• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI

1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh Elly Astuti

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

(Pendidikan Guru Dalam Jabatan) Pada

Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ii ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DALAM UPAYA MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII G DI SMP NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN

2013/2014 Oleh ELLY ASTUTI

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru dalam menentukan suatu metode yang efektif sebab metode pembelajaran memiliki peran yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran harus memiliki oleh setiap guru sebagai strategi dalam mengajar sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.namun, pada kenyataannya dewasa ini masih banyak guru yang belum memahami benar manfaat dari variasi penggunaan metode itu sendiri sehingga penggunaan metode dalam proses pembelajaran masih sangat minim sehingga efektivitas pembelajaran di dalam kelas masih belum optimal sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan hasil belajar Sejarah pada kelas VIII.G di SMP Negeri I Way Lima. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sejarah siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII.G di SMP Negeri I Way Lima dan tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, kuis/tes, observasi, dan dokumentasi. data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisis data kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar. Rata-rata hasil belajar siklus I sebesar 69, meningkat menjadi 75,75 di siklus II dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81,02. Ketuntasan belajar siklus I mencapai 70% (belum tuntas), naik pada siklus II menjadi 80% (tuntas) dan naik lagi pada siklus III menjadi 90% (tuntas).

(3)
(4)
(5)
(6)

xi DAFTAR ISI

Daftar Isi Halaman

Halaman Depan ……….. i

Abstrak ……… ii

Halaman Judul ……… iii

Halaman Persetujuan ……….. iv

Halaman Pengesahan ………... v

Halaman Pernyataan ……….. vi

Riwayat Hidup ……… vii

Moto ……….. viii

Halaman Persembahan ……… ix

Sanwacana ………. x

Daftar Isi ………. xi

Daftar Tabel ……… xiii

Daftar Gambar ………..……….. xiv

Daftar Lampiran ….……….……… xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..……… 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Cara Pemecahan Masalah ... 7

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif ... 11

B. Konsep Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 16

C. Konsep Hasil Belajar Sejarah ... 23

D. Kerangka Pikir Dan Paradigma ……… 25

1. Kerangka Pikir ……….. 25

(7)

xii BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian ... 28

B. Prosedur Penelitian ……… 29

1. Siklus I ……….. 30

2. Siklus II ……… 32

3. Siklus III ……….. 35

C. Data dan Teknik Pengambilan Data ……….. 37

1. Data ………. 37

2. Teknik Pengumpulan Data ……….. 38

D. Instrumen Penelitian ………. 39

E. Teknik Analisis Data ……… 39

F. Tekhnik Penilaian ……… 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Berdirinya SMP Negeri I Way Lima ... 43

B. Hasil Penelitian ... 44

1. Siklus I ………. 45

2. Siklus II ……… 48

3. Siklus III ……….. 51

C. Pembahasan ……….. 53

1. Siklus I ……….. 53

2. Siklus II ……… 55

3. Siklus III ……….. 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 59

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

dalam menentukan suatu metode yang efektif sebab metode pembelajaran memiliki peran

yang cukup besar dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran harus memiliki oleh

setiap guru sebagai strategi dalam mengajar sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan.

Menurut Roestiyah (1989:1) “Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar

secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu untuk memiliki

strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut metode

belajar “

Metode mengajar yang sering dipakai oleh guru di SMP Negeri I Way Lima cukup bervariasi

seperti diskusi kelompk dan lain sebagainya. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan mengunakan metode ini sering terdapat kendala. Saat proses pembelajaran

(9)

sedangkan siswa yang lainya tidak berperan aktif bahkan melempar tangung jawab kepada

siswa lainya, Pembagian anggota kelompok yang dilakukan oleh guru tidak berdasarkan atas

kemampuan akademik siswa sehingga sering ditamukan suatu kelompok dengan anggota

yang pasif. Selain itu selama proses belajar mengajar, terkesan bahwa siswa tidak berani

bertanya kepada guru walaupun mereka tidak mengerti tentang materi yang diberikan.

Aktivitas belajar siswa di SMP Negeri I Way Lima dinilai masih relatif masih rendah. Hal ini

yang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa tidak memahami materi

pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa

SMP Negeri I Way Lima.

Siswa dikatakan tuntas belajar dalam mata pelajaran IPS Terpadu khususnya bidang studi

Sejarah apabila siswa memperoleh nilai minimal 65. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa

(2005: 99), yang mengatakan bahwa: “Berdasarkan teori belajar tuntas maka seorang peserta

didik dipandang tuntas dalam belajar apa bila ia mampu menyelesaikan menguasai

kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan

pembelajaran”.

Pada kenyataanya banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan.

Berdasarkan observasi awal yang di lakukan di SMP Negeri I Way Lima maka diperoleh

informasi bahwa mata pelajaran IPS Terpadu khususnya bidang studi Sejarah di SMP Negeri

(10)

Siswa kelas VIII.G sebanyak 32 siswa, terdiri dari 21 siswa laki laki dan 11 siswa

perempuan, namun masih banyak siswa yang belum tuntas dalam belajar dan harus megikuti

remedial uji blok karena memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan yaitu 65.

Merujuk pada kenyataan diatas maka diperlukan kreativitas guru dalam merencanakan

pengajaran dan menciptakan suasana yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam belajar

sehingga mencapai hasil belajar yang ptimal. Sesuai dengan pendapat Ibrahim (1996: 27),

yang menyatakan bahwa: “Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka

guru hendaknya merencanakan pegajaran yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas

belajar”.Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu perubahan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Salah satu upaya untuk mengefektifkan pembelajaran kelompok adalah dengan

mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

(STAD).

Model pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar dapat membantu siswa untuk

memahami konsep-konsep dan meteri pembelajaran yang sulit tetapi juga dapat membantu

siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan mengembangkan sikap

sosial siswa dalam berinteraksi dengan sesamanya. Pembelajaran kooperatif merupakan

model pembelajaran dalam kelompok yang berdasarkan pada pemikiran bahwa orang akan

lebih baik belajar ketika mereka belajar bersama-sama.

Sesuai dengan pendapat Slavin (1990: 11) bahwa: “ Dengan pembelajaran kooperative siswa

(11)

memperbaiki, dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini akan berpengaruh terhadap

interaksi dalam kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa”.

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Salah satu tipe yang paling sederhana dari

pembelajaran koopratif adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Dalam

STAD, siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai lima

orang anggota. Setiap kelompok atau tim harus heterogen berdasarkan atas jenis kelamin

serta kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah.

Pada saat proses pembelajaran. setiap kelompok menggunakan lembar kegiatan yang telah

disiapkan oleh guru untuk menuntaskan materi pelajaran dan saling membantu satu sama lain

dalam menguasai bahan pembelajaran melalui tutorial dengan melakukan diskusi dan tanya

jawab. Para siswa belum bisa mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh

anggota kelompok dapat menyelesaikan seluruh tugas.

Untuk memastikan seluruh anggota dalam menguasai pembelajaran maka seluruh siswa

dikenakan tes individu atau kuis tentang materi yang dipelajari. Setiap siswa diberi poin

peningkatan individu yang diperoleh dari nilai kuis. Kelompok yang memperoleh poin

tertinggi dalam kuis akan memperoleh penghargaan berupa hadiah, hal ini dilakukan untuk

(12)

Pada hakikatnya model pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan metode belajar

kelompok, namun tidak setiap belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran

kooperatif tipe STAD, walaupun dalam kenyataannya pembelajaran kooperatif tipe STAD

terjadi dalam bentuk kelompok.

Ada sejumlah perbedaan esensial antara metode belajar kelompok yang diterapkan oleh guru

mata pelajaran IPS Sejarah dengan metode pambelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions. Dalam metode pembelajaran kelompok terlihat guru sering

membiarkan adanya siswa yang mendominasi dan menggantungkan diri pada kelompok,

akuntabilitas individu sering diabaikan sehinga tugas-tugas yang diberikan guru hanya

dikerjakan oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lainya melepas tanggung

jawab, pembagian anggota kelompok tidak berdasarkan atas kemampuan akademik sehingga

sering ditemukan kelompok belajar yang kelompok anggotanya pasif, selama kerja kelompok

berlangsung guru kurang melakukan pemantauan dan tidak memperhatikan proses kerja

kelompok yang dilakukan siswa. Aktivitas belajar siswa terlihat masih rendah, selain itu hasil

belajar yang diperoleh siswa banyak yang memperoleh nilai dibawah standar ketuntasan

minimal (KKM).

Hal tersebut berbeda dengan elemen-elemen yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Divisions yang lebih menekankan pada adanya sikap saling

ketergantungan positif, saling membantu dan memberikan motivasi sehingga ada intraksi

(13)

anggota kelompok sehingga dapat saling mengetahui siapa siswa yang memerlukan bantuan

dan siapa yang dapat memberi bantuan dalam belajar.

Kelompok belajar dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions

harus heterogen yang berdasarkan kemampuan akademik sehingga siswa yang memiliki

kemampuan akademik tinggi dapat menjadi tutor sebaya dan memberikan bantuan dalam

belajar guna membantu teman-temannya yang berkemampuan akademik rendah. Pada saat

diskusi kelompok sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi,

guru harus memperhatikan secara langsung proses kerja kelompok yang terjadi selama siswa

belajar dalam kelompok belajarnya.

Untuk memperbaiki metode megajar yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS terpadu

khususnya bidang studi Sejarah di SMP Negeri 1 Way Lima dalam mengaktifkan siswa

selama proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa, maka salah

satu alternatifnya adalah perlu dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran

(14)

B. Identifikasi Masalah

1. Kegiatan pembelajaran di SMP Negeri 1 Way Lima belum optimal

2. Penggunaan metode pembelajaran di SMP Negeri I Way Lima belum bervariasi

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions belum/jarang

diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SMP Negeri I

Way Lima

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

“Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dapat

meningkatkan hasil belajar Sejarah pada kelas VIII.G di SMP Negeri I Way Lima?’.

D. Cara Pemecahan Masalah

Rendahnya aktivitas belajar sejarah siswa kelas VIII.G di SMP Negeri 1 Way Lima

merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar sejarah siswa. Perolehan hasil belajar

sejarah siswa yang kurang optimal disebabkan oleh model pembelajaran yang dilakukan oleh

guru belum bervariasi. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah tentang rendahnya aktivitas belajar Sejarah siswa yang berdampak pada hasil belajar

sejarah siswa adalah dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Divisions yang dapat memacu siswa untuk bekerja sama dan

beraktivitas dalam belajar sejarah.

(15)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas

VIII.G di SMP Negeri I Way Lima setelah dilakukan pembelajaran dengan mengunakan

model pembelajaran koopratif tipe Student Teams Achievement Divisions.

2. Kegunaan Penelitian

Bagi Guru:

1. Memberikan informasi bagi guru mengenai alternatif metode pembelajaran yang

dapat diterapkan dalam pelajaran sejarah

2. Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran IPS Sejarah untuk memecahkan

permasalahan yang menyangkut tentang upaya mengaktifkan siswa dalam belajar

sejarah

3. Membantu guru dalam melaksanakan prose kegiatan belajar megajar yang efektif dan

efesien.

Bagi Siswa:

1. Membiasakan siswa untuk belajar secara aktif dan kreatif serta bertanggung jawab

2. Meningkatkan hasil belajar sejarah siswa

3. Mengembangkan keterampilan hidup bergotong royong dalam memecahkan masalah.

4. Memudahkan siswa untuk berinteraksi antarteman dan menumbuhkan sikap saling

(16)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagai mana yang telah dirumuskan dan dapat

memberikan kejelasan tentang penelitian, berikut dikemukakan beberapa batasan.

1. Hasil belajar sejarah adalah suatu nilai yang diperoleh siswa setelah siswa mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Student

Teams Achievement Divisions pada mata pelajaran IPS Sejarah. Hasil belajar ini

tercermin dalam nilai yang diperoleh setelah siswa diberi tes formatif berupa kuis pada

setiap akhir siklus penelitian

2. Model pembelajaran adalah suatu pola mengajar yang menggambarkan proses secara

spesifik dalam pengorganisasian pengalaman belajar guna menciptakan situasi tertentu

yang menyebabkan siswa berinteraksi satu sama lain sehingga terjadi perubahan

khususnya pada tingkah laku mereka.

3. Pembelajaran kooperatif adalah suatu setrategi pembelajaran dengan meggabungkan

siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan dalam belajar. Dalam hal ini siswa dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kemampuan akademik yang berbeda.

4. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions adalah strategi

pembelajaran yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran

kooperatif, dimana siswa dibagi kedalam beberapa kelompok kecil yang bersifat

heterogen. Karakteristik utama dari pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement

Divisions adalah: persentasi kelas, belajar kelompok, tes atau kuis untuk mengukur

kemampuan individu, penentuan poin peningkatan individu dan kelompok, serta memberi

(17)

5. Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII.G berjumlah 32 orang

siswa.

6. Pokok bahasan yang akan diajarkan sebagai bahan penelitian adalah pokok bahasan

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka belajar bersama-sama.

Siswa biasanya lebih mudah memahami konsep pembelajaran apabila ia mendapatkan

penjelasan dari gurunya. Menurut Arikunto (1986:62) adakalanya seorang siswa lebih mudah

menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan yang lain

karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya.

Dalam setting kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari satu teman keteman yang lain

diantara sesama siswa dari pada belajar dari guru (Ibrahim, 2002: 17). Sedangkan Lie

(2002:12) mengemukakan bahwa:

“Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesepatan kepada

anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas tersetruktur. Dalam

(19)

Selain unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran

koopratif sangat berguana untuk membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan

kerjasama (Ibrahim, 2002:12). Kerjasama merupakan prinsip belajar dan mengajar yang

penting, dengan melakukan kerjasama berarti siswa saling berintraksi satu sama lain dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Rusyan (1989:155) mengemukakan bahwa “Dalam proses kelompok atau kerjasama itu

terdapat segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Setiap

individu berhubungan satu sama lain, setiap individu memberikan sumbangan pikiran, setiap

individu saling mempengaruhi, setiap individu ikut aktif, setiap individu mendapat

pembagian tugas dan setiap individu berkembang dalam hal personal-sosial-moral

traitis-nya”.

Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh

siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Menurut Sanjaya (2006: 240) “Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat

sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin,

ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.

Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan (reward), jika kelompok mampu

(20)

Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:61) “Pembelajaran kooperatif

adalah sustu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun

berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah:

a. saling ketergantungan positif;

b. interaksi tatap muka;

c. akutabilitas individu,dan

d. keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau ketrampilan sosial yang secara

sengaja diajarkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dalam kelompok kecil dengan

tingkat kemapuan yang berbeda. Dalam hal ini siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas

kelompok dan saling membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Tiap-tiap anggota

kelompok memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggota kelompok

masing-masing.

Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya

(2006:242) adalah:

1. Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk

mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa untuk belajar.

Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

(21)

kelompok harus heterogen, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat

saling memberi dan menerima pengalaman sehingga diharapkan setiap anggota dapat

memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.

2. Didasarkan pada menejemen koopratif.

Manajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, fungsi tersebut meliputi fungsi

perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol. Fungsi

perencanaan pada pembelajaran kooperatif menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif.

Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bekerjasama antar

setiap anggota kelompok, oleh karena itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap

anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif

harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran

yang telah ditentukan. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran

kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

3. Kemauan untuk bekerjasama.

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok.

Oleh karena itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran

kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab

masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, siswa

(22)

4. Keterampilan bekerjasama

Kemauan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian dipraktikan melalui aktifitas dan

kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa

perlu didorong untuk mau dan sanggup berintraksi dan berkomunikasi dengan anggota

tim. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berintraksi dan

berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan

pendapat, dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.

Adapun prosedur pembelajaran koopratif menurut Sanjaya (2006:246) terdiri atas empat

tahapan, yaitu:

1. Menjelaskan materi.

Tahap ini dimulai dengan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa

belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa

terhadap pokok materi pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum

tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam

materi dalam pembelajaran kelompok (tim).

2. Belajar dalam kelompok.

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran,

selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompok belajarnya masing-masing.

Pengelompokkan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen yang didasarkan atas

perbedaan akademik, jenis kelamin, sosial-ekonomi dan etnik. Dalam hal kemampuan

akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang kemampuan akademik

(23)

akademik rendah. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan

tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama,

membandingkan jawaban mereka, dengan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

3. Penilaian.

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau

kuis dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Tes individu nantinya akan

memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok akan

memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hal ini disebakan nilai kelompok

adalah nilai bersama dalam kelompok yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota

kelompok.

4. Pengakuan tim.

Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling

berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau

pemberian panghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi

dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mempu meningkatkan prestasi

mereka.

B. Konsep Student Teams Achivemen Divisions (STAD)

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Tipe dari pembelajaran kooperatif

diantaranya adalah Jigsaw, Team Games Tournamen (TGT), Group Investigation (GI),

Student Teams Achievemen Divisions (STAD), Teams Assisted Individualisation (TAI), dan

(24)

karakteristik, pembedaan dalam hakikat pembelajaran, bentuk kerjasama, penilaian, peranan

dan komunikasi antar siswa serta peranan guru.

Salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah tipe Student Teams

Achievemen Divisions (STAD). Menurut Ibrahim (2000:20) STAD merupakan model

pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan pendekatan

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

Isjoni (2007:51) berpendapat bahwa “STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan intraksi diantara siswa untuk saling

memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai

prestasi yang maksimal”.

Dalam STAD siswa dibagi kedalam beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri dari

empat sampai lima orang anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen,

baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademiknya (tinggi, sedang, rendah).

Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu

untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim.

Secara individu atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru

untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang akan dipelajari

(25)

Isjoni (2007: 51), menjelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki

lima tahap, yaitu:

1. Tahap Penyajian Materi

Sebelum guru memulai pembelajaran, terlebih dahulu menyampaikan indikator yang

harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari.

Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi dan menjelaskan kepada siswa tentang garis

besar materi yang akan dipelajari.

2. Tahap Kerja Kelompok

Dalam setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang heterogen

berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Pada tahap ini setiap siswa diberi

lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling

berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaikan agar semua anggota

kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai

hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

kegiatan tiap kelompok.

3. Tahap tes individu

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes individu

mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu diadakan pada setiap akhir pertemuan

kedua atau ketiga. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah

dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok . Skor perolehan individu ini

(26)

4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu

Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal

setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor

maksimal pada kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Skor

perkembangan individu tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan atas

beberapa jumlah skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu.

Langkah-langkah dalam penskoran poin peningkatan individu adalah:

- Langkah I : (Menetapkan skor dasar)

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan nilai awal.

- Langkah II : (Menghitung skor tes/kuis terkini)

Siswa memperoleh nilai untuk kuis pada pelajaran terkini

- Langkah III : (Menghitung skor peningkatan/perkembangan)

Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentukan

berdasarkan apakah skor kuis terkini mereka melampaui skor dasar

dengan mengunakan ukuran skala :

- >10 poin di bawah skor dasar = 0 poin

- 10 - 1 poin dibawah skor dasar = 10 poin

- 10 poin diatas skor dasar = 20 poin

- > 10 poin di atas sekor dasar = 30 poin

Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk

(27)

5. Tahap pemberian penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memiliki skor atau poin tinggi.

Penghitung skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor

individu siswa dalam satu kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan banyaknya

anggota dalam kelompok.

Langkah-langkah yang akan diterapkan peneliti dalam model pembelajaran koopratif tipe

STAD adalah:

1. Pengelompokan siswa secara hetrogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis

kelamin. Siswa kelas VIII.G dikelompokkan kedalam 6 kelompok belajar. Dalam satu

kelompok terdapat 4 orang siswa yang terdiri dari satu orang berkemampuan akademik

tinggi, dua orang siswa berkemampuan akademik sedang dan satu orang siswa

berkemampuan akademik rendah. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan

akademik ini didasarkan atas kemampuan uji blok semester ganjil tahun ajaran

2013/2014. Sepuluh orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam uji blok

dikategorikan kedalam siswa yang berkemampuan akademik tinggi dan mereka dijadikan

sebagai ketua kelompok

2. Guru menerangkan secara garis besar tentang materi yang akan dipelajari

3. Siswa dalam kelompok belajar mengajar Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk

menuntaskan materi pembelajaran. Masing-masing siswa dalam kelompok belajar

berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam memahami bahan pembelajaran.

4. Selama proses balajar dalam kelompok berlangsung, guru memantau dan memberikan

(28)

5. Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas, siswa yang berasal

dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang

mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas

6. Guru memberikan penguatan, penyempurnaan dan menyimpulkan materi

7. Siswa merangkum hasil diskusi dari hasil presentasi

8. Kuis atau tes individu untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran

yang telah dipelajari (dilaksanakan pada setiap akhir siklus)

9. Pengharaan kelompok atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa yang didasarkan atas

poin peningkatan/perkembangan individu

Kelemahan dalam model pembelajaran koopratif tipe STAD menurut Sanjaya (2006:248)

adalah :

1. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat oleh siswa

yang memiliki kemampuan akademik rendah. Hal semacam ini akan mengakibatkan

terganggunya iklim kerjasama dalam kelompok.

2. Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif maka

dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang

demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3. Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarka

pada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru harus menyadari bahwa sebenarnya

(29)

4. Keberhasilan model pembelajaran koopratif tipe STAD dalam upaya mengembangkan

kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak

mungkin dapat tercapai hanya satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini

Selain kelemahan–kelemahan yang telah dijabarkan diatas, ada beberapa

kelemahan-kelemahan lain dalam penerapan model pembelajaran koopratif tipe STAD yaitu:

1. Proses dalam mengkordinasikan siswa kedalam kelompok belajar di dalam kelas

seringkali memakan waktu karena siswa harus pindah dari bangku mereka dan bergabung

dengan kelompok belajarnya yang telah ditentukan guru.

2. Siswa yang tekun merasa bahwa mereka harus bekerja melebihi siswa yang malas dalam

kelompok belajar mereka. Siswa yang tekun juga merasa bahwa teman yang malas hanya

menebeng saja pada hasil jerih payah mereka.

3. Siswa yang memiliki kemampuan akademis yang rendah akan merasa minder

ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai.

4. Siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan merasa keberatan berada satu

kelompok dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah. Mereka merasa dirugikan

dan dimanfaatkan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab atas keberhasilan

teman-temanya yang berkemampuan akademis rendah.

5. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa dalam kelompok tersebut akan saling

menyalahkan satu sama lain. Namun sebaliknya, jika mereka berhasil dan memperoleh

panghargaan kelompok dari guru maka akan muncul perasaan tidak adil kerena siswa

yang pandai/rajin merasa bahwa temannya yang berkemampuan akademis rendah hanya

(30)

C. Konsep Hasil Belajar Sejarah

Salah satu tugas guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dalam pelaksanaan

belajar mengajar. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menentukan nilai belajar siswa melalui

kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Dari hasil belajar diperoleh dapat diketahui

tingkat keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik.

Menurut Sudirman (dalam Djamarah, 2000: 209) pengambilan keputusan tentang hasil

belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil

tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar, sedangkan menurut Ibrahim (1996: 86),

untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar

mengajar yang telah dilaksanakan perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi

terhadap hasil pembelajar siswa.

Hasil belajar diperoleh dari proses evaluasi hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar yang

diperoleh siswa tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan siswa tersebut dalam belajar

tetapi juga bisa disebabkan oleh kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Dengan kata lain,

melalui hasil belajar dapat dilihat interaksi keterkaitan keberhasilan belajar antar siswa yang

belajar dengan guru sebagai pengajar.

Dimyati (2002: 3) menyatakan “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses

(31)

Untuk meraih hasil belajar yang optimal siswa melakukan suatu usaha pencapaian terhadap

tujuan yang ingin dicapai. Usaha tersebut merupakan suatu perbuatan yang mengarah pada

penyesuaian tugas-tugas belajar siswa. Menurut Ahmadi (1984: 35) hasil belajar adalah hasil

yang dicapai dari suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar

siswa yang dapat dilihat pada setiap kali mengikuti tes. Sedangkan Dimyati (2002:4)

berpendapat bahwa, dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang

dalam angka rapor, angka dan ijazah atau kemampuan siswa untuk melanjutkan materi atau

pokok bahasan selanjutnya.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar Sejarah adalah hasil

yang telah diperoleh setelah siswa mendapat pengetahuan selama proses belajar mengajar

pada mata pelajaran IPS Sejarah yang diwujudkan dalam bentuk nilai (angka) dan diperoleh

setelah mengikuti tes atau kuis melalui pengukuran (evaluasi) belajar Sejarah siswa.

E. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri I

Way Lima adalah metode belajar kelompok. Namun dalam penerapannya, metode ini kurang

mampu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Pada saat proses pembelajaran berlangsung

hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar dan mengerjakan tugas kelompok, siswa

kurang memiliki tanggung jawab dalam belajar, terlihat siswa saling melempar tanggung

(32)

Hasil pembelajaran siswa dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang diperoleh siswa di sekolah

masih kurang optimal, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar

ketuntasan belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar sejarah siswa semakin

meningkat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran koopratif tipe

Student Team Achivement Division (STAD).

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang megedepankan kerjasama dan

interaksi antarsiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Dalam satu kelompok,

siswa saling berdiskusi satu sama lain dan saling membantu dalam memahami bahan

pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran dengan mengguanakan model pembelajaran koopratif tipe

STAD, siswa dikelompokan dalam kelompok yang heterogen berdasarkan jenis kelamin serta

kemampuan akademik siswa yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah, Dalam

satu kelompok terdiri dari empat orang anggota kelompok. Pembelajaran diawali dengan

penyampaian materi pembelajaran oleh guru, kemudian siswa dalam kelompok

masing-masing berdiskusi dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompojk (LKK) yang telah disediakan

oleh guru.

Masing-masing siswa memiliki tanggung jawab agar setiap individu dalam kelompok mereka

(33)

depan kelas. Setiap akhir siklus guru memberikan tes individu untuk mengukur hasil belajar

siswa dan memberi poin peningkatkan perkembangan individu dan kelompok. Kelompok

yang mendapatkan poin tinggi akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah. Pemberian

penghargaan ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa untuk berusaha lebih baik dalam

belajar.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang memberikan

kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran didominasi oleh keaktifan siswa, dalam hal ini guru berperan sebagai pengawas

sekaligus fasilitator bagi siswa. Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses

pembelajaran akan membuat siswa mudah dan paham akan suatu konsep pambelajaran

sehingga hasil belajar yang akan dicapai pun akan baik. Secara tidak langsung aktivitas

belajar siswa sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh siswa

(34)

2. Paradigma

Keterangan

: Garis Kelemahan

: Garis Tindakan

: Garis Dampak

Metode Belajar Kelompok

- Hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar sejarah

- Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa saling melelempar tanggung jawab

- Kurang adanya kerjasama dalam kelompok belajar mengajar

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

- Pengelompokan siswa

- Diskusi mengunakan

LKK

- Persetasi hasil diskusi

- Tes/Kuis

- Penghargaan kelompok

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Seting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri I Way Lima. Siswa kelas VIII.G

berjumlah 32 orang yang terdiri dari 11 orang perempuan dan 21 orang laki-laki. Dalam

penelitian ini siswa akan dibagi kedalam 8 kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang siswa

yang heterogen baik berdasarkan jenis kelamin maupun kemampuan akademis yang terdiri

dari satu orang siswa berkemampuan akademis tinggi, dan dua orang siswa berkemampuan

akademis sedang, dan satu orang siswa berkemampuan akademis rendah.

SMP Negeri I Way Lima Terletak di kawasan yang strategis, letaknya yang dekat dengan

pemukiman penduduk sekitar sangat mudah dijangkau oleh penduduk. Letak sekolah ini

sangat memungkinkan untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif. Sarana dan

prasarana sekolah yang menunjang proses belajar sangat cukup memadai. Karakteristik siswa

kelas VIII.G sangat beragam. Latar belakang ekonomi siswa di kelas tersebut rata-rata kelas

(36)

Sebagai siswa ada yang aktif dalam mengikuti proses belajar namun tidak sedikit pula dari

siswa yang masih pasif.

B. Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap pratindakan

a. Mengambil data hasil tes siswa belum menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang akan digunakan sebagai bahan untuk pembagian siswa

dalam kelompok berdasarkan kemampuan akademik. Data yang akan diambil

adalah data hasil ujian blok pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

b. Membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen berdasarkan

kemampuan akademik dan jenis kelamin.

c. Memberikan informasi kepada siswa tentang model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yang akan digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran,

menjelaskan tentang pembagian tugas dan kewajiban bagi setiap anggota

kelompok dan tangung jawab setiap anggota kelompok terhadap diri dalam

(37)

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang

mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Tagart (Wiriaatmadja, 2005:66),

yang terdiri dari:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan

c. Pengamatan/observasi

d. Refleksi

Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, Tahap-tahap dalam setiap siklus adalah sebagai berikut:

1. SIKLUS I a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi

1. Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Merencanakan materi pembelajaran Sejarah yang akan diajarkan pada setiap

pertemuan sesuai dengan kompentensi dasar yang ditetapkan.

3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa sebagai

bahan untuk diskusi kelompok.

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru

mengajar, catatan lapangan, soal tes/kuis dan angket.

5. Membuat media pembelajaran Sejarah yang akan digunakan sebagai penunjang

proses pembelajaran.

6. Mempersiapkan instrument evaluasi untuk menilai hasil belajar Sejarah siswa pada

(38)

b. Pelaksanaan

Siklus I dilakukan selama 3 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada Siklus I adalah:

Kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran

adalah sebagai berikut:

Pendahuluan (10 menit)

a. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa.

d. Memberikan motivasi agar siswa belajar bersama dalam kelompok dan bertanggung

jawab terhadap kelompok belajarnya

Kegiatan Inti (60 menit)

a. Menjelaskan materi secara garis besar tentang: kebijakan-kebijakan kolonial (10

menit)

b. Memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) kepada siswa sebagai bahan untuk

diskusi kelompok

c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing (30 menit)

d. Salah satu kelompok mempersetasikan hasil kerja kelompoknya secara lisan didepan

kelas (10 menit)

e. Diskusi dan tanya jawab tentang materi yang dipelajari (10 menit)

(39)

Penutup

a. Guru menyempurnakan dan menyimpulkan materi pelajaran.

b. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang

akan datang.

c. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kuis atau tes siklus I. Adapun tujuan dari

dilakukannya kuis/tes ini adalah untuk melihat nilai siswa setelah menggunakan model

pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sejarah

hendaknya di ikuti dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

c. Pengamatan/observasi

Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan dan lembar evaluasi yang nantinya

akan menjadi bahan untuk mengukur apakah terjadi peningkatan dalam hasil belajar

sejarah siswa atau tidak.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh guru dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh

selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan maupun

kelemahan ataupun kesalahan yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam

perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya.

2. SIKLUS II a. Perencanaan

(40)

1. Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Merencanakan materi pembelajaran Sejarah yang akan diajarkan pada setiap

pertemuan sesuai dengan kompentensi dasar yang ditetapkan.

3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa sebagai

bahan untuk diskusi kelompok.

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru

mengajar, catatan lapangan, soal tes/kuis dan angket.

5. Membuat media pembelajaran Sejarah yang akan digunakan sebagai penunjang

proses pembelajaran.

6. Mempersiapkan instrument evaluasi untuk menilai hasil belajar Sejarah siswa pada

setiap akhir siklus.

b. Pelaksanaan

Siklus II dilakukan selama 3 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada siklus II

adalah: Pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial di

berbagai daerah. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Pendahuluan (10 menit)

a. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa.

d. Memberikan motivasi agar siswa belajar bersama dalam kelompok dan bertanggung

(41)

Kegiatan Inti (60 menit)

a. Menjelaskan materi secara garis besar tentang : pengaruh yang ditimbulkan oleh

kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial di berbagai daerah (10 menit)

b. Memberikan Lebar Kerja Kelompok (LKK) kepada siswa sebagai bahan untuk

diskusi kelompok

c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing (30 menit)

d. Salah satu kelompok mempersetasikan hasil kerja kelompoknya secara lisan didepan

kelas (10 menit)

e. Diskusi dan Tanya jawab tentang materi yang dipelajari (10 menit)

f. Merangkum hasil persetasi

Penutup

a. Guru menyempurnakan dan menyimpulkan materi pelajaran.

b. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang

akan datang.

c. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kuis atau tes siklus II. Adapun tujuan dari

dilakukannya kuis/tes ini adalah untuk melihat nilai siswa setelah menggunakan model

pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sejarah

hendaknya di ikuti dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

c. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

(42)

akan menjadi bahan untuk mengukur apakah terjadi peningkatan dalam hasil belajar

sejarah siswa atau tidak.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh guru dengan cara menganalisis data-data yang diperleh selama

kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan maupun kelemahan

ataupun kesalahan yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam perbaikan

pada siklus-siklus selanjutnya.

3. SIKLUS III a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi

1. Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Merencanakan materi pembelajaran Sejarah yang akan diajarkan pada setiap

pertemuan sesuai dengan kompentensi dasar yang ditetapkan.

3. Membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa sebagai

bahan untuk diskusi kelompok.

4. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar observasi guru

mengajar, catatan lapangan, soal tes/kuis dan angket.

5. Membuat media pembelajaran Sejarah yang akan digunakan sebagai penunjang

proses pembelajaran.

6. Mempersiapkan instrument evaluasi untuk menilai hasil belajar Sejarah siswa pada

(43)

b. Pelaksanaan

Siklus III dilakukan selama 3 x 40 menit. Materi yang akan diajarkan pada Siklus III

adalah: Bentuk-bentuk perlawanan dalam menentang kolonialisme di berbagai daerah.

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

Pendahuluan (10 menit)

a. Menyiapkan media yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

c. Mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan pengetahuan awal siswa.

d. Memberikan motivasi agar siswa belajar bersama dalam kelompok dan bertanggung

jawab terhadap kelompok belajarnya

Kegiatan Inti (60 menit)

a. Menjelaskan materi secara garis besar tentang : Bentuk-Bentuk Perlawanan Dalam

Menentang Kolonialisme Di Berbagai Daerah (10 menit)

b. Memberikan Lebar Kerja Kelompok (LKK) kepada siswa sebagai bahan untuk

diskusi kelompok

c. Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing (30 menit)

d. Salah satu kelompok mempersetasikan hasil kerja kelompoknya secara lisan didepan

kelas (10 menit)

e. Diskusi dan Tanya jawab tentang materi yang dipelajari (10 menit)

f. Merangkum hasil persetasi

Penutup

(44)

b. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan yang

akan datang.

c. Memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Tahap selanjutnya adalah melakukan kuis atau tes siklus III. Adapun tujuan dari

dilakukannya kuis/tes ini adalah untuk melihat nilai siswa setelah menggunakan model

pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sejarah

hendaknya di ikuti dengan peningkatan hasil belajar sejarah siswa.

c. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan dan lembar evaluasi yang nantinya

akan menjadi bahan untuk mengukur apakah terjadi peningkatan dalam hasil belajar

sejarah siswa atau tidak.

d. Refleksi

Refleksi dilaksanakan oleh guru dengan cara menganalisis data-data yang diperleh

selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk mengetahui perkembangan maupun

kelemahan ataupun kesalahan yang ada sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam

perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya.

C. Data dan Tehnik Pengambilan Data 1. Data

(45)

a. Data aktivitas belajar

Alasan mengapa data aktivitas belajar diambil karena merujuk pada penelitian yang

dilakukan yaitu melihat apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif yang dipilih

penulis berpengaruh pada peningkatan aktivitas belajar yang tentunya sangat berkaitan

dengan adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa.

b. Data hasil belajar

Yaitu berupa nilai-nilai siswa dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang diperoleh dari hasil

tes melalui kuis yang dilakukan pada setiap akhir siklus I,II,III.

2. Tekhnik Pengambilan Data a. Observasi

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan penelitian ini, maka penulis menggunakan

teknik observasi langsung. Teknik observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan langsung kepada objek (Ali. 1992:72). Observasi dibuat dalam

bentuk lembar observasi yang akan digunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas

belajar sehingga diketahui keefektifan dalam pembelajaran IPS yang tentunya akan

berdampak pada hasil belajar siswa.

Aktivitas belajar siswa yang akan diamati adalah :

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru

2. Membaca buku sejarah atau LKS

(46)

4. Bertanya kepada guru

5. Berdiskusi atau bertanya antar siswa dalam kelompok

6. Mempresentasikan hasil kerja kelompok

7. Merangkum hasil presentasi

b. Kuis/tes

Kuis/tes merupakan proses untuk menentukan hasil belajar sejarah siswa melalui kegiatan

penilaian/ pengukuran hasil belajar. Kuis dilakukan pada setiap akhir siklus I, II dan III.

Tujuan utama dilakukannya kuis adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang telah

dicapai setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sejarah. Kuis diberikan kepada siswa

berupa soal-soal yang terkait dengan materi yang telah dipelajari.

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data secara objektif yang tidak terekam

dalam lembar observasi. Catatan ini berupa catatan perilaku khusus siswa maupun

permasalahan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pelaksanaan langkah selanjutnya

serta masukan terhadap keberhasilan yang telah dicapai. Catatan lapangan ini diisi oleh

observer selama proses pembelajaran berlangsung.

d. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan data yang ada, seperti data nilai tes siswa

(47)

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas belajar sejarah

siswa, lembar guru dalam mengajar, perangkat kuis, angket dan catatan lapangan saat

pembelajaran berlangsung.

E. Tekhnik Analisis Data

Setelah data penelitian diperoleh, kemudian dilakukan analisis data untuk mengetahui aktivitas

dan hasil belajar sejarah siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan

menggunakan tekhnik kualitatif deskriptif.

F. Tehnik Penilaian

1. Aktivitas belajar sejarah siswa

Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, aktivitas belajar sejarah siswa akan diamati dan

dicatat dengan menggunakan lembar observasi dan kemudian dihitung berdasarkan

banyaknya indikator aktivitas yang dilakukan siswa.

Siswa yang dikategorikan aktif dalam mata pelajaran sejarah apabila lebih dari 60 %

indikator aktivitas belajar yang telah ditentukan dilakukan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan

kriteria yang dibuat oleh Arikunto ( 1998 :17) yaitu:

- 76-100 %, maka tingkat aktivitas belajar siswa sangat tinggi atau baik

- 56-75 %, maka tingkat aktivitas belajar siswa cukup baik

- 40-55 %, maka tingkat aktivitas belajar siswa kurang baik

(48)

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung aktivitas belajar siswa adalah sebagai

berikut :

a. Menentukan presentase aktivitas belajar siswa

% A = Na x 100%

N

Keterangan :

% A : presentase aktivitas belajar siswa

Na : banyaknya aktivitas belajar yang dilakukan siswa

N : banyaknya keseluruhan aktivitas yang telah ditentukan

(Sudjana, 2002:67)

b. Menentukan presentase jumlah seluruh siswa yang aktivitasnya baik pada setiap

pertemuan

% A = ∑A x 100 %

N

Keterangan:

% A : presentase seluruh siswa aktivitasnya baik pada setiap pertemuan

∑Na : jumlah seluruh siswa yang aktivitasnya baik pada setiap pertemuan

N : jumlah seluruh siswa

(49)

Untuk mengetahui hasil belajar sejarah siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran

kooperatif maka pada setiap akhir siklus diadakan kuis. Data hasil belajar sejarah siswa

diambil berdasarkan nilai rata-rata kuis dengan menggunakan rumus:

X = ∑ Ns

N

Keterangan :

X : Nilai rata-rata kelas

∑Ns : Jumlah nilai seluruh siswa

N : Jumlah seluruh siswa

Setelah nilai rata-rata kuis pada setiap akhir siklus diperoleh, selanjutnya ditentukan

presentase ketuntasan belajar seluruh siswa pada setiap siklus dengan menggunakan rumus :

% ST = ∑T x 100 %

N

Keterangan :

% ST ; persentasi siswa tuntas belajar

∑ T : jumlah seluruh siswa yang tuntas belajar

N : jumlah seluruh siswa

(50)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I, II dan III dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions sebagai alternatif

metode pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri I Way Lima pada kelas VIII.G dapat

disimpulkan bahwa :

Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatkan hasil belajar belajar siswa

kelas VIII.G SMP Negeri 1 Way Lima pada mata pelajaran IPS Sejarah dari siklus ke siklus.

Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 69, meningkat pada siklus II menjadi 75,75

dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 81. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari

siklus ke siklus. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 70%, meningkat pada

siklus II menjadi 80%, dan meningkat lagi pada siklus III menjadi 90%.

B. Saran

Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka untuk meningkatkan hasil belajar

perlu ditingkatkan pula aktivitas belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif Student

(51)

1. Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions dapat dijadikan

sebagai alternatif pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran kooperatif

Student Teams Achievement Divisions merupakan salah satu metode pembelajaran yang

efektif dan dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar IPS sejarah.

2. Guru sebaiknya memvariasikan metode pembelajaran sehingga suasana kelas tidak

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1984. Didaktik Metodik. CV Toha Putera. Semarang. 135 Halaman.

Ali, Mohammad.1992. Strategi Penelitian Pendidikan.Angkasa. Bandung. Bandung. 248 Halaman.

Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas Dan Siswa.CV Rajawali. Jakarta.142 Halaman.

………. 1998. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 310 Halaman.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran. Rieneka Cipta. Jakarta. 298 Halaman.

Djamarah, Syaiful Bahri. Dan Azwan Zain. 2002. Belajar Dan Pembelajaran . Rieneka Cipta. Jakarta. 252 Halaman.

Hamalik, Oemar.2001. Proses Belajar Mengajar.PT Bumi Aksara. Jakarta. 242 Halaman.

Ibrahim Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.65 Halaman.

Ibrahim R dan Nana Syaodih. 1996. Perencanaan Pengajaran. Rieneka Cipta. Jakarta.139 Halaman.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Alfabeta. Bandung. 112 Halaman.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Grasindo. Jakarta 95 Halaman.

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kopetensi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 266 Halaman.

(53)

Nurhadi dkk. 2004. Pembelajaran Konteks Tual (Contextual Teaching And Learning) Dan Penerapannya Dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang. 154 Halaman.

Roestiyah, N.K. 1989. Didaktik Metodik. Bumi Aksara Jakarta 110 Halaman.

Rusyan Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. CV Remaja Rosda Karya. Bandung. 297 Halaman.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta. 289 Halaman.

Sardiman, A.M. 2006. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 236 Halaman.

Slavin, Robert. 1990. Cooperative learning ; theory, reaserch an practice second edition. Allyn and ablcon publisher, Boston. 184 Halaman.

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Way Lima Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas / Semester : VIII / 1 (satu)

Standar Kompetensi : 2. memahami proses kebangkitan

Kompetensi Dasar : 2.1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperalisme Barat, serta pengaruh yang

ditimbulkannya di berbagai daerah Alokasi Waktu : 6 X 40 menit (3 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

• Mendiskripsikan kedatangan bangsa barat ke Indonesia sampai terbentuknya kekuasaaan kolonial

• Mengidentifikasi perkembangan kebijakan dan tindakan pemerintah kolonial

• Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat dalam menentang kolonialisme Barat diberbagai daerah

• Membaca dan membuat peta daerah-daerah persebaran agama kristiani, Islam, dan agama lainnya di Indonesia pada masa kolonial

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )

Rasa hormat dan perhatian ( respect )

Tekun ( diligence )

Tanggung jawab ( responsibility )

Ketelitian ( carefulness)

B. Materi Ajar

Proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat

(62)

perkembangan kebijakan dan tindakan pemerintah kolonial munculnya berbagai perlawanan

C. Metode Pengajaran*:

a. Ceramah bervariasi d. Tanya jawab b. Diskusi e. Simulasi

c. Inquiri f. Observasi / Pengamatan

D. Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan 1 dan 2

Materi :

kedatangan bangsa barat ke Indonesia sampai terbentuknya kekuasaaan kolonial perkembangan kebijakan dan tindakan pemerintah kolonial

Pendahuluan :

 Memeriksa kehadiran siswa, kebersihan dan kerapihan kelas

 Memberikan motivasi kepada siswa agar siap dalam mengikuti pembelajaran  Apersepsi ( pengetahuan prasarat ) :

- Tuhan menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan menghargai. Oleh karena itu, kita sangat dilarang untuk saling menindas dan menjajah. Penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia sehingga harus dilawan.

Kegiatan Inti : Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Membaca referensi tentang kedatangan bangsa barat ke Indonesia sampai terbentuknya kekuasaaan kolonial

 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan  memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau

(63)

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

 memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

 Mendiskusikan perkembangan kebijakan dan tindakan pemerintah kolonial

 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;

 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;

 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

 bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

 Membuat kesimpulan bersama-sama dari hasil diskusi

(64)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Menurut Encyclopedia of Social Sciences, warisan adalah harta benda orang mati yang diberikan kepada orang hidup, dan terdapat dalam suatu bentuk dimana lembaga harta benda

Skripsi Berjudul: Analisis Usahatani Minapadi dan Non Minapadi serta Prospek Pengembangan Usahatani Minapadi Di Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember

[r]

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata

[r]

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya di Bidang Manajemen Perdagangan. Fakultas Ekonomi

Sedangkan kausalitas Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Hutang Luar Negeri (HLN) nilai Error Correction Term (ECT) model 2 sebesar 0.434919, sehingga model ECM02 yang dipakai dalam