• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION

KELAS IV C SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Hidayatullah

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV C SD Negeri 8 Metro Timur yang diketahui dari hasil observasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV C SD Negeri 1 Metro Timur pada mata pelajaran tematik menggunakan model explicit instruction.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar siswa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model explicit instruction pada pembelajaran tematik di kelas IV C SD Negeri 8 Metro Timur dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus I 55,16% (cukup aktif) dan pada siklus II 87,5% (sangat aktif), terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa secara klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 33,34%. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I 62,5% (cukup) dan pada pada siklus II 95,83% (sangat tinggi), terjadi peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dari siklus I ke siklus II sebesar 33,33%.

(2)
(3)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bagan Kerangka Berpikir ... 29

3.1 Siklus PTK ... 32

4.1 Grafik Kinerja Guru dalam Menerapkan Model Explicit Instruction ... 89

4.2 Grafik rekapitulasi Persentase Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus I dan II ... 91

4.3 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siswa ... 92

4.4 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Psikomotor Siswa... 93

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ... 7

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 7

2. Jenis Model Pembelajaran... 9

B. Model Explicit Instruction. ... 9

1. Pengertian Model Explicit Instruction ... 9

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Explicit Instruction ... 10

3. Langkah-langkah Pembelajaran Model Explicit Instruction... 11

C. Belajar... 12

1. Pengertian Belajar ... 12

2. Aktivitas Belajar... 14

3. Hasil Belajar ... 15

D. Pembelajaran Tematik ... 18

1. Pengertian Pembelajaran Tematik... 18

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik ... 18

(5)

4. Pembelajaran Tematik SD... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Negeri 8 Metro Timur . ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA. ... 99

(6)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat – surat Penelitian ... 102

2. Perangkat Pembelajaran Siklus I dan II ... 110

3. Kinerja Guru ... 143

4. Aktivitas Belajar Siswa ... 153

5. Hasil Belajar Siswa ... 159

(7)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Lembar Observasi Kegiatan Mengajar Guru … ... 34

3.2 Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru ... 37

3.3 Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa... 37

3.4 Rubrik Penilaian Sikap ... 38

3.5 Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa ... 40

3.6 Kategori Aktivitas Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai ... 41

3.7 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai ... 41

3.8 Kriteria Keaktifan Kelas dalam Satuan Persen (%) ... 41

3.9 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal dalam Persen (%) ... 43

4.1 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I ... 60

4.2 Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 60

4.3 Persentase Jumlah Siswa Aktif Siklus I ... 61

4.4 Hasil Belajar Afektif Siklus I ... 62

4.5 Persentase Hasil Belajar Afektif Siklus I ... 63

4.6 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ... 64

4.7 Presentase Hasil Belajar Psikomotor Siklus I ... 65

4.8 Hasil Belajar Kognitif Siklus I ... 66

4.9 Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus II ... 79

4.10 Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 81

4.11 Persentase Jumlah Siswa Aktif Siklus II ... 82

(8)

ix

4.13 Persentase Hasil Belajar Afektif Siklus II ... 84

4.14 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ... 85

4.15 Presentase Hasil Belajar Psikomotor Siklus II ... 86

4.16 Hasil Belajar Kognitif Siklus II ... 86

4.17 Rekapitulasi Persentase Keaktifan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus I dan II ... 88

4.18 Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru Siklus I dan II ... 90

4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II ... 91

(9)
(10)
(11)
(12)

MOTO

“Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”

(QS. Al-Anbiya: 7)

Tuhan Yang Maha Penyayang, lebih kuatkanlah aku di atas kemalasanku agar segera kuselesaikan studiku dengan baik. Luluskanlah aku dengan

(13)

PERSEMBAHAN

Puji syukur atas karunia yang telah Allah SWT berikan sehingga saya dapat menyelesaikan salah satu karya yang semoga bermanfaat bagi diri saya dan orang lain. Ya Allah ku persembahkan karya ini untuk:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yaitu Bapak Heri Purwanto dan Ibu Imas Sabnah, terimakasih atas segala kasih dan sayang serta pendidikan yang telah engkau berikan kepadaku yang tidak akan pernah anakmu ini dapat membalasnya. Anakmu hanya bisa berdo’a agar Allah selalu menyayangi dan

mengasihimu sebagaimana engkau telah mengasihi dan menyayangiku dan adik-adik dari sejak kecil. Aamiin.

2. Kakak-adikku tersayang dan tercinta Mbak Heni Dian Handayani dan Adikku Hanif Irfan semoga karya ini menjadi motivasi bagi kalian untuk menjadi lebih baik dari ku. Aamiin. Teruslah belajar dan berikanlah prestasi terbaik bagi Ayah dan Bunda dan yang lebih penting adalah berikan akhlak terbaik bagi Ayah dan Bunda.

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Margorejo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro, pada tanggal 26 Juli 1992, sebagai anak kedua dari pasangan Bapak Heri Purwanto dan Ibu Imas Sabnah.

(15)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Tematik Menggunakan Model Explicit Instruction Kelas IV C SD Negeri 8 Metro Timur Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi;

3. Bapak Dr. H. Darsono, M. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan ide-ide kreatif untuk memajukan kampus PGSD tercinta;

(16)

5. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., selaku Dosen Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran yang sangat bermanfaat bagi peneliti;

6. Bapak Drs. Sarengaat, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memberikan masukan yang berarti dengan penuh kesabaran

7. Bapak Dr. Alben Ambarita M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Pembantu dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan masukan yang berarti bagi peneliti, sekaligus sebagai Pembimbing Akademik yang telah banyak membimbing peneliti selama masa studi;

8. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan skripsi ini;

9. Ibu Dwi Hastuti, S.Pd., Kepala SD Negeri 8 Metro Timur, serta dewan guru dan staf administrasi yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi ini;

10.Ibu Suratun, S.Pd selaku teman sejawat yang banyak membantu peneliti dalam kelancaran penyusunan skripsi ini;

11.Siswa-siswi kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur yang telah berpartisipasi aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

12.Sahabatku Akmal, Fahmi, Andri, Riri Afrilia, Indah Fitriani, Widyawati, Meri, Gita, Lita, Renny, Ayu P, Rizka yang telah memotivasi dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

13.Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa program studi PGSD angkatan 2010, terimakasih kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini;

14.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.

(17)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan tetapi penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya

Metro, Juni 2014 Peneliti

Hidayatullah

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hal penting dan kunci keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan juga menjadi tolak ukur suatu bangsa untuk dapat bersaing dalam dunia internasional. Melalui pendidikan suatu bangsa dapat menjadi bangsa yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi, pendidikan memberi bekal ilmu pengetahuan bagi siswa, mengembangkan potensi mereka, dan sarana transfer nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal I menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(19)

2

kemampuan yang dikembangkan. Terkait pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar Suharjo (2006: 1) mengungkapkan bahwa pada pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan mereka untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Sesuai dengan kurikulum yang baru, saat ini pembelajaran di SD mulai diarahkan pada kurikulum 2013, atau lebih sering disebut dengan pembelajaran tematik, yang di dalamnya menggabungkan beberapa pelajaran dalam satu tema yang masih memiliki saling keterkaitan antara mata pelajarannya.

Dengan adanya kurikulum 2013 yang menerapkan pembelajaran tematik, menjadikan siswa dapat belajar dari pengalaman maupun lingkungan sekitar. Upaya untuk menunjang tercapainya pembelajaran tematik tersebut harus didukung dengan iklim pembelajaran yang kondusif dan mendukung. Iklim pembelajaran yang diciptakan guru di dalam kelas sangat mendukung akan keberhasilan tercapainya tujuan suatu pembelajaran.

(20)

3

belajar siswa yang dapat diketahui dari rendahnya nilai tema sebelumnya siswa di semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 yaitu rata-rata 60, sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 66. Jumlah siswa yang mencapai KKM adalah 5 orang siswa atau 20.83 % dari 24 orang siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik di kelas IVC SD Negeri 08 Metro Timur belum berlangsung seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan dan perubahan dalam proses pembelajaran agar aktivitas dapat ditingkatkan dan tentunya akan mempengaruhi hasil belajar yang dapat dicapai secara maksimal. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, hendaknya guru dapat mengubah model pembelajaran sehingga memungkinkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dan mampu mencapai hasil belajar yang lebih baik.

(21)

4

deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu. Explicit Instruction menurut Kardi (dalam Huda, 2013: 186) dapat berbentuk “ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok”.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur melalui penggunaan model explicit instruction.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas , dapat diidentifikasi masalah yang ada yaitu sebagai berikut :

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Tematik siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur.

3. Guru belum maksimal menerapkan pembelajaran informasi dan pengetahuan berdasarkan kenyataan yang terstruktur selangkah demi selangkah.

4. Guru belum optimal mengajarkan konsep dan keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah.

5. Guru belum sepenuhnya menerapkan pendekatan scientific pada pembelajaran tematik.

(22)

5

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penggunaan model Explicit Instruction pada pembelajaran Tematik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014? 2. Apakah penggunaan model Explicit Instruction pembelajaran Tematik

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur tahun pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk :

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Tematik kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur menggunakan model Explicit Instruction tahun pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur menggunakan model Explicit Instruction tahun pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Siswa

(23)

6

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai KKM pada pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 8 Metro Timur tahun 2013/2014.

2. Guru

Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya, serta menambah wawasan guru dalam menggunakan model – model pembelajaran secara tepat.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui inovasi model pembelajaran, yakni model Explicit Instruction khususnya dalam pembelajaran Tematik.

4. Peneliti

(24)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model pembelajaran adalah pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dalam suatu model pembelajaran ditentukan bukan hanya apa yang harus dilakukan guru, akan tetapi menyangkut tahapan-tahapan, prinsip-prinsip reaksi guru dan siswa serta sistem penunjang yang disyaratkan

(25)

8

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Sedangkan Istarani (2011: 1) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajaryang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar.

Menurut Amri (2013: 34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu:

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

(26)

9

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau perencanaan yang di rancang untuk menciptakan pembelajaran di kelas secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Model-model pembelajaran memiliki banyak variasi, salah satunya model Explicit Instruction.

2. Jenis Model Pembelajaran

Dalam pembelajaran memiliki beberapa variasi model yang dapat diterapkan. Majid (2013: 19) menyatakan terdapat 5 model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu: (1) belajar tuntas (mastery learning), (2) belajar kontrol diri (learning self control), (3) latihan pengembangan keterampilan dan konsep diri (training for skill and concept development), (4) latihan assertif, dan (5) pembelajaran langsung (explicit instruction)

B. Model Explicit Intruction

1. Pengertian Model Explicit Intruction

Menurut Archer & Hughes (dalam Huda, 2013: 186):

Strategi Explicit Instructionadalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa. Strategi ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.Strategi ini sering dikenal dengan Model Pengajaran Langsung.

(27)

10

Menurut Majid (2013: 72-73) menyatakan bahwa:

Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang tersruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa model explicit instruction adalah suatu model pembelajaran yang dirancang khusus untuk mengembangkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sebagai penunjang pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Explicit Instruction

Setiap jenis model yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan modelexplicit instruction . Kardi (dalam Huda 2013: 187−188) mengungkapkan explicit

instruction memiliki kelebihan dan kelemahan. a. Kelebihan Explicit Instruction:

1) Guru bisa mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga guru dapat mempertahankan fokus apa yang harus dicapai oleh siswa.

2) Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

3) Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.

4) Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

(28)

11

6) Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam waktu yang relative singkat dan dapat diakses secara setara oleh seluruh siswa.

7) Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang ketertarikan dan antusiasme siswa. b. Kelemahan explicit instruction:

1) Terlalu bersandar pada kemampuan siswa untuk mengasimilikasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati, dan mencatat, sementara tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-hal tersebut, sehingga guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.

2) Kesulitan untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

3) Kesulitan siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan interpersonal yang baik.

4) Kesuksesan strategi ini hanya bergantung pada penilaian dan antusiasme guru di ruang kelas

5) Adanya berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tingkat struktur dan kendali guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik strategi Explicit Instruction, dapat berdampak negatif terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, keingintahuan siswa. 3. Langkah-langkah PembelajaranModel Explicit Instruction

Langkah-langkah pembelajaran model Explicit Instruction menurut Huda (2013:187) adalah:

a. Tahap 1: Orientasi

Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk belajar. b. Tahap 2: Presentasi

Guru mendemontrasikan materi pelajaran, baik berupa keterampilan maupun konsep atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

c. Tahap 3: Latihan Terstruktur

Guru merencanakan dan memberikan bimbingan intruksi awal kepada siswa.

d. Tahap 4: Latihan Terbimbing

Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil malaksanakan tugas dengan baik dengan memberinya kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan, lalu melihat apakah mereka berhasil memberi umpan balik yang positif atau tidak.

(29)

12

Guru merencanakan kesempatan untuk melakukan intruksi lebih lanjut dengan berfokus pada situasi yang lebih kompleks atau kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah pembelajaran model Pembelajaran langsungmenurut Majid (2013:76-77) adalah: (a) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, (3) membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberi umpan balik, dan (5) memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep

Dari pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model Explicit Instructionadalah (1) menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) siswa mendemostrasikan materi pelajaran, (3) guru memberikan bimbingan instruksi awal, (4) siswa bersama guru memeriksa hasil tugas, dan (5) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan instruksi lebih lanjut dan kompleks.

C. Belajar

1. Pengertian Belajar

Sekolah merupakan salah satu lembaga formal dari pendidikan dimana belajar merupakan kegiatan yang paling pokok walaupun tidak semua proses belajar terjadi dalam sekolah saja. Namun ini berarti tercapai atau tidaknya suatu tujuan pendidikan dalam sekolah tegantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh peserta didik.

Peaget (dalam Karwono, 2010:85) menyatakan bahwa “belajar merupakan

(30)

13

merujuk pada kesiapan dan kematangan dalam perkembangan kognitifnya”. Berdasarkan pendapat Peaget, dalam proses belajar yang

terpenting adalah bagaimana siswa atau si belajar mampu mengembangkan serta mengolah sendiri pengetahuan atau informasi yang diterimanya, sehingga kemampuan yang akan diterimanya akan jauh lebih matang dan lebih berkembang terutama dalam aspek kognitif.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:2) bahwa “belajar adalah

perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah”. Belajar menurutnya

adalah suatu yang diperoleh oleh individu melalui penalaran sendiri berdasarkan aktivitas yang dilakukannya. Sedangkan Walker (dalam Riyanto, 2009:5) mengemukakan bahwa:

Belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan belajar.

(31)

14

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dialami oleh setiap individu dimana individu-individu tersebut mampu mengkonstruk sendiri pengetahuan, informasi dan pengalaman yang dialaminya.

2. Aktivitas Belajar

Proses pembelajaran tidak terlepas dari aktivitas belajar yaitu adanya interaksi siswa dengan lingkungan dan sumber belajar. Hamalik (2009: 197) mendefinisikan bahwa aktivitas belajar sebagai aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Aktivitas yang diberikan kepada siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Susanto (2013: 18) menyatakan bahwa secara metodologis, aktivitas belajar lebih dominan pada siswa.Pada dasarnya, segala sesuatu yang diamati, dilakukan sendiri dan terlibat aktif terhadap interaksi yang terjadi pada suatu objek yang akan menghasilkan sebuah pengalaman yang berkesan dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kebermaknaan aktivitas yang akan ditimbulkan.

(32)

15

semua tahapan pembelajaran model explicit instruction, kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, tidak mengganggu teman, dan menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Adapun indiktor aktivitas yang ingin dikembangkan dalam penelitian ini meliputi: 1) memperhatikan penjelasan guru, 2) bertanya pada guru, 3) menjawab pertanyaan dari guru, 4) memberikan pendapat, 5) antusias dalam mengikuti semua tahapan pembelajaran model explicit instruction, 6) kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, 7) tidak mengganggu teman, dan 8) menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar individu selama masa belajarnya. Sehingga hasil belajar tidak terlepas dari adanya kegiatan belajar, Winataputra(2008: 1.9) mengungkapkan bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu.

(33)

soal-16

soal tes hasil belajar siswa, guru diharuskan memberikan kuantitas yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu gejala yang bersifat abstrak.Pengukuran hasil belajar pada penelitian ini menggunakan teknik tes berupa soal-soal tes hasil belajar yang harus dikerjakan oleh siswa yang akan menghasilkan data kuantitatif berupa angka-angka.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di Sekolah dasar mengemukakan bahwa

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga , teman, guru dan tetangganya.

1. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

2. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

3. Tanggungjawab, adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.

(34)

17

5. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.

6. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.

c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia. Zaif (2013) menyatakan bahwa aspek psikomotor terdiri dari meniru, menyusun, melakukan dengan prosedur, melakukan dengan baik dan tepat, dan melakukan tindakan secara alami.

(35)

18

D. Pembelajaran Tematik

1. PengertianPembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan unsur gabungan beberapa bidang keilmuan mata pelajaran yang mengkaji tentang tema.Menurut Suryosubroto, (2009: 133) ”pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik tertentu”.

Menurut Sungkono (dalam Suryosubroto, 2006: 132) pembelajaran tematik secara singkat diuraikan meliputi prinsip-prinsip, ciri-cirinya, pemilihan tema, dan contoh implikasinya di sekolah.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pokok pikiran yang ditampung dalam suatu wadah untuk diuraikan secara singkat dengan mengedepankan konsep kepada anak didik yang diimplikasikan di sekolah.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik

(36)

19

Sehubungan dengan hal tersebut diungkapkan pula karakteristik pembelajaran terpadu/tematik sebagai berikut: (1) pembelajaran berpusat pada anak, (2) menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan, (3) belajar melalui pengalaman langsung, (4) lebih memperhatikan proses daripada hasil semata dan(5) sarat dengan muatan keterkaitan.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa ciri khas pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan siswa.

3. Tujuan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran Tematik merupakan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu topik pembahasan. Adapun pembelajaran tematik dikembangkan untuk mencapai pembelajaran yang ditetapkan.

Menurut Sukayati (dalam Prastowo 2013: 140) tujuan pembelajaran terpadu adalah:

a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna

b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah dan memanfaatkan informasi

c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan

d. Menumbuh kembangkan keterampilan social seperti kerjasama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.

e. Meningkatkan gairah dalam belajar.

f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dankebutuhan para siswa.

(37)

20

a. Agar siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema tertentu, karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.

b. Agar siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antara aspek dalam tema sama.

c. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam.

d. Agar kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik, karena mengaitkan berbagai aspek atau topik dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata, yang diikat dalam tema tertentu.

e. Agar guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara sistematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan waktu selebihnya dapat digunakan untuk pendalaman.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran tematik adalah meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya lebih bermakna sesuai dengan minat dankebutuhan para siswa.

4. Pembelajaran Tematik di SD

Suryosubroto (2009: 137-138), pembelajaran tematik dilakukan dengan beberapa tahapan-tahapan seperti penyusunan perencanaan, penerapan, dan evaluasi/refleksi. Tahap-tahap ini secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan

(38)

21

dan semester, (3) buatlah “matriks hubungan kompetensi dasar dengan yang lama”, (4) buatlah pemetaan pembelajaran tematik. Penentuan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik dan(5) susunlah silabus dan rencana pembelajaran berdasarkan matriks/jaringan topik pembelajaran tematik.

b. Penerapan pembelajaran tematik

Pada tahap ini intinya guru melaksanakan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pembelajaran tematik ini akan dapat diterapkan dan dilaksanakan dengan baik perlu didukung dengan laboratorium yang memadai. Laboratorium yang memadai tentunya berisi berbagai sumber belajar yang dibutuhkan bagi pembelajaran di sekolah. Dengan tersedianya laboratorium yang memadai tersebut maka guru ketika menyelenggarakan pembelajaran tematik akan dengan mudah memanfaatkan sumber belajar yang ada di laboratorium tersebut, baik dengan cara membawa sumber belajar ke dalam kelas maupun mengajak siswa ke ruang laboratorium yang terpisah dari ruang kelasnya.

c. Evaluasi pembelajaran tematik

(39)

22

kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa.

Instrumren yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswaterhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara, atau dialog secara informal.

Di samping itu, instrument yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok, dan lembar observasi.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran tematik di SD memiliki tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya, diantaranya perencanaan, penerapan dan evaluasi/refleksi.

E. Bidang Kajian Ilmu dalam Pembelajaran Tematik

1. Bahasa Indonesia

Hartati, dkk. (2006: 197) mata pelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan mata pelajaran yang strategis, karena dengan bahasalah pendidikan dapat mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa tanpa bahasa tidak munkin para siswa dapat menerima atau dengan baik.

(40)

23

menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang strategis yang memiliki fungsi untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dan membantu siswa dalam menunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Sutrisno (2007:19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (True), dan dijelaskan dengan penalaran yang shahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth). Jadi IPA mengandung tiga hal: proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang tepatdan prosedurnya benar), dan produk kesimpulannya betul.

Firman (2008: 4) menyatakan bahwa IPA merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya alam dan proses-proses yang ada di dalamnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dan bagi siswa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

(41)

24

Sapriya (2007: 24) menyatakan bahwa pendidikan IPS di SD dikembangkan dan digali dari kehidupan sehari-hari masyarakat, yaitu berpijak pada kenyataan kehidupan yang riil dengan mengangkat isu-isu yang sangat berarti dari mulai kehidupan yang dekat dengan siswa sampai dengan kehidupan yang luas darinya.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa IPS adalah Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. IPS mempunyai cabang-cabang ilmu sosial memuat materi geografi, sejarah, sosial, dan ekonomi.

4. Matematika

Matematika merupakan mata pelajaran yang selalu digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.Suwangsih dan Tiurlina (2006:3)

mengemukakan bahwa matematika terbentuk dari pengalaman

manusia dalam dunianya secara empiris.

Susanto (2013:186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meninggkatkan kemampuan berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Hakikat pembelajaran matematika SD adalah untuk dapat menggunakan konsep pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

(42)

25

konsep pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari

5. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

Menurut Boloy dan Field (dalam Tarigan 2010: 2) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang menguntungkan kalau penyesuaian diri belajar gerak, neuro muscular, intelektual social, kebudayaan baik emosional dan etika sebagai akibat yang timbul melalui pilihannya yang baik aktivitas fisik yang menggunakan sebagian besar otot tubuh.

Sedangkan Nash (dalam Tarigan 2010: 2) mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari proses pendidikan keseluruhan dengan menggunakan menenkankan aktivitas yang mengembangkan fitness organ tubuh control neuro muscular, kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjasorkes adalah mata pelajaran yang menekankan aktivitas penyesuaian diri dan gerak organ tubuh, kekuatan intelektual dan pengendalian emosi.

F. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach)

Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah (Scientific Approach)Kemendikbud (2013: 4) menyatakan bahwa

(43)

26

dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan saintifikadalah pembelajaran yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah yang diantaranya adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.

Dari pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah pendekatan yang digunakan dengan melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

G. Penilaian Otentik

Penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Tujuan penilaian itu adalah untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang mencerminkan situasi di dunia nyata di mana keterampilan-keterampilan tersebut digunakan (Nurgiyantoro, 2011: 23).

(44)

27

mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa. Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes maupun non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, portofolio, penilaian diri dan lain sebagainya. Penilaian hasil pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan penyusun laporan kemajuan hasil belajar dan sebagai bahan perbaikan proses pembelajaran.

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 86 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Nasional. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin (1) perencanaan penilaian siswa sesuai kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian siswa secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan (3) pelaporan hasil penilaian siswa secara objektif, akuntabel, dan informatif (Kunandar, 2013: 35).

Menurut Kunandar (2013: 38) terdapat beberapa ciri-ciri dari penilaian otentik, diantaranya sebagai berikut:

a. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk.

b. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. c. Menggunakan berbagai cara.

d. Tes hanya salah satu alat pengumpul hasil penilaian.

e. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus mencerminkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa setiap hari.

f. Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian siswa.

Sedangkan karakteristik dari penilaian otentik (authentic assessment) menurut Hanafiah & Cucu Suhana (2010: 76), sebagai berikut:

a. Penilaian dilakukan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

(45)

28

d. Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu kesatuan utuh. e. Hasil penilaian digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan

pengayaan (enrichment) standar minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standar minimal belum tercapai.

Berdasarkan uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan selama maupun sesudah proses pembelajaran. Penilaian otentik menjadi salah satu ciri dalam implementasi kurikulum 2013. Penilaian otentik dilaksanakan untuk memperoleh nilai produk dan hasil pembelajaran.

H. Kerangka Berpikir

Prestasi belajar siswa ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan pembelajaran.

Dalam model explicit instruction siswa dituntut untuk belajar dan inovatif dalam proses belajar mengajar dan diharapkan setiap siswa verbalisme mengungkapkan idenya, dan membantu siswa belajar menghormati siswa lain serta bekerja sama satu dengan yang lainnya sehingga mempermudah siswa untuk memahami materiyang diajarkan oleh guru.

(46)

29

pembelajaran. Explicit Instruction memberikan siswa latihan melalui dua tahapan yaitu latihan terbimbing dan latihan mandiri.

Latihan yang diberikan oleh guru melalui latihan terbimbing akan membuat siswa menjadi lebih paham dan terarah mengenai materi yang telah diajarkan oleh guru, dengan begitu siswa pun mampu untuk menyelesaikan latihan tersebut dengan baik, setelah latihan terbimbing dapat berjalan dengan sebaik mungkin ketika melakukan latihan mandiri siswa diharapkan dapat dengan mudah menyelasaikan latihan ini karena telah diberikannya pemahan materi dan latihan terbimbing yang dapat melatih keterampilan dan pemahaman siswa dalam menyelesaikan latihan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dalam bagan kerangkaberpikir sebagai berikut:

(Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir)

Dalam pembelajaran tematik guru masih menggunakan pendekatan konvesional yaitu guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan kurang kreatif dalam menggunakan model pembelajaran Kondisi Awal

Pembelajaran menggunakan modelexplicit instructiondan pendekatan Scientific

Tindakan

Melalui penggunaan model explicit instruction.

1. Aktivitas belajar siswa ≥ 75% baik 2. Hasil belajar siswa ≥ 75% memenuhi

kkm Kondisi Akhir

(47)

30

I. Hipotesis Tindakan

(48)

7

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal dengan PTK. Penelitian yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardhani (2007: 1.4) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Dengan kata lain guru menemukan masalah di dalam kelas dan ingin meningkatakan kualitas kelasnya menjadi lebih baik.

(49)

32

Adapun daur siklus dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Siklus PTK (sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)

B. Seting Penelitian 1. Subjek Penelitian

(50)

33

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Metro Timur, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama empat bulan (Februari-Mei) 2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu :

1. Non tes yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara observer menilai di lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung dimana kegiatan ini diobservasi oleh teman sejawat dan guru.

2. Tes yang dilaksanakan di tiap akhir siklus dengan cara memberikan soal-soal tes hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

D. Alat Pengumpul Data

1. Lembar observasi, instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

a. Lembar Observasi Kegiatan Mengajar

(51)

34

kemampuan guru dalam melaksanakan praktik mengajar yang baik dan benar.

Kisi-kisi:

Tabel 3.1. Lembar Observasi Kegiatan Mengajar Guru

Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5

Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi

1 Mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya.

1 2 3 4 5

2 Mengajukan pertanyaan menantang. 1 2 3 4 5 3 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran. 1 2 3 4 5 4 Mendemonstrasikan sesuatu yang terkait dengan

tema.

1 2 3 4 5

Penyampaian Kompetensi dan Rencana Kegiatan

1

Menyampaikan kemampuan yang akan dicapai peserta didik.

1 2 3 4 5

2

Menyampaikan rencana kegiatan misalnya, individual, kerja kelompok, dan melakukan observasi.

1 2 3 4 5

Kegiatan Inti

Penguasaan Materi Pelajaran

1

Kemampuan menyesuaikan materi dengan tujuan pembelajaran.

1 2 3 4 5

2

Kemampuan mengkaitkan materi dengan

pengetahuan lain yang relevan, perkembangan Iptek, dan kehidupan nyata.

Menyajikan materi secara sistematis (mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)

1 2 3 4 5

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction

1 Menjelaskan tujuan pembelajaran

1 2 3 4 5

2

Siswa Mendemontrasikan materi pelajaran. 1 2 3 4 5

3

(52)

35

Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5

4

Siswa bersama guru memeriksa hasil tugas siswa 1 2 3 4 5

5

Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan instruksi lebih lanjut dan kompleks.

1 2 3 4 5 6 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk

menalar (proses berpikir yang logis dan sistematis).

1 2 3 4 5

7 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk berkomunikasi.

1 2 3 4 5

Penerapan Pembelajaran Tematik

1 Menyajikan pembelajaran sesuai tema. 1 2 3 4 5 2 Menyajikan pembelajaran dengan memadukan

berbagai mata pelajaran dalam satu PBM meliputi Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjasorkes.

1 2 3 4 5

3 Menyajikan pembelajaran yang memuat komponen karakteristik terpadu.

1 2 3 4 5

4 Menyajikan pembelajaran yang bernuansa aktif dan menyenangkan.

Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.

1 2 3 4 5

3

Menghasilkan pesan yang menarik. 1 2 3 4 5

4

Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.

(53)

36

Aspek yang Diamati 1 2 3 4 5

5

Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan media pembelajaran.

1 2 3 4 5

Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran

1

Menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik melalui interaksi guru, peserta didik, sumber belajar.

1 2 3 4 5

2

Merespon positif partisipasi peserta didik. 1 2 3 4 5

3

Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons peserta didik.

1 2 3 4 5

4

Menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif. 1 2 3 4 5

5

Menumbuhkan keceriaan atau antusiasme peserta didik dalam belajar.

1 2 3 4 5

Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat dalam Pembelajaran

1 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan peserta didik.

1 2 3 4 5

2

Memberihan tes lisan atau tulisan . 1 2 3 4 5

3

Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan kegiatan berikutnya dan tugas pengayaan.

(54)

37

Tabel 3.2.Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru

Dilaksanakan dengan sangat baik oleh guru, melakukan dengan sempurna, dan guru terlihat professional.

4 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh guru, melakukan tanpa

kesalahan, dan guru terlihat menguasai.

3 Cukup Dilaksanakan dengan cukup baik oleh guru, melakukan dengan

sedikit kesalahan, dan guru tampak cukup menguasai.

2 Kurang Tidak dilaksanakan oleh guru, melakukan dengan banyak

kesalahan, dan guru tampak tidak menguasai.

1 Sangat

kurang

Tidak dilaksanakan oleh guru, melakukan dengan sangat banyak kesalahan, dan guru tampak sangat tidak menguasai.

b.Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa ini dikembangkan berdasarkan indikator aktivitas dalam penelitian ini,yaitu: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) bertanya pada guru, (3) menjawab pertanyaan dari guru, (4) memberikan pendapat, (5) antusias dalam mengikuti tahapan pembelajaran model explicit instruction, (6) kerja sama dalam kegiatan diskusi kelompok, (7) tidak mengganggu teman, dan (8) menyimpulkan pembelajaran bersama dengan guru.

Tabel 3.3. Rubrik Penilaian Aktivitas Siswa

Skor Keterangan

(55)

38

2. Hasil belajar siswa, instrumen ini digunakan untuk menjaring data siswa mengenai hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi pembelajaran tematik yang telah disampaikan melalui model Explicit Instruction antara lain:

a. Kognitif

Alat pengumpul data pada hasil belajar kognitif dalam penelitian ini menggunakan lembar tes formatif. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa berupa pengetahuan pada pembelajaran tematik dengan model explicit instruction.

Validitas dan rehabilitas dengan cara menyusun kisi-kisi soal. b. Afektif/Karakter

Lembar penilaian afektif/karakter ini digunakan untuk mengetahui karakter setiap siswa selama proses pembelajaran.

Kisi-kisi: (1) tanggung jawab, (2) percaya diri, (3) disiplin, (4) jujur, (5) peduli,dan (6) santun.

(56)

39

Percaya diri Tidak terlihat ragu-ragu

Alat pengumpul data psikomotor dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi psikomotor. Kisi-kisi: (1) meniru, (2) menyusun, (3) Melakukan dengan prosedur, (4) Melakukan dengan baik dan tepat, (5) Melakukan tindakan secara alami.

Setiap aspek akan diberi skor rentang 1-4 dengan kriteria: 1: Kurang

2: Cukup 3: Baik

(57)

40

Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini dianalisis menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif, bagaimana menganalisis data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data aktivitas siswa, kinerja guru, hasil belajar pada ranah afektif dan psikomotor siswa. dalam proses pembelajaran kemudian dideskripsikan. Nilai aktivitas siswa, kinerja guru, hasil afektif siswa, dan psikomotor siswa diperoleh dengan rumus:

N =

Keterangan:

N : nilai yang dicapai/diharapkan R : skor mentah yang diperoleh siswa SM : skor maksimum ideal

100 : bilangan tetap

(Adaptapsi dari Purwanto, 2008: 102) Nilai

Angka Nilai Mutu Indikator

4 Sangat baik Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan kesadaran sendiri 3 Baik Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa

melakukannya dengan pengarahan guru 2 Cukup Dilaksanakan dengan cukup baik oleh siswa,

siswa melakukannya dengan sedikit kesalahan. 1 Kurang Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa,

(58)

41

Tabel 3.6. Kategori Aktivitas Siswa Per individu Berdasarkan Perolehan Nilai.

No Rentang Nilai Kategori

1. ≥80 Sangat aktif

2. 60-79 Aktif

3. 40-59 Cukup aktif

4. 20-39 Kurang aktif

5. ≤ 20 Pasif

(Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

Tabel 3.7. Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Perolehan Nilai.

No. Rentang Nilai Kategori

1. N>80 Sangat baik

2. 60<N≤80 Baik

3. 40<N≤60 Cukup

4. 20<N≤40 Kurang baik

5. N≤20 Sangat kurang

(Adaptasi dari Poerwanti, 2008: 7.8).

Sedangkan untuk menghitung persentase siswa aktif secara klasikal menggunakan rumus:

Tabel 3.8. Kriteria Keaktifan Kelas dalam Satuan Persen (%).

No. Siswa Aktif (%) Keterangan

1. ≥80 Sangat aktif

2. 60-79 Aktif

3. 40-59 Cukup aktif

4. 20-39 Kurang aktif

5. <20 Pasif

(Adaptasi dari Aqib, 2009: 41) 2. Analisis Kuantitatif

(59)

42

guru menggunakan model explicit instruction. Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

S : nilai yang dicapai/diharapkan R : jumlah skor yang peroleh siswa N : skor maksimum ideal

100 : bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2008: 112).

Sedangkan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa digunakan rumus:

Keterangan: X : rata-rata hitung N : banyaknya siswa Xi : nilai siswa

(Adopsi dari Sudjana, 2011: 109).

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal, digunakan rumus sebagai berikut:

(60)

43

Tabel 3.9. Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal dalam Persen (%).

No Tingkat Keberhasilan Keterangan

1. >80% Sangat tinggi

2. 60-79% Tinggi

3. 40-59% Sedang

4. 20-39% Rendah

5. <20% Sangat rendah

(Adaptasi dari Aqib, 2009: 41).

F. Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tiap siklusnya yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa secara klasikal minimal meningkat hingga ≥75% dari jumlah kesuluruhan siswa.

2. Hasil belajar siswa sekurang-kurangnya ≥66, secara klasikal minimal meningkat hingga ≥75% dari jumlah kesuluruhan siswa.

G. Urutan Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I

a. Perencanaan

(61)

44

b. Pelaksanaan

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru mempersiapkan siswa untuk memulai pelajaran.

b) Guru menyampaikan apersepsi, memotivasi, dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa diarahkan untuk memahami pengertian pekerjaan dengan memperhatikan gambar jenis-jenis pekerjaan.

b) Siswa diminta memberi contoh jenis pekerjaan yang ada dikehidupan sehari-hari.

c) Guru menjelaskan jenis pekerjaan berdasarkan lingkungan tempat kerja selangkah demi selangkah.

d) Siswa dibentuk dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa.

e) Guru memberikan latihan kepada siswa berupa LKS

f) Guru memeriksa apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik dari instruksi yang diberikan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

g) Siswa diberi kesempatan yang belum jelas untuk bertanya kepada guru.

(62)

45

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

b) Guru memberikan refleksi dan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

c) Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh observer pada saat proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan terhadap aktivitas siswa dan kinerja guru saat pembelajaran menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.

d. Refleksi

Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Refleksi dilakukan dengan melihat kelebihan dan kelemahan pada saat proses pembelajaran menggunakan model explicit instruction. Apabila belum terjadi peningkatan sesuai dengan indikator yang diharapkan maka dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan memperhatikan hasil refleksi dan langkah-langkah penggunaan model explicit instruction secara tepat.

2. Siklus II

(63)

46

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tindakan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan model explicit instruction dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IVC SD Negeri 8 Metro Timur dalam pembelajaran tematik. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal pada siklus I sebesar (54,16%) dengan kategori aktivitas belajar siswa “cukup aktif”, sedangkan siklus II sebesar (87,5%) dengan kategori aktivitas belajar siswa secara klasikal “sangat aktif”. Hal ini menunjukan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar (33,34%).

(65)

97

klasikal ”sedang”, sedangkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa siklus II adalah (95,83%) dengan kategori persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ”sangat tinggi”. Hal ini menunjukan adanya peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dari siklus I ke silkus II sebesar (32,19%).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan temuan data di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain bagi:

1. Bagi Siswa

Diharapkan dapat selalu aktif dan menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komperehensif baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Siswa diharapkan dapat bertanggung jawab akan tugas yang diberikan guru baik tugas individu maupun kelompok dan dapat bekerja sama dalam tim belajar secara berkelompok. Peningkatan yang ditunjukkan dalam penerapan model explicit instruction dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara optimal baik secara individu maupun kelompok.

2. Guru

(66)

98

pelajaran dapat terkait secara harmonis. Diharapkan dapat membantu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik.

3. Sekolah

Memfasilitasi penggunaan dari model explicit instruction dalam proses pembelajaran, karena dengan menggunakan model explicit instruction dapat menyelesaikan permasalahan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik. Selain itu perlunya dukungan dari kepala sekolah untuk mengupayakan dan memberi dorongan agar guru yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan model explicit instruction agar dapat melaksanakannya dalam pembelajaran.

4. Bagi peneliti berikutnya

(67)

99

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Anurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Bandung. Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk guru SD, SLB dan TK.Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Eggen, Paul, dan Don Kauchak. 2012.Strategi dan ModelPembelajaran. PT.

Indeks. Jakarta.

Firman, Harry dan Ari Widodo. 2008. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. UPI Press. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2009. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. PT Remaja. Rosdakarya. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Hartati, Tatat, dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. UPI Pers. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Isjoni. 2007 Integrated Learning pendekatan pembelajaran IPS di Pendidikan SD. Fallah production. Bandung.

. 2013. Kooperatif Learning. Alfabeta. Bandung.

(68)

100

Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. University Press. Surabaya. Karwono. dan Heni Mularsih 2010. Belajar dan Pembelajaran serta

Pemenfaatan Sumber Belajar. Cerdas Jaya. Ciputat.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasikan Kurikulum 2013. Kemendikbud RI. Jakarta.

Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Otentik. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Poerwanti. 2009. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Yogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2007. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. UPI PRESS. Bandung. Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. , 2013. Coperative Learning. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.

(69)

101

Sutrisno, Leo. dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas. Jakarata.

Suwangsih, Erna & Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS. Bandung.

Tarigan, Herman. 2010. Penjaskes. Unila. Bandar Lampung.

Wardhani, I.G.A.K, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.

Gambar

Gambar 3.1.  Siklus PTK (sumber: Arikunto, dkk., 2006: 74)
Tabel 3.1. Lembar Observasi Kegiatan Mengajar Guru
Tabel 3.2.Rubrik Penilaian Kegiatan Mengajar Guru
Tabel 3.5. Rubrik Penilaian Psikomotor Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus

[r]

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI PANEL LANTAI BAJA TIPE 500 MMMODEL MAT 200 STCL PADA PT.ACCESS MATSUSHITA DENKO MITRAINDONESIA.. ANDRY SETIADY, HOTNIAR

Fraksi yang merupakan fraksi teraktif adalah fraksi 2 karena memiliki nilai penghambatan yang paling besar, yaitu sebesar 87,52% pada konsentrasi 10000 ppm, dan

Pengelantangan dikerjakan terhadap bahan tekstil bertujuan menghilangkan warna alami yang disebabkan oleh adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga

Tugas akhir ini telah periksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk di pertahankan dihadapan Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin

Amir Fuady, M.Hum, Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna

Sentra Energi Berbasis Biomassa (Studi kasus kawasan Bogor, kawasan DKI Jakarta dan kawasan Purwakarta). BINTORO DJOEFRIE, dan KOESWARDHONO MUDIKDJO. Peranan energi fosil tetap