• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION SISWA KELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION SISWA KELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK

MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION

SISWAKELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO SKRIPSI

Oleh :

RIZQIYAH MUTHOHAROH NIM: D37212074

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Rizqiyah Muthoharoh. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali

Sidoarjo. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo menunjukkan bahwa keterampilan lari estafet siswa dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penelitian dengan guru kelas IV, dari 21 siswa hanya 47,6% yang tuntas dalam keterampilan lari estafet. Penyebabnya adalah keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui model

Explicit Instruction.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instruction dalam pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 21 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu non tes (penilaian performance) menggunakan rubik penilaian keterampilan lari estafet, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran lari estafet melalui model Explicit Instruction selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjaskes sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 77, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 65 kemudian pada siklus II dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 85, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 78. Setelah ada perbaikan pada siklus III perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 88 dan perolehan nilai aktivitas siswa sebesar 83 maka mengalami peningkatan. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas IV setelah diterapkan model

Explicit Instruction pada siklus I mengalami peningkatan 19.06% dari 47,6%

(8)

baik dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja. Rata-rata pada siklus I sebesar 69,5, siklus II sebesar77,14 dan siklus III sebesar 82,8.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tindakan yang Dipilih ... 5

D. Tujuan penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian keterampilan ... 9

B. Pengertian Lari ... 10

C. Tujuan Lari ... 11

D. Keterampilan Lari Estafet ... 11

E. Indikator dalam Peningkatan Keterampilan Lari ... 12

F. PENJASKES ... 17

G. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 19

H. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 19

I. Materi Atletik ... 20

J. Pengertian Model Explicit Instruction ... 22

K. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction ... 23

L. Langkah-langkah Model Explicit Instruction ... 24

(10)

C. Variabel yang di Teliti ... 33

D. Rencana Tindakan ... 33

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya ... 37

F. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 41

H. Analisis Data ... 41

I. Indikator Kinerja ... 43

J. Tim Penelitian ... 43

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Pra Tindakan ... 46

2. Siklus I ... 47

3. Siklus II ... 55

4. Siklus III ... 63

BAB V PENUTUP a. Simpulan ... 72

b. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari

sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas

emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui

aktivitas jasmani dan rohani.1

Pendidikan jasmani telah dilaksanakan sejak dini, di dalam keluarga

oleh orang tuanya. segi positif secara langsung berusaha memupuk

perkembangan jasmani anak-anak, seperti kesehatan ketangkasan, dan

keberanian dan segi preventif secara tidak langsung menjaga supaya

perkembangan dan kesehatan jasmani anak itu jangan sampai terganggu.2

Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong

perkembangan keterampialan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan

pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan

serta perkembangan yang seimbang.3

1

Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung: ALFABETA, 2013),Hal.1.

2

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 151-152.

3

(12)

2

Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,

pembimbing, pelatih, dan pengembangan kurikulum yang dapat menciptakan

kondisi dan suasana belajar yang kondusif, memberikan ruang pada siswa

untuk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengekplorasikan dan

mengelaborasikan keterampilannya.4

Tinjauan pokok dari pendidikan jasmani adalah gerak, dan dari gerak

tersebut akan memberikan efek positif bagi fisik maupun mental seseorang.

Selain itu kegiatan dalam pendidikan jasmani harus diatur sedemikian rupa

agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.

Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya diharuskan

untuk menguasai bahan ajar dan memiliki keterampilan teknik edukatif, tetapi

guru juga dituntut untuk memiliki kepribadian dan integrasi pribadi yang

dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta didik,

keluarga, maupun masyarakat.5

Fakta yang terjadi di lapangan saat ini banyak terdapat guru

pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini dapat

dikarenakan terbatasnya tenaga pendidik pendidikan jasmani di daerah

tersebut. Sehingga guru yang berlatar belakang pendidikan bukan dari

pendidikan jasmani mengajar penjaskes di sekolah.6

Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada

guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan

4

Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 19. 5

Syaiful Sagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 99.

6

(13)

3

perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus

disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran

ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada

perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan

model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh

mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai

perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan

sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan

jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,

kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam

rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila

serta pembiasaan pola hidup sehat, memiliki pengetahuan, pemahaman

terhadap gerakan manusia.7

Dalam usaha meningkatkan keterampilan berlari. Guru berusaha

untuk mencari model yang tepat dalam menyampaikan pengajaran kepada

siswa. Salah satu ialah memberikan kegiatan pembelajaran yang baik, karena

memberikan pembelajaran bisa dilihat dari cara siswa tersebut menghadapi

dan memecahkan masalah, adanya perubahan dalam perbuatan melalui

aktivitas, praktik, dan pengalaman.

Berdasarkan pengalaman peneliti dan wawancara dengan siswa kelas

VI MINU Sumokali Sidoarjo diperoleh informasi bahwa siswa masih

7

(14)

4

mengalami kesulitan dalam mempraktikkan lari estafet materi atletik mata

pelajaran penjaskes sehingga dalam kategori rendah. Hasil pengamatan nilai

uji kompetensi 1 siswa kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016

masih banyak siswa yang belum bisa mempraktikkan materi tersebut. Hal ini

di sebabkan oleh keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan

media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung

mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari

guru. penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang

diajarkan.

Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah ketika

mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat dari

KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan sebesar

80 dan prosentase keberhasilan yang harus dicapai minimal 80%, tetapi KKM

tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar siswa yang

hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62,85.8

Dengan demikian perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran untuk

mengatasi masalah-masalah di atas. Penggunaan modelexplicit

Instructiondiharapkan dapat meningkatkan keterampilan lari estafet mata

pelajaran penjaskes di sekolah dasar sumokali sidoarjo.

Kesesuaian model explicit Instructiondengan karakteristik siswa yaitu

menjadikan siswa lebih mudah memahami materi karena setelah disampaikan

8

(15)

5

teori, siswa langsung diminta untuk praktik. Kesesuaian model explicit

Instruction dengan materi pembelajaran yaitu bahan atau kajian yang

diajarkan pada program pembelajaran akan diukur sampai sejauh mana

kedalaman yang harus dicapai, sehingga model yang diberikan akan menyatu

dengan materi pembelajarannya. Atas dasar latar belakang permasalahan di

atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

judul sebagai berikut:

“ Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo”.

B. Rumusan masalah

Dari permasalahan diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan Model Explicit Instructiondalam pembelajaran lari

estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit

Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo?

C. Tindakan yang dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah pemahaman peserta

didik pada materi atletik yaitu melalui model explicit instructionkarena

model explicit instructionmemberi variasi baru pada proses pembelajaran

(16)

6

aktif sehingga dapat memberikan peningkatan keterampilan lari estafet pada

materi atletik.

D. Tujuan penelitian

Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai

adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instructiondalam

pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampialnlari estafet melalui Model

Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo.

E. Lingkup penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:

a. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah

peningkatan keterampilan lari estafet pada materi atletik.

b. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV di

MINUSumokali Sidoarjo.

c. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran

2015-2016 dan dibatasi pada Kompetensi Dasar mengenai materi Atletik.

d. Standar Kompetensi

Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan

olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

e. Kompetensi Dasar

(17)

7

sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin.

Indikator

a) Menjelaskan atletik lari estafet dengan tepat

b) Mempraktikkan atletik lari estafet dengan tepat

F. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Lari

Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit

Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo” dapat di pilah menjadi

dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis. Manfaat penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara teoritis

Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori model

explicit instruction (pengajaran langsung) pada pembelajaran Penjaskes

materi atletik.

2. Manfaat secara praktis dipilah menjadi tiga yaitu bagi siswa, bagi guru,

dan bagi sekolah.

a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak dasar

atletik lari estafet dengan tepat.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat

mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat

(18)

8

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat

mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses

pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan

keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan prestasi

belajar.

d. Penulis

Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih dalam dan

sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta

(19)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Lari Estafet

1. Pengertian keterampilan

Mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk

menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan,

mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih

bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan

tersebut.keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik

bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan

menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.

Keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan

sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut

tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau

terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa

melalui proses belajar yang intensif dan bukanlah merupakan kelebihan

yang sudah diberikan semenjak lahir. sehingga untuk menjadi seorang

yang terampil dengan memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu

haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai

bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.

Gordon mengemukakan keterampilan merupakan sebuah

(20)

10

Definisi keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada

aktivitas psikomotor. Kemampuan psikomotorik terkait erat dengan

keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau

tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dengan otak.1

2. Pengertian lari

Lari adalah salah satu cabang olahraga tertua di dunia. Sebelum

menjadi sebuah cabang olahraga, lari sudah dikenal oleh

peradaban-peradaban manusia kuno.Lari merupakan cabang olahraga atletik yang

paling populer. Olahraga ini banyak yang meminatinya diseluruh penjuru

dunia, karena modal awal dari segala olahraga. Cabang-cabang lari sangat

banyak macamnya dari yang berjarak pendek, jarak jauh.

Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang

olahraga lari. Lari sambung pada dasarnya adalah melakukan gerak lari

secepat mungkin dengan membawa tongkat. Pada lari sambung terjadi

perpindahan tongkat dalam regu. Satu regu lari sambung beranggotakan

empat pelari, yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, pelari dan

keempat. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan

jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet

sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100

meter dan 4 x 400 meter.2

1

Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Bumiayu: AR-RUZZ MEDIA, 2013). Hal.84

2

(21)

11

3. Tujuan lari

Tujuannya adalah melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan

berlari sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.

4. Keterampilan lari estafet

Keterampilan lari estafet adalah kemampuan siswa dalam memberi

dan menerima tongkat. Berlari itu adalah satu kaki melontarkan tubuh ke

depan, lalu kemudian kaki lain menahan tubuh kita jatuh lalu kemudian

melontarkan kembali tubuh kita ke depan. Hal tersebut terus di ulang

ulang dengan cepat sedemikian sehingga terjadi lah sebuah hal yang kita

sebut dengan berlari. Keterampilan berlari pada umumnya diperoleh

dengan cara mempelajari di sekolah. Keretampilan berlari merupakan

suatu olahraga yang tumbuh berkembang bersamaan dengan kegiatan

alami manusia. Berlari, melompat, melempar merupakan gerakan-gerakan

yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Lari

sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan

atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu

regu lari sambung terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua,

ketiga, dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak

akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu

Pelari pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada nomor lari sambung ada

kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari yang lain, yaitu

(22)

12

pelari berikutnya.3 Sehingga keterampilan berlari estafet yang diajarkan

jelas dan sesuai dengan praktik di lapangan.

5. Indikator dalam peningkatan keterampilan berlari

Pada dasarnya proses berlari sambung dilaksanakan secara

bergantian atau berantai. Karena melibatkan beberapa aktivitas, baik

jasmani maupun rohani. Sehingga proses berlari sambung ada beberapa

aspek perkembangan fisik dapat disimpulkan menjadi suatu indikator yang

diharapan untuk peningkatan keterampilan berlari sambung pada siswa

kelas IV MI Sumokali Sidoarjo.

Perkembangan intelegensi seorang bayi selalu berhubungan dengan

motorik kasar dan motorik halus. Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan fisik.

Keterampilan motorik ini yaitu keterampilan motorik kasar serta halus.

Keterampilan motorik anak yang masih berusia 4-5 tahun biasanya banyak

mengalami perkembangan jika dibandingkan dengan motorik kasar.

Kemudian, setelah usia 5 tahun barulah terjadi perkembangan motorik

halus. Di usia 4 tahun, anak-anak sendiri masih menyukai gerakan-

gerakan sederhana seperti melompat, berjingkrak-jingkrak atau berlari ke

sana kemari. Pada usia 5 tahun, anak-anak biasanya lebih berani

mengambil resiko dan lebih percaya diri untuk melakukan ketangkasan

seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan lain sebagainya.4

3

Giri Wiarto, ATLETIK, (Surakarta: GRAHA ILMU, 2013). Hal. 14-16. 4

(23)

13

Teknik Pergantian Tongkat Estafet. lari estafet mengenal dua cara

pergantian tongkat, yaitu:

a. Teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat (visual)

Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil

menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari

sebelumnya. Penerimaan tongkat dengan cara melihat biasanya

dilakukan pada nomor 4 x 400 meter.

b. Teknik penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat (non visual)

Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa

melihat tongkat yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat

tanpa melihat biasanya digunakan dalam lari estafet 4 x 100 meter.

Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima

tongkat tanpa melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam

pelaksanaannya, antara penerima dan pemberi perlu melakukan

latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat.

Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet.

Prinsip lari sambung adalah berusaha membawa tongkat

secepat-cepatnya yang dilakukan dengan memberi dan menerima

tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya, agar dapat melakukan

teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan gerak lari dan

keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.

Dalam beberapa lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan

(24)

14

menerima dan memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang

lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu didiskualifikasi hanya karena

kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat.

lari estafet mengenal dua cara pemberian dan penerimaan

tongkat, yaitu:

a. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah.

Teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat

dengan tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat

tersebut dengan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan

tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara itu,

tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan

menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari

tangan lainnya dirapatkan.

b. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari

belakang ke depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat

dari atas pada telapak tangan penerima. Pelari yang akan

menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang

dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar

dan jari-jari tangan lainnya rapat.

Ada sebuah cara yang dilakukan dalam olahraga lari estafet agar

tongkat estafet tidak jatuh saat diberikan pada peserta lain. Yaitu

(25)

15

dengan tangan kiri dan memberikannya juga dengan tangan kiri.

Sedangkan si penerima tongkat bersiap menerima tongkat dengan

tangan kanan.

Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik

hanya akan dapat memenangkan perlombaan jika mampu melakukan

pergantian tongkat estafet dengan cepat dan sempurna. Cara

menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pelari ke-1 ditempatkan didaerah start pertama dengan lintasan di

tikungan.

b) Pelari ke-2 ditempatkan didaerah start kedua dengan lintasan

lurus.

c) Pelari ke-3 ditempatkan didaerah start ketiga dengan lintasan

ditikungan

d) Pelari ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan lintasan

(26)

16

Latihan Memberi dan Menerima Tongkat Estafet

Tujuan: melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari

sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.

Cara Melakukannya:

1. Buatlah beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari

atau siswa) dan masing-masing pelari atau siswa ditempatkan

dengan jarak 50 meter.

2. Setelah ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera

menempatkan posisinya (sikap startjongkok).

3. Setelah ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya

menuju pelari atau atlet kedua yang sudah siap untuk menerima

tongkat.

4. Setelah keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari

terakhir (keempat) masuk ke garis finish tanpa membuat

kesalahan maka regu yang tiba di garis finish pertama keluar

sebagai pemenang.5

Dari aspek di atas, penulis menyimpulkan kriteria indikator

keterampilan berlari sambung yakni:

a. Gerakan lengan yang diayun depan belakang di atas pinggang

b. Gerakan yang cepat

c. Gerakan pemberian/penerimaan tongkat

d. Pendataran telapak kaki menggunakan ujung telapak kaki

e. Posisi badan condong kedepan

Dari indikator di atas merupakan titik tolak penentu model yang

akan digunakan, sehingga metode yang dipilih sesuai dengan indikator

5

(27)

17

yang diharapkan. Selain itu indikator berfungsi sebagai acuan dalam

pembatas bahasan peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam

bahasan.

B. PENJASKES

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek

kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,

stabilitasemosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral

melalui aktivitas jasmani dan rohani.

Pengertian Pendidikan Jasmani Kata fisik atau jasmani (physical)

menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan

sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan

fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development),

kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan

penampilan fisik (physical appearance).

Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika

kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk

frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical

education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas

yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia. Pendidikan jasmani

adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk

meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

(28)

18

emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik,

kognitif, dan afektif setiap siswa.

a. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a) Permaian dan Olahraga meliputi: olahtaga tradisional, permainan.

Ekplorasi gerak lokomotor dan non lokomotor, dan manipulatif,

atletik, kasti rounders, kipper, sepak bola, bola basket, bola voli, enis

meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas

lainnya.

b) Aktivitas Pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

c) Aktivitas Senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan

tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas

lainnya.

d) Aktivitas Ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam

aerobic serta aktivitas lainnya.

e) Aktivitas Air meliputi: permainan air, keselamatan air, keterampilan

bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.

f) Aktivitas Luar Kelas meiputi: piknik/karyawisata, pengenalan

(29)

19

g) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam

kehidupan sehari-hari, perawatan tubuh agar tetap sehat, mencegah

dan merawat cidera serta mengatur waktu istirahat dan berperan aktif

kegiatan P3K dan UKS.

b. Tujuan Pendidikan Jasmani

a) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya

pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup

sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.

b) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang

lebih baik.

c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi

nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan

kesehatan.

e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab,

kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri

sendiri, orang lain dan lingkungan.

g) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang

(30)

20

sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki

sikap yang positif.6

C. Materi Atletik

Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis

besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal

dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes". Atletik merupakan cabang

olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM.

Olahraga atletik mula-mula dipopulerkan oleh bangsa Yunani kira-kira pada

abad ke-6 SM. Orang yang berjasa mempopulerkannya adalah Iccus dan

Herodicus. Atletik yang terkenal sudah lain dari pada yang dilakukan oleh

bangsa yunani kuno. Sedangkan pada atletik di Indonesia dikenal lewat

bangsa belanda yang selama tiga setengah abad telah menjajah negeri ini.

Namun demikian atletik tiada dikenal secara luas. Induk organisasi untuk

olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh

Indonesia). Kemudian sederajat atlet dari berbagai cabang atletik mulai

bermunculan seiring dengan bertambahnya event-event kejuaraan atletik baik

nasional maupun internasiaonal.7

a. Lari Estafet

Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang

olahraga lari. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan

jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet

6Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung:ALFABETA,2013),Hal. 17-19.

7

(31)

21

sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100

meter dan 4 x 400 meter.

a) Cara Memberi dan Menerima Tongkat Estafet

Pada lari estafet, pengoperan tongkat estafet harus dilakukan dalam

suatu petak yang berukuran panjang 20 meter. Pelari A berlari cepat

menuju pelari B untuk memberikan tongkat estafet. Pelari B berada

dalam sikap standing start (start berdiri) didekat garis permulaan

petak. Pada jarak 4-5 meter dari garis (tanda x), pelari B melihat ke

belakang. Setelah pelari A yang memegang tongkat estafet dengan

lengan kirinya mendekati tanda x, pelari B lari secepat-cepatnya dan

tidak boleh melihat ke belakang. Pada saat A mengejar, ia akan

memberi aba-aba “ya” sambil mengulurkan lengan kirinya ke depan.

Saat itu pula B mengulurkan lengan kanannya ke belakang dengan

ibu jari dibuka terpisah dari jari lainnya. Ketika tongkat estafet

menyentuh tangan B, tongkat itu harus digenggamnya agar tidak

jatuh. Saat berikutnya tongkat estafet itu harus sudah berpindah ke

tangan kiri.

b) Berlatih Lari Estafet

(a) Siswa di bagi menjadi dua baris dengan jarak setiap baris lima

meter. Semua siswa berada pada posisi start berdiri dengan kaki

kanan di depan. Baris paling belakang memegang tongkat

estafet di lengan kirinya. Jangan memegang pada pertengahan

(32)

22

yang memegang tongkat estafet berlari pelan dan mengulurkan

lengan kirinya ke depan. Pada saat itu pula barisan depan

mengulurkan lengan kanannya ke belakang. Telapak tangan

menunjuk ke bawah, ibu jari terpisah dari jari lainnya. Sewaktu

tongkat estafet menyentuh tangan barisan depan, segera barisan

depan menggenggam tongkat dan memindahkan ke tangan kiri.

(b) Caranya sama seperti bagian 1, tetapi jumlah barisan menjadi

empat baris dan jarak antarbaris menjadi 15 meter, serta

kecepatan lari ditingkatkan.8

D. Pengertian Model Explicit Instruction

Rosenhina, dkk mengemukakan bahwa Explicit Intruction merupakan

suatu model pembelajaran secara langsung agarsiswa dapat memahami serta

benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam

suatu pembelajaran.9

Arend dalam Trianto menjelaskan bahwa model Explicit

Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu

pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar

siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan

8

Tri Hananto Budi Santoso dkk, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, (Yudistira, 2007). Hal. 22-23.

9

(33)

23

baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah

demi selangkah.10

Kemudian Anurrahman mengemukakan bahwa Explicit Intruction atau

yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu model dimana

kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam

implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat

terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang

dikontrol secara ketat pula.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Model

Explicit Intruction merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran

yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan

prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa dapat memahami

serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif

dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.11

E. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction

Kardi, dkk ada beberapa ciri-ciri Model Explicit Intruction (pengajaran

langsung), yaitu sebagai berikut:

a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk

prosedur penilaian belajar.

b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatanpembelajaran dan

10

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 3.

11

(34)

24

c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar

kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.12

Selain itu, Weil dan Calho mengemukakan bahwa tujuan utama dari

penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan

waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya

ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi

belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa.13

Ciri-ciri pada pengajaran langsung:

1) Proses pengajaran langsung didominasikan oleh keaktifan guru.

2) Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.

3) Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya

pembelajaran.

4) Materi ajar bersumber pada guru.14

E. Langkah-Langkah Model Explicit Instruction

Pada pelaksanaan Model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini

digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung

oleh guru kepada siswa. Tekait hal tersebut, maka dalam penerapannya

penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu

12

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 5.

13

Ibid. hal. 1. 14

(35)

25

yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami

langkah-langkah atau sintaks dari model tersebut.

Zainal Aqib menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam

pengajaran langsung (Explicit Intruction), meliputi:

a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.

b. Mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan.

c. Membimbing pelatihan.

d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.

e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.15

TAHAPAN-TAHAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION

Fase Peran Guru

Fase I

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan TPK, informasi latar

belakang, pentingnya pelajaran,

mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemontrasikan pengeta-huan serta keterampilan

Guru mendemontrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kapada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.16

15

Zainal Aqib, Model-model,Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (INOVATIF), (Bandung, Yrama Widya, 2014), hal. 29-30.

16

(36)

26

Berdasarkan fase yang terdapat pada tabel 1, maka peneliti menyimpulkan

bahwa pada tersebut terdiri dari fase persiapan, yang terdiri dari fase

menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa yang mencakupi:

1. Guru memberikan tujuan langkah awal ini untuk menarik dan

memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan

serta dalam pelajaran itu.

2. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru melalui

rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan

tulis.

3. Kegiatan ini bertujuan menarik perhatian orang (siswa), memusatkan

perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali

pada hasil belajar yang telah dimilikinya, relevan dengan pokok

pembicaraan yang akan dipelajari.

Kemudian dilanjutkan dengan fase mendemontrasikan pengetahuan serta

keterampilan yang mencakupi:

a. Melakukan presentasi atau demontrasi pengetahuan dan keterampilan.

b. Pengajaran langsung berperan teguh pada asumsi, bahwa sebagaianbesar

yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.

c. Mencapai pemahaman dan penugasan meliputi untuk menjamin agar

siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya,

guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap

(37)

27

Selanjutnya, fase pelatihan dan pemberian umpan balik meliputi:

4. Membimbing pelatihan mencakupi

a. Berlatih meliputi guru dapat mendemontrasikan sesuatu dengan

benar-benar diperlukan latihan yang intensif, danmemperhatikan

aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemontrasikan.

b. Memberikan latihan terbimbing dalam hal ini ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan

pelatihan, yaitu sebagai berikut:

a) Menguasai siswa melakukan latihan singkat.

b) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar mengusai

konsep / keterampilan yang dipelajari.

c. Dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat

menimbulkan kejenuhan pada siswa.

d. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja

siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah

tanpa disadari.

5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik tahap ini disebut

juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan

secara lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon

terhadap jawaban siswa.

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan

penerapanyang dilakukan denganmemberikan kesempatan latihan

(38)

28

melakukan hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan

tugas mandiri, yaitu:

a. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses

pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk

pembelajaran berikutnya.

b. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang

tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah.

c. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang

diberikan kepada siswa dirumah.17

F. Kelemahan dan kelebihan Model Explicit Instruction

Kelebihan model explicit instruction :

a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi

dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat

mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.

b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.

c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau

kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat

diungkapkan.

d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan

pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.

17

(39)

29

e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah.

f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam

waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh

siswa.

g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi

mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat

merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.

Sedangkan kelemahan model explicit instruction :

a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk

mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,

dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam

hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.

b. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan

dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan

pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.

c. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara

aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

interpersonal mereka.

d. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan

strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak

(40)

30

siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran

mereka akan terhambat.

e. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali

guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi

karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif

terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan

keingintahuan siswa.18

18

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitihan adalah penelitian tindakan

kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom

Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.

PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.

Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka

peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam

pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan

kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan

tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen

yang sama.1

Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa model

atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti melakukan PTK.

Desain-desain tersebut diantaranya adalah: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model

Kemmis Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Hopkins, (5) Model

(42)

32

McKernan, (6) Model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti disini melakukan

PTK dengan menggunakan model Kurt Lewin.

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dan berbagai model

action research, terutama classroom action research. Konsep pokok action

research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1)

perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),

dan (4) refleksi (reflecting). 2

Hubungan keempat komponen tersebut dipandang siklus yang dapat

[image:42.595.133.512.245.547.2]

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting atau lokasi PTK ini adalah MINU Sumokali Sidoarjo

kelas IV. Mata pelajaran Penjaskes, tahun pelajaran 2015/2016.

2

(43)

33

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV MINU

Sumokali Sidoarjo dengan jumlah siswa 21anak meliputi 9 laki-laki

dan 12 perempuan. Sedangkan peneliti disini berperan sebagai

observer.

C. Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:

1. Variabel input : Siswa-siswi kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo

2. Variabel proses : Model Explicit Instruction

3. Variabel output : Peningkatan keterampilan lari estafet mata

pelajaran Penjaskes materi Atletik.

D. Rencana Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Setiap tahap

dilalui dengan prosedur dan langkah-langkah tersendiri.

1. Tahap perencanaan tindakan

Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :

a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan

b. Menentukan model Explicit Instructionyang digunakan untuk

menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti

melaksanakan peningkatanketerampilan lari estafet mata pelajaran

(44)

34

c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran

Penjaskes di kelas VI dengan menggunakan Model Explicit Instruction.

d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Atletik.

e. Menyiapkan sumber pembelajaran yaitu buku dan alat olahraga.

f. Mengembangkan non test berupa penilaian performent atletik lari

estafetyang telah terselesaikan.

g. Mengembangkan format penilaian.

h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman

wawancara , gambar dan kriteria keberhasilan.

i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan

Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan yang

dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila sesuai maka

tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti terus

melakukan perbaikan di siklus berikutnya.

2. Tahap pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program

pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Awal (20 menit)

Fase1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaexplicit instruction.

(45)

35

b) Mengecek kehadiran siswa.

c) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu.

d) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini

yaitu tentang Atletik Lari Estafet.

e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

b. Kegiatan Inti (65 menit)

Fase 2 mendemontrsikan pengetahuan serta keterampilan model

explicit instruction

Elaborasi

a) Guru menjelaskan materi dan memberikan materi atletik lari

estafet.

b) Guru mengatur siswa agar berpasang-pasangan.

c) Masing-masing kelompok antara 4-6 siswa.

Fase 3 membimbing pelatihan Eksplorasi

Melakukan tehnik dasar lari estafet:

1) Guru melakukan teknik dasar lari estafet pemanasan (warming

up) (berkelompok).

2) Guru melakukan start dari posisi berdiri menggunakan aba-aba

(berkelompok).

3) Guru melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah

pendek (berkelompok).

(46)

36

Melakukan tehnik memberi/menerima tongkat yaitu:

1) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat statis.

2) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat dengan gerakan

tangan sprint.

3) Guru melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari

perlahan.

4) Setelah berkelompok siswa mempraktikkan lari estafet dengan

benar.

Fase 4 pemahaman dan memberikan umpan balik model explicit instruction

Konfirmasi

1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam

bentuk praktek/lisan.

2) Guru memberikan penilaian atau refleksi.

Fase 5 memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan model explicit instruction

3) Guru memberikan acuan agar siswa dapat melakukan ekplorasi

dengan baik.

4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum

perpatisipasi aktif.

c. Kegiatan Penutup (20 menit)

a) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran.

(47)

37

c) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a.

d) Mengucapkan salam.

3. Tahap pengamatan

Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data

hasil wawancara, observasi dan penilaian aspek psikomotorik.

a. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan

pedoman wawancara guru dan siswa.

b. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan

melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah

dipersiapkan.

4. Tahap refleksi

Pada tahap ini dilakukan:

a. Evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan yang

dilakukan dalam proses pembelajaran.

b. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan unjuk

kerja siswa, dengan melihat hasil observasi guru dan siswa.

c. Perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber data

Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan

sumber data sekunder.3 Data primer adalah data yang diperoleh dari

(48)

38

sekolah yang diteliti. Yang termasuk data primer adalah siswa, guru, orang

tua, dankepala sekolah di MINU Sumokali Sidoarjo. Sedangkan data

sekunder adalah data yang berasal dari pihak-pihak yang tidak berkaiatan

dengan sekolah. Seperti pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan.

Dalam penelitian kali ini, data yang diperlukan untuk dianalisis adalah

data primer, yaitu:

a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak

dasar atletik lari estafet dengan tepat.

b. Bagi guru

Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat

Mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat

memudahkan guru untuk melanjutkan materi selanjutnya.

c. Bagi sekolah

Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat

mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses

pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan

Keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan

prestasi belajar.

d. Penulis

Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih

dalam dan sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa

(49)

39

2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada dua jenis data

yang dikumpulkan peneliti, yakni:

a. Data Kuantitatif (nilai keterampilan siswa) dapat dianalisis secara

deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik

deskriptif.

b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat

yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan

tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),

pandangan atau sikap siswa terhadap metode yang baru (afektif),

aktivitas manusia mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam

belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat

dianalisis secara kualitatif.4

3. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan peneliti, yakni:

a. Non Tes (Penilaian Performance)

Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan

keterampilan siswa dalam melakukan lari estafet.

b. Observasi

Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Adapun

instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi

aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa.

4

(50)

40

c. Wawancara

wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat atau sikap

siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran dengan model

explicit instruction. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan

informasi dimana pewancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan

untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

FORMAT PANDUAN WAWANCARA

1. Bagaimana keterampilan lari estafet pada mata pelajaran

Penjaskes di kelas IV?

2. Model apa sajakah yang telah diterapkan oleh guru terkait

dengan peningkatan keterampilan siswa dalam lari estafet?

3. Apa saja hambatan yang sering terjadi dalam pembelajaran di

luar kelas dalam upaya meningkatkan keterampilan berlari

estafet pada siswa kelas IV?

4. Model apa yang pernah digunakan dalam upaya meningkatkan

keterampilan berlari estafet pada siswa kelas IV?

d. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti

dan sebagaian. Dalam penelitian ini data dokumentasi merupakan

data-data yang dibutuhkan oleh peneliti meliputi data-data yang ada

(51)

41

penelitian, dan dokumen tentang rekap hasil belajar mata pelajaran

penjaskes.

F. Instrument Pengumpulan Data

a. Instrumen observasi guru (terlampir)

b. Instrumen observasi siswa (terlampir)

c. Instrument Non Test / Penilaian Performance (terlampir)

Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan

keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian

performance.

d. Instrumen pengamatan Sikap/Perilaku (terlampir)

Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan

keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian

performance.

G. Analisis Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu model dalam kegiatan

pembelajaran perlu diadakan analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dapat

dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru, dan

keberhasilan atau kegagalan tindakan.

Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas siswa dengan melihat

respon positif atau negatif siswa terhadap peningkatan keterampilan berlari

(52)

42

Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas guru dengan melihat

kesesuaian proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan RPP yang

telah disiapkan dan kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa

setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara

menganalisis hasil performance siswa ketika proses pembelajaran

berlangsung. Kemudian dilihat peningkatannya dari hasil pretest dan postest.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk

ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara

perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa yang telah tuntas belajar bila

telah mencapai KKM 80 dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar apabila

prosentase mencapai 80%.

Untuk menghitung skor keterampilan berlari siswa digunakan rumus

sebagai berikut :5

�������ℎ�� = ����� �����������ℎ

������������� 100

Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar (keterampilan berlari)

digunakan rumus sebagai berikut :6

���������� = ������ ��� ������ �������

������ 100%

Untuk mengetahui rata-rata keterampilan berlari estafet kelas IV pada

materi atletik digunakan rumus sebagai berikut :

5

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010).

6

(53)

43

����������= �����������������������

������������� 100%

H. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru

dalam mengelola dan melakukan pembelajaran serta keberhasilan siswa

dalam melakukan pembelajaran dan melakukan non testdengan praktek yang

telah terselesaikan.

Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model explicit instruction sekurang-kurangnya berkategori

baik.

2. Skor rata-rataketerampilan berlari estafet kelas IV pada materi atletik

menjadi ≥ 80.

3. Persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar ≥

80%.

4. Terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II ≥ 20.

I. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini mengunakan kolaborasi. Antara guru

seorang mata pelajaran penjaskes, guru sebagai kolaborator bersama peneliti

dikelas sekaligus sebagai obsevator selama kegiatan penelitian tindakan kelas.

Peneliti dan kolaborator bertugas penuh dalam pelaksanaan

(54)

44

memenuhi hasil yang diinginkan dalam sebuah proses penelitian tindakan

kelas.

1. Guru Penjaskes

Nama : Subiyanto

Status : Guru mata pelajaran penjaskes

Tugas : bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan.

2. Peneliti

Nama : Rizqiyah Muthoharoh

Status : Mahasiswi

Tugas : Menyusun perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi,

pelaksana kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi siswa,

melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa

teknik dalam pengumpulan data, diantarannya adalah dengan melalui observasi,

wawancara dan penilaian non test. Observasi dilakukan untuk mengamati

aktivitas guru dan siswa saat melakukan proses kegiatan pembelajaran (KMB) di

kelas untuk meningkatkan keterampilan lari estafet melalui model explicit

instruction.

Sedangkan teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai beberapa

informan di MINU Sumokali Sidoarjo yaitu Kepala Sekolah sebagai pemegang

penuh atas mutu ketulusan dari sekolah yang dipimpinnya, guru yang mengajar

di kelas IV dan beberapa siswa. Wawancara dilakukan di saat para informan

tersebut mempunyai waktu luang untuk diwawancarai, yaitu pada saat jam

istirahat dari aktivitas pembelajaran atau pada sudah jam belajar belajar mengajar

sudah selasai serta para siswa sudah waktunya jam pulang.

Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan

wawancara, penggalian data juga dilakukan melalui penilaian non test. Penilaian

ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan lari estafet ,

(56)

46

mengetahui kondisi awal dari keterampilan lari estafet, juga pada tahap siklus I,

II dan III untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet.

Adapun untuk penyajian data pada penelitian ini, peneliti akan membagi

menjadi empat bagian tahapan pelaporan yaitu pada:

1. Tahap pra siklus

2. Tahap siklus I

3. Tahap siklus II

4. Tahap siklus III

Berikut ini penyajian data pada tiap-tiap tahapannya:

1. Pra Tindakan

Tahap pra tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebelum

penelitian melakukan proses penelitian tindakan kelas. Tahap ini dilakukan

dengan cara wawancara terhadap guru pendidikan jasmani dan kesehatan

Kelas IV MINU Sumokali. Hasil wawancara dengan guru pendidikan jasmani

dan kesehatan Kelas IV yaitu bapak Subiyanto menunjukkan bahwa metode

yang digunakan adalah ceramah, penugasan dan sering tidak menggunakan

media yang sesuai. Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah

ketika mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat

dari KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan

(57)

47

tetapi KKM tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar

siswa yang hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62.85.1

Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa tingkat keterampilan

berlari estafet pada pra siklus masih ada tindakan perbaikan dalam

pembelajaran Penjaskes sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan

menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar

observasi akrtivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa,

menyiapkan tongkat yang diperlukan untuk menujang proses

pembelajaran terutama pada materi Atletik lari estafet.

b. Pelaksanaan tindakan

Siklus I dilaksanakan pada, tanggal 12 April 2016, jam pelajaran ke

1-3 pukul 07.00-09.30 WIB dengan pembelajaran Penjaskes materi

Atletik Lari Estafet dengan model explicit instruction. Kegiatan

pembelajaran diawali dengan siswa mempersiapkan baris didepan kelas

dan bersalaman dengan guru.

1

(58)

48

Gambar 4.1

Siswa baris di depan kelas dan bersalaman dengan guru

Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa kemudian

siswa menjawabnya dengan serentak dilanjutkan berdoa.

Gambar 4.2

Guru mengucapkan salam dan memimpin doa

Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu guru bertanya

“siapa yang tahu apa pengetian lari estafet..?” kemudian siswa menjawab

lari sambung..”. Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan

hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet lalu menyampaikan tujuan

[image:58.612.243.472.112.216.2]

pembelajaran yang akan dicapai.

Gambar 4.3

[image:58.612.155.528.263.484.2] [image:58.612.254.460.574.672.2]
(59)

49

[image:59.612.155.525.151.526.2]

Pada kegiatan inti guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.

Gambar 4.4

Guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.

Setelah itu guru membagikan siswa masing-masing 1-4 siswa. Setiap

kelompok diminta untuk melakukan tehnik dasar lari estafet yakni

pemanasan, start dari posisi berdiri, melakukan lari mengelilingi lapangan

dengan langkah pendek, melakukan lari start, lari dan finish.

Gambar 4.5 Melakukan pemanasan

Saat melakukan tehnik memberi/menerima tongkat melakukan latihan

pengoperan tongkat statis, melakukan pengeoperan tongkat dengan

gerakan tangan sprint, melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan

(60)

50

Gambar 4.6

Siswa dan guru memperagakan cara menerima dan memberi tongkat estafet

Ketika siswa sudah bisa melakukan cara memberi dan menerima

tongkat estafet. Pada tiap-tiap kelompok mempraktikan lari estafet dengan

benar dan siswa mempraktikkan lari estafet.

Gambar 4.7

Siswa mempraktikkan lari estafet

Dalam kegiatan penutup seorang guru bisa mengetahui keterampilan

berlari estafet pada masing-masing siswa. Setelah itu guru melakukan

umpan balik positif yang sudah melakukan ekplorasi dengan baik, guru

[image:60.612.155.528.95.563.2]
(61)

[image:61.612.150.528.105.537.2]

51

Gambar 4.8

Guru melakukan umpan balik

kemudian menyampaikan materi selanjutnya dan guru mengakhiri

dengan doa dan salam.

Gambar 4.9

Guru mengakhiri dengan doa dan salam

Setelah guru menutup pembelajaran siswa dipersilahkan untuk keluar

dari kelas dan siswa menjawab salam dari guru.

c. Observasi

Pada kegiatan observasi penelitian bagaimana peningkatan model

explicit instruction yang dilakukan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo,

dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Hasil lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran

[image:61.612.249.472.113.245.2]
(62)

52

Perolehan hasil pengamatan lembar observasi aktivitas guru

pada siklus I adalah sebesar 77. Dalam hal mengajar, guru mampu

mengondisikan siswa. Guru mengajar sesuai RPP yang ada. Guru

menggunakan media pembelajaran agar memudahkan siswa

memahami dalam pembelajaran. Guru juga baik dalam memberikan

motivasi kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam belajar

meskipun belum seluruh siswa yang termotivasi. Pada bagian evaluasi

Guru membuat alat evaluasi berupa tabel penilaian untuk mengukur

dan mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan keterampilan

lari estafet dengan baik.

2) Hasil lembar observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

Persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikatakan

cukup baik, baik secara fisik, alat perlengkapan belajar ataupun

performance siswa. Siswa juga kompak dalam menjawab salam dari

guru. Dengan dipimpin oleh ketua kelas, semua siswa berdoa bersama

dengan baik.

Siswa terlihat tidak bersemangat ketika guru menanyakan

pelajaran semester lalu. Siswa tidak tahu mengenai tujuan

pembelajaran yang dicapai, karena guru menginformasikan kepada

(63)
<

Gambar

Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
Gambar 4.3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
 Gambar 4.4
Gambar 4.6  Siswa dan guru memperagakan cara menerima dan memberi tongkat
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS PENGGUNAAN PERALATAN LABORATORIUM KATERING DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA FPTK UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia |

lebih kecil dari α (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen, yaitu IFRS convergence,

terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Hitam ( Glycine soja ) pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Munif

Biaya kegagalan adalah selisih antara biaya actual untuk memproduksi sebuah produk atau memberikan layanan jasa dengan berapa biaya yang harus dikeluarkan apabila tidak

Pada hasil penelitian peningkatan keterampilan menyusun teks cerita pendek menggunakan metode imajinatif dan media lagu telah terbukti dan berhasil meningkatkan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara BPD Malut dengan BPD Sulut jika diukur

Dengan diketahuinya bahan dasar dari suatu alat kita dapat menentukan atau mempertimbangkan cara penyimpanannya. Alat yang terbuat dari logam tentunya harus

MEMPELAJARI PROSES PRODUKSI PANEL LANTAI BAJA TIPE 500 MMMODEL MAT 200 STCL PADA PT.ACCESS MATSUSHITA DENKO MITRAINDONESIA.. ANDRY SETIADY, HOTNIAR