• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

with the participation of housewife in the posyandu

(studies in village langkapura district langkapura, Bandar Lampung)

By

Desty Mandriana

Posyandu is a vehicle for channeling the aspirations of the community in the areas of health and family planning and other development sectors to achieve a goal, then the role of women especially housewife are required in order to participate.

This study aims to determine the relationship between the level of education, level of income and level of communication with the participation of housewife in the neighborhood health center activities. The study was conducted in the Village District of Langkapura Langkapura Dublin, this type of research is Quantitative Research. The population in this study is houswife who have children under five stairs totaling 230 housewife. The sampling technique was done by using quota sampling so that the sample used 46 mothers households or 20% of the number of members of the population.

Research addressing that there is a significant relationship between the level of education of respondents with participation in activities posyandu. There was no significant relationship between respondents' income level with participation in activities posyandu. There is a significant relationship between the level of communication with the respondents' participation in activities posyandu.

With its proven this research, we should be able to instill that mothers participating housewife in each activity is needed to support the success of a development, especially in the field of health.

(2)

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

Oleh

DESTY MANDRIANA

Posyandu merupakan wahana penyaluran aspirasi masyarakat di bidang kesehatan dan Keluarga Berencana serta bidang pembangunan lainnya untuk mewujudkan suatu tujuan, maka peranan wanita khususnya ibu rumah tangga dituntut agar dapat turut berpartisipasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu. Penelitian dilakukan di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar Lampung, tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita yang berjumlah 230 ibu rumah tangga. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik quota sampling sehingga sampel yang digunakan 46 ibu-ibu rumah tangga atau 20% dari jumlah anggota populasi.

Hasil Penelitian menujukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat komunikasi responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

Dengan terujinya penelitian ini, sebaiknya dapat kita tanamkan bahwa keikutsertaan ibu-ibu rumah tangga dalam setiap kegiatan sangat diperlukan guna menunjang berhasilnya suatu pembangunan khususnya di bidang kesehatan.

(3)

Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga

Dalam Kegiatan Posyandu

(Studi di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura, Bandar Lampung)

OLEH

DESTY MANDRIANA

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

Halaman

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan ...8

B. Tingkat Pendidikan ...11

C. Tingkat Pendapatan ...16

D. Tingkat Komunikasi ...19

E. Partisipasi lbu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu ...21

F. Hubungan Konseptual antar Variabel ...27

G. Skematika Hubungan Antar Variabel ...33

(7)

B. Definisi Konseptual ...37

C. Definisi Operasional Variabel ...37

D. Populasi Penelitian ...45

E. Sampel dan Tehnik Sampling ...45

F. Teknik Pengumpulan Data ...46

G. Teknik Pengolahan Data ...48

H. Tehnik Analisa Data ...49

I. Penentuan Skor Jawaban ...50

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA A. Sejarah Singkat Kelurahan Langkapura ...51

B. Keadaan Umum ...52

C. Kependudukan ...53

D. Pemerintahan ...57

E. Sarana dan Prasarana ...57

F. Kegiatan PKK Kelurahan Langkapura ...58

G. Perangkat Kelurahan ...58

H. Aparat Kelurahan Lainnya ...58

I. Organisasi Masyarakat Lainnya ...58

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...59

(8)

B. Saran ...88 Daftar Pustaka

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 1 Tingkat Umur Responden...59

2. Tabel 2 Tingkat Pendidikan Responden...60

3. Tabel 3 Tingkat Pendapatan Keluarga Respoden...62

4. Tabel 4 Tingkat Komunikasi Penelitian...63

5. Tabel 5 Tingkat Partisipasi Responden Dalam Kegiatan Posyandu...64

6. Tabel 6 Tingkat Pendidikan dan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu...66

7. Tabel 7 Tingkat Pendapatan dan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu...67

(10)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Pembangunan manusia seutuhnya tidak dapat terlepas dari seluruh segi kehidupan keluarga dimana ia berada. Hal ini kita lakukan melalui pembangunan di segala sektor dalam tahapan demi tahapan, dengan harapan dapat membuahkan manusia Indonesia yang utuh.

(11)

untuk berpartisipasi aktif, hal ini agar pembangunan itu dapat berjalan dengan baik, dan dengan demikian tujuan pembangunan dapat tercapai dengan baik pula sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu bentuk nyata dari kegiatan PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) melalui wadah penggerak LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa) adalah dibentuknya Pos pelayanan Terpadu (Posyandu) oleh masyarakat dengan dibantu oleh petugas kesehatan. Kegiatan upaya kesehatan dalam ruang lingkup PKMD diselenggarakan oleh kader atau tenaga yang dipilih dan dibiayai oleh masyarakat serta diberi latihan-latihan yang memadai agar mampu melakukan hal-hal yang sederhana tetapi bermanfaat sesuai dengan prioritas dan kondisi masyarakat.

Usaha penyelenggaraan posyandu KB Kesehatan pada dasarnya merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan yang juga selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan yaitu menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Salah satu ilmu yang dikaitkan dengan kesehatan dan mempelajari atau mengkaji masalah makanan disebut ilmu gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Ahmad Djaeni, 1987).

(12)

kelompok bayi dan balita. Oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita). Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut, dan masing-masing ahli mempunyai argumentasi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.

Studi-studi telah menguji berbagai pengukuran status gizi dan membuat berbagai rekomendasi. Waterlow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna bagi pengukuran seri untuk anak dibawah 1 tahun.

Selanjutnya melalui posyandu KB-Kesehatan, masyarakat sekaligus dapat memperoleh pelayanan dasar paripurna dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan, karena pos pelayanan terpadu merupakan bentuk operasional dari keterpaduan KB-Kesehatan, dimana terdapat pertemuan antara pelayan profesional (kader) yang diselenggarakan atas usaha masyarakat.

(13)

mencakup aspek yang sangat luas yang tidak mungkin secara terus-menerus menjadi beban pemerintah. Dari tahun ke tahun masyarakat harus di arahkan dari obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan. Untuk itu partisipasi masyarakat senantiasa ditingkatkan khususnya peranan ibu rumah tangga dalam keluarga seperti ditegaskan oleh presiden tanggal 24 Agustus 1983 dalam surat keputusan Menteri Negara. Urusan Peranan Wanita No 10/KSP/MEN UPW/VIII /1983 yang berbunyi sebagai berikut:

Dalam mendorong, menggerakkan dan menggairahkan masyarakat untuk pembangunan itu, perhatian besar perlu terus-menerus diberikan kepada kaum wanita. Tanpa ikut sertanya kaum wanita, maka pembangunan kita akan berjalan pincang, Peranan kaum wanita itu besar, maupun karena peranannya sebagai ibu yang juga besar dalam keluarga.

Dengan konsepsi seperti di atas berarti dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat khususnya kaum wanita di tuntut pula untuk berpartisipasi aktif, hal ini agar pembangunan itu dapat tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam kenyataannya di masyarakat, sering kita jumpai seseorang atau sekelompok orang yang belum pernah mendapatkan penyuluhan dari petugas kesehatan/kader kesehatan tetapi ia turut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang diadakan oleh kader kesehatan tersebut.

(14)

tetap ia aktif mengadakan komunikasi baik itu secara langsung kepada petugas kesehatan atau kepada kader kesehatan desa maupun secara tidak langsung melalui media massa, maka ia akan mengerti akan manfaat kesehatan. Dan dengan demikian maka ia akan turut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu yang ada dalam wilayahnya.

Sehubungan dengan partisipasi atau keikutsertaan masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar Lampung, terdapat 230 lbu rumah tangga yang mempunyai anak balita dan memiliki 6 Posko Posyandu. (Kantor Kelurahan Setempat).

Penulis ingin mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.

(15)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah tingkat pendidikan mempunyai hubungan positif dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.

2. Apakah tingkat pendapatan keluarga mempunyai hubungan positif dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.

3. Apakah tingkat komunikasi ibu rumah tangga mempunyai hubungan positif dengan partisipasi mereka dalam kegiatan posyandu.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat komunikasi dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.

(16)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukkan bagi instansi terkait dari posyandu-posyandu yang ada di wilayah penelitian.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi wanita khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pembangunan kesehatan keluarga ataupun kesehatan masyarakat.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

1. Usia

(18)

2. Jenis kelamin

Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

3. Pendidikan

Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.

4. Pekerjaan dan penghasilan

(19)

Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan. Menurut Holil (1980: 10) ada 4 poin yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat yang berasal dari luar/lingkungan, yaitu:

1. Komunikasi yang intensif antara sesama warga masyarakat, antara warga masyarakat dengan pimpinannya serta antara sistem sosial di dalam masyarakat dengan sistem di luarnya;

2. Iklim sosial, ekonomi, politik dan budaya, baik dalam kehidupan keluarga, pergaulan, permainan, sekolah maupun masyarakat dan bangsa yang menguntungkan bagi serta mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat;

3. Kesempatan untuk berpartisipasi. Keadaan lingkungan serta proses dan struktur sosial, sistem nilai dan norma-norma yang memungkinkan dan mendorong terjadinya partisipasi sosial;

(20)

B. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup manusia yang juga merupakan cara untuk mengubah keadaan manusia, untuk meningkatkan taraf hidupnya, menyehatkan pandangan hidupnya dan merupakan pembangunan fisik dan mental.

Pendidikan juga berarti sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantoro). Menurut M. Noor Syam, bahwa pendidikan mempunyai beberapa pengertian, yaitu :

1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan menimba potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, cipta dan budi nurani) dan Jasmani (panca lndera serta keterampilan-keterampilan).

(21)

3. Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya.Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1980:7).

Sedangkan dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR 1973, dikatakan bahwa sebagai berikut:

“Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk Mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu agar pendidikan dapat dimiliki seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing perorangan, maka pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat di tarik suatu pengertian bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dari manusia untuk mengembangkan kepribadiannya dan kemampuannya, di dalam dan di luar sekolah.

Menurut Santoso. S. Hamijoyo adalah sebagai berikut:

“Pendidikan adalah suatu proses yang diusahakan dengan sengaja dalam masyarakat untuk mendidik, membina, membangun individu dalalm lingkungan sosial dan alamnya supaya secara bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong kearah perubahan dan kemajuan (Santoso S. Hamijoyo, 1977:12).

(22)

Jadi penyelenggaraan pendidikan itu diutamakan untuk membentuk manusia pembangunan yang memiliki kecakapan, keterampilan yang sesuai dengan keperluan pembangunan. Sehingga hasil pendidikan dapat berguna dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat hidup. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan tercermin dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka seseorang akan semakin maju dalam segala hal, temasuk dalam kemampuan berfikirnya. Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki oleh ibu rumah tangga dalam praktek kehidupannya akan terlihat adanya keseimbangan.

Pendidikan itu sendiri rnemiliki jenjang/tingkatan yang didasarkan pada ijazah terakhir yang telah dimilik seseorang dalam hal ini yaitu ibu-ibu rumah tangga. Adapun jenjang/tingkatan itu seperti :

a. Pendidikan sekolah dasar

(23)

3. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan erat hubungannya dengan tujuan negara pendorong untuk kemajuan suatu bangsa terutama tentukan oleh peranan pendidikan di negara itu sendiri didalam Tap MPR No. II /MPR/1983 Ditegaskan bahwa :

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Esa kecerdasan, keterampilan, memperingati budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembanguan bangsa.

Dengan demikian jelaslah bahwa tujuan negara dan tujuan pendidikan itu erat sekali hubungannya dan tidak saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Adapun tujuan negara indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan dilain pihak tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia Pancasila yang dapat membangun dirinya sendiri dan masyarakat Indonesia.

(24)

Sebagai makhluk individu ia harus dikembangkan menjadi manusia yang susila dan sebagai makhluk sosial ia harus menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

4. Fungsi Pendidikan Dalam Masyarakat

Sejak seseorang itu lahir ia telah mempunyai sifat-sifat keturunan, tetapi ia tidak berdaya dan tidak mampu baik secara fisik maupun mental karena yang ada baru merupakan benih yang perlu dikembangkan. Semua anggota jasmaninya membutuhkan bimbingan untuk pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan iramanya masing-masing sampai suatu saat nanti mereka mampu membimbing dirinya sendiri. Dengan demikian pendidikan sangatlah penting karena selain untuk mengembangkan diri juga supaya dapat berfikir dan berprilaku lebih maju dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.

(25)

Manusia terdidik adalah pemegang nilai-nilai dan norma-norma kehidupan, untuk dapat meningkatkan kemajuan dan perbaikan dalam suatu masyarakat maka diperlukan suatu teknologi, agar dapat memahami dan menggunakan teknologi bersebut maka dibutuhkan pendidikan baik formal maupun informal.

Pendidikan merupakan pondasi dari segala-galanya, oleh sebab itu pendidikan sangat perlu bagi manusia yang mana merupakan suatu proses pewarisan alih generasi berupa percakapan, keterampilan, pengalaman dan pengetahuan kepada generasi berikutnya agar dapat hidup dalam pergaulan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Soegarda Poerbakawatja yang menyebutkan bahwa : “Pendidikan merupakan segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi kehidupannya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya” (1980 :11).

(26)

C. Tingkat Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan, perolehan. Jika kita berbicara masalah pendapatan maka kita berasosiasi kepada apa yang disebut hasil. Pendapatan yang dimaksud adalah yang ada berhubungannya dengan masalah hasil, seperti halnya dengan income, pendapatan juga merupakan arus kesempatan untuk membuat pilihan-pilihan diantara berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber yang langka (Masri Singarimbun dan DH. Penny, 1984:40). Pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan keluarga dalam satu bulan yang mana pendapatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Adapun pengertian pendapatan keluarga atau pendapatan rumah tangga dapatlah disimak dari kutipan sebagai berikut :

Dapatlah dikatakan juga bahwa pendapatan rumah tangga merupakan jumlah keseluruhan dari pendapatan formal, pendapatan informal dan pendapatan subsisten. Pendapatan formal ialah penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok, Pendapatan informal adalah penghasilan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan diluar pekerjaan pokoknya. Pendapatan subsisten ialah penghasilan yang diperoleh dari sektor produksi yang dinilai dengan uang (Mulyanto Sumardi- & Hans Dieter Evers, 1985 : 323)

(27)

Dengan demikian jelaslah tinggi atau rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga sangat menentukan sekali bagi terpenuhinya kebutuhan hidup di dalam rumah tangga tersebut.

Menurut I. Gusti Swalem mengernukakan sebagai berikut :

“Besarnya hasil perkapita mempengaruhi ketenangan anggota desa untuk diajak membangun. Penghasilan perkapita yang besar berpengaruh kepada pendidikan anak-anaknya. Mereka tidak dikejar-kejar oleh rasa kekurangan sandang dan pangan. tetapi apabila sebaliknya, daerahnya sempit, penghasilkan kurang, sehari-hari tidak cukup, jangankan mengharapkan pembangunan akan berjalan lancar”. (Made wahyu suteja & I Gusti Ketut Swalem, 1981 : 59).

Dari kutipan di atas, dapatlah diketahui bahwa tingginya tingkat pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga sangat memberikan peluang kepada seluruh anggota rumah tangga untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan.

(28)

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:

1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan

D. Tingkat Komunikasi

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu:

1. Adanya kontak sosial 2. Adanya komunikasi

(29)

Contohnya dengan perkembangan tekhnologi maka orang dapat berhubungan melalui telepon, radio, surat kabar, dan lain-lain. Namun yang dimaksud dengan kontak media massa di dalam penelitian ini adalah hubungan seseorang dengan media komunikasi massa.

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan disalurkan dari sumber kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide-ide dari sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku penerima (Everet M. Rogers, F. Floyd Shoemaker, 1986: 27).

Sedangkan menurut Carl L. Hovland,

“communication as the process by wich.an individual the comunication) transmits stimuly (usualy-verbal symbol) to modify the behavior of the other individuals (comunicateer)”.

Artinya,

Komunikasi adalah merupakan proses bagaimana sesorang menyampaikan rangsangan (yang biasinya berupa lambang-lambang dalam bentuk kata-kata), guna merubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan) “ (Onong U. Effendi, 1981: 12).

(30)

Dalam proses komunikasi ini ada dua macam, yaitu komunikasi secara langsung antara dua orang atau komunikasi tatap muka, misalnya: pertemuan kelompok. Namun ada pula yang terjadi secara tidak langsung, atau dengan kata lain melalui media, dimana media tersebut memungkinkan dapat menghubungkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar yang dapat menembus batasan waktu dan ruang, disebut sebagai media komunikasi massa atau media massa sebagai contohnya radio, film, surat kabar, dan sebagainya (Everett Rogers & F, Floyd Shoemaker, 1986:118).

Dengan demikian yang dimaksud dengan kontak dengan media komunikasi massa dalam penelitian ini adalah kedalaman atau intensifnya seseorang berhubungan dengan media komunikasi massa.

2. Diagram Proses Komunikasi

SUMBER pesan saluran PENERIMA

Umpan balik

E. Partisipasi lbu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

1. Pengertian Partisipasi

(31)

Dengan demikian berarti keikutsertaan tersebut bukanlah hanya sekedar ikut aktif secara tidak menentu, tetapi benar-benar ikut membantu kelancaran dari suatu aktivitas dalam menjalankan atau melaksanakan program tertentu dalam usaha mencapai cita-cita bersama. Selain itu juga partisipasi menunjukkan adanya suatu gejala kehidupan demokratis di dalam masyarakat ataupun pemerintahan.

Menurut Soegarda Poerbakawatja, pengertian partisipasi yaitu:

Partisipasi adalah suatu gejala demokratis dimana orang diikut sertakan didalam perencanaan serta pelaksanaan suatu gejala yang berpusat kepada kepentingan dalam ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan atau tingkat kewajibannya. Partisipasi ini terjadi baik dibidang fisik maupun di bidang mental, serta bidang-bidang penentuan kebijaksanaan " (1976: 09).

(32)

Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces).

Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.

Sehingga ada kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni:

a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi adanya stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku. Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi.

b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi adanya stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut.

2. Jenis-Jenis Partisipasi

Yang dimaksud jenis partisipasi yakni macamnya sumbangan yang diberikan orang atau kelompok yang berpartisipasi. Disini diperinci menurut jenis-jenisnya yakni sebagai berikut :

(33)

2. Partisipasi tenaga, artinya besarnya tenaga masyarakat dapat dibuktikan oleh berbagai bentuk hasil kerja manusia yang nampak dengan jelas jadi anggota yang menyumbangkan tenaganya dalam proses mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Partisipasi harta benda, yang diberikan anggota dalam berbagai kegiatan demi kelancaran pelaksanaan program yang telah ditetapkan anggota dalam rangka usaha mencapai tujuan yang diinginkan.

4. Partisipasi kemahiran dan keterampilan, yaitu apapun yang disumbangkan dalam bentuk keterampilan dan kemahiran demi usaha mencapai-tujuan yang diinginkan.

5. Partisipasi sosial, yaitu yang diberikan anggota sebagai tanda keguyuban, misalnya turut melayat orang meninggal, turut berkoperasi dan sebagainya. (Santoso S. Hamijoyo & A. Iskandar, 1974 :6).

(34)

Adapun dimensi-dimensi partisipasi adalah sebagai berikut:

a. Partisipasi dalam proses penentuan arah strategi dan kebijaksanaan dalam rangka usaha-usaha mencapai tujuan.

b. Partisipasi dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan.

c. Partisipasi dalam memetik hasil dan manfaat dari usaha-usaha yang telah dilakukan (Santoso S. Hamijoyo & A. Iskandar, 1974:11).

Dalam usaha menumbuhkan partisipasi, dilaksakan penerangan, pengarahan, bimbingan dan pembinaan terhadap masyarakat mengenai arti dari pada keikut sertaan mereka, serta menyelenggarakan komunikasi sosial yang memungkinkan terjadinya dialog yang luas, bebas, jujur, terbuka dan bertanggung jawab.

3. Pengertian Posyandu

(35)

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus memperlancar pelayanan kesehatan secara terpadu (Dinas kesehatan, 1987 : 11). Dengan pengertian di atas berarti posyandu adalah upaya pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana secara terpadu yang berasal dari masyarakat, untuk masyarakat, dan oleh masyarakat, bila perlu dibantu oleh petugas, dijiwai oleh semangat gotong royong dan musyawarah mufakat untuk mencapai kemandirian.

4. Tujuan Diadakannya Posyandu

Kegiatan keterpaduan diwujudkan dalarn bentuk pos pelayanan terpadu semua posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Dalam pengembangannya posyandu dapat dibina menjadi satu forum komunikasi dan pelayanan di masyarakat.

Adapun posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka

kelahiran.

b. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

(36)

Dengan demikian posyandu merupakan wahana penyaluran aspirasi masyarakat di bidang kesehatan dan Keluarga berencana serta bidang pembangunan lainnya untuk mewujudkan suatu tujuan maka peranan wanita khususnya ibu rumah tangga dituntut agar dapat turut berpartisipasi di setiap kegiatan, dalam hal ini khususnya kegiatan posyandu karena dengan semakin aktifnya ibu-ibu dalam kegiatan posyandu maka semakin banyak pengetahuan yang ibu peroleh, dalam hal ini pengetahuan tentang kesehatan.

Namun demikian partisipasi tersebut tidak bersifat pasif, dalam arti ibu hanya sekedar hadir dalam kegiatan tersebut. Misalnya saja dalam kegiatan penyuluhan, sebaiknya ibu dapat aktif mengikutinya dimana ibu-ibu dapat mengeluarkan sumbangan pikiran dalam arti ibu-ibu dapat bertanya dan ibu dapat memberikan masukan-masukan untuk posyandu tersebut. Dengan demikian maka pihak petugaspun merasa senang, karena ibu-ibu aktif mengikutinya.

Selain kegiatan penyuluhan tersebut, ibu-ibu dapat memanfaatkan posyandu sebagai upaya pelayanan kesehatan secara terpadu. dimana dalam kegiatannya tidak hanya memberikan penyuluhan saja tetapi juga memberikan pelayanan imunisasi dan pemberian penambahan gizi pada anak balita.

(37)

Dengan demikian semakin aktif ibu-ibu mengikuti kegiatan tersebut, maka akan menambah pengetahuan, pengalaman yang ibu peroleh. Dan dengan demikian ibu akan mengerti akan akan sehat dan selanjutnya ibu akan selalu membiasakan diri untuk selalu hidup sehat.

F. Hubungan Konseptual antar Variabel

1. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

Menurut R. A. Santoso Sastropoetror't bahwa keikutsertaan seseorang, dalam suatu kegiatan tertentu akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, ( 1988 : 22). Hal ini disebabkan karena pendidikan memberikan pengetahuan-pengetahuan baru yang didasarkan pada pemikiran rasional, sehingga hal ini akan merubah sikap seseorang. Jadi pendidikan itu sndiri merupakan proses pembinaan pengetahuan sikap dan perbuatan manusia dalam rangka mempengaruhi dan merubah pergetahuannya sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian maka paitisipasi seseorang dalam suatu kegiatan berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

(38)

Tetapi ada pula mereka yang rendah tingkat pendidikannya namun pengetahuan tentang posyandu cukup, maka mereka akan cenderung tinggi pula partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

Pendidikan juga merupakan sarana untuk meningkatkan motivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Semakin tinggi pendidikan yang sudah dilalui tentu akan memberikan dampak positif terhadap partisipasi masyarakat.

Rendahnya pemahaman menyebabkan kurangnya partisipasi. Tinggi rendahnya partisipasi disebabkan oleh kesadaran dirinya seperti dari cara berfikir, pengaruh kemauan, pertimbangan dan lainnya. Semua pengaruh dari dalam dirinya ini sangat terkait dengan ilmu yang dimiliki melalui pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

Teori Koneksionisme

(39)

2. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

Tinggi Rendahnya pendapatan yang diperoleh suatu rumah tangga sangat berhubungan sekali bagi terpenuhinya kebutuhan hidup di dalam rumah tangga tersebut.

Adapun kebutuhan hidup yang paling utama dan sedapat mungkin, harus terpenuhi adalah kebutuhan pokok. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Samir Ridwan dan Torkel Arfthan, yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah meliputi: (1) Makanan, (2) Pakaian, (3) Perumahan, (4) Kesehatan, (5) Pendidikan, (6) Air dan Sanitasi, (7) Transportasi, (8) Partisipasi (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers , 1985 2) .

Dari rincian kebutuhan pokok di atas, dengan ditempatkannya partisipasi kedalam salah satu bagian tersebut berarti partisipasi merupakan suatu hal yang sedapat mungkin harus terpenuhi di dalam rumah tangga, hal ini tentunya sangat tergantung dari tinggi atau rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh rumah tangga yang bersangkutan.

(40)

Apabila kita berbicara tingkat pendapatan dan partisipasi, maka mereka yang berpendapatan tinggi cenderung tinggi pula partisipasinya dalam kegiatan posyandu dan sebaliknya mereka yang berpendapatan rendah maka mereka cenderung rendah pula partisipasinya. Dan jelaslah bahwa tingkat pendapatan rumah tangga akan berhubungan dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

Teori (Milton Friedman)

Teori ini disampaikan oleh Milton Friedman. Menurut teori ini pendapatan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income) dengan definisi sebagai berikut:

1) Pendapatan permanen ialah pendapatan yang orang harapkan untuk terus bertahan di masa depan.

2) Pendapatan sementara ialah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.

Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.

3. Hubungan Tingkat Komunikasi Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

(41)

Dengan demikian berarti bahwa media komunikasi massa berhubungan dengan sikap seseorang. Sebab dengan adanya komunikasi pada seseorang, maka berarti ia menerima informasi-informasi baru dan dengan adanya informasi-informasi tersebut setidaknya dapat meluaskan pandangan individu, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung dengan semakin banyaknya informasi yang didapat, maka semakin luas pandangannya dan ada kecenderungan pula untuk bersikap terbuka pun semakin meningkat.

Dengan demikian ada kecenderungan khususnya ibu-ibu rumah tangga yang banyak (tinggi) melakukan komunikasi, khususnya mengenai masalah kesehatan dan posyandu serta banyak pula pembaca atau mendengarkan media komunikasi lainnya maka akan lebih tinggi pula tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu di wilayah penelitian.

Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.

(42)

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dapat dilanjutkan kepada proses berikutnya.

c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

G. Skematika Hubungan Antar Variabel X1

X2 Y

(43)

Keterangan Dimana :

X1 adalah variabel pengaruh “Tingkat pendidikan”, Tingkat Pendidikan mempunyai hubungan dengan partisipasi. semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

X2 adalah variabel pengaruh “Tingkat pendapatan” Tingkat Pendapatan mempunyai hubungan dengan partisipasi seseorang semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

X3 Adalah variabel pengaruh "Tingkat Komunikasi” semakin tingkat komunikasi ibu rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu.

Y Adalah variabel terpengaruh, partisipasi ibu Rumah Tangga dalam kegiatan posyandu.

H. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapatlah ditarik suatu jawaban sementara terhadap permasalahan sebagai berikut :

“Ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat

(44)

Dengan hipotesa kerja sebagai berikut :

1. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan mempunyai hubungan Positif terhadap partisipasinya dalam kegiatan posyandu. 2. Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga maka akan mempunyai

hubungan positif terhadap partisipasinya dalam kegiatan posyandu. 3. Tingginya tingkat komunikasi ibu rumah tangga, maka akan mempunyai

(45)

III.

METODOLOGI

PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, (2003:14).

Menurut Creswell (1944: 1-2), Metode Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar.

(46)

B. Definisi Konseptual

Menurut Masri Singarimbun dan sofian effendi (2002:66), definisi konseptual merupakan pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoprasikan konsep tersebut di lapangan. Berdasarkan pengertian tersebut maka definisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan menimba potensi-potensi pribadinya yaitu rohani (pikir, karsa, cipta dan budi nurani) dan Jasmani (panca lndera serta keterampilan-keterampilan).

2. Pendapatan adalah penghasilan, perolehan, Jika kita berbicara masalah pendapatan maka kita berasosiasi kepada apa yang disebut hasil.

3. Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan dioperkan dari sumber kepada penerima.

4. Partisipasi berarti ikut serta yang dimaksud ikut serta disini adalah ikut sertanya seseorang, sekelompok orang atau masyarakat didalam suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Tingkat Pendidikan

(47)

Dalam hal ini yaitu pendidikan yang pernah ditempuh oleh ibu-ibu rumah tangga dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Menurut Undang-Undang no.2 tahun 1999 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengukuran tingkat pendidikan formal digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu:

1. Tingkat pendidikan sangat tinggi, yaitu minimal pernah menempuh pendidikan tinggi.

2. Tingkat pendidikan tinggi, yaitu pendidikan SLTA/sederajat. 3. Tingkatan pendidikan sedang, yaitu pendidikan SMP/sederajat. 4. Tingkat pendidikan rendah, yaitu pendidikan SD/sederajat.

2. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan adalah besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima seseorang dalam jangka waktu satu bulan, baik berupa pensiun ataupun berupa imbalan jasa dari suatu pekerjaan pokok dan sampingan. Tingkat pendapatan tersebut dapat diukur dengan besarnya penghasilan yang diterima oleh keluarga dalam jangka waktu satu bulan.

Berdasarkan penggolongannya, Badan Pusat Statistik (BPS, 2008) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah:

1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

(48)

3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan

3. Tingkat Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses dimana pesan-pesan dioperkan dari sumber kepada penerima. Dalam proses komunikasi ini ada yang terjadi secara langsung antara dua orang atau lebih yang melibatkan tatap muka dan ada juga cara berlangsung atau dengan kata lain melalui suatu media.

a. Konsep Komunikasi

William I. Gorden juga mengemukakan pendapatnya tentang fungsi komunikasi secara lebih khusus. William membagi fungsi komunikasi ke dalam empat kelompok, yakni komunikasi sosial, ekspresif, ritual, dan instrumental.

1. Fungsi Pertama : Komunikasi Sosial

Orang yang tidak pernah berkomunikasi, dapat dipastikan akan “tersesat” karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu

(49)

Dengan kata lain, fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.

2. Fungsi Kedua : Komunikasi Ekspresif

Komunikasi ekspresif bertujuan untuk mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaa tersebut dikomunikasikan ke dalam bentuk pesan-pesan nonverbal maupun verbal. Pesan-pesan itu yang akhirnya menjadi sebuah karya seni, diantaranya adalah lagu, syair, tarian lukisan, dll.

3. Fungsi Ketiga : Komunikasi Ritual

(50)

4. Fungsi Keempat : Komunikasi Instrumental

Komunikasi instrumental memiliki tujuan umum : menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, merubah perilaku serta menggerakkan tindakan. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tujuan tersebut merujuk pada sifat persuasif atau membujuk. Komunikasi yang memberitahukan atau dapat disebut komunikasi satu arah, mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa komunikator menginginkan komunikan mempercayai bahwa informasi yang di sampaikannya akurat dan layak diketahui.

Sebagai instrumen. Komunikasi tidak saja dapat membangun hubungan yang baik, tetapi juga dapat untuk menghancurkan hubungan itu sendiri. Karenanya, studi komunikasi membuat kita menjadi lebih peka terhadap strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.

b. Jenis-Jenis Komunikasi

(51)

Definisi secara umum, komunikasi verbal adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan cara lisan, sedangkan komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan dengan gerakan atau bahasa tubuh.

1. Komunikasi Verbal

Suatu sistem kode verbal verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengombinasikan simbol-simbol tersebut, yang di gunakan dan di pahami suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas kehidupan kita. Konsekuensinya, kata-kata merupakan abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili kata-kata tersebut.

2. Komunikasi Nonverbal

(52)

a. Komunikasi visual

Berupa penyampaian pesan dalam bentuk gambar-gambar, simbol-simbol, grafik-grafik, lambang atau bahkan sebuah gerak gerik.

b. Komunikasi sentuhan

Berupa penyampaian pesan dalam bentuk sentuhan, rabaan, colekan dan sebagainya. Komunikasi sentuhan juga dikenal dengan sebutan hipotik.

c. Komunikasi gerakan tubuh

Berupa penyampaian pesan dalam bentuk kinesik atau gerakan tubuh yang bersifat nonverbal. Seperti kontak mata, ekspresi, isyarat dan kontak tubuh.

d. Komunikasi lingkungan

Lingkungan dapat memiliki pesan tertentu bagi orang yang melihat atau merasakannya. Seperti jarak, ruang, temperatur dan warna.

Tingkat komunikasi disini dapat diukur dengan frekuensi melakukan kontak dari tujuan rnelakukan kontan :

(53)

Berdasarkan tingkat komunikasi tersebut, maka penulis menggolongkannya sebagai berikut:

a. Jika ia tidak pernah datang mendengarkan penyuluhan dan tidak pernah mencari informasi, baik itu melalui media masa atau kepada mereka yang mengerti tentang kesehatan digolongkan rendah.

b. Jika ia sering datang mendengarkan penyuluhan di posyandu saja, digolongkan sedang.

c. Jika ia selalu hadir mendengarkan setiap ada penyuluhan dan ia selalu berusaha mencari informasi digolongkan tinggi.

4.Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Kegiatan Posyandu

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu. Namun keikutsertaan tersebut bukan hanya sekedar pasif, tetapi benar-benar ikut membantu menjalankan atau melaksanakan program tertentu dalam usaha mencapai cita-cita bersama.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis menggolongkannya sebagai berikut: 1. Apabila ia 5 bulan sekali / tidak pernah hadir dalam kegiatan posyandu

(54)

2. Apabila ia 2 bulan sekali / sering hadir dalam kegiatan posyandu dan sering menyumbangkan tenaga, pikiran, harta benda dan partisipasi sosial lainnya, maka ia digolongkan mempunyai tingkat partisipasi yang sedang.

3. Apabila ia selalu hadir dalam kegiatan posyandu setiap bulan dan selalu aktif menyumbangkan tenaga, pikiran, harta benda atau partisipasi sosial lainnya maka ia digolongkan mempunyai partisipasi yang tinggi.

D. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita yang berada di kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura. Ternyata jumlah ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita adalah 230 ibu rumah tangga. Dengan demikian jumlah anggota populasi adalah sebanyak 230 ibu rumah tangga (Kantor kelurahan Langkapura).

E. Sampel dan Tehnik Sampling

Penetapan jumlah sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah dengan mengambil pendapat dari suharsini Arikuntoro yang mengatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua. Sedangkan apabila jumlah subyeknya besar diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.

(55)

Dalam praktek penelitian sering dijumpai populasi yang tidak homogen. Makin heterogen suatu populasi makin besar pula perbedaan sifat antara lapisan-lapisan tersebut. Presisi dan hasil yang dapat dicapai dengan menggunakan suatu metode pengambilan sampel, antara lain dipengaruhi oleh derajat keseragaman populasi yang bersangkutan. Untuk dapat menggambarkan secara tepat mengenai sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan (strata) yang seragam, dan dari setiap lapisan dapat diambil secara acak. Dalam sampel berlapis, peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.

Oleh karena itu Tehnik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling, dengan langkah-langkah sebagai berikut. :

1. Membagi populasi kedalam sub-sub populasi menurut tingkat pendidikannya.

2. Selanjutnya dari setiap sub populasi tadi diambil sub sampel.

3. Sub sampel tadi ditarik dengan cara random yang menggunakan undian sehingga apabila sub sempel dari setiap kategori tingkat pendidikan itu terjamin, akan menjadi sampel dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

(56)

1. Observasi Langsung

Teknik ini digunakan untuk mengamati secara langsung dilapangan dengan mencatat secara sistematis terhadap komponen-komponen yang sedang diteliti yaitu data mengenai partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu.

2. Wawancara Mendalam

Dengan melakukan wawancara secara tatap muka. Dalam wawancara tersebut berdasarkan pedoman pada pedoman yang telah disusun sedemikian rupa, sehingga jawaban yang diberikan oleh responden akan langsung dicatat.

3. Dokumentasi

Dengan mengarnbil data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada, seperti dokumentasi tentang monografi kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura Bandar Lampung.

2. Angket

(57)

G. Teknik Pengolahan Data

Selain memperoleh data-data dari lapangan, maka data-data tersebut diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Editing

Dalam tahap ini data yang telah didapat dari lapangan di koreksi dan diperbaiki sehingga menjadi lebih sempurna. Dalam tahap ini yang perlu diperhatikan adalah :

a. Lengkap tidaknya pengisian alat ukur data b. Keterbatasan tulisan

c. Kejelasan makna jawaban

d. Kejelasan dan kesesuaian jawaban e. Relevan jawaban

f. Keseragaman satuan data

2. Tahapan koding

Merupakan tahap dimana kita mengkategorikan data yang didapat dari lapangan, lalu memberikan kode-kode dan memindahkan kedalam buku kode.

3. Penentuan data variabel

(58)

4. Penentuan metode tabulasi

Dalam hal ini untuk memudahkan dalam menganalalisa data maka dalam penelitian ini digunakan metode tabulasi langsung dengan menggunakan tabel sheet.

H. Tehnik Analisa Data

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis dalam penelitian ini, maka data yang diperoleh dengan alat. Pengumpulan data, dianalisa dengan tehnik analisa kuantitatif dan kualitatif. Tehnik analisa kuantitatif dengan menggunakan rumus-rumus : product moment, untuk menganalisa hubungan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan komunikasi terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam kegiatan posyandu kelurahan Langkapura Kecamatan Langkapura.

Rumus :

(59)

I. Penentuan Skor Jawaban

Pada kuesioer penelitian, setiap pertanyaan diberi alternatif jawaban yang berbeda yaitu ; (a), (b), (c), (d,),(e).

Untuk jawaban a diberi skor 1

Untuk jawaban b diberi skor 2

Untuk Jawaban c diberi skor 3, dan seterusnya.

Selanjutnya untuk menentukan kriteria tinggi sedang, dan rendah digunakan interval dengan perhitungan sebagai berikut :

Dengan demikian dapat disusun kategori tingkat pendidikan, yaitu :

Dengan demikian maka untuk tingkat pendidikan yang rendah di berikan skor : 4 -6, sedangkan 7 – 9, tinggi 10 -12.

Untuk tingkat pendapatan adalah :

Dengan demikian maka untuk tingkat pendidikan yang rendah di berikan skor :

14 – 19, sedang 20 -25, tinggi 26 – 31

Dan untuk tingkat komunikasi adalah :

Dengan demikian maka untuk tingkat pendidikan yang rendah diberikan skor :

(60)

IV.GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA

A. Sejarah Singkat Kelurahan Langkapura

Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823 kelompok-kelompok suku yang berasal dari suku Lampung maupun suku yang berasal dari Banten maupun Jawa Timur bermukim dan membentuk pedukuhan-pedukuhan:

1. Penduduk Lampung yang berasal dari Kotabumi, Lampung Utara terbentuk pendukuhan yang bernama Kampung Baru, yang kini Lk. 1

2. Penduduk yang berasal dari suku Banten membentuk pendukuhan Tanjung Pager yang saat ini Lk. II

3. Penduduk yang berasal dari suku Jawa Timur dan Jawa Tengah membentuk pendukuhan yang bernama Giri Condro yang saat ini Lk. III

(61)

Desa Langkapura sejak tahun 1954 sampai dengan tahun 2013 telah mengalami 13 kali pergantian Kepala Desa dan Lurah yang saat ini dijabat adalah Lurah Sutarjo, S.Sos.

B. Keadaan Wilayah

1. Luas dan Batas Wilayah

Luas wilayah Kelurahan Langkapura seluas 173,5 Ha. Batas Wilayah:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kelurahan Rajabasa/Gunung Terang Sebelah Selatan : berbatasan dengan kelurahan Langkapura Baru

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kelurahan Sumber Rejo Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Gunung Agung

2. Wilayah Kerja

Lingkungan I terdiri dari 6 RT dengan luas wilayah ±76 Ha Lingkungan II terdiri dari 9 RT dengan luas wilayah ± 97,5 Ha

3. Orbitasi

(62)

C. Kependudukan

Dalam monografi tahun 2013 tercantum bahwa jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdapat di Kelurahan Langkapura sebanyak 2.350 KK atau dengan jumlah penduduk 10.999 jiwa.

1. Distribusi penduduk Kelurahan Langkapura berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki

Sumber : Monografi Kelurahan Langkapura, 2013

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Langkapura yang berjenis kelamin perempuan lebih kecil yaitu sebesar 49,67%. Bila dibandingkan dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 50,33%. Tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu besar hanya sebesar 0,66%. Jadi dapat diketahui bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan mendekati seimbang.

2. Distribusi penduduk menurut kelompok umur

(63)

Tabel 2. Distribusi penduduk menurut kelompok umur

Kelompok Umur (Th) Jumlah Persentase

<7

Sumber : Monografi Kelurahan Langkapura, 2013

Sebagian besar penduduk Kelurahan Langkapura termasuk dalam kelompok umur 13-19 tahun, sebesar 43,48% atau sebanyak 4783 jiwa. Adapun yang paling sedikit adalah kelompok umur 56 tahun ke atas yakni sebesar 3,44% atau sebanyak 378 jiwa. Jadi komposisi penduduk di Kelurahan Langkapura termasuk dalam kategori penduduk muda karena lebih dari separuh populasi penduduk berusia muda, yakni kurang dari 20 tahun.

3. Distribusi penduduk menurut agama

(64)

Tabel 3. Distribusi penduduk menurut agama.

Kelompok Agama Jumlah Persentase

Islam

Sumber : Monografi Kelurahan Langkapura, 2013

4. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

Sebagian besar penduduk Kelurahan Langkapura memiliki kriteria tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan menengah, yaitu sebesar 2045 berpendidikan dasar, 2243 berpendidikan menengah pertama dan 2622 berpendidikan menengah atas. Sementara yang belum bersekolah, tingkat taman kanak-kanak dan yang tidak bersekolah sebesar 1274 atau 11,6% dari jumlah penduduk Kelurahan Langkapura.

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

bs/TK/ts

Sumber : Monografi Kelurahan Langkapura, 2013 Keterangan:

(65)

2. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian

Distribusi penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Persentase

Karyawan:

Sumber : Monografi Kelurahan Langkapura, 2013

Berdasarkan tabel dapat dilihat sebagian besar penduduk Kelurahan Langkapura bermata pencaharian pegawai negeri sipil, sebanyak 1563 jiwa atau 29,55% dari jumlah penduduk yang bekerja, dan wiraswasta atau pedagang sebanyak 1116 jiwa atau 21,10%. Sedangkan sisanya bermata pencaharian TNI/Polri, Karyawan swasta, pertukangan, buruh, pensiunan dan jasa.

(66)

D. Pemerintahan

Kelurahan Langkapura yang luasnya 125 ha memiliki sejumlah perangkat pemerintahan yang terdiri dari seorang lurah, sekretaris lurah, 3 orang kepala urusan, 3 orang kepala lingkungan dan 3 orang staf. Kelurahan Langkapura terdiri dari 33 rukun tetangga dan 11 rukun warga.jadi jumlah perangkat Kelurahan Langkapura seluruhnya dari lurah sampai ketua rukun tetangga sebanyak 53 orang. Selain itu di Kelurahan Langkapura terdapat 14 orang pengurus LKMD, 6 orang kader pembangunan desa 13 orang tim penggerak PKK dan 33 orang kader PKK.

E. Sarana dan Prasarana

Puskes Pembantu 1 unit

Poskesekel 1 unit

RS. Ibu dan Anak 1 unit

4. Sarana Olahraga

Lapangan Futsal 1 unit

Lapangan Voli 1 unit

(67)

5. Sarana telekomunikasi

Tower indosat 1 unit

F. Kegiatan PKK Kelurahan Langkapura

Pengurus PKK 5 orang

Jumlah anggota 37 orang

Jumlah kader 241 orang

Jumlah Posyandu 6 Kelompok

Kader Kesehatan 35 orang

Kader gizi 7 orang

Kader kesling 7 orang

Dasa Wisma 15 kelompok

G. Perangkat Kelurahan

I. Organisasi Masyarakat Lainnya

LPM 1

TPPK 1

Karang Taruna 1

Lembaga Adat 1

Pokmas Gemma Tapis Berseri 1

PNPM 15

(68)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dalam Bab V, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat partisipasinya dalam kegiatan posyandu, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka partisipasinya dalam kegiatan posyandu juga tinggi. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan product moment, dimana r hitung lebih besar dari pada r tabel dengan taraf kepercayaan 99%.

2. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan responden dengan partisipasinya dalam kegiatan posyandu. Ada kecenderungan mereka yang mempunyai tingkat pendapatan yang rendah sebagian besar partisipasinya dalam kegiatan posyandu cukup tinggi. Hal ini terbukti dari hasil perhitungn product moment, dimana r hitung lebih kecil daripada r tabel dengan taraf kepercayaan 99%. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat komunikasi

(69)

Hal ini terbukti dari hasil perhitungan product moment, r hitung lebih besar dari pada r tabel dengan taraf kepercayaan 99%.

B. Saran

Untuk meningkatkan partisipasi ibu rumah tangga dalan kegiatan posyandu, maka diperlukan adanya unsur-unsur yang menunjang, yaitu sebagai berikut:

1. Kepada para petugas/pejabat kesehatan, hendaknya secara terus menerus dapat mengawasi kegiatan posyandu di desa, yaitu:

a.Mengadakan kunjungan pada tiap-tiap posyandu dan para petugas hendaknya menepati jadwal jam yang telah disepakati bersama. Dan sekali-sekali mendatangkan dokter ke posyandu guna merangsang ibu- ibu agar dapat hadir dan aktif dalam kegiatan posyandu.

b.Memberikan motivasi dan rangsangan-rangsangan kepada para kader kesehatan didesa, agar mereka mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab dalan pelaksanaan kegiatan posyandu. Dan sekkali-sekali diadakan perlombaan kebersihan lingkungan, bayi sehat dan sebagainya.

(70)
(71)

A Pius Partanto, Dahlan Al Barri.1980.Kamus Ilmiah Popular. Surabaya:Arloka

Adnan, M. 1997. Teknik Farma Kope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen. Kesehatan

Darajat Zakiah. 1997. Jurnal pendidikan, Volume 13, Issue 3. Yogyakarta:institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (Yogyakarta, Indonesia)

Darajat Zakiyah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang

Inkeles Alex. 2005. Making Men Modern. Terjemahan oleh Dadan Suryadipura Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Onong U.Effendi. 1981. Komunikasi dan Modernisasi. Bandung: Alumni

Rogers, Everett M.,dan F. Floyd Shoemaker. 1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Diterjemahkan oleh Abdillah Hanafi. Surabaya: Usaha Nasional

Sastropoetro, Santoso. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Internasa

S. SantosoHamijoyo. 1977. Suara Guru. Padang: Persatuan Guru Republik Indonesia

Singarimbun, Masri, D.H. Penny. 1984. Penduduk & Kemiskinan. Jakarta: Aksara

Soergada Poebakawatja, 1980. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung,

---.1976. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung

Soerjono Soekanto. 1977. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga

---.1986. Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Diterjemahkan oleh Abdillah Hanafi. Surabaya: Usaha Nasional.

Sumardi Mulyanto, Hans Dieter Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV Rajawali Citra Press

---.1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok. Jakarta: CV Rajawali Citra Press

(72)

http://ridwan-belitung.blogspot.com/200910/keterkaitan-tingkat-pendidikan-dan.html

http://komunikasi-sosial.html

Gambar

tabel sheet.
Tabel 1.  Distribusi penduduk menurut jenis kelamin
Tabel 2. Distribusi penduduk menurut kelompok umur
Tabel 4.  Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sumbangan terbesar pada tahun 2016 dihasilkan oleh lapangan usaha Perdagangan besar dan eceran reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 25,10 persen, diikuti oleh Konstruksi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pergerakan volume ekspor komoditas pisang dan pengaruh kurs rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, inflasi, produksi, serta luas

pencapaian hasil belajar dan dikembangkan menjadi indikator pencapaian. Selanjutnya yang dilakukan oleh guru akidah akhlak adalah mnentukan. indikator penilaian. Dalam hal

&#34;USAHA.. Berasal dari hanya sebuah bangunan setingkat di Jalan Othman, Petaling Jaya pada tahun 1956, Universiti ini, pada ketika itu, hanya merupakan sebuah unit latihan

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah diadakan evaluasi dan diteliti oleh Kelompok Kerja (POKJA) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang/Jasa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat

• Mintalah pada orang-orang yang Anda ketahui senang membaca, untuk membaca dengan anak anda – mungkin saja mereka itu teman anda atau anggota keluarga, termasuk diantaranya

Kepala Progdi Perpajakan sekaligus Dosen Pembimbing saya, Ibu Agnes Arie MC, S.E., M.Si., Akt, terimakasih selama ini sudah banyak memberi ilmu, saran, solusi

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan remaja belum dapat mengaktualisasikan diri secara optimal, antara lain: keadaan ekonomi yang lemah sehingga keluarga tidak