• Tidak ada hasil yang ditemukan

Critical Review Jurnal Kajian Efisiensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Critical Review Jurnal Kajian Efisiensi"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota

Daftar Isi

Daftar Isi ... 0

BAB I PENDAHULUAN ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Tujuan ... 2

BAB II LANDASAN TEORI ... 2

BAB III REVIEW JURNAL ... 3

BAB IV TINJAUAN KRITIS ... 7

4.1 Penyajian Jurnal ... 7

4.2 Substansi Jurnal ... 7

BAB V PENUTUP ... 9

5.1 Kesimpulan ... 9

5.2 Lesson Learned ... 10

(3)

2 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota

Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran

Perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta

Arif Martanto

1

Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Planologi Undip

Volume 8 (3) : 306-316 September 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota atau wilayah di Indonesia dapat terjadi secara cepat atau lambat. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya dari sosial, politik, ekonomi, budaya, hukum yang termasuk diantaranya kebijakan-kebijakan pengembangan, otonomi daerah dan lain-lainnya yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Kabupaten Purwakarta khususnya Ibukota Kabupaten Purwakarta, salah satu wilayah yang tergolong cepat dalam perkembangannya. Hal tersebut didasari oleh adanya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provisi Jawa Barat tahun 2010 yang menyatakan bahwa sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Wilayah (PKW). Salah satu sektor yang sedang berkembang cepat di wilayah Ibukota Kabupaten Purwkarta adalah sektor perumahan. Sektor perumahan atau rumah merupakan aset/komoditas terpenting yang dimiliki manusia, rumah bersifat immoble (tidal bergrak) yang selanjutnya keberadaan dan pembangunannya didasari oleh faktor lokasi. Kebijakan publik dan kecendrungan masyarakat serta prilaku developer berpengaruh terhadap pasar dan penentuan lokasi perumahan. Namun pada penyediaan sarana perumahan dan permukiman tidak luput dari adanya permasalahan. Permasalahan tidak hanya secara fungsional dan fisik semata namun lebih kompleks sehingga berkaitan dengan dimensi kehidupan masyarakat. Sangat penting untuk memahami akan aspek-aspek tata ruang, lokasi pengembangan serta persoalan-persoalan kebijakan dan perencanaan dalam rangka usaha penatagunaan suatu kawasan perumahan dan permukiman. diperlukan optimasi pemanfaatan lahan dengan mempertimbangkan perencanaan pola pemanfaatan lahan secara seksama sehingga dapat mengambil keputusan pemanfaatan lahan yang tepat.

Sehubungan dengan hal tesebut, bahwa persebaran pembangunan perumahan merupakan salah satu unsur untuk membentuk pola spasial dalam konteks tata ruang kota. Dalam jurnal yang berjudul

“Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota Kabupaten

Purwakarta”, membahas dan mengkaji tentang efisiensi penggunaan lahan dan pola persebaran perumahan Ibukota Kabupaten Purwakarta dengan memperhatikan beberapa aspek yang mempengaruhinya terutama aspek persebaran rumah dan pola penggunaan lahan sehingga diharapkan menjadi salah satu alternatif serta solusi dalam mengatasi tantangan permasalahan dalam penyediaan serta pengalokasian perumahan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah critical review ini adalah

 Untuk mengetahui dan memahami tentang efisiensi penggunaan lahan dan pola persebaan perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta.

 Untuk mengetahui hubungan antara efisiensi penggunaan lahan dan pola persebaran perumahan dengan disiplin ilmu ekonom kota.

BAB II LANDASAN TEORI

(4)

3 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota neighbour analysis), dan menganalisis ketersediaan dan kebutuahan rumah. Dari teknik analisis yang digunakan, berlandaskan teori-teori yaitu

 Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang akan diteliti. Sehingga penyajian data yang didapat dengan teknik data kuantitatif diantaranya identifikasi persebaran perumahan dan analisis penggunaan lahan, analisis pemanfaatanlahan perumahan, analisis pola perumahan dan ketersediaan dan kebutuahan rumah, disajikan dalam bentuk angka-angka.

 Analisis pola perumahan didapat dari metode analisis tetangga terdekat (T), dimana pengertiannya adalah sebuah analisa untuk menentukan suatu pola permukiman penduduk. Dengan menggunakan perhitungan analisa tetangga terdekat, sebuah permukiman dapat ditentukan polanya, misalnya pola mengelompok/clustered (T=0), tersebar/random (T=1,00) ataupun seragam/uniform (T=2,15). Dimana variabel yang digunakan adalah jarak antara perumahan, luas wilayah pengamatan, serta karakteristik fisik kawasan perumahan yang terbangun.

 Intensitas pemanfaatan lahan dalam hal ini berkaitan dengan IPR (intensitas pemanfaatan ruang) yang menggunakan variabel Koefisien dasar bangunan (KDB) dan kepadatan bangunan. Dimana KDB diperoleh dari perbandingan luas total terbangun dengan luas kavling yang pada umumnya diyatakan dalam persen.

 Ketersediaan dan kebutuhan rumah berkaitan dengan kurva permintaan terhadap perumahan, dimana faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap perumahan antaralain, jumlah penduduk, distribusi antar wilayah, komposisi jenis, kelamin status kekeluargaan, strukrur umur, dan ukuran keluarga. Dimana pada analisis ini variabel jumlah penduduk dan jumlah rumah eksiting, dimana jumlah penduduk direfleksikan dengan jumlah kepala keluarga yang merupakan dasar perhitungan kebutuhan akan rumah.

BAB III REVIEW JURNAL

Pada penelitian tentang Efisiensi Penggunaan

(5)

4 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Analisis efisisensi Penggunaan lahan dan pola persebaran perumahan di ibukota kabupaten Purwkarta dibagi menjadi empat (4) rekapitulasi dalam bentuk data kuantitatif. Pertama adalah rekapitulasi identifikasi persebaran perumahan dan rekapitulasu analisis lahan perumahan dikota Purwakarta. Jumlah perumahan pada tahun 2010 sebanyak 38 perumahan dengan rentang waktu pengembangan ±2-3 tahun yang lokasinya tersebar di pada masing masing BWK, perhatikan tabel dibawah.

Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan perwujudan fisik perubahan ekonomi dan sosial penghuni wilayah itu sendiri. Lahan perumahan tekah mengkonversi penggunaan lahan lainnya yaitulahan sawah, kebun, tegalan, serta hutan hal inilah yang menyebabkan fenomena perubahan penggunaan lahan yang sering menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Luas Keseluruhan lahan prumahan yang mengkonversi jenis pengunaan lahan lainnya di Kota Purwakarta adalah sebesar 252,61 Ha, dengan pembagian penggunaan pada tabel berikut.

No. Konversi lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1 Kebun campuran 135,42 Ha 53,61 % 2 Tegalan/ladang 59,71 Ha 23,64 %

3 Sawah 29,35 Ha 11,62 %

4 Permukiman/perkarangan 21,92 Ha 8,68 %

5 Hutan 6,29 Ha 2,45 %

Total 252,61 Ha 100%

Persentase perbandingan lahan yang terkonversi dengan luas penguasaan oleh pengembang sebesar 97,79%, yang artinya dari 258,32 Ha penguasaan lahan 252,62 Ha diantaranya telah terkonvensi oleh pengembangan kawasan perumahan. Berdasarkan pemetaan kawasan terbangun Kota Purwakarta, perkembangan pemanfaatan lahan yang membentuk pola gurita dengan empat jalur transportasi utama yang mendukungnya, yaitu Jl. Jenderal Sudirman-Veteran, Jalan Raya Jakarta-Bandung, Jalan Ipik Gandamanah, serta Jalan Raya Purwakarta-Subang.

Kedua, rekapitulasi analisis intenditas pemanfaatan laha perumahan di kota purwakarta. Intensitas pemanfaatan lahan dilihat dari bentuk kavling/tipe rumah dari masing masing BWK. Jumlah total kavling/tipe rumah yang terealisasi sebesar 15.804 unit dari rencana kavling sebesar 17.978 unit (sebesar 87,91%). Terdapat 3 jenis kavling terbesar dan beberapa jenis lainnya yang terbengun di Kota Purwakarta diantaranya, perhatikan tabel

No Tipe Kavling Luas Kavling (m2)

Jumlah Kavling (unit) Persentase (%)

1 21-30 60-72 m2 7.549 unit 41,99 %

No. Lokasi BWK Jumlah Perumahan 1 BWK Utara 18 Perumahan 2 BWK tengah 16 perumahan 3 BWK Selatan 4 Perumahan

(6)

5 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Ditinjau dari IPR (intensitas pemanfaatan ruang) KDB yang berlaku di Kota Purwakarta untuk sebuah kavling sebesar ≤ 60%, dan pengklasifikasian kepadatan bangunan, dari berkepadatan sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan tabel

No Keterengan Jumlah

1 KDB ≤ 60% 26 Perumahan 2 KDB ≥ 60% 12 perumahan

Total 38 Perumahan

3 Kepadatan Bangunan Sangat Rendah

14 Perumahan

4 Kepadatan Bangunan Rendah 10 Perumahan 5 Kepadatan Bangunan Sedang 7 Perumahan 6 Kepadatan Bangunan Tinggi 7 Perumahan

Total 38 Perumahan

Jika diklasifikasikan berdasarkan efisiensi pemanfaatan lahan, maka dari 38 perumahan hanya 6 perumahan yang telah memanfaatkan lahannya secara efisien; perumahan itu diantaranya perhatikan tabel berikut. 5 Perum Graha Citalang Permai 53,24% 41 bangunan/Ha 6 Perum Bukit Berbunga 46,68% 43 bangunan/Ha

Sedangkan 32 perumahan sisanya masuk dalam kriteria tidak efisien berdasarkan analsis KDB dan berdasarkan kepadata bangunan melalui citra satelit google earth kepadatan bangunan sangat tinggi dengan nilai KDB lebih dari 60% dan kurangnya ruang terbuka yang seharusnya 40%.

Ketiga, rekapitulasi analisa pola perumahan di kota purwakarta. Pola sebaran perumahan didasarkan pada analisis tetangga terdekat terhadap perumahan terbangun. Pola permukiman terdiri pola mengelompok/clustered (T=0), tersebar/random (T=1,00) ataupun seragam/uniform (T=2,15). Pola sebaran perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta cenderung mengelompok berdasarkan masing-masing BWK, perhatikan tabel berikut

Nilai indeks terdekat untuk keseluruhan Kota Purwakarta sebesar 1,05 yang artinya berpola

acak/tersebar/random (T=1,05 ≈ 1,00 ), maka kota Purwakarta dikategorikan kelompok fragmanted rural settelments (tempak kediaman penduduk yang terpecah). Kondisi fisik kota Purwaakarta dengan topografi relatif datar dengan rata-rata kemiringan lereng 0-8% dan luas penyebaran seluas 3332,70 Ha (BWK Utara dan Tengah) , dan kemiringan lereng yang berelief dengan rata-rata 15-25% dengan luas penyebaran sebesar 436,92 Ha (BWK Selatan).

No BWK T/indeks tetangga Terdekat

Pola permukiman

(7)

6 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Keempat, analisis keersediaan dan kebutuhan erumahan di kota Purwakarta tahun 2010. Dalam perhitungan analisis ketersediaan dan kebutuhan rumah digunakan beberapa kriteria dan asumsi diantaranya :

 Identifikasi kekurangan/kebutuhan unit rumah (KRo), dilakukan dengan cara menghitung ukuran rata-rata anggota dalam satu keluarga, mengidentifikasi pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah rumah sampai dengan tahun 2010

 Satu keluarga menempati satu unit rumah, dimana rata-rata jumlah orang atau jumlah penghuni per rumah yang dianggap layak menempati satu rumah adalah 4 orang

 Analisis penyediaan rumah, dilakukan dengan menghitung selisih kebutuhan rumah dan ketersediaan rumah

Dalam kurun waktu selama 4 tahun dari tahun 2006-2010 jumlah rumah mengalami peningkatan sebesar 3.315 unit (39.425 unit di tahun 2006 menjadi 42.740 unit di tahun 2010) dengan rata-ratalaju sebesar 2,04% pertahun. Untuk mengetahui jumlah ideal kebutuhan rumah digunakan analisis backlog (ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah). Perhatikan tabel perhitungan backlog berikut :

Dari tabel tersebut dapat diperhatikan kekurangan rumah (backlog) terjadi di seluruh wilayah administrasi kecuali desa Mulyamekar mengalami kelebihan ketersediaan rumah. Bila dilakukan pengelompokkan ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan dengan menggunakan program statistik (if fuction) dengan kriteria

 Suatu wilayah dikategorikan cukup atau tidak memiliki ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah rumah bila jumlah keluarga rata-rata pada tahun hitungan lebih besar dari jumlah rumah pada tahun hitungan

 Suatu wilayah dikategorikan kurang ketersediaan rumah bila angka ketiadaan ketersediaan rumah (backlog) lebih kecil atau sama dengan 1,5 laju pertumbuhan pembangunan rumah (R)

; Kro ≤ 1.5 R

(8)

7 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Maka diperoleh hasil sebagai berikut; perhatikan tabel (kotak merah)

Dapat diperhatikan bahwa tingkat ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah kategori sangat kurang berjumlah 12 kelurahan/desa, kategori kurang berjumlah 6 kelurahan/desa dan kategori tidak kurang berjumlah 1 kelurahan/desa.

BAB IV TINJAUAN KRITIS

Pada tinjauan kritis atau yang disebut critical review, dibedakan menjadi dua pada penyajian (format) jurnal dan substansi jurnal.

4.1 Penyajian Jurnal (format penulisan)

Jurnal yang berjudul “Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di

Ibukota Kabupaten Purwakarta” penyajian data dalam bentuk deskripsi tidak representatif pada jurnal ini sebab data yang ditampilkan berupa data kuantitatif (yang berbentuk angka). Karena pada penyajian jurnal ini pembaca mengalami kesulitan dalam mengkorelasikan data , apabila penyajian dirubah atau disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditampilkan pada BAB III Review Jurnal, tentunya akan memudahkan dalam memahami dan mengkorelasikan data pada analisis yang dimaksud. Serta banyaknya terjadi kesalahan redaksional pada penyajian jurnal.

4.2 Substansi Jurnal

Jurnal yang “Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota

Kabupaten Purwakarta” apabila dikaitkan dengan mata kuliah Ekonomi kota, masih perlu dikuatkan

(9)

8 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota No. Konversi lahan Luas (Ha) Persentase

(%)

1 Kebun campuran 135,42 Ha 53,61 %

2 Tegalan/ladang 59,71 Ha 23,64 %

3 Sawah 29,35 Ha 11,62 %

4 Permukiman/perkarangan 21,92 Ha 8,68 %

5 Hutan 6,29 Ha 2,45 %

Total 252,61 Ha 100%

Konversi lahan terbesar dilakukan pada lahan kebun campuran dimana lahan tersebut terletak di pinggiran kota. Oleh sebab itu para pengembang membangun perumahan di daerah tersebut dan tentunya terjadi konversi lahan kebun campuran. Oleh sebab itu tingkat ketersediaan rumah yang banyak terdapat di daerah pinggiran kota, sebab pengembang berorientasi terhadap keuntungan, apabila pembangunan perumahan dilakukan pada bagian tengah Kota Purwakarta maka pengembang/developer akan merugi. Perhatikan gambar berikut

Gambar diatas, menyajikan kemampuan sewa lahan, letak kurva sewa lahan untuk perumahan (residential) akan semakin murah apabila menjauhi kota ke lahan yang diperuntukan untuk kebun sawah dan ladang. Dari teori Von Thunen tersebut menjelaskan dan menguatkan konversi lahan dilakuakan developer selain untuk profit benefit, dampak yang ditimbilakn adalah terbentuknya pola persebaran perumahan pada pinggiran Kota Purwakarta.

(10)

9 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Dalam kurva tersebut perhatikan kondisi E1 bahwa ketika supply rumah meningkat, harga rumah menurun, dan mempengaruhin demand (permintaan) akan rumah menurun. Hal ini terjadi karena dalam jumlah rumah yang banyak harga akan menjadi murah, namun permintaan akan rumah menurun karena kebutuhan akan rumah untuk individu atau keluarga tidak banyak (cukup satu) ketika harga murah, lain halnya apabila memiliki pendapatan lebih, sehingga mampumembeli lebih dari satu. Diagram ini menjelaskan lebih dalam tentang terjadinya efek backlog. Terjadinya backlog diakibatkan adanya individu atau keluarga yang memiliki rumah lebih dari satu, sehingga mengurangi kesempatan individu/keluarga lain untuk memiliki rumah.

Perlu adanya pembahasan tentang kurva penawaran pada jurnal ini sebelum melakukan perhitungan, dalam menentukan tingkat ketersediaan rumah dari perhitungan angka ketersediaan rumah dengan pembangunan rumah. Sebab dari kurva ini menjelaskan alasan mengapa menggunakan analisis backlog, karena adanya kemampuan masyarakat akan membeli rumah akibat pendapatan yang tinggi, sehingga kaitannya dengan tingkat ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah (sangat kurang, kurang dan tidak kurang) semakin jelas dan dapat ditemukan kolerasinya dengan asumsi jumlah penduduk, jumlah KK, jumlah kepala keluarga dan variabel terkait.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perubahan penggunaan lahan akibat transformasi perumahan di Kota Purwakarta, memberikan dampak atau pengaruh berkembangnya wilayah sekitar perumahan. Dampak yang terjadi seperti luas lahan pertanian yang berkurang sebesar 4,85% akibat konversi lahan menjadi kawasan perumahan dalam kurun waktu 2-3 tahun. Dengan adanya perkembangan kota maka kebutuhan akan pelayanan muncul sehingga terbentuklah fungsi-fungsi kawasan baru seperti industri, perdagangan dan jasa serta perumahan. Pembangunan tersebut mewarnai ekspresi keruangan sehingga membentuk pola jaringan jalan yang berbentuk gurita serta penyebaran perumahan yang berpola acak dalam artian penyebaran tidak merata.

Berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan, efisiensi dalam penggunaan lahan tidak dapat dipisahkan. Sebab dalam intensitas pemanfaatan ruang jelas dalam mengatur distribusi luas lahan maksimum yang dapat dibangun sehingga tercipta ruang yang sesuai dengan peruntukan lahan. Koefisien dasar Bangunan KDB serta kepadatan bangunan pada Kota Purwakarta yang termasuk dalam kategori efisien hanya berjumlah 6 perumahan, sisa 32 perumahan yang berkategori tidak efisien, tentunya perlu pengawasan tata ruang yang kuat dalam pengendalian pemanfaatan ruang agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan pemanfaatan lahan sekaligus lam rangka efisiensi pemanfaatan lahan.

Berkaitan dengan ketersediaan dan kebutuhan akan rumah di wilayah, mengingat ketersediaan rumah pada hasil perhitungan menunjukkan sangat kurang. oleh sebab itu peran pemerintah dan sektor swasta dalam penyediaan rumah harus sejalan. Sebab ketersediaan rumah bagi masyarakat

(11)

10 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota merupakan hal penting sebagai dasar dalam mewujudkan kesejahteraan, oleh karena itu perlunya kerjasama yang baik antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat.

5.2 Lesson learned

Adapun lesson learned atau pelajaran yang dapat diambil dalam critical review jurnal yang

berjudul “Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta” adalah mahasiswa mampu menemukan kolerasi antara teori-teori ekonomi kota dengan permasalahan yang dihadapi serta alasan-alasan terjadinya sebuah tindakan. Sebagai salah satu contoh, pengkorversian lahan pertanian, perkebunan, ladang bukan semata mata dilakukan sembarangan oleh developer, namun hal itu terjadi berdasarkan teori Von Thunen tentang harga sewa lahan.

Tindakan konversi lahan pertanian, perkebunan, ladang, dilakukan oleh developer sebab, harga tanah pada lahan tersebut jauh lebih murah dibanding harga lahan di pusat kota, dimana harga lahan sangat dipengaruhi oleh nilai lahan. Apabila nilai lahan tinggi maka harga lahan akan semakin mahal, begitu pula sebaliknya.

Selain itu mahasiswa mampu mengembangkan pola berfikir kritis terhadap penggunaan sebuah metode dalam menganalisis. Seperti halnya penggunaan analisis backlog dalam menentukan ketersediaan rumah. Apabila ditelisik lebih dalam dasar penggunan analisis backlog dikarenakan adanya kaitan dengan kurva permintaa rumah. Apabila supply meningkat, maka harga menurun serta pemintaan ikut menurun, namun apabila pendapatan individu/keluarga tinggi maka kemampuan dalam membeli rumah tingggi. Oleh sebab itu dipergunakannya analisis backlog untuk menghitung ketiadaan ketersediaan rumah. Dengan adanya kaitan serta hubungan pembahasan jurnal dengan teori-teori tentang ekonomi kota dapat menambah dan mengasah ilmu serta wawasan dalam mengahadapi dan menyelasiakan permasalahan sehingga terciptanya solusi dan alternatif yang baik dan tepat guna.

Daftar Pustaka

Budiharjo, Eko. 1998. Percikan Masalah Arsitektur Perumahan Perkotaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES. Catanese A.J and Snyder J.C. 1996. Perencanaan Kota. Surabaya: Penerbit Erlangga. Haggett, Petter. 1970. Locational Analysis in Human Geography. London: Edward Arnold. Hudson, F.R.G.S. 1970. A Geography of Settlements. London: McDonald and Evans Ltd.

Jayadinata, J. T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.

Northam. 1975. Urban Geography. US: John Wiley & Sons.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purwakarta tahun 2002-2012. Rencana Detail Tata Ruang Kota Purwakarta Tahun 2005-2015.

Sastra M, Suparno dan Endy Marlina. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yogyakarta: Andi.

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi: Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni.

Turner, John F.C. 1976. Housing By People. Towards Autonomy In Building Enviroments. London: Marion Boyars.

Wibisono, BH. 1998. Perencanaan Kota Komprehensif – Pengantar dan Penjelasan. Terjemahan. Yogjakarta: UGM Press.

Gambar

tabel berikut.
Gambar diatas, menyajikan kemampuan sewa lahan, letak kurva sewa lahan untuk perumahan

Referensi

Dokumen terkait

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang meliputi analisa deskriptif kuantitatif yaitu dengan membandingkan

siklus penangkapan serangga tiap jam dengan pembagian waktu; 4 menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 2 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga kecil ke

Rangkaian alat dilepaskan kemudian labu lemak yang telah berisi lemak bercampur pelarut dipanaskan pada oven dengan suhu 105°C selama 30 menit 8.. Labu lemak didinginkan

Memperluas jangkauan dan kesempatan bagi anak usia sekolah ke jenjang pendidikan menengah terutama bagi keluarga miskin mengutamakan manajemen pengelolaan pendidikan

Walaupun himpunan tidak didefinisikan namun harus diketahui dengan jelas bahwa yang dibicarakan adalah kumpulan objek-objek atau simbol-simbol yang mempunyai sifat yang

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik deskriptif kuantitatif dengan persentase yang terdiri atas: (1) analisis kelayakan modul

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis isi.i Data yang diperoleh nantinya berupa data kuantitatif

Analisis des- kriptif dengan menyajikan gambar dan grafik di- lakukan terhadap sebaran ukuran panjang dan bobot ikan yang tertangkap, hubungan panjang dan bobot, hubungan