• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENJALANKAN USAHA KECIL KERAJINAN TANGAN DI SMK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN UNTUK MENJALANKAN USAHA KECIL KERAJINAN TANGAN DI SMK"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

ENTREPRENEUR SHIP DEVELOPMENT OFTEACHING MATERIALS RUN FOR SMALL CRAFT HAND

IN SMK By

DWILITA ASTUTI

The aim of this study resulted in the development of entrepreneur ship text book for class XII students of SMK attractive and fit for use in learning, and to determine the effectiveness of text books in improving learning outcomes. Design and development of procedures to follow step-by-step development of Dick and Carey. To determine the effectiveness of the product made with Test pretest-posttest Model Experiments (Control Group Design). Development of research results can be concluded: (1) design and entrepreneurship textbooks syntax that uses 9 steps of Dick and Carey model of development as follows: identify learning goals, identify learning analysis, identify the characteristics of students, working formulate goals, develop the grain problem, develop learning strategies , developing and selecting instructional materials, designing and implementing formative evaluation, revise learning, (2) the implementation of running a small business of handicrafts, which uses portfolio assessment with the assessment of five groups: good and very good, (3) testing of the effectiveness of instructional materials kewirausaha, material that is the result of expert assessment, design experts, students and teachers to design entrepreneurship textbook entrepreneurial development results very systematic, consistent enough, interesting enough, is very appropriate, and very precise, to improve learning outcomes, making it feasible to use in learning. Average learning outcomes in the experimental class taught using the textbook development results higher than the average classroom learning outcomes learning control by not using products of development. Completeness results of an experimental class classical study> 65%, while the control class mastery learning classical <65%.

(2)

ABSTRAK

Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan buku ajar kewirausahaan untuk siswa SMK kelas XII yang menarik dan layak digunakan dalam pembelajaran, dan untuk mengetahui efektifitas buku ajar dalam meningkatkan hasil belajar. Desain dan prosedur pengembangan mengikuti langkah-langkah pengembangan Dick and Carey. Untuk mengetahui efektifitas produk dilakukan dengan Uji Eksperimen Model Pretest-Postest

(Control Group Design). Hasil penelitian pengembangan dapat disimpulkan: (1) desain dan sintak buku ajar kewirausahaan yaitu menggunakan 9 langkah model pengembangan Dick and Carey sebagai berikut: mengidentifikasi tujuan pembelajaran, mengidentifikasi analisis pembelajaran, mengidentifikasi karakteristik siswa, tujuan kerja, mengembangkan butir soal, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih bahan ajar, merancang dan melaksanakan evaluasi formatif, merevisi pembelajaran, (2) implementasi menjalankan usaha kecil kerajinan tangan, yaitu menggunakan penilaian portofolio dengan hasil penilaian lima kelompok: sangat baik, sangat baik, cukup, baik dan sangat baik, (3) pengujian efektifitas bahan ajar kewirausaha, yaitu hasil penilaian ahli materi, ahli desain, siswa dan guru kewirausahaan terhadap rancangan buku ajar kewirausahaan hasil pengembangan sangat sistematis, cukup konsisten, cukup menarik, sangat sesuai, dan sangat tepat, untuk meningkatkan hasil belajar, sehingga layak digunakan dalam pembelajaran. Rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan buku ajar hasil pengembangan lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang belajar dengan tidak menggunakan produk hasil pengembangan. Ketuntasan hasil belajar klasikal kelas eksperimen > 65%, sedangkan kelas kontrol ketuntasan belajar klasikal < 65%.

(3)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN

UNTUK MENJALANKAN USAHA KECIL

KERAJINAN TANGAN

DI SMK

(Tesis)

Oleh

DWILITA ASTUTI

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BADAR LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

Moto

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1.1 Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas XII Semester Ganjil... 5

3.1 Kisi-Kisi Reviu Ahli Materi Buku Ajar Kewirausahaan... . 57

3.2 Kisi-Kisi Reviu Ahli Desain Buku Ajar Kewirausahaan ... 57

3.3 Kisi-Kisi Reviu Uji Ahli Bahasa Indonesia ... 58

3.4 Kisi-kisi Reviu Guru Mata Pelajaran ... 59

3.5 Kisi-kisi Reviu Uji Kelompok Perorangan/Siswa ... 60

3.6 Kisi-Kisi Reviu Uji Kelompok Kecil/Siswa ... 60

3.7 Penilaian Kreteria Responden ... 67

4.1 Keadaan Sarana dan Prasarana SMK 2 Ganesa Sekampung ... 70

4.2 Keadaan Siswa SMK 2 Ganesa Sekampung ... 72

4.3 Desain Pembelajaran Kewirausahaan ... 89

4.4 Rekapitasi Penilaian Uji Coba Ahli Materi terhadap Rancangan Buku Ajar Kewirausahaan ... 93

4.5 Rekapitasi Penilaian Uji Coba Ahli Desain terhadap Rancangan Buku Ajar Kewirausahaan ... 94

4.6 Rekapitasi Penilaian Uji Coba Ahli Bahasa Indonesia Terhadap Rancangan Buku Ajar Kewirausahaan ... 95

4.7 Rekapitasi Penilaian Uji Coba Perorangan Terhadap Rancangan Buku Ajar Kewirausahaan ... 96

Halaman 4.8 RekapitasiPenilaianUjiCobaKelompok Kecil terhadap RancanganBukuAjarKewirausahaan ... 97

4.9 Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas XII ... 99

(11)

4.11 Kesimpulan Hasil Uji Normalitas ... 101

4.12 Hasil Uji Coba Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 101

4.13 Kesimpulan Hasil Uji Coba Homogenitas ... 101

4.14 Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan Kontrol... 102

(12)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil yang sederhana ini untuk

orang-orang tercinta, yang selalu ada dalam jiwaku, sumber inspirasiku, motivasiku, dan kebahagiaanku

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Margamulya tanggal 09 Maret 1988, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Paeran dan Ibu Surati.

(14)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.Tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Kewirausahaan untuk Menjalankan Usaha Kecil di SMK” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universita Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas Lampung.

2. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Dr. H. Pargito, M.Pd., Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS, dan Selaku pembahas I.

4. Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M., selaku pembimbing I. 5. Dr. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku pembimbing II.

6. Dr. Pujiati, M.Pd., selaku pembahas II

7. Drs Nurdin, M.Si selaku Ahli Materi Pelajaran. 8. Dra Rohmawar, M.Pd, Selaku Ahli Bahasa Indonesia.

(15)

10. Keluarga tercinta: bapak, ibu, kakak, dan calon suami (Chandra Kurniawan). 11. Siska Maharani, Iceu Mayasari, M.Pd yang selalu memberi tempat dan

semangat serta merupakan teman terbaik.

12. Guntoro, S.Pd., Selaku Kepala Sekolah SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur.

13. Bapak/Ibu Guru SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur.

14. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampungdan semua pihak yang telah banyak membantu hingga selesai tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian pengembangan ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Juli2014 Penulis

(16)

DAFTAR ISI

1.6Ruang Lingkup Penelitian... 10

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 13

2.1Teori Pengembangan Bahan Ajar ... 13

2.1.1 Pengertian Bahan Ajar ... 13

2.1.2 Tujuan Bahan Ajar ... 14

2.1.3 Manfaat Bahan Ajar ... 15

2.1.4 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar ... 16

2.1.5 Karakteristik Bahan Ajar ... 17

2.1.6 Jenis-Jenis Bahan Ajar ... 19

2.1.7 Fungsi Bahan Ajar ... 20

2.1.8 Keunggulan dan Keterbatasan Bahan Ajar ... 21

2.2Konsep dan Pengembangan Bahan Ajar ... 22

2.2.1 Pengertian Kurikulum ... 22

2.2.2 Fungsi Kurikulum ... 23

2.2.3 Pengembangan Kurikulum 2013 ... 24

Halaman 2.2.4 Struktur Kurikulum SMA dan SMK ... 26

2.2.5 Kompetensi Inti ... 27

2.2.6 Penegasan Istilah KI, SK, dan Indikator Pembelajaran ... 27

(17)

2.2.8Identifikasi dan Karakteristik AwalSiswa ... 30

2.3Desain Pembelajaran Kewirausahaan di SMK/MA/MAK ... 31

2.4KewirausahaanuntukMelaksanakanUsaha Kecil ... 34

2.4.1 Bakat Kewirausahaan ... 35

2.4.2 Mengembangan Jiwa Kewirausahaan ... 35

2.4.3 Usaha Kecil ... 36

2.4.4 Kelemahan Usaha Kecil ... 37

2.5Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 37

2.5.1 Model Assure ... 38

2.5.2 Model Addie ... 38

2.5.3 Model kemp ... 39

2.5.4 Model Dick And Carey ... 39

2.6Kerangka Pikir Penelitian ... 40

2.7Penelitian yang Relevan ... 43

2.8Hipotesis ... 46

III.METODE PENELITIAN ... 47

3.1Pendekatan Penelitian Pengembangan ... 47

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.2.1Tempat Penelitian Pengembangan ... 48

3.2.2Waktu Penelitian Pengembangan ... 49

3.3Langkah-Langkah Pengembangan ... 49

3.4Uji CobaProduk ... 57

3.4.1Evaluasi Formatif Tahap Pertama Reviu Oleh Ahli Materi Pembelajaran, Oleh Ahli Desain Pembelajaran dan Oleh Ahli Bahasa Indonesia... 57

3.4.2 Evaluasi Formatif Tahap Kedua Uji Coba Perorangan ... 59

3.4.3 Evaluasi Formatif Tahap Ketiga Uji Coba Kelompok Kecil .. 60

3.4.4Evaluasi Formatif Tahap Keempat UjiCoba Lapangan ... 61

3.5Subjek Uji Coba ... 62

3.6Jenis Data Dan Instrument Pengumpulan Data ... 64

Halaman 3.7TeknikAnalisa Data ... 67

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1Profil Sekolahan ... 69

4.1.1Sejarah Singkat Sekolahan ... 69

(18)

4.1.3Letak Geografi SMK 2 Ganesa Sekampung ... 70

4.1.4 Keadaan Guru SMK 2 Ganesa Sekampung ... 71

4.1.4Keadaan Siswa SMK 2 Ganesa Sekampung ... 71

4.2Desain dan Sintak Buku Ajar Kewirausahaan untuk Menjalankan Usaha Kecil Kerajinan Tangan ... 72

4.3Implementasi Menjalankan Usaha Kecil Kerajinan Tangan... 91

4.4Pengujian Efektifitas Buku Ajar Kewirausahaan Menjalankan Usaha Kecil Kerajinan Tangan ... 92

4.4.1Evaluasi Formatif ... 93

4.4.1.1 Evaluasi Formatif I ... 93

4.4.1.2 Evaluasi Formatif II ... 96

4.4.1.3 Evaluasi Formatif III ... 97

4.4.1.4 Evaluasi Formatif IV ... 98

4.5Pembahasan... 104

4.6Perbedaan Produk Hasil Pengembanagn dengan Produk yang Sudah Ada ... 112

4.7Keterbatasan Penelitian ... 123

V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 124

4.1Simpulan ... 124

4.2Implikasi ... 126

(19)

I.PENDAHULUAN

Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Untuk lebih jelasnya pembatasan tiap bab akan diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya mempunyai peranan penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran harus mendapat perhatian serius, karena pembangunan Indonesia dimasa mendatang makin memerlukan manusia yang berkualitas, kreatif, dan bertanggung jawab. Menurut Hamalik (2011: 36), belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas, yaitu mengalami.

(20)

2 Sekolah Menengah Kejuruan 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai tanggung jawab besar dalam pembentukan kualitas dan karakter bangsa, pendidikan di SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur harus mampu menciptakan pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan minat dan motifasi belajar peserta didik, sehingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

Tujuan SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur adalah sebagai berikut. 1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja

mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilih.

2. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang dipilih.

(21)

3 Menurut Suherman (2001: 22), tujuan pembelajaran kewirausahaan diantaranya harus memuat hal-hal yang berhubungan dengan sebagai berikut.

1. Pemahaman terhadap konsep kewirausahaan. 2. Pembentukan jiwa kewirausahaan.

3. pengembangan diri.

4. Teknik-teknik kewirausahaan. 5. Aspek manajemen bisnis (usaha).

6. Pemasaran, penjualan, dan teknik optimalisasi resiko. 7. Kreatif, inovatif, kepemimpinan dan komunikasi. 8. Langkah-langkah memasuki dunia usaha.

9. Dasar-dasar ilmu ekonomi. 10. Pengembangan usaha. 11. Studi kelayakan. 12. Etika bisnis.

Berdasarkan tujuan pembelajaran kewirausahaan yang telah dikemukakan, dapatlah diketahui bahwa tujuan pembelajaran kewirausahaan tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan pembisnis atau business entrepreneur, tetapi profesi yang didasari oleh nilai-nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan dapat diajarkan melalui mata pelajaran kewirausahaan. Pembelajaran kewirausahaan memang tidak hanya berkontrubusi untuk membentuk peserta didik menjadi seorang wirausaha. Karena pada dasarnya kewirausahaan sudah melekat pada diri seseorang. Untuk itu, pembelajaran kewirausahaan lebih diarahkan untuk membentuk jiwa wirausaha dan nilai-nilai kewirausahaan dalam diri peserta didik. Hal ini seperti diungkapkan Suherman (2008: 22), bahwa

“tujuan utama pembelajaran kewirausahaan adalah membentuk jiwa

(22)

4 Namun, nilai-nilai kewirausahaan yang ada di dalam diri peserta didik di SMK 2 Ganesa Sekampung masih belum tertanam dengan baik. Peserta didik masih belum menyadari bahwa didalam dirinya ada pontensi untuk mengembangkan jiwa wirausaha yang baik. Misalnya dalam pembelajaran siswa tidak terlibat dalam proses pembelajaran yang menghasilkan karya siswa.

Apabila indikasi tersebut tidak ditindak lanjuti, maka dapat menurunkan kualitas pendidikan terutama menurunkan nilai-nilai kewirausahaan pada diri peserta didik. Untuk itu harus ada pembaharuan dalam proses pengajaran, yaitu dengan mengembangkan bahan ajar atau pendekatan dalam pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik yang dapat dimulai dari proses pembelajaran di dalam kelas.

Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui intraksi komunikasi dalam proses pembelajaran. Fasilitas sekolahan salah satu penujang keberhasilan guru dalam proses pembelajaran di dalam Sekolahan. Namun di SMK 2 Ganesa Sekampung terdapat banyak fasilitas yang kurang terpenuhi sebagai berikut.

1. Perpustakaan yang seadanya. 2. Jaringan internet yang terbatas.

3. Ruang kelas tidak mendukung (musim hujan banjir).

(23)

5 dihubungkan kedalam mata pelajaran produktif, mata pelajaran adaptif, dan mata pelajaran normatif. Demikian pula sejak kurikulum 2013 dilaksanakan, mata pelajaran Kewirausahaan di SMK Ganesa 2 Sekampung diberikan 2 jam pelajaran per minggu yaitu pada kelas X, XI, dan XII.

Kewirausahaan yang merupakan mata pelajaran adaptif dengan tujuan menghasilkan karya siswa. Terciptanya semua itu diperlukan guru yang mampu mengembangkan pembelajaran dan adanya sarana dan prasarana yang lengkap, seperti guru mengembangkan bahan ajar dan model pembelajaran yang menarik. Sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait khususnya guru masih menggunakan bahan ajar yang kurang tepat dan seadanya untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan keadaan seperti ini dapat terlihat hasil belajar siswa yang belum mencapai kreteria ketuntasan minimum dalam mata pelajaran kewirausahaan.

Tabel 1.1 Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas XII Semester Ganjil SMK 2 Ganesa Sekampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

No Kelas KKM Jumlah

Sumber: Dokumentasi guru mata pelajaran.

(24)

6 41,6% yang dapat mencapai KKM mata pelajarankewirausahaan, sedangkan 59,4% atau sebanyak 60 siswa belum mencapai KKM. Hal tersebut yang mendasari penulis melakukan penelitian di SMK Ganesa Sekampung Lampung Timur. Sementara menurut Djamarah (2006: 121), untuk mengukur ketuntasan belajar sebagai berikut.

1. Istimewa/maksimal apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa 100%.

2. Baik sekali/optimal apabila sebagaian besar dapat dikuasai siswa yaitu 76%-99%.

3. Baik minimal apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar 60-%-76%. 4. Kurang apabila bahan pelajaran yang dikuasai siswa sebesar <60%.

Hasil pengamatan pada penelitian pendahuluan terhadap bahan ajar yang dipakai didalam pembelajaran kewirausahaan di SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur terdapat banyak kekurangan, antara lain: (1) sistematika dan desain dalam bahan ajar kurang menarik, (2) uraian materi terlalu panjang dan tidak ada contoh gambar yang bersangkutan dengan materi, (3) uraian materi tidak sesuai dengan Indikator pencapaian yang telah dikembangkan guru dalam silabus, (4) tidak tersedia soal implementasi pembelajaran kewirausahaan yang menghasilkan karya siswa.

(25)

7 Kekurangan-kekurangan tersebut diduga berpengaruh terhadap minat dan motivasi belajar kewirausahaan, yang berdampak pada hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi dan hasil belajar peserta didik adalah pengembangan bahan ajar kewirausahaan.

Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 40), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematik dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala komplesitasnya.

Dampak positif bahan ajar adalah guru akan mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dari segala sumber atau referensi yang digunakan dalam bahan ajar dan peran guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan menjadi berkurang. Dalam hal ini, kemampuan guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalu sebuah bahan ajar. Bahan ajar juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan rancang sesuai kurikulum yang berlaku.

(26)

8 keterampilan dan sikap yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan pemerintah. Ketiga ranah kompetensi tertuang dalam sebuah bahan ajar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Minimnya bahan ajar yang digunakan untuk acuan dalam proses pembelajaran kewirausahaan.

2. Guru belum dapat membuat bahan ajar yang melibatkan siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

3. Sebagian besar siswa belum mencapai KKM.

4. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kewirausahaan. 5. Sebagian besar siswa kurang antusias saat mengikuti pembelajaran

kewirausahaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dan identifikasi masalah, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

(27)

9 2. Bagaimanakah Implementasi menjalankan usaha kecil kerajinan tangan di

SMK 2 Ganesa Sekampung?

3. Bagaimanakan Pengujian Efektifitas buku ajar untuk melaksanakan usaha kecil kelas XII semester ganjil Di SMK 2 Ganesa Sekampung Tahun Pelajaran 2013/2014?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian pengembanagan ini sebagai berikut.

1. Menghasilkan desain dan sintak bahan ajar kewirausahaan untuk melaksanakan usaha kecil di SMK.

2. Implementasi menjalankan usaha kecil kerajinan tangan.

3. Menguji efektifitas bahan ajar kewirausaan di kelas XII semester ganjil di SMK 2 Ganesa Sekampung tahun pelajaran 2013/2014 dapat meningkatkan hasil belajar.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut. 1.5.1 Bagi siswa

1. Meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa belajar kewirausahaan. 2. Pembelajaran lebih efektif dan efesien karena bahan ajar dilengkapi dengan

(28)

10 1.5.2 Bagi guru

1. Tersedianya sumber belajar, dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam upaya pencapaian standar kompetensi kewirausahaan di SMK.

1.5.3 Bagi sekolah

1. Untuk meningkatkan efektifitas dan memotivasi untuk bembinaan guru-guru mata pelajaran lain dan menghasilkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada kualitas pendidikan.

1.6Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian dan pengembangan ini sebagai berikut. 1. Ruang Lingkup Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah Pengembangan Bahan Ajar Kewirausahaan Untuk Melaksanakan Usaha Kecil di SMK Kelas XII.

2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Adapun ruang lingkup tempat penelitian adalah di SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur.

3. Ruang Lingkup Ilmu

(29)

11 menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Menurut Natoinal Council for Social Studies (NCSS, 1988:11) mengemukakan bahwa karakteristik IPS adalah (1) involves a search for pattern in our liver; (2) involves both the content and processes of learning; (3) requires information processing; (4) social

studies as sciences; (5) involves the development and analysis of one’s own value

and application requires problem solving and decision making of these values in

social action.

Kelima perspektif itu sebagai berikut.

1. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Transmisi Kewarganegaraan. 2. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pengembangan Pribadi. 3. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Refleksi Inquiri.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pengambilan Keputusan yangrasional dan aksi sosial.

Pembelajaran Kewirausahaan “bahan ajar kewirausahaan untuk melaksanakan

usaha kecil” menelaah perspektif kedua (2), dan kelima (5). Dalam proses

pengembangan pribadi pada perspektif kedua (2) yang akan diciptakan suatu perkembangan dan perubahan perilaku pribadi lebih baik setelah melaksanakan pembelajaran “bahan ajar kewirausahaan untuk melaksanakan Usaha Kecil”

(30)

12 keterampilan yang mahir dalam pengambilan keputusan yang rasional dan aksi sosial.

1.7Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Berdasarkan spesifikasinya dalam penelitian ini produk diharapkan berupa.

1. Buku ajar Kewirausahaan untuk menjalankan usaha kecil kerajinan tangan, format dalam buku ajar sebagai berikut: (1) cover, (2) petunjuk penggunaan buku, (3) pedoman buku bagi guru dan siswa, (4) pemetaan KI dan SK, (6) Silabus, (7) peta konsep, (8) tujuan pembelajaran, (9) materi, (10) ringkasan materi, (11) glosarium, (12) soal latihan dan soal praktik.

(31)

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Pembahasan pada bab ini meliputi: (1) landasan teori, menjelaskan tentang pengertian bahan ajar, karakteristik bahan ajar, jenis-jenis bahan ajar, fungsi bahan ajar, keunggulan dan keterbatasan bahan; (2) konsep pengembangan bahan ajar; (3) desain pembelajaran kewirusahaan di SMA/SMK/MA/MAK; (4) kewirausahaan untuk melaksanakan usaha kecil.

2.1 Teori Pengembangan Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar

Widodo dan Jasmadi (2008: 40), bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

(32)

14 Berdasarkan pengertian diatas dapat dinyatakan bahwa, bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.Dampak positif bahan ajar adalah guru akan mempunyai lebih banyak waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membantu siswa untuk memperolehpengetahuan baru dari segala sumber atau referensi yang digunakan dalam bahan ajar, dan peranan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan menjadi berkurang.

Kemampuan guru dalam merancang ataupun menyusun bahan ajar menjadi hal yang sangat berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar dan pembelajaran melalui sebuah bahan ajar. Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk bahan yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan dirancang sesuai kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtun dalam menyampaikan materi kepada siswa.

2.1.2 Tujuan Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014: 171-172), tujuan bahan ajar sebagai berikut. 1. Menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan

mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yaitu bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial peserta didik.

2. Membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh.

3. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.

(33)

15 siswa, dengan menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar, serta memudahkan guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran.

2.1.3 Manfaat Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014: 172), manfaat bahan ajar sebagai berikut. 1. Manfaat bagi guru.

1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

2) Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit diperoleh. 3) Memperkaya karena dikembangkan dengan menggunkan berbagai

referensi.

4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

5) Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya.

6) Menambah angka kredit DUPAK (daftar usulan pengusulan angka kredit) jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

2. Bagi peserta didik.

1) Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.

2) Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru.

3) Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.

(34)

16 guru serta terciptanya pembelajaran tuntas dan pembelajaran kewirausahaan bisa menghasilkan karya siswa.

2.1.4 Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

Daryanto dan Dwicahyono (2014: 172-173), prinsip pengembangan bahan ajar, sebagai berikut.

1. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongret untuk memahami yaang abstrak.

2. Pengulangan akan memperkuat pemahaman.

3. Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik.

4. Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar.

5. Mencapai tujuanibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian tertentu.

6. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk terus mencapai tujuan.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008: 8-9), prinsip pengembangan bahan ajar, sebagai berikut.

1. Ketersedian bahan ajar sesuai tuntutan, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum.

2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa. 3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah

atau kesulitan dalam belajar.

(35)

17 satu alternatif bahan ajar yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena buku ajar dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.

2.1.5 Karakteristik Bahan Ajar

Widodo dan Jasmadi (2008: 50),ada beragam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi, modul ajar, buku pratikum, bahan ajar, dan buku diklat.Sesuai dengan pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Derektorat Menengah Kejuruan Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2003, bahan ajar memiliki karakteristik, yaitu self intruksional, self contained, stand alone,

adaptive, dan user friendly. Self intruksional yaitu bahan ajar dapat membuat siswa mampu membelajarkan sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Selain itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan yang lebih spesifik.

1. Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu bahan ajar secara utuh. 2. Stand alone(berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang dikembangkan tidak

tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

3. Adaptiveyaitu bahan ajar hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

(36)

18 Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 50), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang mampu membuat siswa untuk belajar mandiri dan memperoleh ketuntasan dalam proses pembelajaran sebagai berikut.

1. Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka mendukung pemaparan materi pembelajaran.

2. Memberikan kemungkinan bagi siwa untuk memberikan umpan balik atau mengukur penguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.

3. Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan siswa.

4. Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar dengan mandiri.

Langkah diatas merupakan tindakan yang dilakukan dalam menyusun bahan ajar. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan intruksional serta menulis tujuan intruksional umum. KI ini adalah kompetensi inti yang dituju oleh siswa. Bagi bahan ajar untuk pembelajaran tingkat sekolah, pemerintah telah menyiapkan kurikulum untuk sekolah-sekolah berupa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru hanya mengembangkannya menjadi indikator pembelajaran, kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, beserta teknik penilaian hasil belajar.

(37)

19 2.1.6 Jenis-jenis Bahan Ajar

Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014: 173),jenis-jenis bahan ajar sebagai berikut.

1. Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, non cetak (non printed), seperti model/maket.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. 4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(computer assisted instruction), CD (compact disk) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Menurut Lestari (2013: 7), secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis, sebagai berikut.

1. Buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi, dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang lengkap. 2. Buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,

misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya.

3. Buku pegangan, yaitu buku yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melaksanakan proses pembelajaran.

4. Buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan dijabarkan. Bahan ajar yang dimaksud disini adalah bahan ajar cetak berupa modul yang dapat digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa harus tergantung dengan keberadaan guru sehingga proses pembelajaran dapat terus berlangsung meskipun tidak dilakukan dikelas.

(38)

20 mandiri tanpa harus tergantung dengan keberadaan guru, sehingga proses pembelajaran dapat harus berlangsung meskipun tidak dilakukan di kelas.

2.1.7 Fungsi Bahan Ajar

Menurut Prastowo (2011: 25-26), secara garis besar fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua aktifitasnya siswa dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi yang seharusnya dijabarkan kepada siswa. Sedangkan bagi siswa adalah menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari.Berdasarkan strategi pembelajaran yang digunakan, fungsibahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu fungsi dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok.

1. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, sebagai berikut.

1) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendalian proses pembelajaran (dalam hal ini, siswa bersifat pasif dan belajar sesuai kecepatan siswa dalam belajar).

2) Sebagai bahan pendukung proses pembelajaran yang diselenggarakan. 2. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual, sebagai berikut.

1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

2) Sebagai alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses peserta didik dalam memperoleh informasi.

(39)

21 1) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan cara memberikan informasi tentanglatar belakang materi, informasi tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.

2) Sebagaibahan pendukung bahan ajar utama, dan apabila dirancang sedemikian rupa, maka dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan pendapat diatasdapat dinyatakan bahwa, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal, pembelajaran individual, dan pembelajaran kelompok. Dapat dinyatakan bahwa fungsi pembelajaran kelompok yang cocok dalam pembelajaran kewirausahaan di SMK, yaitu sebagai bahan ajar yang terintergrasi dengan proses pembelajaran kelompok, dengan cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi tentang pembelajaran kelompok sebagai bahan ajar pendukung bahan ajar utama.

2.1.8 Keunggulan dan Keterbatasan Bahan Ajar

Menurut Mulyasa (2006: 46-47), ada beberapa keunggulan bahan ajar, sebagai berikut.

1. Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakekatnya siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.

2. Adanya kontrol terhadap hasil belajar mengenai penggunaan standar kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa.

(40)

22 Sedangkan keterbatasan dari penggunaan bahan ajar, sebagai berikut.

1. Penyusunan bahan ajar yang baik membutuhkan keahlian tertentu. Sukses atau gagalnya bahan ajar tergantung pada penyusunannya. Bahan ajar mungkin saja memuat tujuan dan alat ukur berarti, akan tetapi pengalaman belajar yang termuat di dalam tidak ditulis dengan baik atau tidak lengkap. Bahan ajar yang demikian kemungkinan besar akan ditolak oleh siswa, atau lebih parah lagi siswa harus berkonsultasi pada fasilitator.

2. Sulit menentukan proses penjadwalan dan kelulusan, serta membutuhkan manajemen pendidikan yang sangat berbeda dari pembelajaran konvensional, karena setiap siswa menyelesaikan bahan ajar dalam waktu yang berbeda-beda, bergantung pada kecepatan dan kemampuan masing-masing.

3. Dukungan pembelajaran berupa sumber belajar, pada mumnya cukup mahal, karena setiap siswa harus mencari sendiri. Berbeda dengan pembelajaran konvesional, sumber belajar seperti alat peraga dapat digunakan bersama-sama dalam pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tersebutdapat dinyatakan bahwa, maka pembelajaran bahan ajar memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kemampuan belajar tinggi akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih indikator dibandingkan peserta didik yang lainnya. Pembelajaran efektif akan dapat mengubah konsepsi peserta didik menuju perkembangan ilmu dan tegnologi, sehingga pembelajaran yang menghasilkan karya siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin, baik kualitas maupun kuantitasnya.

2.2 Konsep Pengembangan Bahan Ajar 2.2.1 Pengertian Kurikulum

(41)

23 Menurut UU No. 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, (UU No. 20 tahun 2003).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar. Kurikulum yang diterapkan di SMK 2 Ganesa Sekampung tahun pelajaran 2014/2015 yaitu kurikulum 2013, wajib diterapkan pada kelas X dan XI.

2.2.2 Fungsi Kurikulum

Menurut Sanjaya(2009:9-10),kurikulum memiliki berbagai fungsi, bagi guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, dan peserta didik, fungsi kurikulum sebagai berikut.

1. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan perogram sekolah.

3. Bagi pengawas, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan supervisi ke sekolah.

4. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi penyelenggaraan program sekolah dan bantuan putra putrinya belajar di rumah sesuai dengan program sekolah.

5. Bagi peserta didik, kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar .

(42)

24 berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawas. Bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman membibing belajar dirumah. Bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberi bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah. Berkaitan dengan fungsi kurikulum, bagi siswa sebagai subjek didik, yaitu.Fungsi penyesuaian, yaitu peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun lingkungan sosial, fungsi integrasi yaitu kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, peserta didik pada dasarnya merupakan, fungsi diferensial yaitu kurikulum sebagai alat pendidikkan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus harus dihargaidan dilayani dengan baik, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, fungsi diagnostik.

2.2.3 Pengembangan Kurikulum 2013

(43)

25 Menurut Burke dalam Mulyasa(2013: 66),mengemukakan kompetensi dalam hal ini diartikan sebagai pengetahuan, keterampilandan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya. Pengertian tersebut mengadung arti bahwa kompetensi merupakan penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apersiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

Menurut Mulyasa (2013: 67), beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut.

1. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaranterhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yangg dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3. Kemampuan (skill), adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih, dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.

4. Nilai (value), adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar prilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokrastis).

5. Sikap (attitude), yaitu perasaan (senang tidak senang, suka tidak suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gaji.

(44)

26 Menurut Mulyasa (2013: 69-70), terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan Kurikulum 2013 berbasis kompetensi, yaitu penetapan kompetensi yang akan dicapai, pengembangan strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi. Kompetensi yang ingin dicapai merupakan pernyataan tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik, menggambarkan hasil belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap.Strategi mencapai kompetensi adalah upaya untuk membantu peserta didik dalammenguasai kompetensi yang ditetapkan, misalnya membaca, menulis, mendengarkan, berkreasi, dan mengobservasi, sampai terbentuk suatu kompetensi.Sedangkan evaluasi merupakan kegiatan penilaian terhadap pencapaian kompetensibagi setiap peserta didik.

Menurut Mulyasa (2013: 70), dari berbagai sumber, sedikitnya dapat diidentifikasikan lima karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu mendayagunakan keseluruhan sumber belajar, pengalaman lapangan, strategi individual personal, kemudahan belajar, dan belajar tuntas.

2.2.4 Struktur Kurikulum SMA dan SMK

(45)

27 pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama, (Kusmanto, 2013:20).

2.2.5 Kompetensi Inti

Kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan pun masih memerlukan rencana pendidikan yang panjang untuk mencapainya. Untuk memudahkan proses perencanaan dan pengendaliannya, pencapaian jangka panjang perlu dibagi-bagi ke dalam beberapa tahap sesuai jenjang kelas ketika kurikulum tersebut diterapkan. Sejalan dengan undang-undang, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus dilalui peserta didik untuk sampai pada koompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan.

(46)

28 2.2.6 Penegasan istilah KI, SK, dan Indikator Pembelajaran

Dalam desain pembelajaran, dibedakan antara tujuan pembelajaran umum atau disebut kompetensi inti (KI) dan standar kompetensi (SK). Dalam kurikulum 2013, tujuan pembelajaran dinyatakan secara tersirat dalam kompetensi inti(KI), standar kompetensi (SK), dan indikator pembelajaran.

Kompetensi Inti yaiturancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4).Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti kelompok 4).

Menurut Sanjaya, (2009: 56), standar kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan tertentu pula. Pada setiap mata pelajaran, standar kompetensi sudah ditentukan pula oleh para pengembang kurikulum yang dapat dilihat dari standar isi.

(47)

29 Adapun contoh kata kerja dalam standar kompetensi seperti mengetahui dan memahami sedangkan kata kerja yang terukur misalnya menyebutkan, menjelaskan, menganalisis.

Pengertian indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan, (PERMENDIKNAS RI No. 41 Tahun 2007).

Indikator pencapaian kompetensi (tujuan intruksional khusus) dikembangkan dari kompetensi dasar dengan menggunakan kata kerja yang yang operasional dan cakupan materinya terbatas. Setiap kompetensi dasar dapat dijabarkan menjadi tiga atau lebih indikator tergantung pada kompleksitas dan ruang lingkup kompetensi dasar. Hal yang perlu diingat adalah tingkatan kata kerja dalam standar kompetensi. Tingkat kata kerja dalam indikator lebih rendah dari atau maksimal sama dengan tingkat kata kerja dalam kompetensi dasar.

2.2.7 Hubungan Indikator Pembelajaran dengan Materi Pembelajaran

Menurut Uno, (2009:34),hubungan indikator pembelajaran dengan materi pembelajaran dijelaskan dalam manfaat pembuatan tujuan intruksional khususnya sebagai berikut.

1. Waktu mengajar dapat dialokasikan dan dimanfaatkan secara tepat.

(48)

30 3. Pendidik dapat menetapkan beberapa banyak materi pelajaran yang dapat atau

sebaiknya disajikan dalam setiap jam pelajaran.

4. Peserta didik dapat menetapkan ukuran dan rangkaian materi pelajaran secara tepat. Artinya, peletakan masing-masing materi pelajaran akan memudahkan peserta didik dalam mempelajari isi pelajaran.

5. Peserta didik dapat dengan mudah menetapkan dan mempersiapkan strategi belajar pembelajaran yang paling sesuai dan menarik.

6. Pendidik dapt dengan mudah mempersiapkan berbagai keperluan peralatan maupun bahan dalam keperluan belajar.

7. Pendidik dapat dengan mudah mengukur keberhasilan peserta didik dalam belajar.

8. Pendidik dapat menjamin bahwa hasil belajarnya akan lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar tanpa tujuan yang jelas.

2.2.8 Identifikasi dan Karakteristik Awal Siswa

Tujuan untuk mengetahui karakteristik siswa adalah untuk mengukur apakah siswa akan mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak, sampai di mana minat siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari. Jika terbukti siswa mendapat nilai yang cukup baik untuk satu kompetensi maka dapat diketahui hal apa yang memperkuat dan begitu sebaliknya. Jika tidak mendapatkan nilai yang baik, maka hal-hal apa yang menjadi penghambat.

Pengidentifikasian prilaku awal siswa dilakukan karena keterampilan siswa yang ada dalam kelas sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak yang tahu, sebagian lagi belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan di kelas. Oleh karena itu penting untuk dilakukan pengidentifikasian perilaku awal siswa.

Menurut Lestari (2013: 21), berikut ini contoh pengidentifikasian perilaku dan karakteristik awal siswa sebagai berikut.

(49)

31 Dalam mencari tahu perilaku awal siswa perlu dipertanyakan siapa kelompok sasaran, populasi sasaran, atau sasaran didik untuk mengembangkan bahan ajar.

2) Karakteristik awal siswa

Teknik yang digunakan dalam mengidentifikasi karekteristik awal siswa adalah kuesioner dan observasi.

2.3 Desain Pembelajaran Kewirausahaan di SMA/SMK/MA/MAK

Menurut John dalam Suherman (2008: 6), kewirausahaan adalah sikap dan perilaku, wirausaha yaitu orang yang inovatif antisipatif, inisiatif, pengambilan resiko, dan berorientasi laba. Di SMA/SMK/MA/MAK, desain pembelajaran kewirausahaan tampaknya bukan hanya untuk dilaksanakan tetapi harus sudah dimanfaatkan.Artinya, pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan di SMA/SMK/MA/MAK hendaknya dapat menghasilkan nilai pragmatis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

(50)

32 Pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan kejejang lebih tinggi. Kemudian dijelaskan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Berdasarkan pasal 18 ayat (3) UU Sisdiknas dikemukakan bahwa pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasa Asliah (MA), Madrasa Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

Pada pelaksanaan, evaluasi dan langkah-langkah tindak lanjut hasilevaluasi pembelajaran kewirausahaan di SMA/SMK/MA/MAK, nampaknya harus sudah lebih banyak mengacu kepada “isi desain” terutama Pola Dasar Pembelajaran

Kewirausahaan dan Prosedur Implementasi Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Artinya, ketika akan diselenggarakan pembelajaran kewirausahaan SMA/SMK/MA/MAK, maka Kepala Sekolah bersangkutan beserta personal yang akan menangani pembelajaran ini menyiapkan segala sesuatu yang digambarkan pada pola dasar pembelajaran kewirausahaan. Kemudian pola dasar tersebut dilaksanakan bersamaaan dengan pelaksanaan prosedur implementasi desain. Dengan demikian, akan berjalan pembelajaran disekolah menengah ini.

(51)

33 kewirausahaan dimulai. Setelah itu kegiatan pembelajaran kewirausahaan memasuki tahapan persiapan, yang harus sudah selesai menjelang pelaksanaan KBM.

Menurut Suherman (2008: 108), adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan sebagaimana tercantum dalam proses implementasi desain, sebagai berikut.

1. Perencanaan, sebagai berikut.

1) Pendalaman tentang desain pembelajaran kewirausahaan oleh pipinan sekolah dan guru yang akan ditugasi mengajar kewirausahaan.

2) Menetapkan tujuan pembelajaran kewirausahaan.

3) Identifikasi kebutuhan dalam rangka pembelajaran kewirausahaan.

4) Membuat standar pelayanan untuk pendidikan, pelatihan, bibingan, binaan dan konsultasi tentang kewirausahaan bagi siswa.

5) Menyusun kurikulum.

6) Pengadaan dana, sarana, prasarana dan fasilitas. 7) Rapat persiapan akhir.

8) Menyusun jadwal KBM.

2. Promosi untuk merekrut peserta didik.

3. Menetapkan kurikulum yang telah disusun, yang ditindak lanjuti dengan menyusun GBPP, SAP dan modul pembelajaran.

4. Menetapkan guru yang akan mengajar bidang studi kewirausahaan.

(52)

34 peserta didik menjadi individu yang mandiri, kreatif dan inovatif serta mampu melaksanakan paradigma wirausaha dalam kehidupannya ketika sedang belajar maupun masa kebutuhan akan dapat diidentifikasi dengan baik dan standar pelayanan dapat disusun secara representatif. Berdasarkan semua itu tentu sajanya dapat disusun kurikulum yang memuat berbagai aspek yang akan menjadi acuan untuk mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran kewirausahaan. Tersusunnya kurikulum akan memberikan gambaran yang lebih jelas dalam mengadakan berbagai perangkat pembelajaran khususnya menyangkut dana serta piranti yana esensial seperti sarana, prasarana dan fasilitas belajar.

Menurut Hamalik dalam Harjanto(2008: 220-221), di dalam pengembangan bahan ajar berbagai aspek-aspek yang dapat jadi patokan, antara lain; konsep, prinsip, fakta, proses, nilai keterampilan sebagai berikut.

1. Konsep adalah suatu ide atau gagasan.

2. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat atau melaksanakan suatu.

3. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan atau dialami.

4. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan. 5. Nilai adalah suatu pola,ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. 6. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu yang baik.

Menurut Harjanto (2008: 222-224),sebagai contoh dalam pengembangan bahan ajar dalam sistem intruksional, sebagai berikut.

1. Kriteria tujuan intrusional. 2. Bahan ajar supaya terjabar. 3. Relevan dengan kebutuhan siswa. 4. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat. 5. Bahan ajar mengandung segi-segi etik.

6. Bahan ajar tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. 7. Bahan ajar bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli,

(53)

35

2.4 Kewirausahaan dalam Menjalan Usaha Kecil

Menurut Sudradjad (2010:67), kewirausahaan dalam bidang industri kecil akan memberikan hasil yang lumayan jika ditekuni dengan telaten. Dalam bidang industri kecil, amatlah menarik untuk membuka lapangan pekerjaan baru khususnya di bidang industri kecil atau industri rumah tangga yang bahan bakunya murah, gampang diperoleh dan tersedia di alam bebas.Contoh usaha kerajinan tangan yang dikembnagkan di SMK 2 Ganesa Sekampung Lampung Timur yaitu bross, bunga, tempat tissu, gantungan kunci, tas.

2.4.1 Bakat Kewirausaan

Para wirausahawan memiliki sejumlah bakat yang mampu mendukung terhadap kemandirian dan keberhasilannya. Apakah keberhasilan wirausahawan tersebut memiliki bakat yang berdiri sendiri atau gabungan dari satu dua bakat, atau karena dukungan bakat secara keseluruhan, belum ditemukan dari hasil penelitian.

Menurut Mulyadi (2009: 29-33),sejumlah bakat yang lazim sebagai berikut. 1. Kemampuan dan rasa percaya sendiri (willingness and self-confidence). 2. Fokus pada sasaran (goal setting).

3. Bekerja keras (hard-worker).

4. Berani mengambil keputusan risiko (risk taking). 5. Berani memikul tanggung jawab (accountability). 6. Inovasi (innovation).

(54)

36 Menurut Mulyadi(2009:36-37), kewirausahaan adalah kemampuan didalamnya mengandung unsur-unsur bakat (talents), ilmu pengetahuan dan keterampilan. Didalam dunia nyata kita banyak menjupai seorang yang memiliki sebuah usaha yang sangat maju, sementara diketahui bahwa latar belakang pendidikan yang bersangkutan tidak terlalu berarti. Kondisi seperti ini dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki bakat sejak lahir.Pengembangan jiwa kewirausahaan dapat dilakukan dengan kewirausahaan melalui diklat dan program wirausahaan. Cara ini ditempuh sebagai salah satu alternatif pemerintah guna mengatasi terbatasnya lapangan pekerjaan formal. Bahkan pada saat ini strategi Pendidikan Nasional menerapkan Higher Education Long Terms strategy 2003-2010 atau HELTS 2003-2010. Tiga pilar dalam HELTS 2003-2010 meliputi, meningkatkan daya saing bangsa, otonomi perguruan tinggi dan organisasi. Secara tersirat ketiga pilar ini mendorong perguruan tinggi untuk mencetak lulusan yang selain memiliki pengetahuan juga memiliki kompetens dalam kewirausahawaan guna meningkatkan daya saing Indonesia di dunia Internasional.

2.4.3 Usaha Kecil

Menurut Mulyadi (2009: 38-39), menurut ketentuan yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah diatur dalam Undang-Undang yaitu Nomor 9 tahun 1995, dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008.

(55)

37 Usaha kecil, dengan karakteristik dengan skalanya yang serba terbatas ternyata memiliki sejumlah kekuatan. Kekuatan dimasut terletak pada kemampuan melakukan fleksibilitas dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan. 2. Kekuatan usaha kecil.

Telah diutarakan diatas bahwa kegiatan usaha yang menurut perhitungan skala ekonomis tidak mungkin dilakukan oleh perusahaan besar pada dasarnya menjadi kekuatan perahaan kecil. Dengan sekian banyak kekuatandimasud meliputi, antara lain sebagai berikut:

1) mengembangan kreativitas usaha baru.

Kreativitas tidak selalu dilakukan dengan menampilkan sesuatu produk yang secara murni baru, namun dilakukan dengan cara meniru produk yang telah beredar di pasar.

2) melakukan inovasi.

Lazimnya dimasa sulit seorang selalu berusaha menemukan solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi dengan cara yang berbeda.

3) Ketergantungan usaha besar tehadap usaha kecil.

Pada umumnya produk yang dihasilkan perusahaan besar tidak selalu atau boleh dikatakan agak sulit untukmenjangkau para pembeli kecil ditempat terpencil.

2.4.4 Kelemahan Usaha Kecil

Sebaliknya dari sejumlah kekuatan ternyata usaha kecil juga tidak luput dari faktor kelemahan. Faktor kelemahan juga disebabkan oleh karakteristik ukurannya yang kecil. Menurut Mulyadi (2009: 40-42), diantara kelemahan yang melekat pada usaha kecil sebagai berikut.

1. Lemahnya keterampilan manajemen.

Pelaku usaha kecil serin kalai berangkat berwirausaha dengan bekal sumberdaya seadanya.

2. Tingkat kegagalan dan penyebabnya.

Tingkat kegagalan usaha kecil sebesar 44% disebabkan oleh kekurangannya kompetensi dalam dunia usaha. Yang dimasut dengan kurangnya kompetensi disini meliputi kurangnya penguasaan tentang bidang usaha yang dijalankan dan kemampuan dalam mengelola kegiatan usaha yang dijalankan dan kemampuan dalam mengeola kegiatan usaha baik secara fisik. Penyebab kegagalan kedua adalah akibatnya kemampuan manajem yang menempati presentase sebesar 7%.

3. Keterbatasan sumber daya.

(56)

38 informasi disini adalah kekurangan wawasan yang dimiliki guna membekali gambaran tentang kegiatan usaha yang dilakukan.

2.5 Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran berdasarkan teori pengembangan yang telah ada. Banyak model pengembangan yang telah dikembangkan oleh para ahli.

Secara umum menurut Badarudin (2011: 78-90), model pengembangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1) Model berorientasi kelas, biasanya untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) hanya untuk dua jam pelajaran atau lebih, contohnya model ASSURE.

2) Model berorientasi sistem, yaitu desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti: sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, contohnya model ADDIE.

3) Model melingkar, contohnya model Kemp.

4) Model prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif, menujukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk, contohnya model Dick and Cary.

2.5.1 Model ASSURE

(57)

39 terdapat beberapa langkah dalam penyusunan bahan ajar menurut model ini, yaitu: (1) analyze learners (analisis belajar), (2) state objektive (menyatakan tujuan), (3)

selec methods media (pemilihan metode, media, dan bahan), (4) utilize media and Materials (penggunaan media dan bahan), (5) Require Learner Particiation evaluate and revise (partisipasi pelajar di dalam kelas).

2.5.2 Model ADDIE

Model desain pembelajaran ADDIE ( Analysis-design-develop-Implement-Evaluate) sifat lebih genarik, dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an. Salah satu fungsinya sebagai pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung pelatihan. Model ini menggunakan 5 tahap, yaitu (1) development (pengembangan), (2)

design (perencanaan), (3) development (pengembangan), (4) implementation

(implementasi), (5) evaluation (umpan balik).

2.5.3 Model Kemp

(58)

40 pembelajaran, (7) pemilihan media dan sumber belajar, (8) pelayanan pendukung, (9) evaluasi formatif dan sumatif, dan (10) revisi perangkat pembelajaran Wina (2008: 71-72).

2.5.4 Model Dick and Carey

Dick and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Model ini menyarankan agar penerapan prinsip desain disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan.

Terdapat sepuluh tahapan yang akan dilewati dalam proses perencanaan dan pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran (Identify instructional gols), (2) melakukan analisis pembelajaran (Conduct instructional analysis), (3) mengidentifikasi karakteristik siswa (Identify entery behavior), (4) merumuskan tujuan kerja (Write performonce objektives), (5)mengembangkan butir tes (Develop creterion reference tests), (6) mengembangkan strategi pembelajaran (Develop instructional strategy), (7) mengembangkan isi program pembelajaran (Develop and select instructional materials), (8) merancang dan melaksanakan evaluasi (Devolop and conduct formative evaluation), (9) merevisi paket pembelajaran (Revise instructional), (10) mengembangkan evaluasi sumatif (Develop conduct summative evaluation) Dick and Carey (2001: 2).

(59)

41 Carey, dengan pertimbangan yang khusus, antara lain: (1) setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti, (2) teratur, efektif dan efesien dalam pelaksanaannya, (3) terperinci, sehingga mudah diikuti, (4) adanya revisi pada analisis intruksional, hal tersebut sangat baik karena apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan perubahan, sebelum kesalahan tersebut mempengaruhi komponen berikutnya, (5) model Dick and Carey sangat lengkap komponennya, hampir semua mencakup semua yang dibutuhkan dalam semua perencanaan pembelajaran.

2.6 Kerangka Pikir Penelitian

Proses pembelajarran merupakan kegiatan yang paling pokok dalam upaya mencapai kompetensi suatu mata pelajaran. Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan menghasilkan output yang berkualitas. Hal ini berhasil atau tidaknya pencapaian KI siswa banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dirancang dan dijalankan.

Belajar adalah komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan intraksi, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara lain teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan bahan ajar pengembangan pembelajaran.

(60)

42 sikap peserta didik secara seimbang. Kompetensi pengetahuan peserta didik yang dikembangkan meliputi pengetahuan, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasiagar menjadi pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi, mengamati, menanya, mencoba, mengelola, menyaji, menalar, dan menciptakan agar menjadi pribadi yang berkemampuan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif. Kompetensi sikap peserta didik yang dikembangkan meliputi, menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, mengamalkan sehingga menjadi pribadi yang beriman, berahlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berintraksi secara efektif dengan lingkungan sekitar.Pengembangan bahan ajar kewirausahaan bertujuan menghasilkan pencapaian KI dan dirancang dengan kurikulum 2013 dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, menuju pembelajaran menarik, menyenangkan, dan belajar tuntas. Belajar terasa bermakna, sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, motivasisiswa untuk belajar pun meningkat.

(61)

43 ajar kewirausahaan berlandasan pada teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran, yaitu: teori belajar bermakna, teori belajar konstruktivisme, teori belajar humanisme, serta prinsip-prinsip pembelajaran IPS berbasis kompetensi.

Berdasarkan uraian di atas bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.

2.7 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan Buku Ajar kewirausahaan untuk menjalankan usaha kecil kerajinan tangan di SMK belum

(62)

44 pernah dilakukan, oleh karena itu peneliti tersebut biasanya berada dalam koridor pembelajaran kewirausahaan yang terdapat di jenjang SMA/SMK.

Penelitian yang relevan sebagai berikut.

1. Pengembangan Model Bahan Ajar Pendidikan Ekonomi Kreatif Sebagai

Bridging Course Mata Kuliah Kewirausahaan (tesis), Devi, Program Pascasarjana Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2011.

Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan ajar pendidikan ekonomi kreatif sebagai bridging coursemata kuliah kewirausahaan yang telah dikembangkan dilihat dari keempat kelayakan aspek yaitu kelayakan aspek isi/materi, kebahasaan, penyajian dan tampilan. Untuk melihat kelayakan bahan ajar dilakukan analisis oleh ahli/pakar dan uji keterbacaan mahasiswa. Hasil analisis dari ahli/pakar dan uji keterbacaan mahasiswa dilihat dari aspek kelayakan aspek isi/materi, kebahasaan, penyajian dan tampilan sama-sama

berkategori “baik”. Secara keseluran bahan ajar pendidikan ekonomi kreatif

sebagai bridging course mata kulia kewirausahaan telah direvisi dan layak digunakan dalam perkuliahan di perguruan tinggi.

2. Pengembangan Bahan Ajar Pokok Bahasan Perencanaan Usaha Berbasis

Gambar

Tabel 1.1                                    Hasil Belajar Kewirausahaan Kelas XII Semester
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Gambar 3.1 Model pengembangan Dick dan Carey
Tabel 3.3Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ahli Bahasa Indonesiaterhadap  RancanganBuku AjarKewirausahaan untuk Siswa SMK Kelas XII
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal itu, sangat besar kemungkinan apabila kawasan agrowisata yang terdapat di Kelurahan Kotabumi Kecamatan Purwakarta tersebut dapat dikembangkan

 Untuk memastikan tidak adanya senyawa organik terklorinasi yang terbentuk dalam proses pemutihan adalah dengan menghilangkan semua zat pemutih yang mengandung klor  Bahan

Jual beli yang dikenal dengan berbagai macam-macam cara yaitu menggunakan alat tukar dan juga sering digunakan pembayaran dengan barang (barter). Masyarakat adat

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : (1) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31

Kasus yang dimaksud terkait dengan memelihara hubungan dalam dinamika komunikasi antarpribadi melalui komunikasi dialektis dan dialogis kader KB di kalangan calon

Yang berarti, H 0 ditolak dan H 1 diterima, dengan kesimpulan kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati

Setelah dilakukan penghitungan nilai k, maka dapat dilakukan pengeplotan grafik kinetik rate, dimana untuk sumbu x ada 1/T dan sumbu y adalah ln k, dan dapat

Perbedaan tersebut adalah : 1 dari segi subjek dan objek penelitian ini berbeda karena yang diteliti adalah pandangan tokoh masyarakat terhadap pengaruh jumlah neptu bagi