• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

SURI DEWI YANTI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii

ABSTRAK

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

SURI DEWI YANTI

Hasil observasi di kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar Lampung, diketahui bahwa

penguasaan materi siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan

ajar oleh guru yang masih terbatas saat proses belajar mengajar. Sehingga

diperlukan suatu bahan ajar yang dapat meningkatkan penguasaan materi dan

aktivitas belajar siswa, salah satunya dengan menggunakan bahan ajar leaflet.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan ajar leaflet terhadap

penguasaan materi dan aktivitas siswa. Desain penelitian ini adalah pretes postes

non-equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan VIIIB yang dipilih

dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa penguasaan materi yang

diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis secara

(3)

iii

SPSS 16. Data kualitatif berupa aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan

siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dapat

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa dengan rata-rata N-gain (59,49) lebih

tinggi dibandingkan kelas yang menggunakan buku pelajaran (27,82).

Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati

dengan rata-rata yang lebih tinggi pada kelas eksperimen daripada kelas kontrol

(eksperimen = 78,06; kontrol = 61,33). Selain itu, sebagian besar siswa

memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan ajar leaflet.

(4)
(5)
(6)
(7)

xiii

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 39

B. Pembahasan ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 50

(8)

xiv

1. Silabus ... 54

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

3. Bahan Ajar Leaflet... 80

4. Kisi-Kisi Angket Siswa ... 83

5. Angket Tanggapan Siswa ... 84

6. Lembar Kerja Siswa ... 86

7. Rubrik Lembar Kerja Kelompok ... 92

8. Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok ... 94

9. Kisi-Kisi Pretes Postes ... 97

10 Soal Pretes dan Postes ... 100

11 Rubrik Test ... 102

12 Kunci Jawaban Pretes Postes ... 103

13 Data-Data Hasil Penelitian ... 104

14 Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 113

(9)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Seorang pendidik memiliki peranan yang penting dalam mengembangkan

suasana pembelajaran yang dapat menggali potensi setiap anak didiknya.

Sebagaimana amanat Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, bahwa: ”pendidik memiliki kewajiban untuk menciptakan

“suasana pendidikan” yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan

dialogis“ (Depdiknas, 2003: 40 ayat 2a).

Masalah pendidikan yang sering dihadapi di sekolah adalah dari segi proses

pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak

tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Guru

dituntut mampu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah terutama

mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi

yang diajarkan. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah

bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa

secara tuntas (Djamarah, 2006: 1).

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran belum

(10)

siswa. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor

penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa

(Hamalik, 2002: 172). Interaksi yang terjadi selama proses belajar dipengaruhi

oleh lingkungannya, antara lain terdiri atas murid, guru, bahan atau materi

pelajaran, dan berbagai sumber belajar (Arsyad, 2000: 1). Bahan ajar

memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi

dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara okumulatif mampu

menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid, 2007: 174).

Guru tidaklah tepat jika hanya bergantung pada satu jenis sumber belajar

sebagai satu-satunya sumber belajar. Seorang guru harus melakukan analisis

dan mengumpulkan materi yang sesuai dari berbagai sumber belajar untuk

dikembangkan dalam bentuk bahan ajar (Narwanti dan Somadi, 2012: 69).

Penggunaan bahan ajar yang tidak bervariasi menyebabkan siswa merasa bosan

sehingga diperlukan bahan ajar yang bervariasi yang menarik minat siswa

untuk membacanya.

Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

observasi diketahui bahwa penggunaan bahan ajar oleh guru masih terbatas

saat kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran, guru hanya

menggunakan buku dan LKS yang beredar sebagai bahan ajar. Buku teks

pelajaran yang digunakan guru juga terbatas pada satu sumber buku saja.

Hal ini tentunya berpengaruh pada kegiatan pembelajaran, seperti saat

berdiskusi terlihat hanya beberapa orang siswa yang mendominasi sedangkan

yang lain hanya mendengarkan atau melakukan aktivitas lain yang tidak

(11)

dikuasai oleh siswa. Ketersediaan sumber belajar yang kurang menarik diduga

sebagai penyebab rendahnya aktivitas dan penguasaan materi siswa. Terlihat

pada materi sistem pernapasan manusia sebagian siswa belum mampu

mencapai nilai KKM yang ditentukan sekolah, KKM yang ditentukan untuk

mata pelajaran biologi 73. Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan inovasi

dan kreasi guru dalam mengembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa

dengan memvariasikan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi

yang diajarkan sekaligus dapat menjadi sumber pelajaran bagi siswa ditengah

keterbatasan sumber belajar.

Salah satu bahan ajar yang diduga dapat meningkatkan aktivitas dan

penguasaan siswa terhadap suatu materi adalah leaflet. Leaflet adalah bahan

cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar

terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan

ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah

dipahami (Murni, 2010: 1). Penelitian Rahma (2010:1) menyimpulkan bahwa

penggunaan modul bergambar mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar

ranah kognitif siswa kelas XI SMA Negeri 3 Subang. Sejalan dengan itu

penelitian Khumaidah (2011: 1) menunjukkan bahwa penggunaan metode

diskusi dengan media leaflet efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI

SMA Sultan Fatah pada materi sistem pencernaan. Penelitian Merta (2012: 1)

menyimpulkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dengan model

pembelajaran STAD meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI SMA

(12)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memandang perlu diadakan

penelitian yang berkaitan dengan penggunaan bahan ajar bentuk leaflet yang

dikombinasikan dengan metode diskusi pada materi pokok sistem pernapasan

kelas VIII SMPN 28 Bandar Lampung T.P. 2013/2014.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh secara signifikan

terhadap penguasaan materi siswa?

2. apakah penggunaan bahan ajar leaflet berpengaruh secara signifikan

terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian

ini untuk mengetahui:

1. pengaruh bahan ajar leaflet terhadap penguasaan materi siswa pada materi

pokok sistem pernapasan.

2. pengaruh bahan ajar leaflet terhadap aktivitas belajar siswa pada materi

(13)

D.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. bagi peneliti

menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi

dengan menggunakan bahan ajar leaflet.

2. bagi siswa

a. dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari

materi pokok sistem pernapasan.

b. memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam

mencari informasi sendiri.

3. bagi guru

a. memberikan alternatif bahan ajar yang tepat untuk meningkatkan

penguasaan materi siswa.

b. meningkatkan kecakapan dalam menentukan bahan ajar yang sesuai

dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

4. bagi Sekolah

memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran

biologi disekolah melalui bahan ajar leaflet.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,

maka batasan masalah yang berikan yaitu:

1. bahan ajar leaflet yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah bahan cetak

(14)

dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta

mudah dipahami (Murni, 2010: 1).

2. penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini berdasarkan nilai yang

diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-gain pada materi pokok Sistem

Pernapasan.

3. aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran yang diamati antara lain

mengemukakan pendapat/ ide, bertanya, bekerjasama dengan teman dalam

menyelesaikan tugas kelompok, dan mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

4. materi yang diajarkan kepada siswa selama penelitian adalah materi

pelajaran Biologi kelas VIII semester ganjil pokok bahasan sistem

pernapasan manusia dengan standar kompetensi (S.K.1) “memahami

berbagai sistem dalam kehidupan manusia” dan kompetensi dasar (KD 1.5)

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan

kesehatan.

5. subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIB sebagai kelas eksperimen dan

kelas VIIIA sebagai kelas kontrol SMP Negeri 28 Bandar Lampung

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014.

F. Kerangka Pikir

Keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh

metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru tetapi juga pemilihan bahan

ajar yang tepat dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan inti dari proses

(15)

meningkatkan minat siswa dalam memahami pelajaran Biologi. Oleh karena

itu, kreativitas guru dalam mengembangkan bahan ajar yang menarik sekaligus

sesuai dengan karakteristik materi sangat diperlukan agar penyampaian materi

kepada siswa lebih efektif dan efisien.

Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar diharapkan dapat menarik minat siswa

untuk membacanya. Kehadiran leaflet yang disertai dengan ilustrasi serta

warna disamping bahasanya yang sederhana, merupakan stimulus yang

menarik perhatian siswa untuk melihatnya dibandingkan dengan buku teks

yang tebal dan penuh dengan kata-kata. Selain itu leaflet dapat disusun sesuai

dengan kompetensi dasar yang pada materi pokok yang harus dikuasai siswa.

Sehingga dapat meminimalkan miskonsepsi terhadap suatu materi yang sering

terjadi karena penggunaan buku pelajaran yang tidak sesuai dengan kompetensi

dasar yang harus dikuasai siswa. Dengan demikian leaflet diharapkan dapat

menjadi salah satu sumber belajar bagi siswa ditengah terbatasnya sumber

belajar.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan bahan ajar leaflet.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan materi dan

aktivitas siswa

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat Keterangan: X: penggunaan bahan ajar leaflet; Y1: penguasaaan materi siswa, Y2: aktifitas siswa.

X

Y1

(16)

G.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = Tidak ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leaflet

terhadap penguasaan materi siswa kelas VIII SMP Negeri 28

Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 pada materi pokok

sistem pernapasan

H1 = Ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leaflet

terhadap penguasaan materi siswa kelas VIII SMP Negeri 28

Bandar Lampung Tahun Pelajaran2013/2014 pada materi pokok

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Bahan Ajar

Pannen (dalam Belawati, 2003: 2) mendefinisikan bahan ajar sebagai

bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan

guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Madjid (2007: 174),

bahan ajar adalah segala bentuk bahan,informasi, alat dan teks yang digunakan

untuk membantu guru /instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Bahan ajar/materi kurikulum merupakan isi/muatan kurikulum yang

harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan

yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.

Selanjutnya Bahti dan Ikhwansyah (2011: 20) berpendapat bahwa

prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip-prinsip relevansi,

konsistensi, dan kecukupan. Karena itu materi pembelajaran yang dipilih untuk

diajarkan oleh guru yang harus dipelajari oleh siswa hendaknya berisikan

materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang untuk tercapainya standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan pelajaran merupakan komponen yang

tidak bisa diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar yang diupayakan untuk

(18)

(2006: 172) bahwa dalam memberikan bahan ajar hendaknya sesuai dengan

kemampuan siswa agar tujuan pembelajaran tercapai.

Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang

harus dikuasai oleh peserta didik diperlukan analisis terhadap kurikulum,

analisis sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar (Sunendar

dan Wasid, 2008: 173). Selain itu ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan dalam melakukan pengembangan bahan ajar. Faktor-faktor

tersebut antara lain kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan

penggunaan bahasa, ilustrasi, perwajahan/pengemasan, serta kelengkapan

komponen bahan ajar (Belawati, 2003: 2).

Menurut Sunendar dan Wasid (2008: 172) bahwa bahan ajar memiliki beberapa

peranan antara lain:

1. mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai

pengajaran serta mendemostrasikan aplikasinya dalam bahan ajar disajikan

2. menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan

bervariasi sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

3. menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap

4. menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk

memotivasi peserta didik

5. menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis

6. menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat

(19)

Menurut Madjid (2007: 174), bahan ajar disusun dengan tujuan membantu

siswa dalam mempelajari sesuatu, menyediakan berbagai jenis pilihan bahan

ajar, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, agar kegiatan

pembelajaran menjadi menarik.

Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu: bahan cetak (material

printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset,

radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar

(audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar interaktif

(interactive teaching material) seperti, compact disk (CD) interaktif (Sunendar

dan Wasid 2008: 173).

Menurut Ballstaedt (dalam Setyono, 2005: 29), bahan ajar cetak harus

memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. susunan tampilan, yang menyangkut: urutan yang mudah, judul yang

singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan tugas

pembaca.

2. bahasa yang mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya kalimat,

jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.

3. menguji pemahaman, yang menyangkut: menilai melalui orangnya, cheklist

untuk pemahaman.

4. stimulan, yang menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong

pembaca untuk berpikir, menguji stimulan.

(20)

yang digunakan tidak terlalu kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur,

mudah dibaca.

6. materi instruksional, yang menyangkut: pemilihan teks, bahan kajian,

lembar kerja (work sheet).

Sebuah bahan ajar cetak paling tidak mencakup antara lain: judul, petunjuk

belajar (petunjuk siswa/guru), kompetensi yang akan dicapai, informasi

pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK)

dan evaluasi. Tetapi dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam

strukturnya antara bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna

mengetahui perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dilihat pada matriks

berikut ini:

Tabel 1. Struktur bahan ajar

No. Komponen Ht Bu Ml LKS Br

Ket: Ht: handout, Bu: Buku, Ml: Modul, LKS: Lembar Kegiatan Siswa, Bro: Brosur, Lf: Leaflet, Wch: Wallchart, F/Gb: Foto/Gambar, Mo/M: Model/Maket (Setyono, 2005: 27-28)

Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar mendatangkan

beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Ballstaedt (dalam

(21)

sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada siswa

bagian mana yang sedang dipelajari, biaya untuk pengadaannya relatif sedikit,

bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah,

susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi

individu, bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja, bahan ajar

yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas seperti

menandai, mencatat dan membuat sketsa, bahan tertulis dapat dinikmati

sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, pembaca dapat mengatur tempo

secara mandiri.

Salah satu jenis bahan ajar cetak (material printed) adalah leaflet. Menurut Edi

(2010: 1), leaflet adalah lembaran kertas berukuran kecil mengandung pesan

tercetak untuk disebarkan kepada umum sebagai informasi mengenai suatu hal

atau peristiwa.

Menurut Webster (1998), “leaflet is a usually folded printed sheet intended for free distribution (leaflet adalah suatu lembar yang dicetak pada umumnya dilipat untuk didistribusikan secara cuma-cuma)”.

Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi

dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah

dipahami. Leaflet sebagai media cetakan harus disusun secara sistematis,

bahasa yang mudah dimengerti dan menarik. Sehingga dalam penyusunannya

leaflet perlu mempertimbangkan hal-hal antara lain substansi materi memiliki

relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh

siswa, materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal

(22)

dipertanggungjawabkan, kalimat yang disajikan singkat dan jelas, menarik

siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya (Setyono,

2005: 38).

Menurut Arsyad (2003: 73-74), kelebihan bahan ajar yang berbentuk cetakan,

termasuk leaflet adalah:

1) siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.

2) materi pelajaran dapat dirancang sedamikian rupa sehingga mampu

memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat maupun yang lamban

membaca dan memahami.

3) di samping dapat mengulangi materi dalam media berbentuk cetakan

khususnya leaflet, siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis

4) perpaduan teks dan gambar dalam halaman cetak yang dikemas sedemikian

rupa dapat menambah daya tarik, serta dapat memperlancar pemahaman

informasi yang disajikan.

Keterbatasan bahan ajar berbentuk cetakan termasuk leaflet

1) tidak dapat menampilkan gerak dalam bahan ajar leaflet

2) biaya percetakan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau

foto yang berwarna.

3) proses percetakan sering kali memakan waktu lama

B.Metode Diskusi

Dalam setiap model pembelajaran kooperatif, kita pasti menemukan adanya

kegiatan diskusi dalam tahapan pelaksanaanya. Menurut Damon (dalam Huda,

(23)

manfaat-manfaat praktis tersendiri. Diantaranya adalah sebagai berikut.

1. diskusi kelompok menampilkan perdebatan pemikiran diantara siswa.

Perdebatan ini mencerminkan apa yang disebut Piaget sebagai

“ketidakseimbangan kognitif” (cognitive disequilibrium) yang nantinya

dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

2. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengabaikan

miskonsepsi-miskonsepsi demi mencari konsep-konsep yang lebih sistematis dan

terpadu.

3. diskusi kelompok menjadi sejenis forum yang dapat mendorong pemikiran

kritis diantara siswa.

4. diskusi kelompok melahirkan kontroversi kognitif yang fokus pada

pemikiran siswa dan meningkatkan proses berpikir yang lebih tertata.

5. diskusi kelompok memotivasi siswa untuk mengutarakan

pendapat-pendapat mereka. Hal ini tentu saja akan turut meningkatkan performa

mereka didalam kelas.

Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang bergabung dalam

satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau

bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran

atas suatu masalah (Subroto, 2002: 129). Ratumanan (dalam Trianto, 2009: 62)

menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif dapat

memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual

(24)

Menurut Arma’arif (2002: 149), kelebihan metode diskusi antara lain:

1.suasana kelas lebih hidup sebab siswa menyerahkan perhatian atau

pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan

2.dapat menaikkan prestasi kepribadian individu seperti sikap toleran,

demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya

3. kesimpulan diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti

proses berpikir sampai pada proses kesimpulan

4.adanya kesadaran para siswa dalam mengikuti dan mematuhi aturan-aturan

yang berlaku dalam diskusi merupakan refleksi kejiwaan dan sikap mereka

untuk berdisiplin dan menghargai pendapat orang lain

5.membantu murid dalam mengambil keputusan yang lebih baik sehingga

tidak terjebak dalam pemikiran individu yang terkadang sudah penuh

prasangka dan sempit karena dengan diskusi seseorang dapat

mempertimbangkan alasan-alasan atau pikiran-pikiran orang lain.

Menurut Usman (2002: 38), kelemahan dan hambatan dalam diskusi adalah

adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam diskusi,

acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi, sulit

meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang terlalu

panjang, para siswa mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat

mereka secara ilmiah dan sistematis.

Menurut (Subroto, 2002: 182), langkah-langkah dalam melaksanakan diskusi

adalah:

1. guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan

(25)

2. dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok diskusi, memilih

pemimpin diskusi (ketua dan sekretaris), mengatur tempat duduk, ruangan,

sasaran dan sebagainya. Pemimpin diskusi sebaiknya dipilih dari siswa.

3. para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan

guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (jika dalam di

dalam diskusi terdiri lebih dari satu kelompok), dan memberikan arahan

bagi siswa yang belum paham agar diskusi berjalan dengan lancar, agar hal

tersebut terlaksana maka setiap anggota diskusi harus paham betul tentang

apa yang didiskusikan. Selain itu diskusi harus berjalan dalam suasana

bebas dimana setiap anggota diskusi memeliki hak bicara yanag sama.

4. kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya, hasil yang

dilaporkan tesebut ditanggapi oleh semua peserta diskusi, guna memberi

alasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.

5. para siswa mencatat hasil diskusi dan guru melaporkan atau menyampaikan

hasil diskusi dari tiap kelompok sesudah para anggota diskusi mencatatnya.

Serta guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi.

C.Penguasaan Materi

Kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar anak didiknya dapat menguasai

bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai

sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996: 159).

Menurut Arikunto (2003: 115) penguasaan materi merupakan kemampuan

(26)

bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi

menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental

sehingga lebih bersifat dinamis.

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif.

Menurut Sudijono (2008: 50-52), ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku

sebagai berikut:

1. pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide,

gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan

untuk menggunakannya.

2. pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti

atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan

kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat

melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih

rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang untuk

menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun

metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam

situasi yang baru dan konkret.

4. analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

(27)

5. sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan

dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma

menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.

6. penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk

membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika

seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih

satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang

ada.

Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus

dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah

dirumuskan dalam kurikulum. Materi pembelajaran memungkinkan siswa

dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan

sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi

secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat dan

teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran (Awaludin, 2008: 1).

Seorang siswa dikatakan telah menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan

oleh guru jika dia mampu menyelesaikan soal-soal tes yang diberikan dan

mencapai target penguasaan materi yang telah ditentukan. Penguasaan materi

pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut

Thoha (1994: 1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk

(28)

dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu

manfaat evaluasi bagi siswa adalah untuk mengetahui apakah siswa sudah

menguasai pelajaran secara menyeluruh (Arikunto, 2001: 27).

D.Aktivitas belajar

Menurut Raka (1997: 2), aktivitas belajar sebagaimana keterlibatan intelektual

dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan bentuk-bentuk keaktifan

tersebut diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan seperti mendengar, menulis,

membaca, berdiskusi, bertanya, memperhatikan, menyelesaikan atau

mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi.

Hamalik (2004: 171) menyatakan pengajaran yang efektif adalah pengajaran

yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.

Aktivitas sangat besar nilainya bagi siswa yaitu:

1. siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.

2. berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara

integral.

3. memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan siswa.

4. para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

5. memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

Aktivitas siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti

yang lazim dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya

(29)

Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101) membuat suatu data yang berisi

177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5. drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

per-cobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7. mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat,

me-mecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.

Guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

Piaget dalam (Sardiman, 1986) menerangkan bahwa seorang anak berpikir

sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Oleh

karena itu agar anak berpikir sendiri maka perlu diberikan kesempatan untuk

berbuat sendiri. Berpikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu

(30)

mental, kaitan antara keduanya tentunya akan membuahkan aktivitas belajar

yang optimal.

Menurut Ali (dalam Wijaya, 1991: 188), ciri-ciri kegiatan belajar mengajar

yang mengupayakan keaktifan siswa yaitu adanya keterlibatan siswa dalam

menyusun atau membuat perencanaan Proses Belajar Mengajar (PBM), adanya

keterlibatan intelektual dan emosional siswa, baik melalui kegiatan, mengalami

menganalisis, berbuat, maupun pembentukan sikap, adanya keikutsertaan siswa

secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya

Proses Belajar Mengajar (PBM), guru bertindak sebagai fasilitator dan

(31)

III. METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun pelajaran

2013/2014. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September 2013.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VIII SMP Negeri 28 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik purposive sampling. Sampel tersebut adalah siswa-siswi kelas VIIIB

dengan jumlah siswa 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa-siswi kelas

VIIIA dengan jumlah 24 siswa sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest non

equivalen. Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol menggunakan

kelas yang ada dengan kondisi yang homogen. Kelas eksperimen diberi

perlakuan dengan menggunakan bahan ajar leaflet dan metode diskusi,

sedangkan kelas kontrol menggunakan buku pelajaran dan metode diskusi.

(32)

Struktur desainnya adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Desain pretes-postes non ekuivalen

Keterangan: I = Kelas eksperimen, II = Kelas kontrol, O1 = pretes, O2 = Postes, X = Perlakuan dengan bahan ajar leaflet, C = Perlakuan

dengan buku teks pelajaran (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu pra penelitian dan pelaksanaan

penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut.

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan

media pembelajaran leaflet untuk setiap pertemuan.

e. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretes/postes berupa soal uraian

serta lembar observasi aktivitas siswa.

f. Membentuk kelompok pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa. Setiap kelompok I O1 X O2

(33)

terdiri dari 4-5 orang siswa (Lie, 2004: 42). Nilai diperoleh dari

dokumentasi pada guru kelas.

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran untuk mengukur penguasaan materi

siswa dengan menggunakan bahan ajar leaflet dan metode diskusi untuk

kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol menggunakan buku pelajaran

dan metode diskusi untuk kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan. Pertemuan ke I

membahas submateri pokok organ-organ sistem pernapasan, pertemuan ke

II membahas submateri pokok mekanisme pernapasan pada manusia,

pertemuan ke III membahas membahas submateri pokok kelainan/penyakit

pada sistem pernapasan manusia. Langkah-langkah pembelajarannya

sebagai berikut:

Kelas eksperimen (pembelajaran dengan bahan ajar leaflet) a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran

siswa.

2) Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang organ pernapasan

dan fungsinya, mekanisme pernapasan dan kelainan/penyakit pada

sistem pernapasan manusia (Pertemuan I).

3) Guru membacakan Kompetensi Dasar (KD)

(34)

 Pertemuan I (sub materi pokok organ pernapasan manusia):

meminta siswa untuk meletakan telunjuk tangannya di bawah

hidung dengan menutup mulut kemudian siswa diminta untuk

menghirup udara dan menghembuskannya. “ Ketika kalian

bernafas, apakah kalian merasakan ada udara yang keluar dan

masuk? Dari organ manakah udara tersebut masuk dan keluar?.

 Pertemuan II (sub materi pokok mekanisme pernapasan pada

manusia): meminta siswa untuk menarik napas dalam-dalam dan

menghembuskannya. “Apakah yang terjadi dengan tulang rusuk

kalian saat menarik nafas dan menghembuskannya?

 Pertemuan III (sub materi pokok kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan): “Apa yang kalian rasakan saat menghirup udara yang

telah tercemar polusi? Apa yang akan terjadi jika kalian terlalu

sering menghirup udara yang mengandung polusi?”

5) Guru memberikan motivasi

 Pertemuan I: dengan mempelajari materi ini, maka kita

mengetahui organ apa yang sebaiknya digunakan saat bernapas dan

fungsi dari setiap organ pernapasan.

 Pertemuan II: dengan mempelajari materi ini, maka kita

mengetahui mengapa udara dapat masuk dan keluar dari paru-paru

serta proses pengangkutan O2 ke seluruh tubuh.

 Pertemuan III: dengan mempelajari materi ini, kita mengetahui

hal yang mengakibatkan timbulnya penyakit pada sistem

(35)

b.Kegiatan inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 4-5 orang

yang heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitif

(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya).

2) Siswa diberikan leaflet kepada masing-masing kelompok yang berisi

materi yang akan dipelajari dan meminta siswa untuk membacanya.

3) Siswa dijelaskan cara menggunakan bahan ajar leaflet tersebut.

4) Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan

kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh siswa melalui bahan

ajar leaflet.

(Pertemuan I) : LKS tentang organ pernapasan dan fungsi organ

pernapasan pada manusia.

(Pertemuan II) : LKS tentang mekanisme pernapasan pada manusia (Pertemuan III) : LKS tentang kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia.

5) Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang

ada dalam LKS.

6) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok

7) Siswa diberikan kesempatan kepada untuk melakukan tanya jawab

tentang materi yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

8) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan

(36)

c. Penutup

1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Siswa diberi tahu materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk materi pokok sistem

pernapasan pada manusia.

3) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Kelas Kontrol (pembelajaran dengan buku teks)

a. Pendahuluan

1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan mengecek kehadiran

siswa.

2) Guru memberikan pretes berupa soal uraian tentang organ pernapasan

dan fungsinya, mekanisme pernapasan dan kelainan/penyakit pada

sistem pernapasan manusia (Pertemuan I).

3) Guru membacakan Kompetensi Dasar (KD)

4) Guru memberikan apersepsi:

 Pertemuan I (sub materi pokok organ pernapasan manusia):

meminta siswa untuk meletakan telunjuk tangannya di bawah

hidung dengan menutup mulut kemudian siswa diminta untuk

menghirup udara dan menghembuskannya. “ ketika kalian

bernafas, apakah kalian merasakan ada udara yang keluar dan

(37)

 Pertemuan II (sub materi pokok mekanisme pernapasan pada

manusia): meminta siswa untuk menarik napas dalam-dalam dan

menghembuskannya “Apakah yang terjadi dengan tulang rusuk

kalian saat menarik nafas dan menghembuskannya?

 Pertemuan III (sub materi pokok kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan): “Apa yang kalian rasakan saat menghirup udara yang

telah tercemar polusi? Apa yang akan terjadi jika kalian terlalu

sering menghirup udara yang mengandung polusi?”

5) Guru memberikan motivasi

 Pertemuan I: dengan mempelajari materi ini, maka kita

mengetahui organ apa yang sebaiknya digunakan saat bernapas dan

fungsi dari setiap organ pernapasan.

 Pertemuan II: dengan mempelajari materi ini, maka kita

mengetahui mengapa udara dapat masuk dan keluar dari paru-paru

dan proses pengangkutan O2 ke seluruh tubuh.

 Pertemuan III: dengan mempelajari materi ini, kita mengetahui hal

yang mengakibatkan timbulnya penyakit pada sistem pernapasan

kita dan cara mencegah timbulnya penyakit

b. Kegiatan inti

1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing 4-5 orang

yang heterogen berdasarkan nilai akademik siswa atau nilai kognitif

(38)

2) Siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi

permasalahan kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh

siswa melalui buku teks pelajaran biologi.

(Pertemuan I) : LKS tentang organ pernapasan pada manusia dan

fungsinya.

(Pertemuan II) : LKS tentang mekanisme pernapasan pada manusia

(Pertemuan III) : LKS tentang kelainan/penyakit pada sistem

pernapasan manusia.

3) Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang

ada dalam LKS.

4) Beberapa kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompok.

5) Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab tentang

materi yang dipresentasikan oleh masing-masing kelompok.

6) Guru memberi penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan

meluruskan miskonsepsi yang mungkin masih dimiliki siswa.

c. Penutup

1) Siswa dibimbing menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

2) Siswa diberi tahu siswa materi yang akan dibahas pada pertemuan

berikutnya. Pada pertemuan III guru mengadakan postes untuk

materi pokok sistem pernapasan pada manusia.

(39)

E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian.

1. Data Penelitian

Data penelitian berupa data kuantitatif adalah penguasaan materi siswa

yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Nilai pretes diambil pada

pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes

diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik

eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah

pembelajaran pertemuan kedua pada setiap kelas baik eksperimen maupun

kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian. Penguasaan

materi ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi

(N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain yang

dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008:

3) sebagai berikut:

N-gain (%) = X – Y x 100%

Tabel 2. Kriteria N-gain

(40)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:

a.Pretes dan Postes

Data penguasaan materi siswa berupa nilai pretes diambil pada

pertemuan ke I dan postes diambil pada pertemuan ke III. Nilai pretes

diambil sebelum pembelajaran pertemuan pertama pada setiap kelas baik

eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah

pembelajaran pertemuan ketiga pada setiap kelas baik eksperimen

maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = R x 100 N

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut

(Purwanto, 2008: 112)

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang

diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point

kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda centang (√) pada

lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa terhadap penggunaan bahan ajar

(41)

pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif

dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju dan disertai

alasan.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis data

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor gain pada

kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan

program SPSS 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 17.

1) Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

2) Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro dkk, 2002: 118).

b. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan

dengan uji kesamaan dua varian menggunakan program SPSS versi 17.

1) Hipotesis

(42)

2) Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004:13).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang meliputi uji kesamaan dua

rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata atau menggunakan uji U. Uji t

digunakan apabila sampel berdistribusi normal, sedangkan uji U

digunakan apabila sampel tidak berdistribusi normal. Uji hipotesis

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

(43)

b) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).

3) Uji Mann-Whitney U

Apabila sampel tidak berdistribusi normal maka dilakukan Uji

Mann-Whitney U

a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

- Jika –Ztabel < Zhitung < Ztabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima

- Jika Zhitung < -Ztabel atau Zhitung > Ztabel atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).

G.Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data

yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan

menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

%

Keterangan  = Rata-rata skor aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

(44)

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan :

a. Kemampuan mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada materi pokok sistem pernapasan.

Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi dan presentasi kelas

b. Kemampuan Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok sistem pernapasan.

Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kegiatan diskusi dan presentasi kelas

d. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok 1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan beberapa anggota kelompok. 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok

Caranya: melakukan observasi pada siswa saat melakukan kegiatan diskusi

e. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi

kelompok dengan secara sistematis,dan menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis, dan menjawab pertanyaan dengan benar.

Caranya: melakukan observasi pada siswa saat kelompoknya melakukan presentasi kelompok pada kelompok lain.

N

o Nama

Aspek yang diamati Xi

(45)

Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai

klasifikasi pada Tabel 4

Tabel 4. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa

Interval (%) Kategori

87,50 – 100 Dimodifikasi dari Hidayati (2011: 17)

H.Pengolahan Data Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui kemenarikan bahan ajar

leaflet. Angket ini berisikan 8 pernyataan, 5 pernyataan positif, dan 3

pernyataan negatif. Skor 1 (satu) untuk menyatakan setuju bagi pernyataan

positif dan tidak setuju bagi pernyataan negatif. Skor 0 (nol) untuk

menyatakan tidak setuju bagi pernyataan positif dan setuju bagi pernyataan

negatif.

Jumlah skor setiap angket dihitung untuk mengetahui tanggapan

masing-masing siswa tentang kemenarikan bahan ajar leaflet. Menghitung skor yang

diperoleh dalam bentuk persentase. Teknik ini sering disebut dengan teknik

deskriptif kualitatif dengan persentase. Adapun rumus untuk analisis

deskriptif persentase menurut Ali (1992: 46) adalah:

Presentase kemenarikan leaflet (%) =

(46)

Tabel 5. Kriteria Tingkat Kemenarikan Bahan Ajar Leaflet

No Rentang skor Interval Kriteria

1 2 3

16 – 23 8 – 15

0 - 7

76< % ≤ 100% 51< % ≤ 75% 25< % ≤ 50%

(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Ada pengaruh yang signifikan penggunaan bahan ajar leafet terhadap

penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Sistem Pernapasan pada

Manusia.

2. Ada pengaruh penggunaan bahan ajar leafet terhadap aktivitas belajar

siswa pada materi pokok Sistem Pernapasan pada Manusia

B. Saran

1. Hendaknya bahan ajar leaflet dapat dijadikan sebagai salah satu bahan ajar

alternatif dalam pembelajaran biologi untuk memotivasi agar siswa dapat

lebih mudah memahami materi pelajaran.

2. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan bahan ajar leaflet

hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitas dalam mendesain bahan ajar

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 1992. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Angkasa. Jakarta.

Arikunto. S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi VIII.Grafindo. Jakarta.

Arikunto, S. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi VI. Bina aksara. Jakarta.

Arma’arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Ciputat Pres. Jakarta.

Arsyad, A. 2000. Media Pengajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Awaludin, M. 2008. Materi Ajar (Online).

www://andhysastera.blogspot.com. 09 maret 2013,11.52 WIB

Bahti, H.H dan I. Ikhwansyah. 2011. Pedoman Penulisan Bahan Ajar. Universitas Padjajaran. Bandung. http//:www.Unpad.ac.id/cup/content/buku ajar.pdf. 3 Maret 2013 (15.00 WIB).

Belawati, T. 2003. Materi Pokok Pengembangan Bahan Ajar Edisi ke 1. Universitas Terbuka. Jakarta.

Depdiknas, 2003. Pendidikan Menurut Undang-Undang. Jakarta. http//:www.depdiknas.co.id. 16 Februari 2013 (08.00 wib)

Djamrah, S. B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Djamarah, S.B dan A. Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta

Edi, S. 2010. Apa bedanya pamphlet, leaflet, dan brosur .

http://edisugiarto.blogspot.com .Senin , 22 Juli 2010 (10.00 wib).

(49)

Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta

Harjanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta.

Hidayati, A. N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skill dan Pengaruhnya Pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011) Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855, 18 April 2013 4.42 a.m.

Huda, M. 2012. Cooperative Learning: Metode,Teknik, Struktur, dan Model Terapan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Khumaidah. 2011. Efektivitas Penggunaan Metode Diskusi Dengan Media Ajar Leaflet Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Sistem Pencernaan Manusia Pada siswa Kelas XI SMA Sultan Fatah Wedung Demak. Skripsi Fakultas Tarbiyah Jurusan Tadris Biologi IAIN Walisongo Semarang. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/112/jtpain-gdl-khumaidah 0-5595-1-073811032.pdf/2013/02/KHUMAIDAH.pdf. 27 Februari 2013. 09.55 wib.

Lie, A. 2002. Cooperatif Learning. Grasindo. Jakarta.

Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/arch ives/discipline/0708/SLOAP.HYSD isiplineRep0708.pdf. 10 Desember 2010.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Gava Media. Yogyakarta

Merta, T. 2012. Pengaruh penggunaan Bahan Ajar Leaflet Dengan Metode Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Murni. 2010. Panduan Penulisan Bahan Ajar. Jakarta.

http//:www.murni-uni.blogspot.com. 10 Desember (14.30 wib)

Narwanti, S dan Somadi. 2012. Panduan Menyusun Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Konsep Dan Implementasi). Familia. Yogyakarta.

(50)

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahma, A. 2010. Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 3 Subang. Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. http://repository.upi. edu/skripsiview.php? no_skripsi=1567.Desember 2011 (08.10 wib).

Raka, J. 1997. CBSA Implikasi Terhadap Sistem Penyampaian. Depdikbud. Jakarta.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya

Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Setyono, B. 2005. Bahan Ajar Cetak. http//: www.smasewon.com. (22 Desember 2012: 10.15 WIB).

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta. Jakarta

Subroto, S. 2002. Proses Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunendar, D. dan I. Wasid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Usman, M. B. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Ciputat Pres. Jakarta.

Webster, M.1998. Webster’s New World Dictionary (Online). http//: www. merriam-webster.com/dictionary/leaflet.10 Maret 2013. (12.00 wib).

Gambar

Gambar 1. Model teoritis hubungan antara variabel bebas dan terikat
Tabel 1. Struktur bahan ajar
Tabel 2. Kriteria N-gain
Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

a. Semakin rekatnya integrasi dalam masyarakat. Hal ini terjadi apabila masyarakat bijaksana dalam menyikapi perubahan yang ada. Dengan sikap yang bijaksana perubahan sosial

Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia dari Yunan ke Nusantara yang melewati jalan barat (melewati Yunan – Malaka – Sumatra – Jawa), serta yang melewati jalur utara Yunan –

Dengan penambahan sulfur 40 phr yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan yang diaplikasikan pada komponen1. otomotif, maka sifat mekanis yang baik diperlukan

Simulator yang dibuat merupakan pemanfaatan dari sensor jarak ultrasonik yang diterapkan pada beberapa akselerator yang masing masing berfungsi sebagai alat bantu

memadai tentang sejarah pada masa ini, dari data tersebut penulis akan memilah. sumber dan riwayat yang ada tentang sejarah pada masa al- Khulafā ar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol limbah hasil penyulingan minyak nilam sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti beserta

5.1.1 Penggunaan media realia dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, hal ini sesuai dengan pengamatan observer