yaitu umat Hindu,

Islam, Kristen, dan Parsi sebagai solusi dari

(44)

commit to user

d. Permasaan

Moksha Tower terdiri dari satu massa tunggal dengan 50 lantai.

e. Interaksi

Moksha Tower sangat kontekstual dengan lingkungan sekitar. Pada

bangunan terdapat pemaksimalan lahan hijau yang berguna untuk

menfilter polusi udara yang ada di sekitarnya.

Dari preseden Moksha Tower ini dapat disimpulakan bahwa

dengan sistem vertikal jumlah luasan lahan pemakaman dapat

(45)

commit to user BAB III

TINJAUAN LOKASI

Bab ini menjabarkan tinjauan lokasi yang mencakup data data mengenai

situasi dan kondisi Kota Jakarta berkaitan dengan Taman Makam Vertikal.

A. JAKARTA

1. Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota

negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang

memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau

Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527),

Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra (1619-1942), dan

Djakarta (1942-1972).

Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan

penduduk berjumlah 9.588.198 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta

(Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan metropolitan

(46)

commit to user 2. Ekonomi

Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota Jakarta juga merupakan pusat

bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia,

kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak berlokasi di Kota Jakarta. Saat

ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Kota Jakarta.

Kota Jakarta merupakan salah satu kota di Benua Asia dengan masyarakat

kelas menengah cukup besar. Pada tahun 2009, 13% masyarakat kota Jakarta

berpenghasilan di atas US$ 10.000. Jumlah ini, menempatkan Kota Jakarta

sejajar dengan Singapura, Shanghai, dan Mumbai.

3. Kependudukan

Jumlah penduduk Jakarta sekitar 9.588.198 jiwa (2010), namun pada siang

hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota

satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/Kabupaten yang

paling banyak penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk,

sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk,

yaitu 19.545 jiwa.

Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Jakarta Tahun 2006-2010

(47)

commit to user

b. Data Kelahiran dan Kematian

Berikut ini adalah tabel jumlah kelahiran dan kematian Kota Jakarta pada

tahun 2011 yang digunakan untuk mengetahui jumlah kelahiran dan kematian

per tahun.

Perbandingan jumlah kelahiran dan kematian Kota Jakarta per wilayah

kota administrasi pada tahun 2011 tersebut ditunjukkan pada diagram berikut

Gambar 3.2 Jumlah Kelahiran dan Kematian Provinsi Jakarta 2011 Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi

(48)

commit to user

c. Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data

pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini

adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu

(1,2 %), dan Buddha (3,5 %) Jumlah umat Buddha terlihat lebih besar

karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh

berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, yangmana umat Islam berjumlah

84,4%; diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha

(5,7%), serta Tidak beragama (0,3%) penganut agama Kong Hu Cu secara

relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak

mencatat agama yang dianut selain kelima agama yang diakui pemerintah.

4. Iklim

Jakarta memiliki karakteristik udara yang panas dan kering. Jakarta

mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan

rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan

antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta

dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus

dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober

adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C.

Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun Tabel 3.3Data Iklim Wilayah Jakarta

(49)

commit to user 5. RTRW Mengenai Ruang Terbuka Hijau

Area yang berwarna hijau menunjukkan arahan rencana pemanfaatan tata

ruang Wilayah DKI Jakarta termasuk di dalamnya area perencanaan ruang terbuka

hijau yang dapat dijadikan pedoman dalam penentuan site untuk fasilitas Taman

Makam Vertikal di Jakarta.

Gambar 3.3 Peta Struktur Arahan Rencana Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

Gambar

Tabel 5.2 Besaran Ruang............................................................................................83
Gambar 2.1Charles Robert Darwin
Gambar 2.2 Evolusi Bentukan Massa Arsitektur
Gambar 2.3 Contoh proses pembentukan massa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun standar akuntansi yang digunakan berbeda, namun informasi yang disajikan oleh Arsenal dan Juventus dalam laporan keuangannya telah mencerminkan aktivitas

Pendapat Lasa HS pemasaran informasi merupakan penekatan yang terencana untuk mengidentifikasi dan mendapat dukungan pemustaka.Dalam hal ini perpustakaan harus

Secara khusus penerimaan pajak dari hotel dan restoran yang dilatarbelakangi oleh peningkatan jumlah didalamnya akan memperbanyak pendapatan pajak suatu daerah

Penulis memilih tempat di perumahan Pondok Tjandra Indah karena menurut pra survey yang dilakukan oleh penulis, di sana banyak generasi tua etnis Tionghoa dan juga sebagian

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir Ners ini dengan judul

Implementasi yang telah didapatkan petani dan masyarakat dari kebijakan melalui BIMAS, antara lain: program intensifikasi produksi padi seluas 220.000 ha (areal BIMAS dari

Bagi mahasiswa dengan SRL rendah maupun sedang hendaknya memiliki mereflesikan, mengidentifikasi dan mengawasi sejauh mana self regulated learning yang sudah ia miliki dan

Bagi guru bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran tentang bagaimana cara mengajarkan kemampuan menulis pada siswa, selain itu juga diharapkan