PENINGKATAN KETERAMPILAN LARI ESTAFET MATA PELAJARAN PENJASKES MATERI ATLETIK
MELALUI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION
SISWAKELAS IV MINU SUMOKALI SIDOARJO SKRIPSI
Oleh :
RIZQIYAH MUTHOHAROH NIM: D37212074
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Rizqiyah Muthoharoh. Penelitian Tindakan Kelas, 2016. Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali
Sidoarjo. Skripsi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya, Pembimbing Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd
ABSTRAK
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo menunjukkan bahwa keterampilan lari estafet siswa dalam kategori rendah, hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara penelitian dengan guru kelas IV, dari 21 siswa hanya 47,6% yang tuntas dalam keterampilan lari estafet. Penyebabnya adalah keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari guru. Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu melalui model
Explicit Instruction.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu 1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instruction dalam pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat bagian pokok, yaitu 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah 21 siswa. Penelitian dilakukan sebanyak 3 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu non tes (penilaian performance) menggunakan rubik penilaian keterampilan lari estafet, observasi dengan menggunakan instrumen lembar observasi aktivitas guru dan siswa, wawancara menggunakan format panduan wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penerapan pembelajaran lari estafet melalui model Explicit Instruction selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran penjaskes sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 77, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 65 kemudian pada siklus II dari perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 85, sedangkan perolehan nilai akhir aktivitas siswa sebesar 78. Setelah ada perbaikan pada siklus III perolehan nilai akhir aktivitas guru sebesar 88 dan perolehan nilai aktivitas siswa sebesar 83 maka mengalami peningkatan. 2. Prosentase ketuntasan belajar siswa kelas IV setelah diterapkan model
Explicit Instruction pada siklus I mengalami peningkatan 19.06% dari 47,6%
baik dinyatakan telah memenuhi indikator kinerja. Rata-rata pada siklus I sebesar 69,5, siklus II sebesar77,14 dan siklus III sebesar 82,8.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
MOTTO ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iv
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tindakan yang Dipilih ... 5
D. Tujuan penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian keterampilan ... 9
B. Pengertian Lari ... 10
C. Tujuan Lari ... 11
D. Keterampilan Lari Estafet ... 11
E. Indikator dalam Peningkatan Keterampilan Lari ... 12
F. PENJASKES ... 17
G. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani ... 19
H. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 19
I. Materi Atletik ... 20
J. Pengertian Model Explicit Instruction ... 22
K. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction ... 23
L. Langkah-langkah Model Explicit Instruction ... 24
C. Variabel yang di Teliti ... 33
D. Rencana Tindakan ... 33
E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya ... 37
F. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 39
G. Instrumen Pengumpulan Data ... 41
H. Analisis Data ... 41
I. Indikator Kinerja ... 43
J. Tim Penelitian ... 43
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45
1. Pra Tindakan ... 46
2. Siklus I ... 47
3. Siklus II ... 55
4. Siklus III ... 63
BAB V PENUTUP a. Simpulan ... 72
b. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan
aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas
emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui
aktivitas jasmani dan rohani.1
Pendidikan jasmani telah dilaksanakan sejak dini, di dalam keluarga
oleh orang tuanya. segi positif secara langsung berusaha memupuk
perkembangan jasmani anak-anak, seperti kesehatan ketangkasan, dan
keberanian dan segi preventif secara tidak langsung menjaga supaya
perkembangan dan kesehatan jasmani anak itu jangan sampai terganggu.2
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong
perkembangan keterampialan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,
penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan
pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan
serta perkembangan yang seimbang.3
1
Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung: ALFABETA, 2013),Hal.1.
2
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 151-152.
3
2
Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik,
pembimbing, pelatih, dan pengembangan kurikulum yang dapat menciptakan
kondisi dan suasana belajar yang kondusif, memberikan ruang pada siswa
untuk berfikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengekplorasikan dan
mengelaborasikan keterampilannya.4
Tinjauan pokok dari pendidikan jasmani adalah gerak, dan dari gerak
tersebut akan memberikan efek positif bagi fisik maupun mental seseorang.
Selain itu kegiatan dalam pendidikan jasmani harus diatur sedemikian rupa
agar sesuai dengan perkembangan peserta didik.
Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru tidak hanya diharuskan
untuk menguasai bahan ajar dan memiliki keterampilan teknik edukatif, tetapi
guru juga dituntut untuk memiliki kepribadian dan integrasi pribadi yang
dapat diandalkan sehingga dapat menjadi panutan bagi peserta didik,
keluarga, maupun masyarakat.5
Fakta yang terjadi di lapangan saat ini banyak terdapat guru
pendidikan jasmani yang tidak sesuai dengan bidangnya. Hal ini dapat
dikarenakan terbatasnya tenaga pendidik pendidikan jasmani di daerah
tersebut. Sehingga guru yang berlatar belakang pendidikan bukan dari
pendidikan jasmani mengajar penjaskes di sekolah.6
Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada
guru tetap pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan
4
Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 19. 5
Syaiful Sagala, Manajemen Strategi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 99.
6
3
perkembangan anak, isi dan urusan materi serta cara penyampaian harus
disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan, sasaran pembelajaran
ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada
perkembangan pribadi anak seutuhnya. Konsep dasar pendidikan jasmani dan
model pengajaran pendidikan jasmani yang efektif perlu dipahami oleh
mereka yang hendak mengajar pendidikan jasmani.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai
perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan
jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan,
kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila
serta pembiasaan pola hidup sehat, memiliki pengetahuan, pemahaman
terhadap gerakan manusia.7
Dalam usaha meningkatkan keterampilan berlari. Guru berusaha
untuk mencari model yang tepat dalam menyampaikan pengajaran kepada
siswa. Salah satu ialah memberikan kegiatan pembelajaran yang baik, karena
memberikan pembelajaran bisa dilihat dari cara siswa tersebut menghadapi
dan memecahkan masalah, adanya perubahan dalam perbuatan melalui
aktivitas, praktik, dan pengalaman.
Berdasarkan pengalaman peneliti dan wawancara dengan siswa kelas
VI MINU Sumokali Sidoarjo diperoleh informasi bahwa siswa masih
7
4
mengalami kesulitan dalam mempraktikkan lari estafet materi atletik mata
pelajaran penjaskes sehingga dalam kategori rendah. Hasil pengamatan nilai
uji kompetensi 1 siswa kelas IV semester genap tahun ajaran 2015/2016
masih banyak siswa yang belum bisa mempraktikkan materi tersebut. Hal ini
di sebabkan oleh keterampilan lari estafet diajarkan tanpa menggunakan
media ataupun model khusus. Guru menyuruh siswa untuk langsung
mempraktikkan sesuai dengan imajinasi sendiri tanpa ada gambaran dari
guru. penerapan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang
diajarkan.
Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah ketika
mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat dari
KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan sebesar
80 dan prosentase keberhasilan yang harus dicapai minimal 80%, tetapi KKM
tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar siswa yang
hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62,85.8
Dengan demikian perlu dilakukan inovasi dalam pembelajaran untuk
mengatasi masalah-masalah di atas. Penggunaan modelexplicit
Instructiondiharapkan dapat meningkatkan keterampilan lari estafet mata
pelajaran penjaskes di sekolah dasar sumokali sidoarjo.
Kesesuaian model explicit Instructiondengan karakteristik siswa yaitu
menjadikan siswa lebih mudah memahami materi karena setelah disampaikan
8
5
teori, siswa langsung diminta untuk praktik. Kesesuaian model explicit
Instruction dengan materi pembelajaran yaitu bahan atau kajian yang
diajarkan pada program pembelajaran akan diukur sampai sejauh mana
kedalaman yang harus dicapai, sehingga model yang diberikan akan menyatu
dengan materi pembelajarannya. Atas dasar latar belakang permasalahan di
atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
judul sebagai berikut:
“ Peningkatan Keterampilan Lari Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo”.
B. Rumusan masalah
Dari permasalahan diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Model Explicit Instructiondalam pembelajaran lari
estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan lari estafet melalui Model Explicit
Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU
Sumokali Sidoarjo?
C. Tindakan yang dipilih
Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah pemahaman peserta
didik pada materi atletik yaitu melalui model explicit instructionkarena
model explicit instructionmemberi variasi baru pada proses pembelajaran
6
aktif sehingga dapat memberikan peningkatan keterampilan lari estafet pada
materi atletik.
D. Tujuan penelitian
Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai
adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan Model Explicit Instructiondalam
pembelajaran lari estafet siswa kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peningkatan keterampialnlari estafet melalui Model
Explicit Instruction pada mata pelajaran Penjaskes siswa kelas IV MINU
Sumokali Sidoarjo.
E. Lingkup penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
a. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah
peningkatan keterampilan lari estafet pada materi atletik.
b. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV di
MINUSumokali Sidoarjo.
c. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran
2015-2016 dan dibatasi pada Kompetensi Dasar mengenai materi Atletik.
d. Standar Kompetensi
Mempraktikkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana dan
olahraga serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
e. Kompetensi Dasar
7
sederhana, serta nilai semangat, percaya diri dan disiplin.
Indikator
a) Menjelaskan atletik lari estafet dengan tepat
b) Mempraktikkan atletik lari estafet dengan tepat
F. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Lari
Estafet Mata Pelajaran Penjaskes Materi Atletik Melalui Model Explicit
Instruction Siswa Kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo” dapat di pilah menjadi
dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis. Manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoritis
Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori model
explicit instruction (pengajaran langsung) pada pembelajaran Penjaskes
materi atletik.
2. Manfaat secara praktis dipilah menjadi tiga yaitu bagi siswa, bagi guru,
dan bagi sekolah.
a. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak dasar
atletik lari estafet dengan tepat.
b. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat
mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat
8
c. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat
mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses
pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan
keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan prestasi
belajar.
d. Penulis
Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih dalam dan
sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa tulisan serta
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Lari Estafet
1. Pengertian keterampilan
Mengatakan keterampilan yaitu kemampuan seseorang untuk
menggunakan akal, fikiran, ide dan kreativitasnya dalam mengerjakan,
mengubah, menyelesaikan ataupun membuat sesuatu menjadi lebih
bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan
tersebut.keterampilan/ kemampuan tersebut pada dasarnya akan lebih baik
bila terus diasah dan dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan
menjadi ahli atau menguasai dari salah satu bidang keterampilan yang ada.
Keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan
sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut
tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau
terampil karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa
melalui proses belajar yang intensif dan bukanlah merupakan kelebihan
yang sudah diberikan semenjak lahir. sehingga untuk menjadi seorang
yang terampil dengan memiliki keahlian khusus pada bidang tertentu
haruslah melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai
bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.
Gordon mengemukakan keterampilan merupakan sebuah
10
Definisi keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada
aktivitas psikomotor. Kemampuan psikomotorik terkait erat dengan
keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau
tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dengan otak.1
2. Pengertian lari
Lari adalah salah satu cabang olahraga tertua di dunia. Sebelum
menjadi sebuah cabang olahraga, lari sudah dikenal oleh
peradaban-peradaban manusia kuno.Lari merupakan cabang olahraga atletik yang
paling populer. Olahraga ini banyak yang meminatinya diseluruh penjuru
dunia, karena modal awal dari segala olahraga. Cabang-cabang lari sangat
banyak macamnya dari yang berjarak pendek, jarak jauh.
Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang
olahraga lari. Lari sambung pada dasarnya adalah melakukan gerak lari
secepat mungkin dengan membawa tongkat. Pada lari sambung terjadi
perpindahan tongkat dalam regu. Satu regu lari sambung beranggotakan
empat pelari, yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, pelari dan
keempat. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan
jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet
sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100
meter dan 4 x 400 meter.2
1
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Bumiayu: AR-RUZZ MEDIA, 2013). Hal.84
2
11
3. Tujuan lari
Tujuannya adalah melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan
berlari sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.
4. Keterampilan lari estafet
Keterampilan lari estafet adalah kemampuan siswa dalam memberi
dan menerima tongkat. Berlari itu adalah satu kaki melontarkan tubuh ke
depan, lalu kemudian kaki lain menahan tubuh kita jatuh lalu kemudian
melontarkan kembali tubuh kita ke depan. Hal tersebut terus di ulang
ulang dengan cepat sedemikian sehingga terjadi lah sebuah hal yang kita
sebut dengan berlari. Keterampilan berlari pada umumnya diperoleh
dengan cara mempelajari di sekolah. Keretampilan berlari merupakan
suatu olahraga yang tumbuh berkembang bersamaan dengan kegiatan
alami manusia. Berlari, melompat, melempar merupakan gerakan-gerakan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Lari
sambung atau lari estafet adalah salah satu lomba lari pada perlombaan
atletik yang dilaksanakan secara bergantian atau beranting. Dalam satu
regu lari sambung terdapat empat orang pelari, yaitu pelari pertama, kedua,
ketiga, dan keempat. Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak
akan dijumpai pada nomor pelari lain, yaitu
Pelari pertama, kedua, ketiga dan keempat. Pada nomor lari sambung ada
kekhususan yang tidak akan dijumpai pada nomor pelari yang lain, yaitu
12
pelari berikutnya.3 Sehingga keterampilan berlari estafet yang diajarkan
jelas dan sesuai dengan praktik di lapangan.
5. Indikator dalam peningkatan keterampilan berlari
Pada dasarnya proses berlari sambung dilaksanakan secara
bergantian atau berantai. Karena melibatkan beberapa aktivitas, baik
jasmani maupun rohani. Sehingga proses berlari sambung ada beberapa
aspek perkembangan fisik dapat disimpulkan menjadi suatu indikator yang
diharapan untuk peningkatan keterampilan berlari sambung pada siswa
kelas IV MI Sumokali Sidoarjo.
Perkembangan intelegensi seorang bayi selalu berhubungan dengan
motorik kasar dan motorik halus. Aspek Perkembangan Fisik
Perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan fisik.
Keterampilan motorik ini yaitu keterampilan motorik kasar serta halus.
Keterampilan motorik anak yang masih berusia 4-5 tahun biasanya banyak
mengalami perkembangan jika dibandingkan dengan motorik kasar.
Kemudian, setelah usia 5 tahun barulah terjadi perkembangan motorik
halus. Di usia 4 tahun, anak-anak sendiri masih menyukai gerakan-
gerakan sederhana seperti melompat, berjingkrak-jingkrak atau berlari ke
sana kemari. Pada usia 5 tahun, anak-anak biasanya lebih berani
mengambil resiko dan lebih percaya diri untuk melakukan ketangkasan
seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan lain sebagainya.4
3
Giri Wiarto, ATLETIK, (Surakarta: GRAHA ILMU, 2013). Hal. 14-16. 4
13
Teknik Pergantian Tongkat Estafet. lari estafet mengenal dua cara
pergantian tongkat, yaitu:
a. Teknik penerimaan tongkat dengan cara melihat (visual)
Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari sambil
menolehkan kepala untuk melihat tongkat yang diberikan oleh pelari
sebelumnya. Penerimaan tongkat dengan cara melihat biasanya
dilakukan pada nomor 4 x 400 meter.
b. Teknik penerimaan tongkat dengan cara tidak melihat (non visual)
Pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa
melihat tongkat yang akan diterimanya. Cara penerimaan tongkat
tanpa melihat biasanya digunakan dalam lari estafet 4 x 100 meter.
Dilihat dari cara menerima tongkat, keterampilan gerak penerima
tongkat tanpa melihat lebih sulit dari pada dengan cara melihat. Dalam
pelaksanaannya, antara penerima dan pemberi perlu melakukan
latihan yang lebih lama melalui pendekatan yang tepat.
Teknik Pemberian dan Penerimaan Tongkat Estafet.
Prinsip lari sambung adalah berusaha membawa tongkat
secepat-cepatnya yang dilakukan dengan memberi dan menerima
tongkat dari satu pelari kepada pelari lainnya, agar dapat melakukan
teknik tersebut, pelari harus menguasai keterampilan gerak lari dan
keterampilan memberi serta menerima tongkat yang dibawanya.
Dalam beberapa lari sambung, seringkali suatu regu dikalahkan
14
menerima dan memberikan tongkat dari satu pelari kepada pelari yang
lainnya. Bahkan, seringkali suatu regu didiskualifikasi hanya karena
kurang tepatnya penerimaan dan pemberian tongkat.
lari estafet mengenal dua cara pemberian dan penerimaan
tongkat, yaitu:
a. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari bawah.
Teknik ini dilakukan dengan cara pelari membawa tongkat
dengan tangan kiri. Sambil berlari atlet akan memberikan tongkat
tersebut dengan tangan kiri. Saat akan memberi tongkat, ayunkan
tongkat dari belakang ke depan melalui bawah. Sementara itu,
tangan penerima telah siap dibelakang dengan telapak tangan
menghadap ke bawah. Ibu jari terbuka lebar, sementara jari-jari
tangan lainnya dirapatkan.
b. Teknik pemberian dan penerimaan tongkat estafet dari atas.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan dari
belakang ke depan, kemudian dengan segera meletakan tongkat
dari atas pada telapak tangan penerima. Pelari yang akan
menerima tongkat mengayunkan tangan dari depan ke belakang
dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jari di buka lebar
dan jari-jari tangan lainnya rapat.
Ada sebuah cara yang dilakukan dalam olahraga lari estafet agar
tongkat estafet tidak jatuh saat diberikan pada peserta lain. Yaitu
15
dengan tangan kiri dan memberikannya juga dengan tangan kiri.
Sedangkan si penerima tongkat bersiap menerima tongkat dengan
tangan kanan.
Suatu regu lari estafet yang terdiri dari pelari-pelari yang baik
hanya akan dapat memenangkan perlombaan jika mampu melakukan
pergantian tongkat estafet dengan cepat dan sempurna. Cara
menempatkan pelari-pelari tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pelari ke-1 ditempatkan didaerah start pertama dengan lintasan di
tikungan.
b) Pelari ke-2 ditempatkan didaerah start kedua dengan lintasan
lurus.
c) Pelari ke-3 ditempatkan didaerah start ketiga dengan lintasan
ditikungan
d) Pelari ke-4 ditempatkan di daerah start keempat dengan lintasan
16
Latihan Memberi dan Menerima Tongkat Estafet
Tujuan: melatih kerjasama dalam ketepatan dan kecepatan berlari
sehingga hasil akhir dapat tercapai dengan baik.
Cara Melakukannya:
1. Buatlah beberapa regu estafet (masing-masing terdiri dari 4 pelari
atau siswa) dan masing-masing pelari atau siswa ditempatkan
dengan jarak 50 meter.
2. Setelah ada aba-aba ”bersiap” pelari pertama segera
menempatkan posisinya (sikap startjongkok).
3. Setelah ada aba-aba ”ya”, pelari tersebut berlari secepat-cepatnya
menuju pelari atau atlet kedua yang sudah siap untuk menerima
tongkat.
4. Setelah keempat pelari menyelesaikan tugasnya dan pelari
terakhir (keempat) masuk ke garis finish tanpa membuat
kesalahan maka regu yang tiba di garis finish pertama keluar
sebagai pemenang.5
Dari aspek di atas, penulis menyimpulkan kriteria indikator
keterampilan berlari sambung yakni:
a. Gerakan lengan yang diayun depan belakang di atas pinggang
b. Gerakan yang cepat
c. Gerakan pemberian/penerimaan tongkat
d. Pendataran telapak kaki menggunakan ujung telapak kaki
e. Posisi badan condong kedepan
Dari indikator di atas merupakan titik tolak penentu model yang
akan digunakan, sehingga metode yang dipilih sesuai dengan indikator
5
17
yang diharapkan. Selain itu indikator berfungsi sebagai acuan dalam
pembatas bahasan peneliti, agar tidak mengalami perluasan dalam
bahasan.
B. PENJASKES
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis,
stabilitasemosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral
melalui aktivitas jasmani dan rohani.
Pengertian Pendidikan Jasmani Kata fisik atau jasmani (physical)
menunjukkan pada tubuh atau badan (body). Kata fisik seringkali digunakan
sebagai referensi dalam berbagai karakteristik jasmaniah, seperti kekuatan
fisik (physical strenght), perkembangan fisik (physical development),
kecakapan fisik (physical prowess), kesehatan fisik (physical health). dan
penampilan fisik (physical appearance).
Kata fisik dibedakan dengan jiwa atau fikiran (mind). Oleh karena itu, jika
kata pendidikan (education) ditambahkan dalam kata fisik, maka membentuk
frase atau susunan kata pendidikan fisik atau pendidikan jasmani (physical
education), yakni menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas
yang mengembangkan dan memelihara tubuh manusia. Pendidikan jasmani
adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
18
emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik,
kognitif, dan afektif setiap siswa.
a. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Permaian dan Olahraga meliputi: olahtaga tradisional, permainan.
Ekplorasi gerak lokomotor dan non lokomotor, dan manipulatif,
atletik, kasti rounders, kipper, sepak bola, bola basket, bola voli, enis
meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan bela diri, serta aktivitas
lainnya.
b) Aktivitas Pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
c) Aktivitas Senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan
tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas
lainnya.
d) Aktivitas Ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam
aerobic serta aktivitas lainnya.
e) Aktivitas Air meliputi: permainan air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya.
f) Aktivitas Luar Kelas meiputi: piknik/karyawisata, pengenalan
19
g) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari, perawatan tubuh agar tetap sehat, mencegah
dan merawat cidera serta mengatur waktu istirahat dan berperan aktif
kegiatan P3K dan UKS.
b. Tujuan Pendidikan Jasmani
a) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup
sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
b) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang
lebih baik.
c) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
d) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi
nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan.
e) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis.
f) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.
g) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
20
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki
sikap yang positif.6
C. Materi Atletik
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan lompat. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani "athlon" yang berarti "kontes". Atletik merupakan cabang
olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama pada 776 SM.
Olahraga atletik mula-mula dipopulerkan oleh bangsa Yunani kira-kira pada
abad ke-6 SM. Orang yang berjasa mempopulerkannya adalah Iccus dan
Herodicus. Atletik yang terkenal sudah lain dari pada yang dilakukan oleh
bangsa yunani kuno. Sedangkan pada atletik di Indonesia dikenal lewat
bangsa belanda yang selama tiga setengah abad telah menjajah negeri ini.
Namun demikian atletik tiada dikenal secara luas. Induk organisasi untuk
olahraga atletik di Indonesia adalah PASI (Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia). Kemudian sederajat atlet dari berbagai cabang atletik mulai
bermunculan seiring dengan bertambahnya event-event kejuaraan atletik baik
nasional maupun internasiaonal.7
a. Lari Estafet
Lari estafet atau lari sambung merupakan salah satu cabang
olahraga lari. Jumlah pelari estafet bisa 2, 4, 8 otang atau lebih asalkan
jumlahnya genap. Pada perlombaan resmi biasanya jumlah pelari estafet
6Ega Trisna Rahayu, Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani,(Bandung:ALFABETA,2013),Hal. 17-19.
7
21
sebanyak 4 orang. Lari estafet yang sering dilombahkan berjarak 4 x 100
meter dan 4 x 400 meter.
a) Cara Memberi dan Menerima Tongkat Estafet
Pada lari estafet, pengoperan tongkat estafet harus dilakukan dalam
suatu petak yang berukuran panjang 20 meter. Pelari A berlari cepat
menuju pelari B untuk memberikan tongkat estafet. Pelari B berada
dalam sikap standing start (start berdiri) didekat garis permulaan
petak. Pada jarak 4-5 meter dari garis (tanda x), pelari B melihat ke
belakang. Setelah pelari A yang memegang tongkat estafet dengan
lengan kirinya mendekati tanda x, pelari B lari secepat-cepatnya dan
tidak boleh melihat ke belakang. Pada saat A mengejar, ia akan
memberi aba-aba “ya” sambil mengulurkan lengan kirinya ke depan.
Saat itu pula B mengulurkan lengan kanannya ke belakang dengan
ibu jari dibuka terpisah dari jari lainnya. Ketika tongkat estafet
menyentuh tangan B, tongkat itu harus digenggamnya agar tidak
jatuh. Saat berikutnya tongkat estafet itu harus sudah berpindah ke
tangan kiri.
b) Berlatih Lari Estafet
(a) Siswa di bagi menjadi dua baris dengan jarak setiap baris lima
meter. Semua siswa berada pada posisi start berdiri dengan kaki
kanan di depan. Baris paling belakang memegang tongkat
estafet di lengan kirinya. Jangan memegang pada pertengahan
22
yang memegang tongkat estafet berlari pelan dan mengulurkan
lengan kirinya ke depan. Pada saat itu pula barisan depan
mengulurkan lengan kanannya ke belakang. Telapak tangan
menunjuk ke bawah, ibu jari terpisah dari jari lainnya. Sewaktu
tongkat estafet menyentuh tangan barisan depan, segera barisan
depan menggenggam tongkat dan memindahkan ke tangan kiri.
(b) Caranya sama seperti bagian 1, tetapi jumlah barisan menjadi
empat baris dan jarak antarbaris menjadi 15 meter, serta
kecepatan lari ditingkatkan.8
D. Pengertian Model Explicit Instruction
Rosenhina, dkk mengemukakan bahwa Explicit Intruction merupakan
suatu model pembelajaran secara langsung agarsiswa dapat memahami serta
benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif dalam
suatu pembelajaran.9
Arend dalam Trianto menjelaskan bahwa model Explicit
Intruction disebut juga dengan direct instruction merupakan salah satu
pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar
siswa yang berkaitan dengan pengetahuan procedural yang terstruktur dengan
8
Tri Hananto Budi Santoso dkk, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, (Yudistira, 2007). Hal. 22-23.
9
23
baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah
demi selangkah.10
Kemudian Anurrahman mengemukakan bahwa Explicit Intruction atau
yang dikenal sebagai pengajaran langsung merupakan suatu model dimana
kegiatan terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam
implementasi kegiatan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat
terhadap kemajuan siswa, pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang
dikontrol secara ketat pula.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Model
Explicit Intruction merupakan suatu pendekatan atau model pembelajaran
yang dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan
prosedur dan pengetahuan deklaratif sehingga agar siswa dapat memahami
serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktif
dalam suatu pembelajaran dengan pola selangkah demi selangkah.11
E. Tujuan dan Ciri Model Explicit Instruction
Kardi, dkk ada beberapa ciri-ciri Model Explicit Intruction (pengajaran
langsung), yaitu sebagai berikut:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
prosedur penilaian belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatanpembelajaran dan
10
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 3.
11
24
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.12
Selain itu, Weil dan Calho mengemukakan bahwa tujuan utama dari
penggunaan model tersebut, yaitu untuk memaksimalkan penggunaan
waktu belajar siswa, sedangkan dampak pengajarannya adalah tercapainya
ketuntasan muatan akademik dan keterampilan, meningkatnya motivasi
belajar siswa serta meningkatkan kemampuan siswa.13
Ciri-ciri pada pengajaran langsung:
1) Proses pengajaran langsung didominasikan oleh keaktifan guru.
2) Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
3) Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya
pembelajaran.
4) Materi ajar bersumber pada guru.14
E. Langkah-Langkah Model Explicit Instruction
Pada pelaksanaan Model Explicit Intruction (EI) dapat berbentuk ceramah, demontrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Hal ini
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung
oleh guru kepada siswa. Tekait hal tersebut, maka dalam penerapannya
penyusunan waktu yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat, waktu
12
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. (Surabaya: TIM Prestasi Pustaka, 2007), hal. 5.
13
Ibid. hal. 1. 14
25
yang digunakan. Dari uraian tersebut, maka seorang guru harus memahami
langkah-langkah atau sintaks dari model tersebut.
Zainal Aqib menyatakan bahwa ada beberapa tahapan atau langkah dalam
pengajaran langsung (Explicit Intruction), meliputi:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
b. Mendemontrasikan pengeatahuan dan keterampilan.
c. Membimbing pelatihan.
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan.15
TAHAPAN-TAHAPAN MODEL EXPLICIT INTRUCTION
Fase Peran Guru
Fase I
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan TPK, informasi latar
belakang, pentingnya pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemontrasikan pengeta-huan serta keterampilan
Guru mendemontrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal.
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kapada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.16
15
Zainal Aqib, Model-model,Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (INOVATIF), (Bandung, Yrama Widya, 2014), hal. 29-30.
16
26
Berdasarkan fase yang terdapat pada tabel 1, maka peneliti menyimpulkan
bahwa pada tersebut terdiri dari fase persiapan, yang terdiri dari fase
menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa yang mencakupi:
1. Guru memberikan tujuan langkah awal ini untuk menarik dan
memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan
serta dalam pelajaran itu.
2. Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan oleh guru melalui
rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya dipapan
tulis.
3. Kegiatan ini bertujuan menarik perhatian orang (siswa), memusatkan
perhatian siswa pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali
pada hasil belajar yang telah dimilikinya, relevan dengan pokok
pembicaraan yang akan dipelajari.
Kemudian dilanjutkan dengan fase mendemontrasikan pengetahuan serta
keterampilan yang mencakupi:
a. Melakukan presentasi atau demontrasi pengetahuan dan keterampilan.
b. Pengajaran langsung berperan teguh pada asumsi, bahwa sebagaianbesar
yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain.
c. Mencapai pemahaman dan penugasan meliputi untuk menjamin agar
siswa akan mengamati tingkah laku yang benar dan bukan sebaliknya,
guru perlu benar-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap
27
Selanjutnya, fase pelatihan dan pemberian umpan balik meliputi:
4. Membimbing pelatihan mencakupi
a. Berlatih meliputi guru dapat mendemontrasikan sesuatu dengan
benar-benar diperlukan latihan yang intensif, danmemperhatikan
aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemontrasikan.
b. Memberikan latihan terbimbing dalam hal ini ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam menerapkan dan melakukan
pelatihan, yaitu sebagai berikut:
a) Menguasai siswa melakukan latihan singkat.
b) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar mengusai
konsep / keterampilan yang dipelajari.
c. Dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan kejenuhan pada siswa.
d. Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan, yang mungkin saja
siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah
tanpa disadari.
5. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik tahap ini disebut
juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan
secara lisan atau tertulis kepada siswa dan guru memberikan respon
terhadap jawaban siswa.
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapanyang dilakukan denganmemberikan kesempatan latihan
28
melakukan hal ini yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan
tugas mandiri, yaitu:
a. Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses
pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk
pembelajaran berikutnya.
b. Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang
tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah.
c. Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang
diberikan kepada siswa dirumah.17
F. Kelemahan dan kelebihan Model Explicit Instruction
Kelebihan model explicit instruction :
a. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi
dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
b. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
c. Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
d. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
17
29
e. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
f. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara setara oleh seluruh
siswa.
g. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi
mengenai mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat
merangsang ketertarikan dan dan antusiasme siswa.
Sedangkan kelemahan model explicit instruction :
a. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,
dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam
hal-hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
b. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
c. Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
d. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak
30
siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran
mereka akan terhambat.
e. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dan kendali
guru yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi
karakteristik model pembelajaran langsung, dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan
keingintahuan siswa.18
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitihan adalah penelitian tindakan
kelas. Kata Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom
Action Research, yang berarti penelitian tindakan kelas.
PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan
kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama dan
tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru/dosen
yang sama.1
Di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa model
atau desain penelitian yang digunakan ketika peneliti melakukan PTK.
Desain-desain tersebut diantaranya adalah: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model
Kemmis Mc Taggart, (3) Model John Elliot, (4) Model Hopkins, (5) Model
32
McKernan, (6) Model Dave Ebbut. Dalam hal ini, peneliti disini melakukan
PTK dengan menggunakan model Kurt Lewin.
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dan berbagai model
action research, terutama classroom action research. Konsep pokok action
research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing),
dan (4) refleksi (reflecting). 2
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang siklus yang dapat
[image:42.595.133.512.245.547.2]digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting atau lokasi PTK ini adalah MINU Sumokali Sidoarjo
kelas IV. Mata pelajaran Penjaskes, tahun pelajaran 2015/2016.
2
33
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV MINU
Sumokali Sidoarjo dengan jumlah siswa 21anak meliputi 9 laki-laki
dan 12 perempuan. Sedangkan peneliti disini berperan sebagai
observer.
C. Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini,variabel yang diselidiki adalah:
1. Variabel input : Siswa-siswi kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo
2. Variabel proses : Model Explicit Instruction
3. Variabel output : Peningkatan keterampilan lari estafet mata
pelajaran Penjaskes materi Atletik.
D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam empat tahap. Setiap tahap
dilalui dengan prosedur dan langkah-langkah tersendiri.
1. Tahap perencanaan tindakan
Setiap kegiatan membutuhkan perencanaan, begitu juga dalam penelitian ini dilakukan beberapa perencanaan yaitu :
a. Menentukan waktu untuk pelaksanaan
b. Menentukan model Explicit Instructionyang digunakan untuk
menyelesaikan masalah. Berdasarkan masalah yang ada peneliti
melaksanakan peningkatanketerampilan lari estafet mata pelajaran
34
c. Menyusun atau menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran
Penjaskes di kelas VI dengan menggunakan Model Explicit Instruction.
d. Menentukan materi pokok yang diajarkan, yaitu Atletik.
e. Menyiapkan sumber pembelajaran yaitu buku dan alat olahraga.
f. Mengembangkan non test berupa penilaian performent atletik lari
estafetyang telah terselesaikan.
g. Mengembangkan format penilaian.
h. Menentukan alat observasi berupa lembar observasi, pedoman
wawancara , gambar dan kriteria keberhasilan.
i. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan yang
dilakukan sesuai dengan yang diinginkan atau belum. Apabila sesuai maka
tindakan perbaikan dihentikan. Apabila belum maka peneliti terus
melakukan perbaikan di siklus berikutnya.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan program
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
a. Kegiatan Awal (20 menit)
Fase1 : Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswaexplicit instruction.
35
b) Mengecek kehadiran siswa.
c) Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu.
d) Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan hari ini
yaitu tentang Atletik Lari Estafet.
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Kegiatan Inti (65 menit)
Fase 2 mendemontrsikan pengetahuan serta keterampilan model
explicit instruction
Elaborasi
a) Guru menjelaskan materi dan memberikan materi atletik lari
estafet.
b) Guru mengatur siswa agar berpasang-pasangan.
c) Masing-masing kelompok antara 4-6 siswa.
Fase 3 membimbing pelatihan Eksplorasi
Melakukan tehnik dasar lari estafet:
1) Guru melakukan teknik dasar lari estafet pemanasan (warming
up) (berkelompok).
2) Guru melakukan start dari posisi berdiri menggunakan aba-aba
(berkelompok).
3) Guru melakukan lari mengelilingi lapangan dengan langkah
pendek (berkelompok).
36
Melakukan tehnik memberi/menerima tongkat yaitu:
1) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat statis.
2) Guru melakukan latihan pengoperan tongkat dengan gerakan
tangan sprint.
3) Guru melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan lari
perlahan.
4) Setelah berkelompok siswa mempraktikkan lari estafet dengan
benar.
Fase 4 pemahaman dan memberikan umpan balik model explicit instruction
Konfirmasi
1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk praktek/lisan.
2) Guru memberikan penilaian atau refleksi.
Fase 5 memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan model explicit instruction
3) Guru memberikan acuan agar siswa dapat melakukan ekplorasi
dengan baik.
4) Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum
perpatisipasi aktif.
c. Kegiatan Penutup (20 menit)
a) Bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran.
37
c) Siswa dan guru bersama-sama membaca do’a.
d) Mengucapkan salam.
3. Tahap pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan pengambilan atau pengumpulan data
hasil wawancara, observasi dan penilaian aspek psikomotorik.
a. Melakukan wawancara kepada guru dan siswa sesuai dengan
pedoman wawancara guru dan siswa.
b. Melakukan observasi dari proses pembelajaran yang dilakukan
melalui lembar pengamatan observasi guru dan siswa yang telah
dipersiapkan.
4. Tahap refleksi
Pada tahap ini dilakukan:
a. Evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap tindakan yang
dilakukan dalam proses pembelajaran.
b. Pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang RPP dan unjuk
kerja siswa, dengan melihat hasil observasi guru dan siswa.
c. Perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk
digunakan pada siklus berikutnya.
E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya
1. Sumber data
Ada dua sumber data dalam PTK, yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder.3 Data primer adalah data yang diperoleh dari
38
sekolah yang diteliti. Yang termasuk data primer adalah siswa, guru, orang
tua, dankepala sekolah di MINU Sumokali Sidoarjo. Sedangkan data
sekunder adalah data yang berasal dari pihak-pihak yang tidak berkaiatan
dengan sekolah. Seperti pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan.
Dalam penelitian kali ini, data yang diperlukan untuk dianalisis adalah
data primer, yaitu:
a. Bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini siswa dapat mempraktikkan gerak
dasar atletik lari estafet dengan tepat.
b. Bagi guru
Dengan adanya penelitian ini guru dapat membantu siswa dapat
Mempraktikkan gerak dasar atletik lari estafet. Selain itu dapat
memudahkan guru untuk melanjutkan materi selanjutnya.
c. Bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini MINU Sumokali sidoarjo dapat
mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal proses
pembelajaran penjaskes materi atletik , khususnya peningkatan
Keterampilan, keaktifan, pemahaman, kreatif, cerdas, agamis dan
prestasi belajar.
d. Penulis
Bagi penulis membawa wawasan dan pengetahuan lebih
dalam dan sebagai latihan dalam bentuk karya ilmiah yang berupa
39
2. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, ada dua jenis data
yang dikumpulkan peneliti, yakni:
a. Data Kuantitatif (nilai keterampilan siswa) dapat dianalisis secara
deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik
deskriptif.
b. Data Kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa berkaitan dengan
tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode yang baru (afektif),
aktivitas manusia mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam
belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya, dapat
dianalisis secara kualitatif.4
3. Teknik Pengumpulan Data yang digunakan peneliti, yakni:
a. Non Tes (Penilaian Performance)
Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan
keterampilan siswa dalam melakukan lari estafet.
b. Observasi
Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang
aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.Adapun
instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi
aktivitas guru dan lembar aktivitas siswa.
4
40
c. Wawancara
wawancara digunakan untuk mengetahui pendapat atau sikap
siswa dan teman sejawat tentang pembelajaran dengan model
explicit instruction. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan
informasi dimana pewancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan
untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.
FORMAT PANDUAN WAWANCARA
1. Bagaimana keterampilan lari estafet pada mata pelajaran
Penjaskes di kelas IV?
2. Model apa sajakah yang telah diterapkan oleh guru terkait
dengan peningkatan keterampilan siswa dalam lari estafet?
3. Apa saja hambatan yang sering terjadi dalam pembelajaran di
luar kelas dalam upaya meningkatkan keterampilan berlari
estafet pada siswa kelas IV?
4. Model apa yang pernah digunakan dalam upaya meningkatkan
keterampilan berlari estafet pada siswa kelas IV?
d. Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti
dan sebagaian. Dalam penelitian ini data dokumentasi merupakan
data-data yang dibutuhkan oleh peneliti meliputi data-data yang ada
41
penelitian, dan dokumen tentang rekap hasil belajar mata pelajaran
penjaskes.
F. Instrument Pengumpulan Data
a. Instrumen observasi guru (terlampir)
b. Instrumen observasi siswa (terlampir)
c. Instrument Non Test / Penilaian Performance (terlampir)
Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan
keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian
performance.
d. Instrumen pengamatan Sikap/Perilaku (terlampir)
Instrument yang digunakan untuk menjelaskan tentang peningkatan
keterampilan lari estafet adalah dengan menggunakan rubik penilaian
performance.
G. Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu model dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisis data kualitatif. Analisis kualitatif dapat
dilihat dari hasil lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru, dan
keberhasilan atau kegagalan tindakan.
Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas siswa dengan melihat
respon positif atau negatif siswa terhadap peningkatan keterampilan berlari
42
Cara menganalisis data dari hasil observasi aktivitas guru dengan melihat
kesesuaian proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan RPP yang
telah disiapkan dan kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau prosentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
menganalisis hasil performance siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung. Kemudian dilihat peningkatannya dari hasil pretest dan postest.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: untuk
ketuntasan belajar, ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa yang telah tuntas belajar bila
telah mencapai KKM 80 dan secara klasikal dikatakan tuntas belajar apabila
prosentase mencapai 80%.
Untuk menghitung skor keterampilan berlari siswa digunakan rumus
sebagai berikut :5
�������ℎ�� = ����� �����������ℎ
������������� 100
Untuk menghitung prosentase ketuntasan belajar (keterampilan berlari)
digunakan rumus sebagai berikut :6
���������� = ������ ��� ������ �������
������ 100%
Untuk mengetahui rata-rata keterampilan berlari estafet kelas IV pada
materi atletik digunakan rumus sebagai berikut :
5
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010).
6
43
����������= �����������������������
������������� 100%
H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan guru
dalam mengelola dan melakukan pembelajaran serta keberhasilan siswa
dalam melakukan pembelajaran dan melakukan non testdengan praktek yang
telah terselesaikan.
Adapun indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model explicit instruction sekurang-kurangnya berkategori
baik.
2. Skor rata-rataketerampilan berlari estafet kelas IV pada materi atletik
menjadi ≥ 80.
3. Persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal belajar ≥
80%.
4. Terjadi peningkatan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II ≥ 20.
I. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian tindakan kelas ini mengunakan kolaborasi. Antara guru
seorang mata pelajaran penjaskes, guru sebagai kolaborator bersama peneliti
dikelas sekaligus sebagai obsevator selama kegiatan penelitian tindakan kelas.
Peneliti dan kolaborator bertugas penuh dalam pelaksanaan
44
memenuhi hasil yang diinginkan dalam sebuah proses penelitian tindakan
kelas.
1. Guru Penjaskes
Nama : Subiyanto
Status : Guru mata pelajaran penjaskes
Tugas : bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan kegiatan.
2. Peneliti
Nama : Rizqiyah Muthoharoh
Status : Mahasiswi
Tugas : Menyusun perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi,
pelaksana kegiatan, mengamati dan mengisi lembar observasi siswa,
melakukan diskusi dengan guru kolaborator, dan menyusun laporan hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa
teknik dalam pengumpulan data, diantarannya adalah dengan melalui observasi,
wawancara dan penilaian non test. Observasi dilakukan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa saat melakukan proses kegiatan pembelajaran (KMB) di
kelas untuk meningkatkan keterampilan lari estafet melalui model explicit
instruction.
Sedangkan teknik wawancara digunakan untuk mewawancarai beberapa
informan di MINU Sumokali Sidoarjo yaitu Kepala Sekolah sebagai pemegang
penuh atas mutu ketulusan dari sekolah yang dipimpinnya, guru yang mengajar
di kelas IV dan beberapa siswa. Wawancara dilakukan di saat para informan
tersebut mempunyai waktu luang untuk diwawancarai, yaitu pada saat jam
istirahat dari aktivitas pembelajaran atau pada sudah jam belajar belajar mengajar
sudah selasai serta para siswa sudah waktunya jam pulang.
Selain menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan
wawancara, penggalian data juga dilakukan melalui penilaian non test. Penilaian
ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan lari estafet ,
46
mengetahui kondisi awal dari keterampilan lari estafet, juga pada tahap siklus I,
II dan III untuk mengetahui peningkatan keterampilan lari estafet.
Adapun untuk penyajian data pada penelitian ini, peneliti akan membagi
menjadi empat bagian tahapan pelaporan yaitu pada:
1. Tahap pra siklus
2. Tahap siklus I
3. Tahap siklus II
4. Tahap siklus III
Berikut ini penyajian data pada tiap-tiap tahapannya:
1. Pra Tindakan
Tahap pra tindakan ini dilakukan untuk mengetahui keadaan sebelum
penelitian melakukan proses penelitian tindakan kelas. Tahap ini dilakukan
dengan cara wawancara terhadap guru pendidikan jasmani dan kesehatan
Kelas IV MINU Sumokali. Hasil wawancara dengan guru pendidikan jasmani
dan kesehatan Kelas IV yaitu bapak Subiyanto menunjukkan bahwa metode
yang digunakan adalah ceramah, penugasan dan sering tidak menggunakan
media yang sesuai. Problem menonjol yang dialami siswa pada saat ini adalah
ketika mendapatkan tugas lari estafet pada materi atletik. Hal ini bisa dilihat
dari KKM mata pelajaran penjaskes kelas IV MINU Sumokali ditetapkan
47
tetapi KKM tersebut sulit terpenuhi. Terbukti dari pencapaian hasil belajar
siswa yang hanya sebesar 47,6% dengan rata-rata kelas sebesar 62.85.1
Berdasarkan analisis di atas, menunjukkan bahwa tingkat keterampilan
berlari estafet pada pra siklus masih ada tindakan perbaikan dalam
pembelajaran Penjaskes sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pertama yang dilakukan peneliti adalah dengan
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat lembar
observasi akrtivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa,
menyiapkan tongkat yang diperlukan untuk menujang proses
pembelajaran terutama pada materi Atletik lari estafet.
b. Pelaksanaan tindakan
Siklus I dilaksanakan pada, tanggal 12 April 2016, jam pelajaran ke
1-3 pukul 07.00-09.30 WIB dengan pembelajaran Penjaskes materi
Atletik Lari Estafet dengan model explicit instruction. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan siswa mempersiapkan baris didepan kelas
dan bersalaman dengan guru.
1
48
Gambar 4.1
Siswa baris di depan kelas dan bersalaman dengan guru
Guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa kemudian
siswa menjawabnya dengan serentak dilanjutkan berdoa.
Gambar 4.2
Guru mengucapkan salam dan memimpin doa
Guru melakukan apersepsi pembelajaran semester lalu guru bertanya
“siapa yang tahu apa pengetian lari estafet..?” kemudian siswa menjawab
lari sambung..”. Guru menginformasikan materi yang akan disampaikan
hari ini yaitu tentang Atletik Lari Estafet lalu menyampaikan tujuan
[image:58.612.243.472.112.216.2]pembelajaran yang akan dicapai.
Gambar 4.3
[image:58.612.155.528.263.484.2] [image:58.612.254.460.574.672.2]
49
[image:59.612.155.525.151.526.2]Pada kegiatan inti guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.
Gambar 4.4
Guru menjelaskan dan memberikan materi atletik lari estafet.
Setelah itu guru membagikan siswa masing-masing 1-4 siswa. Setiap
kelompok diminta untuk melakukan tehnik dasar lari estafet yakni
pemanasan, start dari posisi berdiri, melakukan lari mengelilingi lapangan
dengan langkah pendek, melakukan lari start, lari dan finish.
Gambar 4.5 Melakukan pemanasan
Saat melakukan tehnik memberi/menerima tongkat melakukan latihan
pengoperan tongkat statis, melakukan pengeoperan tongkat dengan
gerakan tangan sprint, melakukan latihan mengoperkan tongkat dengan
50
Gambar 4.6
Siswa dan guru memperagakan cara menerima dan memberi tongkat estafet
Ketika siswa sudah bisa melakukan cara memberi dan menerima
tongkat estafet. Pada tiap-tiap kelompok mempraktikan lari estafet dengan
benar dan siswa mempraktikkan lari estafet.
Gambar 4.7
Siswa mempraktikkan lari estafet
Dalam kegiatan penutup seorang guru bisa mengetahui keterampilan
berlari estafet pada masing-masing siswa. Setelah itu guru melakukan
umpan balik positif yang sudah melakukan ekplorasi dengan baik, guru
[image:60.612.155.528.95.563.2][image:61.612.150.528.105.537.2]
51
Gambar 4.8
Guru melakukan umpan balik
kemudian menyampaikan materi selanjutnya dan guru mengakhiri
dengan doa dan salam.
Gambar 4.9
Guru mengakhiri dengan doa dan salam
Setelah guru menutup pembelajaran siswa dipersilahkan untuk keluar
dari kelas dan siswa menjawab salam dari guru.
c. Observasi
Pada kegiatan observasi penelitian bagaimana peningkatan model
explicit instruction yang dilakukan di kelas IV MINU Sumokali Sidoarjo,
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Hasil lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran
[image:61.612.249.472.113.245.2]
52
Perolehan hasil pengamatan lembar observasi aktivitas guru
pada siklus I adalah sebesar 77. Dalam hal mengajar, guru mampu
mengondisikan siswa. Guru mengajar sesuai RPP yang ada. Guru
menggunakan media pembelajaran agar memudahkan siswa
memahami dalam pembelajaran. Guru juga baik dalam memberikan
motivasi kepada siswa, sehingga siswa termotivasi dalam belajar
meskipun belum seluruh siswa yang termotivasi. Pada bagian evaluasi
Guru membuat alat evaluasi berupa tabel penilaian untuk mengukur
dan mengetahui sejauh mana siswa dapat meningkatkan keterampilan
lari estafet dengan baik.
2) Hasil lembar observasi terhadap siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
Persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran dapat dikatakan
cukup baik, baik secara fisik, alat perlengkapan belajar ataupun
performance siswa. Siswa juga kompak dalam menjawab salam dari
guru. Dengan dipimpin oleh ketua kelas, semua siswa berdoa bersama
dengan baik.
Siswa terlihat tidak bersemangat ketika guru menanyakan
pelajaran semester lalu. Siswa tidak tahu mengenai tujuan
pembelajaran yang dicapai, karena guru menginformasikan kepada