• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis unjuk kerja VLAN dengan teknologi virtual access point pada mikrotik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis unjuk kerja VLAN dengan teknologi virtual access point pada mikrotik."

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Dalam tugas akhir ini, pengujian dilakukan bertujuan mengetahui kinerja performansi Virtual Local Area Network (VLAN) di jaringan wireless. Pengujian dilakukan dengan membandingkan kinerja penggunaan Virtual Access Point (VAP) dengan VLAN, pengukuran berdasarkan parameter throughput, datagram loss, dan

delay untuk mengukur unjuk kerja VLAN di wireless menggunakan protokol

transport UDP.

Pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan VLAN pada wireless lebih bagus dibandingkan dengan tanpa VLAN pada parameter

throughput dan datagram loss. Tetapi penggunaan teknologi VLAN akan

mempengaruhi delay. Penambahan jumlah VAP pada wireless memperburuk kinerja dari jaringan wireless ini tampak pada parameter throughput dan datagram

loss.

(2)

ABSTRACT

In this final task, testing is done aims to know the performance of the performance of a Virtual Local Area Network (VLAN) in the network wireless. Testing is done by comparing the performance of the use of a Virtual Access Point (VAP) and VLAN, measurements based on the parameters of throughput, datagram loss, and delay to measure performance in wireless VLAN using the UDP transport protocol.

The testing that has been done shows that the use of VLANS on wireless is better compared with no VLAN parameter on throughput and datagram loss. But the use of VLAN technology will affect delay. The addition of a number of VAP in wireless performance worsen from this wireless network throughput parameter looks on and datagram loss.

(3)

i

ANALISIS UNJUK KERJA VLAN DENGAN TEKNOLOGI

VIRTUAL ACCESS POINT PADA MIKROTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Disusun oleh :

Johanes Berchman Irawan Sunu Widagdo

105314056

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

ii

VLAN PERFORMANCE ANALYSIS WITH VIRTUAL

ACCESS POINT TECHNOLOGY ON MIKROTIK

THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Komputer Degree

In Informatics Engineering

By :

Johanes Berchman Irawan Sunu Widagdo

105314056

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(5)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA VLAN DENGAN

TEKNOLOGI VIRTUAL ACCESS POINT PADA

MIKROTIK

Oleh :

Johanes Berchman Irawan Sunu Widagdo

105314056

Telah disetujui oleh :

Pembimbing,

(6)

iv SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA VLAN DENGAN TEKNOLOGI VIRTUAL ACCESS POINT PADA MIKROTIK

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Johanes Berchman Irawan Sunu Widagdo

NIM : 105314056

Telah dipertahankan di depan panitia penguji

pada tanggal 12 Desember 2015

dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. ………

Sekretaris Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. ..……….

Anggota H. Agung Hernawan, S.T., M.Kom. ………

Yogyakarta, ………..

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(7)

v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,... Penulis

(8)

vi

HALAMAN MOTTO

Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi

semangat yang patah mengeringkan tulang.

(9)

vii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Johanes Berchman Irawan Sunu Widagdo NIM : 105314056

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

ANALISIS UNJUK KERJA VLAN DENGAN TEKNOLOGI VIRTUAL

ACCESS POINT PADA MIKROTIK

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan,

(10)

viii

ABSTRAK

Dalam tugas akhir ini, pengujian dilakukan bertujuan mengetahui kinerja performansi Virtual Local Area Network (VLAN) di jaringan wireless. Pengujian dilakukan dengan membandingkan kinerja penggunaan Virtual Access Point (VAP) dengan VLAN, pengukuran berdasarkan parameter throughput, datagram loss, dan

delay untuk mengukur unjuk kerja VLAN di wireless menggunakan protokol

transport UDP.

Pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan VLAN pada wireless lebih bagus dibandingkan dengan tanpa VLAN pada parameter

throughput dan datagram loss. Tetapi penggunaan teknologi VLAN akan

mempengaruhi delay. Penambahan jumlah VAP pada wireless memperburuk kinerja dari jaringan wireless ini tampak pada parameter throughput dan datagram

loss.

(11)

ix

ABSTRACT

In this final task, testing is done aims to know the performance of the performance of a Virtual Local Area Network (VLAN) in the network wireless. Testing is done by comparing the performance of the use of a Virtual Access Point (VAP) and VLAN, measurements based on the parameters of throughput, datagram loss, and delay to measure performance in wireless VLAN using the UDP transport protocol.

The testing that has been done shows that the use of VLANS on wireless is better compared with no VLAN parameter on throughput and datagram loss. But the use of VLAN technology will affect delay. The addition of a number of VAP in wireless performance worsen from this wireless network throughput parameter looks on and datagram loss.

(12)

x KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu mata kuliah wajib dan merupakan syarat akademik pada jurusan Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis baik selama penelitian maupun saat pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan di antaranya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang telah menjawab semua doa-doa penulis dan mencurahkan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2.

Orang tua, Antonius Mediyanto dan (Almh) Margareta Ratna Agung Budi Roharti yang selama ini telah memberikan semangat, dukungan moral, spiritual dan finansial dalam penyusunan skripsi.

3.

Adik, Ignatius Wisnu Sudigdo atas dukungan semangat, spritual, dan moral selama penyusunan skripsi ini, serta nasihat-nasihat yang telah diberikan selama ini.

4.

Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.Kom., sebagai dosen pembimbing skripsi penulis.

5.

Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. selaku ketua penguji dan Bapak Iwan Binanto, S.Si., M.Cs. selaku sekretaris penguji.

6. Ibu Dr. A. Rita Widiarti., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan nasehat yang telah diberikan kepada penulis.

(13)

xi selalu memberikan motivasi dan bantuan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman – teman seperjuangan Lab Tugas Akhir Jarkom (Hohok, Drajad, Ari, Ardhi, Acong, Pandu) yang selalu memberikan dukungan dan semangat agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

9. Romo V. Bondan Prima Kumbara Pr yang sudah memberikan motivasi rohani kepada penulis dan seluruh teman-teman OMK Lingkungan St. Maria di Angkat ke Surga Karanganyar.

10.Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan tidak langsung, penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tugas akhir ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikanyang akan datang. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, ...

(14)

xii

DAFTAR ISI

VLAN PERFORMANCE ANALYSIS WITH VIRTUAL ACCESS POINT

TECHNOLOGY ON MIKROTIK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Manfaat ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1. MODEL JARINGAN KOMPUTER ... 9

2.1.1. TCP/IP Layer... 10

2.2. Wireless Local Area Network ... 13

2.2.1. Standarisasi Wireless (Standart 802.11) ... 17

2.3. Access Point ... 19

2.4. Virtual Local Area Network ... 19

2.5. MikroTik ... 28

2.5.1 RouterOS ... 29

(15)

xiii

2.5.3. Prinsip Kerja Router ... 30

2.6 Parameter Performa Jaringan ... 30

2.6.1 Troughput ... 31

2.6.2 Packet Loss ... 31

2.6.3 Delay (Latency) ... 32

2.6.4 Jitter ... 32

2.6.5 Bandwidth ... 32

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 34

3.1. Urutan Percobaan ... 34

3.2. Perancangan Sistem ... 35

3.3. Skenario Pengujian ... 36

3.3.1. Skenario Pengujian 0 ... 36

3.3.2. Skenario Pengujian 1 VAP ... 37

3.3.2. Skenario Pengujian 1 VLAN... 38

3.3.3. Skenario Pengujian 2 VAP ... 39

3.3.4. Skenario Pengujian 2 VLAN... 40

3.3.5. Skenario Pengujian 3 VAP ... 41

3.3.6. Skenario Pengujian 3 VLAN... 42

3.3.7. Skenario Pengujian 4 VAP ... 44

3.3.8. Skenario Pengujian 4 VLAN... 45

3.3.9. Skenario Pengujian 5 VAP ... 46

3.3.10.Skenario Pengujian 5 VLAN... 47

3.4. Pemilihan Hardware dan Software ... 49

3.4.1. Hardware yang Digunakan ... 49

3.4.1.1 Spesifikasi Hardware untuk PC Server ... 49

3.4.1.2 Spesifikasi Hardware untuk PC Client ... 49

3.4.2. Software yang Digunakan ... 49

3.4.2.1.Software PC untuk Client ... 49

3.4.2.2.Software PC untuk Server ... 49

3.5. Pengujian... 50

3.5.1 Uji Performa Jaringan Menggunakan Iperf ... 50

3.5.1.1.Traceroute ... 50

3.5.1.2.Ping ... 50

(16)

xiv

BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA ... 52

4.1. Implementasi ... 52

4.1.1. Konfigurasi Iperf ... 52

4.2. Hasil Uji Pengukuran ... 53

4.2.1. Pengukuran Throughput UDP ... 53

4.2.1.1.Hasil Pengujian Total Throughput wireless to wired dan wired to wireless pada wireless untuk setiap pertambahan jumlah komputer. 53 4.2.1.2.Perbandingan Total Throughput pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired to wireless pada 10 komputer. 55 4.2.2. Pengukuran Packet Loss UDP... 57

4.2.2.1 Perbandingan Total Packet Loss pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired to wireless pada 10 komputer 58 4.2.3. Pengukuran Delay UDP ... 60

4.2.3.1.Perbandingan average Delay pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired to wireless pada 10 komputer 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 64

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 7 lapisan komunikasi data OSI dan TCP/IP ... 9

Gambar 2.1.2 Gambar Header UDP ... 12

Gambar 2.2.1 Gambar menggunakan access point dan ad-hoc Network. ... 14

Gambar 2.2.2 Gambar panjang format frame pada wireless. ... 17

Gambar 2.4.1 Gambar subfield frame control. ... 20

Gambar 2.4.2 Gambar tabel field type dan Subtype. ... 21

Gambar 2.4.3 Gambar tabel field type dan Subtype lanjutan. ... 22

Gambar 2.4.4 Gambar field Information Element. ... 22

Gambar 2.4.5 Gambar tabel field Element ID. ... 23

Gambar 2.4.6 Gambar tabel field Element ID lanjutan. ... 24

Gambar 2.4.7 Gambar tabel field Element ID lanjutan. ... 25

Gambar 2.4.8 Gambar tabel field Element ID lanjutan. ... 26

Gambar 2.4.9 Gambar tabel field Element ID lanjutan. ... 26

Gambar 2.4.10 Gambar TCLAS field Element ID. ... 27

Gambar 2.4.11 Gambar Frame Classifier subfield... 27

Gambar 2.4.12 Gambar tabel parameter dari Frame Classifier subfield... 27

Gambar 2.4.13 Gambar frame VLAN pada wireless. ... 28

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

(19)

xvii

DAFTAR GRAFIK

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Jaringan kabel biasa juga disebut Ethernet networks, sebuah teknologi yang sering di pakai untuk lokal area network. Jaringan kabel Kabel jaringan ini merupakan kumpulan dua atau lebih komputer, printer, dan perangkat lain yang terkait dengan kabel Ethernet. Ethernet merupakan protocol jaringan kabel tercepat dengan kecepetan koneksi sebesar 10Mbps sampai 100Mbps atau lebih. Jaringan menggunakan kabel memiliki kelemahan yaitu jangkauan serta akses pengguna yang terbatas. Cukup sulit jika ada perluasan jaringan.

Pada jaringan kabel juga memiliki kelemahan yaitu terjadi broadcast strom yang terjadi pada jaringan komputer lokal yang memiliki jumlah user yang cukup besar, kelemahan ini dapat diatas dengan cara membuat VLAN (Virtual Local Area

Network)[6]. Teknologi ini bekerja dengan membagi banyaknya jaringan dengan

jalan mengkelompokan dalam sebuah organisasi menurut fungsinya, project team’s

maupun untuk sebuah aplikasi bukan secara fisik ataupun secara letak geografisnya[6] sehingga broadcast domainnya menjadi semakin kecil.

(21)

2 lain user dapat terhubung ke dalam jaringan untuk mengakses file, mengambil data, serta melakukan koneksi ke internet tanpa perlu menggunakan kabel.

Wireless menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut juga dengan

ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC (Federal Communication Commission), sebuah komisi komunikasi dunia untuk keperluan industri, sains dan badan kesehatan. Frekuensi ini bebas digunakan oleh siapa saja namun tidak boleh menggunakan pemancar berdaya tinggi. Tipe untuk standarisasi wireless LAN terbagi menjadi 802.11a, 802.11b, 802.11g, 802.11n, dan yang paling baru ialah 802.11ac[1].

Seiring perkembangan jaman teknologi VLAN ini tidak hanya mampu berjalan di sebuah jaringan dengan menggunakan kabel saja, akan tetapi bisa di jalankan juga di jaringan Wireless dengan menggunakan Teknologi Virtual Access

Point (VAP) [10]. Virtual Access Point merupakan sebuah sebuah teknologi dimana

sebuah Acess Point memiliki beberapa SSID yang unik. Teknologi khusus ini tidak dimiliki oleh semua alat Akses Point.

Teknologi VAP ini sudah di implementasikan pada RouterBoard Mikrotik. Mikrotik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (Software) yang berhubungan dengan sistem jaringan komputer yang berkantor pusat di Latvia, bersebelahan dengan Rusia. Produk Mikrotik yang sudah mempunyai teknologi VAP yaitu RB 951UI-2HnD.

Penelitian ini untuk mengetahui dan mempelajari performansi dari

RouterBoard 951UI-2HnD untuk menjalankan Virtual Local Area Network

(22)

3 jaringan nirkabel terhadap suatu traffic tertentu dibutuhkan beberapa parameter antara lain packet loss, packet drop, frame loss, delay, dan jitter. Pada penelitian ini, parameter yang diukur adalah packet loss dan throughput.

1.2.Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh jumlah terhadap kinerja virtual local area network dengan teknologi

virtual access point terhadap kinerja jaringan.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Mengetahui kinerja virtual local area network pada wireless dengan menggunakan teknologi virtual access point.

2. Memberikan rekomendasi besaran jumlah virtual local area network pada mikrotik dengan teknologi virtual access point.

1.4 Batasan Masalah

(23)

4 1. Pengukuran dilakukan dengan perangkat mikrotik RB 951UI-2HnD dengan

wireless tipe 802.11g.

2. Tidak membahas tentang data sharing dan keamanan jaringan.

1.5 Manfaat

Penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat memberi manfaat dari analisa performansi unjuk kerja VLAN pada jaringan WLAN yang menerapkan teknologi VAP.

1.6 Metode Penelitian

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur, yaitu mengumpulkan buku-buku dan jurnal-jurnal referensi serta mempelajari teori yang berkaitan dengan penulisan tugas akhir, seperti:

a. Teori Jaringan Komputer dan WLAN b. Teori Jaringan Model UDP

c. Teori Mikrotik

d. Teori parameter performa jaringan 2. Flowchart Perancangan Sistem

(24)

5 Design Perancangan Sistem meliputi logika dari tahap awal merancang topologi jaringan hingga tahap pengujian unjuk kerja VLAN pada WLAN.

3. Perancangan Sistem

Pada tahap ini dilaksanakan Perancangan Sistem yang akan dibuat berdasakan Studi Literatur dan Flowchart Perancangan Sistem. Perancangan Sistem meliputi skenario perancanan topologi jaringan, implementasi topologi jaringan dengan mikrotik RB951G-2HnD, setting IP address.

4. Pemilihan Hardware dan Software

Dalam tahap ini penulis menyiapkan peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian yaitu :

a. Membangun jaringan WLAN dengan Mikrotik RB951G-2HnD b. Mengkonfigurasi routing protocol yang digunakan

c. Menyiapkan Iperf yang berfungsi untuk pengujian performa transfer paket-paket UDP.

5. Pengujian dan Pengumpulan Data

(25)

6 dalam jaringan dengan melakukan ping. Software pengujian menggunakan

Iperf untuk membangkitkan koneksi UDP.

6. Analisa Data

Dalam tahap ini data yang diperoleh selama proses pengujian akan di analisis sehingga dapat di ketahui hasilnya yaitu meliputi throughput,

datagram loss dan jitter sesuai parameter pengujian yang akan diukur dalam

penulisan tugas akhir ini.

7. Hasil dan Kesimpulan

Hasil pengujian yang sudah didapat dan diolah lalu disimpulkan.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan disajikan dalam enam bab dengan sitematika pembahasan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(26)

7 Bab ini dijelaskan tentang teori-teori pemecahan masalah yang berhubungan dan digunakan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini.

BAB III METODE PENULISAN

Bab ini dijelaskan tentang flowchart, perancangan sistem, skenario, tahap-tahap implementasi dan tahap-tahap uji coba.

BAB IV ANALISA HASIL PENGAMBILAN DATA

Pada bab ini berisi evaluasi dari pelaksanaan uji coba skenario yang dibuat.Hasil pengambilan data dikumpulkan dan dianalisa.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis untuk pengembangan sistem.

DAFTAR PUSTAKA

(27)

8 LAMPIRAN

(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. MODEL JARINGAN KOMPUTER

Jaringan komputer adalah sebuah kombinasi antara hardware dengan

software yang akan mengirimkan data dari satu lokasi menuju lokasi yang

lainnya. Hardware terdiri dari peralatan fisik yang membawa sinyal dari satu titik jaringan yang lain. Sedang software terdiri dari instruksi - instruksi yang membuat mungkin layanan yang diharapkan dari jaringan[13].

Pada akhir tahun 1970, ISO (International Standarts Organization) memperkenalkan sebuah standarisasi dalam model komunikasi LAN (Local

Area Network) yang disebut OSI (Open System Interconnection) yang membagi

proses komunikasi menjadi 7 lapisan[13]. Sedangkan untuk TCP/IP hanya membagi proses komunikasi menjadi 5 lapisan saja.

Arsitektur OSI Arsitektur TCP/IP

(29)

10 2.1.1. TCP/IP Layer

Arsitektur protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protokol dan pengembangan dilakukan pada jaringan percobaan packet-switched, ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP [14].

Berikut penjelasan tiap – tiap layer dari model TCP/IP. Penjelasan dimulai

dari lapisan yang paling bawah menuju ke lapisan yang paling atas[14]. 1. Physical Layer

Physical layer, sering disebut network interface layer atau data link

layer, adalah lapisan TCP/IP yang berupa interface fisik berupa NIC

(Network Interface Card). NIC memiliki driver yang harus diinstall pada operating system sebelum digunakan. NIC menghubungkan antara perangkat transmisi data dengan media transmisi jaringan. Protokol yang terdapat pada phisycal layer yaitu SLIP (Serial Line Internet

Protocol), yaitu protokol yang metransmisikan IP Datagram melalui

saluran telepon maupun modem. SLIP tidak menyediakan physical

addressing, error control dan konfigurasi koneksi dinamis. PPP (Point

to Point Prototcol) yaitu protokol yang bertanggung jawab membuaT

(30)

11 2. Network access layer

Network Layer, sering disebut Internet Layer, pada lapisan Network ini

berfungsi sebagai lapisan pada TCP/IP yang mengontrol pengiriman paket dalam jaringan. Paket dikirim dari alamat asal menuju ke alamat tujuan sesuai jalur yang didapatkan dari tabel routing (packets routing). 3. Transport layer

Transport Layer yaitu lapisan TCP/IP yang berfungsi untuk

menyediakan layanan komunikasi dan aliran pertukaran data antar komputer. Tarnsport Layer memiliki 2 protokol :

(31)

12 Protokol ini didefinisikan pada RFC 768 pada tahun 1980 [9]. Paket data pada UDP akan diberikan header UDP, dan paket yang telah dienkasulapsi ini disebut dengan UDP datagram. UDP datagram ini akan dienkasulapsi lagi ke dalam IP datagram. IP Datagram besar maksimumnya 65535 byte, UDP Datagram besarnya 655007 byte, sedangkan IP datagram yang terkirim jika melebihi MTU sebesar 1500 byte akan difragmentasi, 1472 byte untuk user data, 20 byte untuk IP header dan 8 byte untuk UDP header[10]. Header UDP terdiri dari source port(16 bit), destination port(16 bit), length(16 bit) dan checksum(16 bit), untuk lebih lengkap bisa dilihat dari gambar berikut :

Gambar 2.1.1 Gambar Header UDP

2. TCP (Transmission Control Protocol), protokol pertukaran data

connection oriented, menyediakan layanan pengiriman data yang

reliable dengan deteksi dan koreksi kesalahan end-to-end.

TCP dikenal sebagai protocol “connection oriented”. Artinya,

(32)

13 pesan sampai terjadi proses pertukaran antar-program aplikasi. Ciri-ciri dari connection oriented adalah:

1. Semua paket mendapatkan tanda terima (acknoledgement) dari sender.

2. Paket yang hilang atau tidak diterima akan dikirimkan ulang. 3. Paket yang datang diurutkan kembali (sequence).

TCP bekerjasama dengan Internet Protocol (IP) untuk mengirimkan data antar-komputer melintasi jaringan atau internet. Jika IP menangani penghantaran data, maka TCP berperan mengawasi atau menjaga track unit individu data (yang dikenal paket).

4. Application Layer

Berisi logika yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aplikasi user, misalkan aplikasi untuk mengirim file, modul yang terpisah diperlukan secara khusus untuk aplikasi tersebut.

2.2. Wireless Local Area Network

Wireless Local Area Network (WLAN) adalah jaringan komputer yang

(33)

14 bermunculan alat yang berbasis gelombang radio seperti, mouse wireless, keyboard

wireless, remote control, handphone dan perangkat radio yang lain.

Ada dua jenis mode yang dapat digunakan yaitu berbasis infrastruktur / menggunakan access point maupun tidak menggunakan access point/Ad-hoc[15].

Menggunakan access point Ad-hocNetwork

Gambar 2.2.1 Gambar menggunakan access point dan ad-hoc Network.

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena

pada mode ad-hoc ini tidak memerlukan access point agar host dapat saling berinteraksi. Setiap host cukup memiliki transmitter dan receiver wireless untuk berkomunikasi secara langsung satu sama lain. Kekurangan dari mode ini adalah komputer tidak bisa berkomunikasi dengan komputer pada jaringan yang masih menggunakan kabel. Selain itu, daerah jangkauan pada mode ini terbatas pada jarak antara kedua komputer tersebut.

(34)

15

Access Point pada jaringan wireless seperti HUB pada jaringan wired dalam

penggunaannya data yang ditransmisikan banyak mengalami collision yang mengakibatkan banyak data yang rusak. Pada jaringan kabel collision yang terjadi dapat diatasi dengan mengganti alat yang jalankan protocol Carrier Sense Multiple Access/Collision Detection (CSMA/CD) seperti switch yang mendeteksi terjadi

collision setiap mengirimkan paket. Pada jaringan wireless untuk mengatasi

collision dengan menambah protocol Carrier Sense Multiple Access/Collision

Avoidance (CSMA/CA), prokol ini berjalan dengan cara menghindari terjadinya

collision data pada saat data ditransmisikan.

Protokol CSMA/CA berjalan dengan mengirimkan short frame berupa RTS/CTS sebelum mengirimkan data. Client mengirimkan Request to Send (RTS) kepada access point, jika client menerima Clear to Send (CTS) dari access point maka client mengirimkan data kepada access point untuk diteruskan ke tujuan dari client, jika client tidak menerima CTS dari access point maka client tidak dapat mengirimkan data kepada access point sehingga client menunggu dengan waktu tertentu.

(35)

16 penuh mengakibatkan paket data yang data selanjutnya secara otomatis di buang oleh router (mikoritk).

Berbeda ketika protokol CSMA/CA berjalan untuk akses wireless to wired, throughput tidak mengalami penurunan yang sangat signifikan seperti halnya pada saat wired to wireless, ini dikarenakan data yang berasal dari client akan masuk kedalam buffer masing – masing client dan tidak menumpuk pada buffer satu alat sehingga paket yang di buang secara otomatis lebih sedikit.

Gambar 2.1. 2 Gambar jalanya Algoritma CSMA/CA

(36)

17 2012 tepatnya tanggal 29 maret sebuah organisasi IEEE mengeluarkan sebuah standart frame untuk jaringan komnukasi pada wireless.

Pada umumnya format frame pada wireless terdapat 3 component yaitu[16]: 1. MAC header yang berisi frame control, Duration/ID, Address, sequence control information (opsional), QoS control information (opsional), HT Control (opsional).

2. Frame Body, berisi tipe dari frame serta subtype. 3. FCS, yang berisi IEEE 32-bit CRC.

Gambar 2.2.2 Gambar panjang format frame pada wireless.

2.2.1.Standarisasi Wireless (Standart 802.11)

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernaman IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11. peralatan yang sesuai dengan standar 802.11 ini dapat bekerja pada frekuensi 2.4 Ghz, dan memiliki kecepatan transfer data maksimal 2Mbps ini secara teoritis. Pada bulan juli 1999, IEEE kembali mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11b. standar ini secara teoritis memiliki kecepatan maksimal transfer data sebesar 11 Mbps. Keceptan standar 802.11b ini sebanding dengan kecepatan kabel Ethernet tradisional.

(37)

18 tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi yang baru yaitu 802.11g, dimana standar baru ini menggabungkan kelebihan yang terdapat pada standar 802.11a dan 802.11b. Standar 802.11g ini bekerja pada frekuensi 2.4 Ghz dengan kecepatan maksimal transfer data secara teoritis sebesar 54Mbps. Peralatan 802.11g ini dapat kompatibel dengan standar 802.11b. Dengan kelebihan ini sebuah komputer client yang memiliki kartu jaringan 802.11g dapat mengakses sebuah

access point yang memiliki standar 802.11b.

Dalam penggunaannya frekuensi 2.4 Ghz dapat terbagi dalam beberapa

channel, untuk Indonesia dan Amerika terdapat 11 channel yang dapat

digunakan. 11 channel ini yaitu: Channel Frequency

(GHz)

Range Channel

Range

1 2.412 2.401-2.423 1-3

2 2.417 2.406-2.428 1-4

3 2.422 2.411-2.433 1-5

4 2.427 2.416-2.438 2-6

5 2.432 2.421-2.443 3-7

6 2.437 2.426-2.448 4-8

7 2.442 2.431-2.453 5-9

8 2.447 2.436-2.458 6-10

9 2.452 2.441-2.463 7-11

10 2.457 2.446-2.468 8-11

11 2.462 2.451-2.473 9-11

12 2.467 2.456-2.478 Not US

13 2.472 2.461-2.483 Not US

14 2.484 2.473-2.495 Not US

(38)

19 2.3. Access Point

Access Point adalah sebuah perangkat jaringan yang berisi sebuah

transceiver dan antena untuk trnasmisi dan menerima sinyal ke dan dari clients.

Dengan access point (AP) client wireless bisa dengan cepat serta mudah untuk terhubung kepada jaringan LAN kabel secara wireless.

Wireless Access Point (WAP/AP) adalah sebuah alat yang digunakan untuk menghubungkan alat – alat dalam sebuah jaringan, dari dan ke jaringan wireless.

2.4. Virtual Local Area Network

Virtual Local Area Network (VLAN) adalah sebuah cara membagi sebuah

jaringan secara logical berdasarkan fungsinya, project team’s atau berdasarkan aplikasi yang dapat dilayani untuk para pengguna bukan secara fisik ataupun secara letak geografisnya sebgai contohnya semua workstations dan sebuah server yang dapat digunakan oleh sebagian workgroup dapat dihubungkan kedalam sebuah VLAN yang sama.

Penggunaan VLAN pada sebuah organisasi/perusahan yang memiliki jumlah client yang besar, dapat diperoleh keuntungan antara lain adanya penurunan penggunaan bandwidth, adanya peningkatan keamanan jaringan, adanya pembagian secara letak geografinya, yang dimaksud adalah untuk sharing sebuah

resources tidak harus dalam satu lokasi secara geografisnya.

Ketika VLAN berjalan pada wireless dan digunakan untuk melakukan pertukaran data dari dan menuju ke sebuah akses point akan menggunakan format

(39)

20 wireless dapat dikenali pada field frame control yang terdapat pada MAC Header. Di dalam field frame control berisi subfield berupa: protocol Version, Type,

Subtype, To DS, From DS, More Fragments, Retry, Power Management, More

Data, Protected Frame, and Order[16].

Gambar 2.4.1 Gambar subfield frame control.

Dapat kita lihat pada gambar terdapat field type dan Subtype, pada bagian ini akan berisi sebuah kode berupa angka yang dapat mendifinisikan isi dari frame

body. Untuk VLAN sendiri field type dan Subtype akan berisi angka 00 untuk type

(40)

21

(41)

22

Gambar 2.4.3 Gambar tabel field type dan Subtype lanjutan.

Informasi elemen terdapat 120 jenis informasi elemen yang terdapat pada Wireless. Pada umumnya informasi element berisi 1 octet Element ID field dan 1

octet Length field dan variable-length element-specific Information field dimana

panjang dari variable-length element-specific Information field akan mengikuti panjang dari Length field.

(42)

23 Isian dari Element ID didefinisikan pada tabel berikut ini:

(43)

24

(44)

25

(45)

26

Gambar 2.4. 8 Gambar tabel field Element ID lanjutan.

Gambar 2.4.9 Gambar tabel field Element ID lanjutan.

(46)

27

Trafic Stream. Struktur pada TCLAS element yaitu element ID, Length, User

Priority dan Frame Classifier:

Gambar 2.4.10 Gambar TCLAS field Element ID.

Untuk Frame Classifier memiliki subfield: Classifier Type, Classifier Mask, dan

Classifier Parameters

Gambar 2.4.11 Gambar Frame Classifier subfield.

Parameter yang digunakan dalam TCLAS sebagai berikut:

(47)

28 Dapat di lihat pada gambar bahwa tag untuk VLAN terdapat pada Classifier

type dengan kode 2 dengan Classifier parameters IEEE 802.1Q parameters. Jika di

lihat lebih lanjut maka Frame Classifier untuk VLAN akan berisikan Classifier

Type 2, Classifier Mask dan 802.1Q LAN TCI.

Gambar 2.4. 13 Gambar frame VLAN pada wireless.

2.5. MikroTik

MikroTik adalah perusahaan Latvia yang didirikan pada tahun 1995 untuk mengembangkan router dan sistem ISP nirkabel. MikroTik sekarang menyediakan hardware dan software untuk konektivitas internet di sebagian besar negara di seluruh dunia.

Pengalaman MikroTik dalam menggunakan standar industri hardware PC dan sistem routing yang lengkap memungkinkan MikroTik pada tahun 1997 untuk menciptakan sistem perangkat lunak RouterOS yang memberikan stabilitas yang luas, kontrol, dan fleksibilitas untuk semua jenis interface data dan routing.

Pada tahun 2002 MikroTik memutuskan untuk membuat hardware mereka sendiri, dan merek RouterBOARD lahir. MikroTik memiliki reseller di sebagian besar dunia, dan pelanggan di mungkin setiap negara di planet ini.

(48)

29 2.5.1 RouterOS

Produk utama MikroTik adalah sistem operasi berbasis Linux yang dikenal sebagai MikroTik RouterOS. Diinstal pada perangkat keras milik perusahaan (RouterBOARD), atau pada komputer berbasis x86 standar, mengubah komputer ke router jaringan dan mengimplementasikan berbagai fitur tambahan, seperti firewall, jaringan virtual (VPN) layanan pribadi dan klien, manajemen bandwidth dan kualitas pelayanan, fungsi wireless access point dan fitur lain yang umum digunakan ketika jaringan interkoneksi. Sistem ini juga mampu berfungsi sebagai sistem hotspot berbasis captive-portal.

Sistem operasi berlisensi dalam meningkatkan tingkat layanan, masing-masing merilis lebih dari fitur RouterOS tersedia. Sebuah aplikasi MS Windows yang disebut Winbox menyediakan antarmuka pengguna grafis untuk konfigurasi RouterOS dan pemantauan, namun RouterOS juga memungkinkan akses melalui FTP, telnet, dan aman shell (SSH). Sebuah antarmuka pemrograman aplikasi yang tersedia untuk akses langsung dari aplikasi untuk pengelolaan dan pemantauan.

2.5.2. RouterBOARD

Perusahaan memproduksi serangkaian papan sirkuit terpadu, dipasarkan dengan nama RouterBOARD, serta komponen aksesori yang menerapkan platform operasi hardware lengkap untuk RouterOS.

(49)

30 wireless 802.11n MIMO dan perangkat TDMA untuk penggunaan indoor dan outdoor, serta router bare PCB untuk integrasi ke dalam solusi kustom.

Terlepas dari kenyataan dikembangkan in-house patch kernel Linux yang diperlukan untuk dukungan hardware tidak disediakan untuk umum oleh MikroTik,banyak versi RouterBOARD baik didukung oleh peranti lunak berbasis Linux pihak ketiga, terutama OpenWRT.

2.5.3. Prinsip Kerja Router

- Router bekerja berdasarkan tabel routing

- Tabel routing berisi informasi tentang semua jaringan yang ada, forward data didasarkan pada tabel routing

- Pada dasarnya paket dari komputer berjalan hop/langkah demi hop/langkah melewati semua jaringan yang menghadangnya sampai ke tempat tujuan - Pada setiap hop, sebuah router meneruskan paket menuju tujuan.

- Router-lah yang harus memutuskan paket ini harus melewati router mana

saja dengan menggunakan tabel routing, yang merupakan sekumpulan aturan yang memberitahu router mengenai hop berikutnya untuk melanjutkan paket sampai ke tujuan.

2.6 Parameter Performa Jaringan

(50)

31 - Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis

- Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan

- Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitive terhadap delay, seperti voice, video, transfer file dsb.

- Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

2.6.1 Troughput

Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dengan satuan bps (bit per

second). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sampai ke

tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu tersebut. Ada juga yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima.

2.6.2 Packet Loss

(51)

32 paket selanjutnya hilang. Berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) ditentukan persentase packet loss untuk jaringan adalah:

- Good (0-1%)

- Acceptable (1-5%)

- Poor (5-10%)

2.6.3 Delay (Latency)

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena itu mekanisme antrian dan routing juga berperan.

2.6.4 Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay-nya besar, sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay-nya kecil. Jitter dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data, dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir perjalanan.

2.6.5 Bandwidth

(52)

33 Banyak orang awam yang kadang menyamakan arti dari istilah Bandwidth dan Data

Transfer, yang biasa digunakan dalam internet, khususnya pada paket-paket web

hosting. Bandwidth sendiri menunjukkan volume data yang dapat di transfer per

unit waktu.

Sedangkan Data Transfer adalah ukuran lalu lintas data dari website. Lebih mudah kalau dikatakan bahwa bandwidth adalah rate dari data transfer. Didalam jaringan computer, bandwidth sering digunakan sebagai suatu sinonim untuk data

transfer rate yaitu jumlah data yang dapat dibawa dari sebuah titik ke titik lain

dalam jangka waktu tertentu (pada umumnya dalam detik). Jenis bandwidth ini biasanya diukur dalam bps (bits per second). Adakalanya juga dinyatakan dalam

Bps (bytes per second). Secara umum, koneksi dengan bandwidth yang besar/tinggi

(53)

34

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1.Urutan Percobaan

Pengujian tugas akhir ini diawali dengan penentuan desain jaringan. Penentuan desain jaringan digunakan untuk mengukur kinerja jaringan. Pada tugas akhir ini digunakan 2 desain jaringan yang digunakan yaitu jaringan wireless menggunakan VAP saja, desain ini digunakan sebagai tolak ukur awal jaringan untuk pengukuran selanjutnya. Desain yang kedua yaitu jaringan wireless menggunakan VAP ditambah dengan VLAN. Kedua desain ini di jelaskan secara rinci pada bagian 3.3 Skenario Jaringan.

Setelah desain jaringan terbentuk selanjutnya adalah mengkonfigurasi system yang digunakan sebagai alat ukur, system yang digunakan ialah iperf versi 2.0.5.3. Konfigurasi yang rinci dapat dilihat pada Bab 4.1.1 Konfigurasi Iperf.

Langkah selanjutnya adalah pengujian. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 10 komputer yang terhubung dengan jaringan wireless yang kemudian kita menjalankan iperf. Pengujian kinerja jaringan di jelaskan secara lebih detail pada Skenario pengujian.

Setiap sekali pengujian kinerja selesai data hasil pengujian di dicatat oleh penulis. Hasil data yang sudah dicatat maka akan di hitung dan menghasilkan sebuah informasi yang kemudian dianalisis. Hasil data dapat dilihat secara rinci pada lampiran.

(54)

35

Gambar 3.1.1 Flowchart Perancangan Sistem

3.2.Perancangan Sistem

Kegiatan ini dilakukan setelah semua informasi yang diperlukan diperoleh dan dikaji secara cermat. Penggambaran sistem dalam bentuk design dengan perancangan sistem untuk skenario topologi jaringan

wireless virtual acces point tanpa menggunakan VLAN dan jaringan

wireless virtual acces point menggunakan VLAN.

Penentuan Desain Jaringan

Konfigurasi sistem

Pengujian

Pencatatan delay, paket loss dan troughput

Berfungsi ?

Analisis Data

Tidak

Ya

(55)

36 3.3.Skenario Pengujian

Pada penelitian ini menggunakan topologi jaringan satu tetapi memiliki beberapa skenario yang bisa di pakai dalam pengujiannya. Di setiap scenario yang di buat akan di ukur langsung tingkat kinerja dari

Virtual Local Area Network pada wireless menggunakan teknologi Virtual

Access Point. Dalam penilaian tingkat kinerjanya dapat kita lihat dari 2

parameter yaitu throughput, packet loss dan delay.

Pada pengujian penulis menggunakan protocol UDP untuk mengetahui kinerja jaringan. Penulis memilih protocol UDP karena penulis ingin mengetahui kinerja maksimal di setiap scenario yang penguji yang di buat. Adapun desain system ini ialah:

3.3.1. Skenario Pengujian 0

1. Skenario Pengujian jaringan wireless hanya menggunakan Access Point.

2. Jumlah komputer yang terhubung adalah jaringan sebanyak 1 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Pengujian ini untuk mengetahui tentang karakteristik penggunaan wireless pada umumnya.

(56)

37

Gambar 3.1.2 Gambar Jaringan wireless tanpa menggunakan virtual access point (vap)

3.3.2. Skenario Pengujian 1 VAP

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 1 virtual

acess point.

2. Jumlah komputer yang terhubung adalah komputer sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

(57)

38 5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

Gambar 3.1.3 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan satu virtual access point (vap)

3.3.2. Skenario Pengujian 1 VLAN

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 1 virtual

acess point di tambahkan dengan 1 VLAN.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput yang di dapatkan pada pengujian ini di bandingkan throughput VAP tanpa VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan

Server 192.168.170.1/29

SSID 1

WIRESHARK

PC 1 192.168.171.2/24 192.168.170.2/29

Mikrotik

192.168.171.1/24 Mikrotik wireless WIRESHARK

(58)

39 wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

6. Pada penujian VLAN ini masih menggunakan VAP. Pembuatan VLAN jumlahnya sama dengan jumlah pembuatan VAP yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.1.4 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan satu virtual access point (vap) dan

virtual local area network (vlan)

3.3.3. Skenario Pengujian 2 VAP

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 2 virtual

acess point.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput VAP tanpa VLAN digunakan sebagai acuan pembanding kinerja VAP menggunakan VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

VAP 1

Mikrotik wireless AP – Bridge 192.168.170.2/29

10.20.30.1/24

Vlan 01

SSID 1 & VLAN 01

WIRESHARK

PC 1 10.20.30.3/24

Server

(59)

40 5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

Gambar 3.1.5 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan dua virtual access point (vap)

3.3.4. Skenario Pengujian 2 VLAN

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 2 virtual

acess point dan 2 VLAN.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput yang di dapatkan pada pengujian ini di bandingkan throughput VAP tanpa VLAN. Masing-masing

192.168.170.2/29 Mikrotik Server

192.168.170.1/29 192.168.176.1/29

SSID 2

WIRESHARK

PC 2 192.168.172.2/24 SSID 1

PC 1 192.168.171.2/24 192.168.171.1/24

Mikrotik wireless

192.168.172.1/24 Mikrotik wireless

WIRESHARK

(60)

41 pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

6. Pada penujian VLAN ini masih menggunakan VAP. Pembuatan VLAN jumlahnya sama dengan jumlah pembuatan VAP yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.1.6 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan dua virtual access point (vap) dan

virtual local area network (vlan)

3.3.5. Skenario Pengujian 3 VAP

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 3 virtual

acess point.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

(61)

42 4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput VAP tanpa VLAN digunakan sebagai acuan pembanding kinerja VAP menggunakan VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

Gambar 3.1.7 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan tiga virtual access point (vap)

3.3.6. Skenario Pengujian 3 VLAN

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 3 virtual

acess point dan 3 virtual local area network.

(62)

43 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput yang di dapatkan pada pengujian ini di bandingkan throughput VAP tanpa VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

6. Pada penujian VLAN ini masih menggunakan VAP. Pembuatan VLAN jumlahnya sama dengan jumlah pembuatan VAP yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.1.8Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan tiga virtual access point (vap) dan

(63)

44 3.3.7. Skenario Pengujian 4 VAP

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 4 virtual

acess point.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput VAP tanpa VLAN digunakan sebagai acuan pembanding kinerja VAP menggunakan VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

(64)

45

Gambar 3.1.9 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan empat virtual access point (vap)

3.3.8. Skenario Pengujian 4 VLAN

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 4 virtual

acess point dan 4 virtual local area network.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput yang di dapatkan pada pengujian ini di bandingkan throughput VAP tanpa VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

(65)

46 wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

6. Pada penujian VLAN ini masih menggunakan VAP. Pembuatan VLAN jumlahnya sama dengan jumlah pembuatan VAP yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.1. 10 Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan empat virtual access point (vap) dan virtual local area network (vlan)

3.3.9. Skenario Pengujian 5 VAP

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 5

virtual acess point.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

menggunakan Iperf.

4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput VAP tanpa VLAN digunakan sebagai acuan pembanding kinerja VAP menggunakan VLAN.

(66)

47 Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

Gambar 3.1. 11Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan lima virtual access point (vap)

3.3.10. Skenario Pengujian 5 VLAN

1. Skenario Pengujian jaringan wireless dengan menambahkan 5 virtual

acess point dan 5 virtual local area network.

2. Jumlah komputer yang terhubung dalah jaringan sebanyak 10 buah. 3. Pengujian meliputi pengujian performa transfer paket-paket UDP

(67)

48 4. Ukuran datagram UDP 16 Kbyte. Pengujian dengan memberikan ukuran bandwidth sebesar 100mb, pengujian ini berguna untuk pengukuran throughput. Throughput yang di dapatkan pada pengujian ini di bandingkan throughput VAP tanpa VLAN. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu 5 menit, sebanyak 5 kali pengujian.

5. Pengujian ini terdapat 2 jenis data yang didapat yaitu data wireless to wired dan data wired to wireless. Pengujian ini menyelesaikan wireless to wirednya dulu setelah setelah selesai secara otomatis dilanjutkan dengan wired to wireless.

6. Pada penujian VLAN ini masih menggunakan VAP. Pembuatan VLAN jumlahnya sama dengan jumlah pembuatan VAP yang telah dibuat sebelumnya.

Gambar 3.1.12Gambar Jaringan wireless dengan menggunakan lima virtual access point (vap)

dan virtual local area network (vlan)

(68)

49 3.4.Pemilihan Hardware dan Software

3.4.1. Hardware yang Digunakan

3.4.1.1Spesifikasi Hardware untuk PC Server

- Intel Pentium Dual Core Processor G620 (2.6Ghz, 3M, 1066 Mhz FSB) - Harddisk 500 GB

- RAM 2GB DDR3 1066Mhz

- Video Card Intel Graphics Media Accelerator (Intel GMA) X4500 - FastEthernet LAN

3.4.1.2 Spesifikasi Hardware untuk PC Client

- Intel Pentium Dual Core Processor G620 (2.6Ghz, 3M, 1066 Mhz FSB) - Harddisk 500 GB

- RAM 2GB DDR3 1066Mhz

- Video Card Intel Graphics Media Accelerator (Intel GMA) X4500 - FastErthernet LAN

3.4.2. Software yang Digunakan

3.4.2.1. Software PC untuk Client

- Operating Ubuntu 14.2 - Iperf

3.4.2.2. Software PC untuk Server

(69)

50 3.5. Pengujian

Pada tahap pengujian dilakukan bila konfigurasi hardware dan software harus sudah jadi, sedangkan tabel routing untuk tiap router harus sudah terbentuk.

3.5.1 Uji Performa Jaringan Menggunakan Iperf

Iperf digunakan untuk menguji performa unjuk kerja jaringan dengan membangkitkan layanan komunikasi TCP dan UDP client-server.

3.5.1.1. Traceroute

Traceroute (Tracert) adalah perintah untuk menunjukkan rute

yang dilewati paket untuk mencapai tujuan. Ini dilakukan dengan mengirim pesan Internet Control Massage Protokokl (ICMP) Echo Request ke tujuan. Rute yang ditampilkan adalah daftar interface router (yang paling dekat dengan host) yang terdapat pada jalur antara host dan tujuan #traceroute [ip tujuan].

3.5.1.2. Ping

(70)

51 3.5.1.3. Ip Route

Show IP route untuk menunjukkan jalur/rute ip tetangga yang dilalui jika ingin mengirim paket data, didapatkan dari tabel routing.

(71)

52

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN ANALISA

Pada bab 4 ini, membahas tentang langkah-langkah implementasi dan analisa terhadap hasil pengujian UDP. Pengujian dilakukan untuk membandingkan unjuk kerja pengaruh VLAN pada wireless dengan teknologi virtual acess point.

4.1. Implementasi

Hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengujian yaitu melakukan implementasi, membangun topologi jaringan terlebih dahulu. Setelah itu melakukan konfigurasi wireless interfaces pada router.

4.1.1. Konfigurasi Iperf

Konfigurasi Iperf untuk transfer file datagram pada sisi client dan server. Perintah iperf dijalankan di dalam terminal Ubuntu, adapun perintah konfigurasinya sebagai berikut:

1. Konfigurasi pengiriman paket datagram sisi client

C:\> iperf.exe –c [ip address server] –u –l [ukuran paket datagram] –b [bandwidth] –r

2. Konfigurasi pengiriman paket datagram pada sisi server

(72)

53 4.2. Hasil Uji Pengukuran

4.2.1. Pengukuran Throughput UDP

Pengukuran Throughput UDP menggunakan aplikasi Iperf dilakukan dengan mengirimkan paket UDP. Masing-masing pengujian dengan mengirimkan paket datagram sebanyak-banyaknya dalam durasi waktu selama 5 menit sebanyak 5 kali. Selain itu pengujian dilakukan dengan mengatur bandwidth sebesar 100mb sehingga didapatkan table dan grafik berikut:

4.2.1.1. Hasil Pengujian Total Throughput wireless to wired dan wired to wireless

pada wireless untuk setiap pertambahan jumlah komputer.

Total Throughput (Mbps)

WIRELESS TO WIRED

WIRED TO WIRELESS

komputer 1 26.13 20.35 komputer 2 24.75 12.50 komputer 3 24.31 8.54 komputer 4 23.88 4.89 komputer 5 23.18 3.93

komputer 6

komputer 7

komputer 8

komputer 9

komputer

10 23.15 2.15

(73)

54

Grafik 4. 1 Grafik Hasil Pengujian Throughput wireless to wired dan wired to wireless pada wireless untuk setiap pertambahan jumlah komputer

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik pada wireless menunjukan adanya perbedaan Throughput antara wireless to wired dengan wired to wireless. Perbedaan throughput wired to wireless yang hasilnya tidak seperti wireless to wired di sebabkan oleh perbedaan kecepatan antara

wireless dengan kabel. Perbedaan kecepatan antara kedua perantara ini membuat

data ketika wired to wireless masuk kedalam buffer sebelum di transmisikan ke jaringan wireless. Buffer yang penuh membuat data otomatis dibuang oleh router mikrotik sehingga membuat throughput menurun.

Penurunan Throughput wireless to wired menurun seiring dengan pertambahan jumlah client yang terkoneksi pada access point di mikrotik. Penurunan Throughput ini disebabkan oleh protocol CSMA/CA, protocol

26.13

24.75 24.31 23.88

23.78 23.48

20.35

12.504 8.54

4.894 3.93

2.148

0 5 10 15 20 25 30

1 kom 2 Kom 3 kom 4 kom 5 kom 6 kom 7 kom 8 kom 9 kom 10 kom

Throughput

TOTAL THROUGHPUT PADA WIRELESS

(74)

55 CSMA/CA ini membuat komputer lain yang tidak mendapatkan CTS menunggu sehingga data akan masuk dalam buffer yang terdapat pada komputer client.

Pengujian ini di kerjakan untuk mengetahui bagaimana kinerja jaringan wireless ketika terjadi penambahan client yang menggunakan access point. Pada pengujian ini juga akan digunakan sebagai acuan kinerja pada tugas akhir ini terkhusus untuk hasil throughput wireless to wired dan wired to wireless dengan jumlah 10 komputer.

4.2.1.2. Perbandingan Total Throughput pada setiap penambahan Virtual

Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired to wireless pada 10 komputer.

Throughput wireless to wired (Mbps)

Sk

Tabel 4.2 Perbandingan Total Throughput wireless to wired pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired

to wireless pada 10 komputer.

Grafik 4.2 Grafik Perbandingan Total Throughput wireless to wired pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired

dan Wired to wireless pada 10 komputer.

23.48 23.20 23.24 22.66 23.42 22.42 23.44 22.22 23.44

21.95 23.47

(75)

56 Throughput Wired to wireless (Mbps)

Ske

Tabel 4. 3 Perbandingan Total Throughput wired to wireless pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired dan Wired

to wireless pada 10 komputer.

Grafik 4. 3 Grafik Perbandingan Total Throughput Wired to wireless pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk Wireless to wired

dan Wired to wireless pada 10 komputer.

Berdasarkan skenario 0, 1 VAP dan 1 VLAN pada Tabel 4.3 dan Grafik 4.3 penggunaan 1 VLAN pada sebuah jaringan berdampak pada menurunnya throughput ini disebabkan ketika hanya 1 VLAN maka tidak ada perubahan collision domain dan broadcast domain. Penggunaaan 1 VLAN memiliki broadcast domain dan collision domain yang sama pada skenario 0.

Penurunan throughput pada 1 VLAN juga disebabkan adanya tagging pada saat paket data dikirmkan. Pembuatan VLAN yang lebih dari 1 pada sebuah jaringan akan meningkatkan throughput ini disebabkan oleh mengecilnya broadcast domain ini terhilat pada scenario 2 VLAN, 3 VLAN, 4 VLAN dan 5 VLAN.

2.15 2.00 1.98 1.94 2.13

1.86

(76)

57 Broadcast domain yang mengecil juga akan berdampak pada mengecilnya paket loss dan delay.

Berdasarkan Tabel 4.2, Grafik 4.2 dan Tabel 4.3, Grafik 4.3 menunjukkan penurunan throughput wireless to wired tidak signifikan ketika di tambahkan VAP pada router mikrotik ini disebakan data yang belum di transmisikan masuk kedalam

buffer yang ada pada masing komputer yang di gunakan oleh client.

Berbeda dengan throughput wired to wireles yang dapat di lihat pada Tabel 4.3 Grafik 4.3 menunjukkan dengan penurunan sangat besar penyebabnya adalah perbedaan kecepatan transmisi data dari kabel ke wireless yang menyebakan data yang data masuk kedalam buffer yang hanya ada pada mikrotik sehingga banyak data dibuang secara otomatis oleh mikrotik.

4.2.2. Pengukuran Packet Loss UDP

(77)

58

4.2.2.1 Perbandingan Total Packet Loss pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk wireless to wired dan wired to wireless pada 10 komputer

Tabel 4. 4 Tabel Perbandingan Total Packet Loss pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk wireless to wired dan Wired to wireless

pada 10 komputer.

Grafik 4. 4 Grafik Perbandingan Total Packet Loss pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk wireless to wired dan Wired to wireless

pada 10 komputer.

Packet Loss Wired to wireless (%)

Ske

Tabel 4. 5 Tabel Perbandingan Total Packet Loss Wired to wireless pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk wireless to wired dan

Wired to wireless pada 10 komputer.

Packet Loss wireless to wired (%)

Ske

0.08 0.08 0.92 0.08 1.36 0.08 1.79

Packet Loss Upload (%)

(78)

59

Grafik 4. 5 Grafik Perbandingan Total Packet Loss Wired to wireless pada setiap penambahan Virtual Access Point dengan penambahan Virtual Local Area Network untuk wireless to wired dan

Wired to wireless pada 10 komputer.

Berdasarkan Tabel 4.4 dan Grafik 4.4 menunjukan bahwa paket loss wireless to wired membesar seiring bertambahnya virtual access point ini di sebabkan protokol CSMA/CA yang berjalan di jaringan wireless. Protokol CSMA/CA yang hanya memberikan layanan pada salah satu pengguna yang mendapatkan CTS mengakibatkan data selain yang ditunjuk masuk ke dalam buffer dan ketika buffer penuh maka secara otomatis data yang datang selanjutnya di drop oleh komputer client.

Berbeda dengan paket loss wired to wireless yang dapat di lihat pada Tabel 4.5 Grafik 4.5 menunjukkan dengan penurunan penyebabnya adalah perbedaan kecepatan transmisi data dari kabel ke wireless yang menyebakan data yang data masuk kedalam buffer yang hanya ada pada mikrotik sehingga banyak data dibuang secara otomatis oleh mikrotik.

Akan Tetapi penggunaan Virtual Local Area Network dapat memperbaiki

Throughput, khususnya packet loss wired to wireless dikarenakan penggunaan

98.79 98.82 99.00 98.84 97.82 98.85 97.82 99.00 97.80 99.10 95.98

0

Packet Loss Download (%)

Gambar

Gambar 2.1.1 Gambar Header UDP
Gambar 2.2.1 Gambar menggunakan access point dan ad-hoc Network.
Gambar 2.1. 2 Gambar jalanya Algoritma CSMA/CA
Gambar 2.2.2 Gambar panjang format frame pada wireless.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi kultur jamur kayu berdasarkan reaksi dengan asamgalat dan asamtanat (reaksi oksi- dasi) pada medium agar telah dilakukan oleh Nobles [9] pada beberapa

[r]

Hasil analisa menunjukkan bahwa pengembangan standar untuk proses operasi atau teknik insersi tidak perlu dilakukan, hal ini dikarenakan faktor kompetensi pelaku insersi dan

Menurut pendapat penulis bahwa berdasarkan dari hasil wawancara dengan pemilik peternakan Bapak Indarto dan 5 orang warga yang rumahnya berdekatan dengan

(2) Kegiatan alih muat antar kapal (ship to ship) termasuk tongkang tanpa melalui dermaga di dalam Daerah Wilayah 4 (empat) mil laut dari garis pantai pelabuhan khusus terdekat atau

Analisis komponensial yang didapat dalam penelitian mengenai peran perempuan Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandhu Indramayu yang meliputi fungsinya dalam masyarakat

(3) Jika nilai perolehan objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf n tidak diketahui atau lebih rendah dari pada NJOP yang digunakan

16 Semakin banyaknya investasi dalam bidang food and energy, misalnya melalui kebijakan ekonomi yang dijalankan pemerintah memberikan gambaran akan hal ini bahwa perebutan