MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
SURI DEWI YANTI Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ii
ABSTRAK
PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK
SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
SURI DEWI YANTI
Hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung, diketahui bahwa
penguasaan materi siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan
ajar oleh guru yang masih terbatas saat proses belajar mengajar. Sehingga
diperlukan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan penguasaan materi dan
aktivitas belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan bahan ajar leaflet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar leaflet terhadap
penguasaan materi dan aktivitas siswa. Desain penelitian ini adalah pretes postes
non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB yang dipilih
dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa penguasaan materi yang
diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis secara
iii
SPSS 16. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan
siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet yang dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dapat
meningkatkan penguasaan materi oleh siswa dengan rata-rata N-gain (59,49) lebih
tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan buku pelajaran (27,82).
Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati
dengan rata-rata yang lebih tinggi pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol
(eksperimen = 78,06; kontrol = 61,33). Selain itu, sebagian besar siswa
memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar leaflet.
xiii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39
B. Pembahasan ... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50
xiv
1. Silabus ... 54
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58
3. Bahan Ajar Leaflet... 80
4. Kisi-Kisi Angket Siswa ... 83
5. Angket Tanggapan Siswa ... 84
6. Lembar Kerja Siswa ... 86
7. Rubrik Lembar Kerja Kelompok ... 92
8. Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 94
9. Kisi-Kisi Pretes Postes ... 97
10 Soal Pretes dan Postes ... 100
11 Rubrik Test ... 102
12 Kunci Jawaban Pretes Postes ... 103
13 Data-Data Hasil Penelitian ... 104
14 Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 113
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan
suasana pembelajaran yang dapat menggali potensi setiap anak didiknya.
Sebagaimana amanat Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, bahwa: ”pendidik memiliki kewajiban untuk menciptakan
“suasana pendidikan” yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis“ (Depdiknas, 2003: 40 ayat 2a).
Masalah pendidikan yang sering dihadapi di sekolah adalah dari segi proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Guru
dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama
mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi
yang diajarkan. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah
bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa
secara tuntas (Djamarah, 2006: 1).
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum
siswa. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor
penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa
(Hamalik, 2002: 172). Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi
oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas murid, guru, bahan atau materi
pelajaran, dan berbagai sumber belajar (Arsyad, 2000: 1). Bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi
dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara okumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid, 2007: 174).
Guru tidaklah tepat jika hanya bergantung pada satu jenis sumber belajar
sebagai satu-satunya sumber belajar. Seorang guru harus melakukan analisis
dan mengumpulkan materi yang sesuai dari berbagai sumber belajar untuk
dikembangkan dalam bentuk bahan ajar (Narwanti dan Somadi, 2012: 69).
Penggunaan bahan ajar yang tidak bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan
sehingga diperlukan bahan ajar yang bervariasi yang menarik minat siswa
untuk membacanya.
Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
observasi diketahui bahwa penggunaan bahan ajar oleh guru masih terbatas
saat kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran, guru hanya
menggunakan buku dan LKS yang beredar sebagai bahan ajar. Buku teks
pelajaran yang digunakan guru juga terbatas pada satu sumber buku saja.
Hal ini tentunya berpengaruh pada kegiatan pembelajaran, seperti saat
berdiskusi terlihat hanya beberapa orang siswa yang mendominasi sedangkan
yang lain hanya mendengarkan atau melakukan aktivitas lain yang tidak
dikuasai oleh siswa. Ketersediaan sumber belajar yang kurang menarik diduga
sebagai penyebab rendahnya aktivitas dan penguasaan materi siswa. Terlihat
pada materi sistem pernapasan manusia sebagian siswa belum mampu
mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah, KKM yang ditentukan untuk
mata pelajaran biologi 73. Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan inovasi
dan kreasi guru dalam mengembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa
dengan memvariasikan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi
yang diajarkan sekaligus dapat menjadi sumber pelajaran bagi siswa ditengah
keterbatasan sumber belajar.
Salah satu bahan ajar yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan
penguasaan siswa terhadap suatu materi adalah leaflet. Leaflet adalah bahan
cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar
terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan
ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami (Murni, 2010: 1). Penelitian Rahma (2010:1) menyimpulkan bahwa
penggunaan modul bergambar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar
ranah kognitif siswa kelas XI SMA Negeri 3 Subang. Sejalan dengan itu
penelitian Khumaidah (2011: 1) menunjukkan bahwa penggunaan metode
diskusi dengan media leaflet efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI
SMA Sultan Fatah pada materi sistem pencernaan. Penelitian Merta (2012: 1)
menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dengan model
pembelajaran STAD meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI SMA
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan
penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahan ajar bentuk leaflet yang
dikombinasikan dengan metode diskusi pada materi pokok sistem pernapasan
kelas VIII SMPN 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh secara signifikan
terhadap penguasaan materi siswa?
2. apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa?
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian
ini untuk mengetahui:
1. pengaruh bahan ajar leaflet terhadap penguasaan materi siswa pada materi
pokok sistem pernapasan.
2. pengaruh bahan ajar leaflet terhadap aktivitas belajar siswa pada materi
D.Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. bagi peneliti
menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi
dengan menggunakan bahan ajar leaflet.
2. bagi siswa
a. dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari
materi pokok sistem pernapasan.
b. memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam
mencari informasi sendiri.
3. bagi guru
a. memberikan alternatif bahan ajar yang tepat untuk meningkatkan
penguasaan materi siswa.
b. meningkatkan kecakapan dalam menentukan bahan ajar yang sesuai
dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah.
4. bagi Sekolah
memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran
biologi disekolah melalui bahan ajar leaflet.
E.Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,
maka batasan masalah yang berikan yaitu:
1. bahan ajar leaflet yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah bahan cetak
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta
mudah dipahami (Murni, 2010: 1).
2. penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini berdasarkan nilai yang
diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-gain pada materi pokok Sistem
Pernapasan.
3. aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang diamati antara lain
mengemukakan pendapat/ ide, bertanya, bekerjasama dengan teman dalam
menyelesaikan tugas kelompok, dan mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
4. materi yang diajarkan kepada siswa selama penelitian adalah materi
pelajaran Biologi kelas VIII semester ganjil pokok bahasan sistem
pernapasan manusia dengan standar kompetensi (S.K.1) “memahami
berbagai sistem dalam kehidupan manusia” dan kompetensi dasar (KD 1.5)
mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan
kesehatan.
5. subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen dan
kelas VIIIA sebagai kelas kontrol SMP Negeri 28 Bandar Lampung
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014.
F. Kerangka Pikir
Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru tetapi juga pemilihan bahan
ajar yang tepat dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan inti dari proses
meningkatkan minat siswa dalam memahami pelajaran Biologi. Oleh karena
itu, kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar yang menarik sekaligus
sesuai dengan karakteristik materi sangat diperlukan agar penyampaian materi
kepada siswa lebih efektif dan efisien.
Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar diharapkan dapat menarik minat siswa
untuk membacanya. Kehadiran leaflet yang disertai dengan ilustrasi serta
warna disamping bahasanya yang sederhana, merupakan stimulus yang
menarik perhatian siswa untuk melihatnya dibandingkan dengan buku teks
yang tebal dan penuh dengan kata-kata. Selain itu leaflet dapat disusun sesuai
dengan kompetensi dasar yang pada materi pokok yang harus dikuasai siswa.
Sehingga dapat meminimalkan miskonsepsi terhadap suatu materi yang sering
terjadi karena penggunaan buku pelajaran yang tidak sesuai dengan kompetensi
dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan demikian leaflet diharapkan dapat
menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa ditengah terbatasnya sumber
belajar.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan ajar leaflet.
Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan materi dan
aktivitas siswa
Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat Keterangan: X: penggunaan bahan ajar leaflet; Y1: penguasaaan materi siswa, Y2: aktifitas siswa.
X
Y1
G.Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leaflet
terhadap penguasaan materi siswa kelas VIII SMP Negeri 28
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 pada materi pokok
sistem pernapasan
H1 = Ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leaflet
terhadap penguasaan materi siswa kelas VIII SMP Negeri 28
Bandar Lampung Tahun Pelajaran2013/2014 pada materi pokok
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Bahan Ajar
Pannen (dalam Belawati, 2003: 2) mendefinisikan bahan ajar sebagai
bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan
guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Madjid (2007: 174),
bahan ajar adalah segala bentuk bahan,informasi, alat dan teks yang digunakan
untuk membantu guru /instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Bahan ajar/materi kurikulum merupakan isi/muatan kurikulum yang
harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.
Selanjutnya Bahti dan Ikhwansyah (2011: 20) berpendapat bahwa
prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip-prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Karena itu materi pembelajaran yang dipilih untuk
diajarkan oleh guru yang harus dipelajari oleh siswa hendaknya berisikan
materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang untuk tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan pelajaran merupakan komponen yang
tidak bisa diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang diupayakan untuk
(2006: 172) bahwa dalam memberikan bahan ajar hendaknya sesuai dengan
kemampuan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.
Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik diperlukan analisis terhadap kurikulum,
analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar (Sunendar
dan Wasid, 2008: 173). Selain itu ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam melakukan pengembangan bahan ajar. Faktor-faktor
tersebut antara lain kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan
penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan, serta kelengkapan
komponen bahan ajar (Belawati, 2003: 2).
Menurut Sunendar dan Wasid (2008: 172) bahwa bahan ajar memiliki beberapa
peranan antara lain:
1. mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai
pengajaran serta mendemostrasikan aplikasinya dalam bahan ajar disajikan
2. menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
3. menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap
4. menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk
memotivasi peserta didik
5. menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis
6. menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat
Menurut Madjid (2007: 174), bahan ajar disusun dengan tujuan membantu
siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan bahan
ajar, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan
pembelajaran menjadi menarik.
Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu: bahan cetak (material
printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset,
radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar
(audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar interaktif
(interactive teaching material) seperti, compact disk (CD) interaktif (Sunendar
dan Wasid 2008: 173).
Menurut Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 29), bahan ajar cetak harus
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1. susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang
singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas
pembaca.
2. bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,
jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
3. menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, cheklist
untuk pemahaman.
4. stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong
pembaca untuk berpikir, menguji stimulan.
yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur,
mudah dibaca.
6. materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian,
lembar kerja (work sheet).
Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: judul, petunjuk
belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK)
dan evaluasi. Tetapi dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam
strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna
mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks
berikut ini:
Tabel 1. Struktur bahan ajar
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Br
Ket: Ht: handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa, Bro: Brosur, Lf: Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar, Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005: 27-28)
Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar mendatangkan
beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam
sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa
bagian mana yang sedang dipelajari, biaya untuk pengadaannya relatif sedikit,
bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah,
susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi
individu, bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja, bahan ajar
yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas seperti
menandai, mencatat dan membuat sketsa, bahan tertulis dapat dinikmati
sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, pembaca dapat mengatur tempo
secara mandiri.
Salah satu jenis bahan ajar cetak (material printed) adalah leaflet. Menurut Edi
(2010: 1), leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan
tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal
atau peristiwa.
Menurut Webster (1998), “leaflet is a usually folded printed sheet intended for free distribution (leaflet adalah suatu lembar yang dicetak pada umumnya dilipat untuk didistribusikan secara cuma-cuma)”.
Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi
dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami. Leaflet sebagai media cetakan harus disusun secara sistematis,
bahasa yang mudah dimengerti dan menarik. Sehingga dalam penyusunannya
leaflet perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain substansi materi memiliki
relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh
siswa, materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal
dipertanggungjawabkan, kalimat yang disajikan singkat dan jelas, menarik
siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya (Setyono,
2005: 38).
Menurut Arsyad (2003: 73-74), kelebihan bahan ajar yang berbentuk cetakan,
termasuk leaflet adalah:
1) siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2) materi pelajaran dapat dirancang sedamikian rupa sehingga mampu
memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban
membaca dan memahami.
3) di samping dapat mengulangi materi dalam media berbentuk cetakan
khususnya leaflet, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis
4) perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak yang dikemas sedemikian
rupa dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman
informasi yang disajikan.
Keterbatasan bahan ajar berbentuk cetakan termasuk leaflet
1) tidak dapat menampilkan gerak dalam bahan ajar leaflet
2) biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau
foto yang berwarna.
3) proses percetakan sering kali memakan waktu lama
B.Metode Diskusi
Dalam setiap model pembelajaran kooperatif, kita pasti menemukan adanya
kegiatan diskusi dalam tahapan pelaksanaanya. Menurut Damon (dalam Huda,
manfaat-manfaat praktis tersendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut.
1. diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran diantara siswa.
Perdebatan ini mencerminkan apa yang disebut Piaget sebagai
“ketidakseimbangan kognitif” (cognitive disequilibrium) yang nantinya
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
2. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengabaikan
miskonsepsi-miskonsepsi demi mencari konsep-konsep yang lebih sistematis dan
terpadu.
3. diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran
kritis diantara siswa.
4. diskusi kelompok melahirkan kontroversi kognitif yang fokus pada
pemikiran siswa dan meningkatkan proses berpikir yang lebih tertata.
5. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutarakan
pendapat-pendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan performa
mereka didalam kelas.
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang bergabung dalam
satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran
atas suatu masalah (Subroto, 2002: 129). Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 62)
menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
Menurut Arma’arif (2002: 149), kelebihan metode diskusi antara lain:
1.suasana kelas lebih hidup sebab siswa menyerahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan
2.dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti sikap toleran,
demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya
3. kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti
proses berpikir sampai pada proses kesimpulan
4.adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan
yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka
untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain
5.membantu murid dalam mengambil keputusan yang lebih baik sehingga
tidak terjebak dalam pemikiran individu yang terkadang sudah penuh
prasangka dan sempit karena dengan diskusi seseorang dapat
mempertimbangkan alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang lain.
Menurut Usman (2002: 38), kelemahan dan hambatan dalam diskusi adalah
adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi,
acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi, sulit
meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu
panjang, para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat
mereka secara ilmiah dan sistematis.
Menurut (Subroto, 2002: 182), langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi
adalah:
1. guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
2. dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi, memilih
pemimpin diskusi (ketua dan sekretaris), mengatur tempat duduk, ruangan,
sasaran dan sebagainya. Pemimpin diskusi sebaiknya dipilih dari siswa.
3. para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (jika dalam di
dalam diskusi terdiri lebih dari satu kelompok), dan memberikan arahan
bagi siswa yang belum paham agar diskusi berjalan dengan lancar, agar hal
tersebut terlaksana maka setiap anggota diskusi harus paham betul tentang
apa yang didiskusikan. Selain itu diskusi harus berjalan dalam suasana
bebas dimana setiap anggota diskusi memeliki hak bicara yanag sama.
4. kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil yang
dilaporkan tesebut ditanggapi oleh semua peserta diskusi, guna memberi
alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
5. para siswa mencatat hasil diskusi dan guru melaporkan atau menyampaikan
hasil diskusi dari tiap kelompok sesudah para anggota diskusi mencatatnya.
Serta guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi.
C.Penguasaan Materi
Kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar anak didiknya dapat menguasai
bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai
sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159).
Menurut Arikunto (2003: 115) penguasaan materi merupakan kemampuan
bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi
menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental
sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.
Menurut Sudijono (2008: 50-52), ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku
sebagai berikut:
1. pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide,
gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya.
2. pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan
kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
3. penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam
situasi yang baru dan konkret.
4. analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
5. sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan
dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang
memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma
menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih
satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang
ada.
Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus
dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah
dirumuskan dalam kurikulum. Materi pembelajaran memungkinkan siswa
dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi
secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan
teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Awaludin, 2008: 1).
Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan
oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang diberikan dan
mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan. Penguasaan materi
pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut
Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu
manfaat evaluasi bagi siswa adalah untuk mengetahui apakah siswa sudah
menguasai pelajaran secara menyeluruh (Arikunto, 2001: 27).
D.Aktivitas belajar
Menurut Raka (1997: 2), aktivitas belajar sebagaimana keterlibatan intelektual
dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan bentuk-bentuk keaktifan
tersebut diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan seperti mendengar, menulis,
membaca, berdiskusi, bertanya, memperhatikan, menyelesaikan atau
mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi.
Hamalik (2004: 171) menyatakan pengajaran yang efektif adalah pengajaran
yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Aktivitas sangat besar nilainya bagi siswa yaitu:
1. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.
2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara
integral.
3. memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.
4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.
5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis.
Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti
yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya
Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu data yang berisi
177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:
1. visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2. oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
3. listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
4. writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
5. drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
6. motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
7. mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,
me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
8. emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.
Piaget dalam (Sardiman, 1986) menerangkan bahwa seorang anak berpikir
sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh
karena itu agar anak berpikir sendiri maka perlu diberikan kesempatan untuk
berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu
mental, kaitan antara keduanya tentunya akan membuahkan aktivitas belajar
yang optimal.
Menurut Ali (dalam Wijaya, 1991: 188), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar
yang mengupayakan keaktifan siswa yaitu adanya keterlibatan siswa dalam
menyusun atau membuat perencanaan Proses Belajar Mengajar (PBM), adanya
keterlibatan intelektual dan emosional siswa, baik melalui kegiatan, mengalami
menganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap, adanya keikutsertaan siswa
secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya
Proses Belajar Mengajar (PBM), guru bertindak sebagai fasilitator dan
III. METODE PENELITIAN
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun pelajaran
2013/2014. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2013.
B.Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik purposive sampling. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas VIIIB
dengan jumlah siswa 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas
VIIIA dengan jumlah 24 siswa sebagai kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest non
equivalen. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan
kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi
perlakuan dengan menggunakan bahan ajar leaflet dan metode diskusi,
sedangkan kelas kontrol menggunakan buku pelajaran dan metode diskusi.
Struktur desainnya adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Desain pretes-postes non ekuivalen
Keterangan: I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 = pretes, O2 = Postes, X = Perlakuan dengan bahan ajar leaflet, C = Perlakuan
dengan buku teks pelajaran (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu pra penelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut.
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
media pembelajaran leaflet untuk setiap pertemuan.
e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes berupa soal uraian
serta lembar observasi aktivitas siswa.
f. Membentuk kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Setiap kelompok I O1 X O2
terdiri dari 4-5 orang siswa (Lie, 2004: 42). Nilai diperoleh dari
dokumentasi pada guru kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur penguasaan materi
siswa dengan menggunakan bahan ajar leaflet dan metode diskusi untuk
kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan buku pelajaran
dan metode diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan ke I
membahas submateri pokok organ-organ sistem pernapasan, pertemuan ke
II membahas submateri pokok mekanisme pernapasan pada manusia,
pertemuan ke III membahas membahas submateri pokok kelainan/penyakit
pada sistem pernapasan manusia. Langkah-langkah pembelajarannya
sebagai berikut:
Kelas eksperimen (pembelajaran dengan bahan ajar leaflet) a. Pendahuluan
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang organ pernapasan
dan fungsinya, mekanisme pernapasan dan kelainan/penyakit pada
sistem pernapasan manusia (Pertemuan I).
3) Guru membacakan Kompetensi Dasar (KD)
Pertemuan I (sub materi pokok organ pernapasan manusia):
meminta siswa untuk meletakan telunjuk tangannya di bawah
hidung dengan menutup mulut kemudian siswa diminta untuk
menghirup udara dan menghembuskannya. “ Ketika kalian
bernafas, apakah kalian merasakan ada udara yang keluar dan
masuk? Dari organ manakah udara tersebut masuk dan keluar?.
Pertemuan II (sub materi pokok mekanisme pernapasan pada
manusia): meminta siswa untuk menarik napas dalam-dalam dan
menghembuskannya. “Apakah yang terjadi dengan tulang rusuk
kalian saat menarik nafas dan menghembuskannya?
Pertemuan III (sub materi pokok kelainan/penyakit pada sistem
pernapasan): “Apa yang kalian rasakan saat menghirup udara yang
telah tercemar polusi? Apa yang akan terjadi jika kalian terlalu
sering menghirup udara yang mengandung polusi?”
5) Guru memberikan motivasi
Pertemuan I: dengan mempelajari materi ini, maka kita
mengetahui organ apa yang sebaiknya digunakan saat bernapas dan
fungsi dari setiap organ pernapasan.
Pertemuan II: dengan mempelajari materi ini, maka kita
mengetahui mengapa udara dapat masuk dan keluar dari paru-paru
serta proses pengangkutan O2 ke seluruh tubuh.
Pertemuan III: dengan mempelajari materi ini, kita mengetahui
hal yang mengakibatkan timbulnya penyakit pada sistem
b.Kegiatan inti
1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 4-5 orang
yang heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitif
(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya).
2) Siswa diberikan leaflet kepada masing-masing kelompok yang berisi
materi yang akan dipelajari dan meminta siswa untuk membacanya.
3) Siswa dijelaskan cara menggunakan bahan ajar leaflet tersebut.
4) Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan
kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh siswa melalui bahan
ajar leaflet.
(Pertemuan I) : LKS tentang organ pernapasan dan fungsi organ
pernapasan pada manusia.
(Pertemuan II) : LKS tentang mekanisme pernapasan pada manusia (Pertemuan III) : LKS tentang kelainan/penyakit pada sistem
pernapasan manusia.
5) Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang
ada dalam LKS.
6) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
7) Siswa diberikan kesempatan kepada untuk melakukan tanya jawab
tentang materi yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan
c. Penutup
1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Siswa diberi tahu materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk materi pokok sistem
pernapasan pada manusia.
3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Kelas Kontrol (pembelajaran dengan buku teks)
a. Pendahuluan
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran
siswa.
2) Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang organ pernapasan
dan fungsinya, mekanisme pernapasan dan kelainan/penyakit pada
sistem pernapasan manusia (Pertemuan I).
3) Guru membacakan Kompetensi Dasar (KD)
4) Guru memberikan apersepsi:
Pertemuan I (sub materi pokok organ pernapasan manusia):
meminta siswa untuk meletakan telunjuk tangannya di bawah
hidung dengan menutup mulut kemudian siswa diminta untuk
menghirup udara dan menghembuskannya. “ ketika kalian
bernafas, apakah kalian merasakan ada udara yang keluar dan
Pertemuan II (sub materi pokok mekanisme pernapasan pada
manusia): meminta siswa untuk menarik napas dalam-dalam dan
menghembuskannya “Apakah yang terjadi dengan tulang rusuk
kalian saat menarik nafas dan menghembuskannya?
Pertemuan III (sub materi pokok kelainan/penyakit pada sistem
pernapasan): “Apa yang kalian rasakan saat menghirup udara yang
telah tercemar polusi? Apa yang akan terjadi jika kalian terlalu
sering menghirup udara yang mengandung polusi?”
5) Guru memberikan motivasi
Pertemuan I: dengan mempelajari materi ini, maka kita
mengetahui organ apa yang sebaiknya digunakan saat bernapas dan
fungsi dari setiap organ pernapasan.
Pertemuan II: dengan mempelajari materi ini, maka kita
mengetahui mengapa udara dapat masuk dan keluar dari paru-paru
dan proses pengangkutan O2 ke seluruh tubuh.
Pertemuan III: dengan mempelajari materi ini, kita mengetahui hal
yang mengakibatkan timbulnya penyakit pada sistem pernapasan
kita dan cara mencegah timbulnya penyakit
b. Kegiatan inti
1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 4-5 orang
yang heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitif
2) Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi
permasalahan kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh
siswa melalui buku teks pelajaran biologi.
(Pertemuan I) : LKS tentang organ pernapasan pada manusia dan
fungsinya.
(Pertemuan II) : LKS tentang mekanisme pernapasan pada manusia
(Pertemuan III) : LKS tentang kelainan/penyakit pada sistem
pernapasan manusia.
3) Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang
ada dalam LKS.
4) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok.
5) Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab tentang
materi yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.
6) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan
meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa.
c. Penutup
1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2) Siswa diberi tahu siswa materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya. Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk
materi pokok sistem pernapasan pada manusia.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian.
1. Data Penelitian
Data penelitian berupa data kuantitatif adalah penguasaan materi siswa
yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada
pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes
diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik
eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah
pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas baik eksperimen maupun
kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Penguasaan
materi ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi
(N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang
dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008:
3) sebagai berikut:
N-gain (%) = X – Y x 100%
Tabel 2. Kriteria N-gain
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a.Pretes dan Postes
Data penguasaan materi siswa berupa nilai pretes diambil pada
pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes
diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik
eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah
pembelajaran pertemuan ketiga pada setiap kelas baik eksperimen
maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:
S = R x 100 N
Keterangan:
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut
(Purwanto, 2008: 112)
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda centang (√) pada
lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket ini berisi pendapat siswa terhadap penggunaan bahan ajar
pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif
dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju dan disertai
alasan.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis data
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada
kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan
program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17.
1) Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
2) Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002: 118).
b. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji kesamaan dua varian menggunakan program SPSS versi 17.
1) Hipotesis
2) Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:13).
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua
rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji U. Uji t
digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U
digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
b) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.
b) Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
3) Uji Mann-Whitney U
Apabila sampel tidak berdistribusi normal maka dilakukan Uji
Mann-Whitney U
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama
b) Kriteria Uji
- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima
- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).
G.Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:
Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
%
Keterangan = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh
Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan :
a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide
1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)
2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan
3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan.
Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi dan presentasi kelas
b. Kemampuan Bertanya
1. Tidak mengajukan pertanyaan
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan
3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan.
Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi dan presentasi kelas
d. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)
2. Bekerjasama dengan beberapa anggota kelompok. 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok
Caranya: melakukan observasi pada siswa saat melakukan kegiatan diskusi
e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.
3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar.
Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kelompoknya melakukan presentasi kelompok pada kelompok lain.
N
o Nama
Aspek yang diamati Xi
Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai
klasifikasi pada Tabel 4
Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Interval (%) Kategori
87,50 – 100 Dimodifikasi dari Hidayati (2011: 17)
H.Pengolahan Data Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet
Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar
leaflet. Angket ini berisikan 8 pernyataan, 5 pernyataan positif, dan 3
pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan
positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk
menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan
negatif.
Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan
masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang
diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik
deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis
deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah:
Presentase kemenarikan leaflet (%) =
Tabel 5. Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet
No Rentang skor Interval Kriteria
1 2 3
16 – 23 8 – 15
0 - 7
76< % ≤ 100% 51< % ≤ 75% 25< % ≤ 50%
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leafet terhadap
penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Sistem Pernapasan pada
Manusia.
2. Ada pengaruh penggunaan bahan ajar leafet terhadap aktivitas belajar
siswa pada materi pokok Sistem Pernapasan pada Manusia
B. Saran
1. Hendaknya bahan ajar leaflet dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar
alternatif dalam pembelajaran biologi untuk memotivasi agar siswa dapat
lebih mudah memahami materi pelajaran.
2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar leaflet
hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain bahan ajar
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Jakarta.
Arikunto. S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII.Grafindo. Jakarta.
Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI. Bina aksara. Jakarta.
Arma’arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Ciputat Pres. Jakarta.
Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Awaludin, M. 2008. Materi Ajar (Online).
www://andhysastera.blogspot.com. 09 maret 2013,11.52 WIB
Bahti, H.H dan I. Ikhwansyah. 2011. Pedoman Penulisan Bahan Ajar. Universitas Padjajaran. Bandung. http//:www.Unpad.ac.id/cup/content/buku ajar.pdf. 3 Maret 2013 (15.00 WIB).
Belawati, T. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke 1. Universitas Terbuka. Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 Februari 2013 (08.00 wib)
Djamrah, S. B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta
Edi, S. 2010. Apa bedanya pamphlet, leaflet, dan brosur .
http://edisugiarto.blogspot.com .Senin , 22 Juli 2010 (10.00 wib).
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta
Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hidayati, A. N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skill dan Pengaruhnya Pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011) Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung
Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855, 18 April 2013 4.42 a.m.
Huda, M. 2012. Cooperative Learning: Metode,Teknik, Struktur, dan Model Terapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Khumaidah. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Ajar Leaflet Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Manusia Pada siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak. Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtpain-gdl-khumaidah 0-5595-1-073811032.pdf/2013/02/KHUMAIDAH.pdf. 27 Februari 2013. 09.55 wib.
Lie, A. 2002. Cooperatif Learning. Grasindo. Jakarta.
Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).
http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/arch ives/discipline/0708/SLOAP.HYSD isiplineRep0708.pdf. 10 Desember 2010.
Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Gava Media. Yogyakarta
Merta, T. 2012. Pengaruh penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Murni. 2010. Panduan Penulisan Bahan Ajar. Jakarta.
http//:www.murni-uni.blogspot.com. 10 Desember (14.30 wib)
Narwanti, S dan Somadi. 2012. Panduan Menyusun Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Konsep Dan Implementasi). Familia. Yogyakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahma, A. 2010. Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 3 Subang. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. http://repository.upi. edu/skripsiview.php? no_skripsi=1567.Desember 2011 (08.10 wib).
Raka, J. 1997. CBSA Implikasi Terhadap Sistem Penyampaian. Depdikbud. Jakarta.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Setyono, B. 2005. Bahan Ajar Cetak. http//: www.smasewon.com. (22 Desember 2012: 10.15 WIB).
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta
Subroto, S. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sunendar, D. dan I. Wasid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.
Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Usman, M. B. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pres. Jakarta.
Webster, M.1998. Webster’s New World Dictionary (Online). http//: www. merriam-webster.com/dictionary/leaflet.10 Maret 2013. (12.00 wib).