• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LAJU REAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES PADA MATERI LAJU REAKSI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES

PADA MATERI LAJU REAKSI

Oleh

DESI PERMATA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model problem solving pada materi laju reaksi dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest control group design. Populasi pada penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA N 1 Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA5. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA2 dan XI IPA 3 sebagai sampel penelitian. Efektivitas model pembelajaran problem solving ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil penelitian menunjuk-kan bahwa rata-rata n-Gain kemampuan berpikir luwes siswa pada kelas eksperi-men sebesar 0,68 dan pada kelas kontrol sebesar 0,35. Hasil pengujian hipotesis (uji t) menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving pada materi laju reaksi efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa.

(2)
(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LUWES

PADA MATERI LAJU REAKSI

(Skripsi)

Oleh

DESI PERMATA SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 7

B. Model Problem Solving ... 10

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 13

D. Kerangka Pemikiran ... 17

E. Anggapan Dasar ... 19

F. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

(6)

vii

C. Metode dan Desain Penelitian ... 22

D. Variabel Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ... 23

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 24

G. Teknik Analisis Data ... 26

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

2. Silabus Kelas Eksperimen... 65

3. RPP Kelas Eksperimen ... 87

9. Data Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen ... 182

10. Data Penilaian Afektif Siswa Kelas Kontrol ... 194

11. Data Penilaian Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen ... 206

12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 214

13. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ... 226

14. Data Nilai Pretes, Postes dan n-Gain ... 238

15. Perhitungan ... 239

16. Kisi-kisi Angket Pendapat Siswa ... 260

17. Angket Pendapat Siswa ... 262

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perilaku Siswa dalam Keterampilan Kognitif Kreatif ... 15

2. Indikator kemampuan berpikir kreatif ... 16

3. Desain penelitian ... 22

4. Data normalitas nilai pretes... 34

5. Data homogenitas nilai pretes... 35

6. Data kesamaan dua rata-rata nilai pretes... 35

7. Data normalitas n-Gain ... 36

8. Data homogenitas n-Gain ... 37

9. Data perbedaan dua rata-rata n-Gain ... 37

10. Data nilai pretes dan postes siswa ... 239

11. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas kontrol ... 241

12. Uji normalitas pretes kelas kontrol ... 243

13. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen ... 245

14. Uji normalitas pretes kelas eksperimen ... 246

15. Data nilai n-Gain siswa ... 249

16. Daftar distribusi frekuensi n-Gain siswa pada kelas kontrol ... 252

(8)

ix

(9)
(10)
(11)

MOTO

Agar dapat membahagiakan seseorang, isilah tangannya dengan kerja, hatinya dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang bermanfaat, dan masa depannya dengan harapan,. (Frederick E. Crane)

Kita masih hidup di langit yang sama dengan hembusan angin yang tak berbeda, maka tidak ada kata mundur

ke belakang karena matahari masih bersinar terang

(Maidany)

Kejarlah mimpimu selagi ada kesempatan, meskipun banyak orang

mengatakan itu tidak mungkin

(12)
(13)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Alloh SWT sang pencipta alam semesta, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Karya kecil ini kupersembahkan

teruntuk:

Mama & papa

Yang telah sepenuh hati membimbing, mendidik, menemani, dan menyemangati dengan penuh kesabaran, kasih sayang dan kelembutan.

Yang selalu menyebut namaku dalam setiap doa-doa.

Terima kasih untuk semua jerih payah, kerja keras, pengorbanan dan perjuangan mama dan papa yang tidak akan pernah bisa terbalaskan. Anandamu hanya bisa membalas dengan mendoakan papa dan mama

semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, senantiasa dalam lindungan-NYA.

Amin ya robbal alamin Semoga Alloh SWT membalas

semua jasa dan pengorbanan mama dan papa dengan surga-NYA.

yuk ida, yuk yeyen, yuk mala, serta kedua keponakan ku tiffani salsabila dan alqaisar billion

Terima kasih untuk doa, kasih sayang dan semangat Yang telah kalian berikan

Keluarga dan sahabat-sahabat yang aku sayangi

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Panjang, pada tanggal 7 November 1992 sebagai anak ke-empat dari ke-empat bersaudara, buah kasih pasangan Bapak Rusdi dan Ibu Arjunah.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1998 di SDN 1 Jagaraga Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat dan selesai pada tahun 2004, setelah itu melanjutkan jenjang sekolah di SMP Negeri 1 Sukau dan selesai pada tahun 2007, selanjutnya meneruskan pendidikkan di SMA Negeri 1 Liwa dan lulus pada tahun 2010.

(15)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Alloh SWT, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Efektivitas Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Laju Reaksi”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya lebih baik. Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan kemurahan hati dari berbagai pihak , oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

(16)

iv

4. Ibu Ratu Beta Rudibyani, M. Si selaku Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Tasviri Efkar, M. S., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberi

bimbingan dan motivasi dalam perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Ila Rosilawati, M. Si., selaku dosen Pembahas yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

7. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

8. Kepala SMAN 1 Gedong Tataan Bapak Zainal, S.Pd. MM , Ibu Desi

Arisandi.S.Si, Bapak dan Ibu dewan guru, serta staf TU SMAN 1 Gedong Tataan yang sudi menerima keberadaan penulis selama penelitian.

9. Arief Rakhman Alfajri terimakasih atas kesetiaan, kesabaran, dukungan serta do’a yang diberikan serta teman – teman seperjuanganku Yuwanti Eka Sari dan Ali Sugandi, terima kasih atas kerja sama dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat-sahabatku Milla, Sinta, Kenia,Dila, Wiwit, Ali dan Heru, serta teman-teman pendidikan kimia angkatan 2010 ; atas dukungan, doa, dan semangat yang diberikan serta kesediaannya berbagi suka dan duka.

(17)

v

dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis,

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkem-bang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi kegiatan mengamati, mengidentifikasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan percobaan, dan mengko-munikasikan hasil pengamatan. Kimia sebagai produk dapat berupa fakta, kon-sep, prinsip hukum dan teori. Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keteram-pilan berkomunikasi, bekerja sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika menjumpai suatu fenomena. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai produk, proses, dan sikap (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Pembelajaran yang melibatkaan kimia sebagai proses, produk dan sikap;

diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa. Pemikiran kreatif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifan

pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat. Terdapat lima indikator keterampilan berpikir kreatif yaitu: keterampilan berpikir lancar,

(19)

2

berpikir evaluatif, dan keterampilan berpikir orisinil (Munandar, 2008). Keteram-pilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan pada kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yakni siswa diharapkan memiliki keterampilan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri (Tim Penyusun, 2013). Keterampilan berpikir kreatif dapat dilatihkan melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mengharuskan siswa membangun pengetahuannya sendiri.

Namun faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih dominan menggunakan metode ceramah dan cenderung hanya membelajarkan kimia sebagai produk saja sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Gedong Tataan diketahui bahwa kegiatan pembelajaran kimia cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Kegiatan praktikum belum pernah diterapkan. Pada saat proses pembelajaran, guru berperan sebagai pusat dari segala informasi dan siswa hanya menerima informasi dari apa yang diberikan oleh guru tanpa berpikir untuk mencari informasi lainnya. Akibatnya, pembelajaran kimia

cenderung hanya sebagai produk saja sehingga keterampilan berpikir kreatif siswa masih rendah.

(20)

3

melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi dan orde reaksi (Tim Penyusun 2013).

Materi laju reaksi dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya pada reaksi yang berlangsung sangat cepat yaitu peristiwa kembang api, membakar korek api, menyalakan lilin. Sedangkan reaksi yang berlangsung lambat seperti pembusukan makanan, membuat tempe dan perkaratan pada logam.

Pembelajaran kimia di sekolah dapat dikaitkan dengan lingkungan di sekitar agar siswa terbiasa menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari dan melatih kete-rampilan berpikir kreatif. Salah satu model pembelajaran yang menghubungkan pembelajaran kimia dengan kehidupan sehari-hari dan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran problem solving. Hal ini

diperkuat dengan hasil penelitian Frida (2014) yang dilakukan pada siswa kelas X SMA AL-AZHAR 3 Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes. Selain itu, proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang melatih siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa (Rusda dan Azizah, 2012).

(21)

4

menyelesaikan permasalahan. Fase 3 yaitu siswa menyusun hipotesis dari permasalahan, hipotesis ini didasarkan pada data yang telah diperoleh. Dari kegiatan ini diharapkan akan muncul gagasan-gagasan kreatif siswa terhadap penyelesaian masalah. Pada fase 4 siswa melakukan percobaan dan berdiskusi untuk menguji hipotesis. Pada fase ini, siswa dilatihkan keterampilan berpikir luwes melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengasah keterampilan berpikir

luwesnya. Pada fase 5 yaitu menarik simpulan, pada fase ini siswa menyimpulkan jawaban dari permasalahan yang muncul pada fase 1.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Luwes Pada Materi Laju Reaksi”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model problem solving efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi?

C. Tujuan Penelitian

(22)

5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Melalui model problem solving siswa dapat meningkatkan kemampuan ber-pikir luwes siswa pada permasalahan yang berhubungan dengan laju reaksi

2. Bagi guru dan calon guru

guru dan calon guru memperoleh pengalaman model pembelajaran yang efektif

pada materi khususnya laju reaksi

3. Bagi Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran problem solving dikatakan efektif apabila secara statistik hasil tes kemampuan berpikir luwes siswa menunjukkan perbedaan nilai n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk, 2010).

(23)

6

3. Keterampilan berpikir luwes merupakan salah satu indikator keterampilan ber-pikir kreatif yang meliputi: (1) menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanya-an ypertanya-ang bervariasi; (2) dapat melihat suatu masalah dari sudut ppertanya-andpertanya-ang ypertanya-ang berbeda (Munandar, 2008).

4. Model pembelajaran problem solving dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang menghantarkan siswa untuk memecahkan suatu masalah. Langkah –langkah model problem solving (Djamarah dan Aswan, 2010) yaitu: tahap pertama adalah ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Tahap kedua yaitu siswa mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami proses belajar (Dahar, 1989).

(25)

8

Secara sederhana konstruktivisme merupakan konstruksi dari kita yang menge-tahui sesuatu. Pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Bettencourt menyimpulkan bahwa konstruktivisme tidak bertujuan mengerti hakikat realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana proses kita menjadi tahu tentang sesuatu (Suparno, 1997).

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997) adalah: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif;

2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan

6. Guru adalah fasilitator

(26)

9

pada peserta didik (student oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sum-ber belajar dalam pembelajaran (Yamin, 2012).

Tasker dalam Husamah dan Yanur (2013) mengungkapkan bahwa terdapat tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme. Pertama adalah peserta didik harus berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh agar pengetahuan tersebut menjadi bermakna. Kedua adalah sangat penting untuk membuat suatu keterkaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian yang bermakna. Ketiga adalah sangat penting membuat suatu keterkaitan antara gagasan yang dibuat oleh siswa dengan informasi yang didapat oleh siswa.

Ciri-ciri belajar menurut Sagala (2013).sebagai berikut :

a. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfung-si terus menerus, berpengaruh pada proses belajar selanjutnya;

b. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang besifat individual;

c. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar;

d. Belajar meneghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral;

e. Belajar adalah proses interaksi;

f. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.

Menurut Von Glasersfeld ( Panen dkk, 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

(27)

10

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membanding-kan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengeta-huannya. 3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang

lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pem-bentukan pengetahuannya.

B. Model Problem Solving

Masalah pada hakikatnya merupakan bagian dalam kehidupan manusia. Masalah yang sederhana dapat dijawab melalui proses berpikir yang sederhana, sedangkan masalah yang rumit memerlukan langkah-langkah pemecahan yang rumit pula. Masalah pada hakikatnya adalah suatu pertanyaan yang mengandung jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu masalah menuntut kemampuan tertentu pada diri individu yang hendak memecahkan masalah tersebut. Pemecahan masalah adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya

(28)

11

kata lain, pemecahan masalah menuntut kemampuan memproses informasi untuk membuat keputusan tertentu (Hidayati, 2006).

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasar-kan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat Hamalik (2001). Proses

pembelajaran problem solving memberikan kesempatan peserta didik berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi untuk diolah menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan. Dengan kata lain, pembelajaran problem solving menuntut kemampuan memproses informasi untuk menemukan suatu konsep.

Model problem solving menurut Suyanti (2010) merupakan salah satu model pembelajaran yang didasarkan kepada psikologi kognitif yang berasumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini siswa akan berkembang secara utuh. Artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek apektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

Suyanti (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga ciri utama dalam model pembelajaran problem solving yaitu :

(29)

12

tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemu-dian menghafal materi pelajaran, akan tetapi siswa aktif berpikir, berko-munikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah artinya,

Pembelajaran menggunakan problem solving menempatkan masalah sebagai kunci dalam proses pembelajaran.

3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir dilakukan secara sistematis dan empiris.

Problem solving menurut Djamarah dan Aswan (2010) adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini, siswa akan belajar merumuskan

memecahkan masalah, memberikan respons terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Dengan

pembelajaran problem solving siswa harus berpikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah tersebut, siswa akan mempelajari sesuatu yang baru. Dalam memecahkan masalah harus dilalui berbagai langkah seperti

mengenal setiap unsur dalam masalah itu, mencari aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah itu dan harus berpikir kreatif sehingga siswa akan terlatih dalam memecahkan masalah-masalah baru (Nasution, 2008).

Langkah-langkah model problem solving menurut Djamarah dan Aswan (2010) meliputi :

1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

(30)

13

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah ke-dua di atas.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawab-an ini tentu saja diperlukjawab-an model-model lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

Kelebihan dan kekurangan model problem solving menurut Djamarah dan Aswan (2010) sebagai berikut:

1. Kelebihan model problem solving

a. Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan dalam kehidupan dalam keluarga, bermasya-rakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c. Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak me-lakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan masalah yang siswa hadapi.

2. Kekurangan model problem solving adalah:

a. Menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

b. Proses belajar mengajar sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

c. Mengubah kebiasaan belajar siswa merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

(31)

14

jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keraga-man jumlah dan kesesuaian”.

Kreativitas merupakan salah satu faktor yang ada dalam diri setiap individu yang dapat berkembang, sehingga seorang pendidik diharapkan mampu untuk

meningkatkan dan mengembangkan kreativitas pada diri siswa dalam setiap proses pembelajaran. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kreativitas, namun hal ini sering diabaikan dalam proses pembelajaran sehingga kreativitas tersebut tersembunyi dan tidak berkembang dalam diri siswa. Dalam sistem pendidikan dewasa ini, pendidik masih belum melatih siswa berpikir dan bertindak lebih kreatif. Siswa tidak dirangsang untuk menemukan dan mendefinisikan masalahnya sendiri (Husamah dan Yanur 2013).

Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan berpikir sesorang dalam menyelesaikan suatu masalah, mengajukan suatu metode, gagasan atau memberikan pemikiran baru terhadap suatu permasalahan (Husamah dan Yanur 2013). Menurut Woolfolk dalam Uno (2010), keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), yakni keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu pemikiran atau ide baru yang konstruktif, dan baik

berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang rasional, maupun persepsi dan institusi.

(32)

15

Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif

Perilaku Arti

1. Berpikir Lancar (fluency) a. Menghasilkan banyak

gagasan/jawaban yang relevan; b. Arus pemikiran lancar.

2. Berpikir Luwes (fleksibel) a. Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;

b. Mampu mengubah cara atau pendekatan;

c. Arah pemikiran yang berbeda. 3. Berpikir Orisinil (originality) Memberikan jawaban yang tidak

lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang.

4. Berpikir Terperinci (elaborasi) a. Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. Memperinci detail-detail; c. Memperluas suatu gagasan. Sedangkan menurut Guilford (Herdian, 2010) menyebutkan lima indikator-indikator berpikir kreatif, yaitu:

1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, me-ngenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah.

2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan.

3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.

4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang.

(33)

16

Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Lancar (Fluency)

1) Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban.

2) Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.

3) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.

a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah

jawaban jika ada.

c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah.

d. Lancar mengungkapkan gagasan- gagasannya.

e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. f. Dapat dengan cepat melihat

kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.

Berpikir Luwes (Flexibility)

1) Menghasilkan gagasan, jawab-an, atau pertanyaan yang berva-riasi.

2) Dapat melihat suatu masalah da-ri sudut pandang yang berbeda. 3) Mencari banyak alternatif atau

arah yang berbeda.

4) Mampu mengubah cara pende-katan atau pemikiran.

a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah.

b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. c. Jika diberikan suatu masalah

biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk

menyelesaikannya.

Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan

yang baru dan unik.

2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat

kombinasi-kombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

a. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain.

b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru.

c. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain.

Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan

me-ngembangkan suatu gagasan atau produk.

2. Menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan lang-kah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya

gagasan orang lain.

(34)

17

Lanjutan Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif

Pengertian Perilaku

Berpikir Evaluatif (Evaluation) 1. Menentukan kebenaran suatu

per-tanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah.

2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka.

3. Tidak hanya mencetuskan gagas-an tetapi juga melaksgagas-anakgagas-annya.

a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.

b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal.

c. Mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir luwes

D. Kerangka Pemikiran

Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan materi pem-belajaran adalah penggunaan model pempem-belajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Model pembelajaran yang diterapkan diharapkan dapat mengembang-kan kemampuan berpikir lancar siswa dan melatih keterampilan berpikir kreatif-nya.

Pembelajaran melalui model pembelajaran problem solving, merupakan pembelajaran yang dapat memberikan kondisi belajar aktif dan kreatif kepada siswa. Pembelajaran ini melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari

(35)

18

untuk memecahkan masalah, menentukan hipotesis dari masalah, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan.

Pembelajaran dengan menggunakan model problem solving dapat diterapkan dalam pembelajaran materi laju reaksi. Pada tahap pertama, siswa diajak untuk mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari melalui eksperimen, contohnya siswa diberikan suatu wacana mengenai laju reaksi yaitu membandingkan

manakah reaksi yang berlangsung cepat dan reaksi yang berlangsung lambat antara pada saat kita menyalakan lilin dan perkaratan besi. Siswa mulai dilatih untuk mengorientasikan masalah. Tahap kedua, siswa mencari informasi atau data yang dapat membantu memecahkan masalah. Pada langkah ini, siswa mencari materi yang relevan terhadap masalah yang diberikan. Siswa dapat mencari informasi dari berbagai sumber misalnya melalui buku, pendapat teman sekelompok atau internet. Setelah siswa menemukan masalah, tahap ketiga yaitu siswa menentukan hipotesis dari masalah. Siswa menentukan hipotesis dengan didasarkan dari informasi atau materi yang telah diperoleh sebelumnya.

(36)

19

ini dilakukan setelah hipotesis diuji kebenarannya. Siswa mendiskusikan hasil dari hipotesis tersebut. Hal-hal yang didiskusikan termasuk materi-materi yang mendukung dari hipotesis tersebut. Pada tahap ini, siswa diminta menyampaikan banyak gagasannya dalam membuat kesimpulan dari masalah yang telah diberikan oleh guru pada awal pembelajaran, kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan.

Keterampilan berpikir luwes adalah kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang beragam dan mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah atau fenomena yang diamati. Pada keseluruhan tahap tersebut siswa dapat terpacu untuk berpikir, bertanya, dan bereksperimen dengan beragam ide dan gagasan mereka sendiri. Sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir luwes siswa dapat berkembang. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan penggunaan model problem solving pada

pembelajaran materi laju reaksi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada keterampilan berpikir luwes siswa.

E. Anggapan Dasar

1. Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses belajar.

(37)

20

F. Hipotesis Umum

(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gedong Tataan tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas, yaitu kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, dan XI IPA 5. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling (pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan). Berdasarkan masukan guru bidang studi kimia yang memahami karakteristik populasi tersebut, dengan pertimbangan tingkat kognitif yang sama, maka diperoleh kelas XI IPA2 dan XI IPA 3 sebagai sampel penelitian. Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran problem solving, sedangkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B. Data Penelitian

(39)

22

model pembelajaran diterapkan (postes). Data ini diperoleh dari seluruh siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan non eqiuvalent pretest-posttest control group design (Creswell, 1997) yang ditunjukkan pada Tabel3.

Tabel 3. Desain penelitian.

Pretes Perlakuan Postes

Kelas eksperimen O1 X O2

Kelas kontrol O1 – O2

Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1). Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem solving (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembe-lajaran konvensional (–). Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian

(40)

23

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 1997).

Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan standar kurikulum 2013.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem solving pada materi laju reaksi.

3. Soal pretes dan postes yang terdiri dari 9 soal uraian.

4. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar penilaian afektif siswa, penilaian psikomotor, dan lembar observasi kinerja guru.

5. Kuesioner (Angket) yang diberikan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran laju reaksi melalui penerapan model problem solving. Daftar pertanyaan bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan.

(41)

24

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment oleh ibu Dr. Ratu Betta R, M. Si. sebagai dosen

pembimbing penelitian untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Tahap Pra penelitian

a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri1 Gedong Tataan untuk me-laksanakan penelitian.

b. Melakukan wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas XI IPA untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.

2. Tahap Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretes dan postes.

c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah: (1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

(2) Melakukan analisis data pretes yaitu uji kesamaan dua rata-rata. (3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi laju reaksi sesuai

(42)

25

pembelajaran dengan menggunakan menggunakan model

pembelajaran problem solving diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol.

(4) Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Analisis dan pelaporan hasil penelitian

Pada tahap ini, dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

4.

Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian

1. Mengajukan permohonan izin kepada pihak sekolah. 2. Melakukan wawancara dan observasi dengan guru kimia

di sekolah.

2. Menyusun instrumen penelitian.

Pretes

Pembahasan dan simpulan

(43)

26

G. Teknik Analisis Data

1. Mengubah skor menjadi nilai

Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi dirumuskan sebagai berikut:

100

2. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes

Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama. Sebelum uji kesamaan dua rata-rata, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari po-pulasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : kedua sampel berasal dari populai yang berdistribusi normal. H1 : kedua sampel berasal dari populai yang tidak berdistribusi normal. Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

(44)

27

keterangan:

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

Kriteria uji:

Terima H0 jika 2 < 2(1-α)(k-3) atau 2 hitung < 2Tabel dengan taraf nyata 0,05. Dalam hal lainnya H0 ditolak.

b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians homogen.

Hipotesis untuk uji homogenitas : H0 : 22

2 1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen. H1 : 22

2 1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005):

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria uji :

(45)

28

c. Uji kesamaan dua rata-rata (uji t)

Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji t (Sudjana, 2005).

Hipotesis:

H0 : µ1x = µ2x : Rata-rata pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas eksperimen sama dengan rata-rata pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi.

H1 : µ1x≠ µ2x : Rata-rata pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas eksperimen tidak sama dengan rata-rata pretes keterampilan berpikir luwes siswa di kelas kontrol pada materi laju reaksi. Keterangan:

µ1 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas eksperimen. µ2 = Rata-rata pretes (x) pada materi laju reaksi di kelas kontrol. x = Keterampilan berpikir luwes.

Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:

2

X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen 2

2

s = Varians kelas kontrol Kriteria uji :

(46)

29

3. Menghitung n-Gain dari nilai siswa

Perhitungan n- Gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain (g) menurut Hake dalam Andriani (2013) adalah sebagai berikut:

NilaiMaksimum-NilaiPretes

Pretes

4. Uji hipotesis

Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran problem solving dalam me-ningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi; berlaku pada keseluruhan populasi, maka dilakukan uji perbedaan dua rata-rata. Sebelum uji perbedaan dua rata-rata, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari po-pulasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk uji normalitas menggunakan uji chi-kuadrat. Menurut Sudjana (2005) uji normalitas sebagai berikut:

Hipotesis: H0 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi

normal.

Untuk uji normalitas, digunakan rumus sebagai berikut:

(47)

30

keterangan:

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan Kriteria uji:

Terima H0 jika 2 < 2(1-α)(k-3) atau 2 hitung < 2Tabel dengan taraf nyata 0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.

b. Uji homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua sampel penelitian yang diban-dingkan memiliki varians identik.

Hipotesis untuk uji homogenitas :

H0 : 2

2 2 1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang homogen. H1 : 22

2 1 

  = kedua sampel penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005):

Keterangan : F = Kesamaan dua varians

Kriteria uji :

Terima H0 hanya jika F < F ½ (1,2) atau Fhitung < Ftabel dengan taraf nyata 0,05. Dalam hal lainnya tolak H0.

c. Uji perbedaan dua rata-rata (uji t)

(48)

31

lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa dengan pembelajaran konvensional.

H1 : µ1x> µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi yang diterapkan model pembelajaran problem solving lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir luwes siswa dengan pembelajaran konvensional.

Keterangan :

µ1 = rata-rata keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi pada kelas eksperimen.

µ2 = rata-rata keterampilan berpikir luwes siswa pada materi laju reaksi pada kelas kontrol.

x = keterampilan berpikir luwes.

Menurut Sudjana (2005) untuk uji t, digunakan rumus sebagai berikut:

2

X = Gain rata-rata kelas eksperimen 2

X = Gain rata-rata kelas kontrol s2 = Varians

n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

2 1

s = Varians kelas eksperimen 2

2

s = Varians kelas kontrol

Kriteria uji:

Terima H0 jika t < t(1-α ) atau t hitung < t tabel dengan derajat kebebasan

(49)

32

5. Pengolahan data kuesioner (angket)

Analisis data kuesioner dilakukan dengan cara berikut:

a. Memberikan skor untuk setiap nomor dengan kriteria skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban kurang setuju, dan skor 1 untuk jawaban tidak setuju.

b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.

c. Menentukan persentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan persamaan menurut Sudjana (2002).

(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa: 1. Rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir luwes siswa dengan

menggunakan model problem solving lebih tinggi dari pada rata-rata nilai n-Gain kemampuan berpikir luwes siswa dengan pembelajaran konvensional. 2. Model pembelajaran problem solving pada materi laju reaksi efektif dalam

meningkatkan kemampuan berpikir luwes.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Model pembelajaran problem solving hendaknya diterapkan sebagai model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kimia khususnya pada materi laju reaksi.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, J.W. 2013. Efektifitas Pembelajaran Learning 3E dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Asam Basa. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Arikunto. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Badan Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Creswell, J.W. 1997. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. Sage Publications. New Delhi.

Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Djamarah, S. B dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar Edisi Revisi. Rineka cipta. Jakarta.

Frida, O.P. 2014. Efektivitas Problem Solving Pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Luwes. Skripsi. FKIP Unila. Bandarlampung.

Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Herdian. 2010. Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran Matematika.

Diakses 20 Juli 2014 dari

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-berfikir-kreatif-siswa

Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

(52)

50

Munandar, S.C.U. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

______________. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Nuraeni, N. Fitrajaya, A. Setiawan, W. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah.

UPIBandung. Bandung.

Pannen, P. D., Mustafa, M., Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Rusda, Q.L.L., Azizah, U. 2012. Implementation of Problem Solving Model To Train Students Creative Thinking Skill. Unesa Jurnal of Chemical Education . FMIPA Unesa. Surabaya.

Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran.. Alfabeta. Bandung. Saputra, A. 2011. Model Pembelajaran Problem Solving Pada Materi Pokok

Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. FKIP Unila. Bandarlampung.

Sudarmo, U. 2014. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. ________ . 2002. Metoda Statistika.Tarsito. Bandung.

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta. Suyanti, R.D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graham Ilmu. Yogyakarta. Tim Penyusuun. 2013. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti

(KI), Kompetensi Dasar (KD). Kemdikbud. Jakarta.

Uno, H. B. 2010. Model Pembelajarn Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif Dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Gambar

Tabel
Tabel 1. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Tabel 2.  Indikator kemampuan berpikir kreatif
Tabel 3. Desain penelitian.
+2

Referensi

Dokumen terkait

STAD merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan merupakan sebuah model yang baik bagi seorang guru yang baru mengenal pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan

Inilah kisah seorang raja muda Manggarai yang bemama Lenganjan. Pada jaman dahulu di Manggarai ada tiga kerajaan yaitu kerajaan Todo, kerajaan Cibal dan kerajaan

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan kerja praktek ini benar-benar merupakan hasil2. karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil karya orang lain, baik

[r]

Sistem organ adalah gabungan dari organ-organ yang bekerja sama untuk membentuk suatu sistem

Dalam penyampaiannya kepada siswa, para guru cenderung menggunakan menggunakan metode nasihat, ceramah dan tanya jawab. Metode nasihat dapat digunakan ketika anak

Untuk nilai dominasi jenis burung yang mendominasi di TWA Gunung Pancar yaitu burung Cucak Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dengan nilai indeks dominasi sebesar 22,0%,

Pada proses ini peneliti berserta masyarakat RT 19 melakukan pertemuan kembali di rumah ibu titin pada tanggal 30 maret 2018. Membahas tentang mimpi-mimpi yang ingin