• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi pembelanjaan matematika dengan mengunakan metode quantum learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi pembelanjaan matematika dengan mengunakan metode quantum learning"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

Olch KHAIRUNNISA NIM.9917015932

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIDAY ATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Pcmbimbing I,

Dra. Afidah Mas'ud NIP. 150 228 775

Gelar Sa1:jana Pendidikan

Oleh Khairunnisa NIM: 9917015932

Di Bawah Bimbingan

Pembimbin

セN@

c=

Ora. Faizah, M. Pd.

NIP. 150 231 508

.JURUSAN PENDIDIKAN MATEJWATIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SY ARIF HIUA Y ATULLAH JAKARTA

(3)

DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING" telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Oktober 2003. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata I (Sl) pada Jurusan Pendidikan Matematika

Jakarta, 2 Oktober 2003

Sidang Munaqasyah Dekan/

er セイョー@ Anggota,

BBセ@

.

Anggota:

Drs. Soekardi HI'

Pcm ban tu Dekan II/ Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. H. Mahsusi MD, MM NIP. 150 233 073

Pe:nguji

II,

MMMZᆬセコOM

(4)

Alhamdulillahi Rabbi I 'Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kc hadirat

Allah SWT, karena dengan taufiq dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah berikan kcpada Nabi

Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya, dan para pcngikutnya sampai akhir

zaman.

Penulis menyadari walaupun skripsi ini kurang sempurna, tetapi tidak

mungkin selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu

penulis menyampaikan banyak terima kasih dan menghargai setinggi-tingginya

kepada semua pihak, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. H. M. Ali Hamzah, Kepala Jurusan Pendidikan Matematika sekaligus

セG@

Penasehat Akademik penulis dan !bu Mayfalinda Fatra, S. Ag. sebagai sekretaris

Jurusan Pendidikan Matematika.

3. !bu Dra. Afidah Mas'ud dan !bu Dra. Faizah sebagai dosen pembimbing I dan II,

yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

(5)

telah membantu penulis dalam rangka mendapatkan infomiasi mengenai SDI Lazuardi. dan telah memberikan kesempatan serta ォ・セェ。ウ。ュ。@ yang baik sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini.

5. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan penelitian kepustakaan.

6. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Asmaul Husna SMUN 47 Jakarta, yang telah memberikan semangat dan berbagi informasi kepada penulis.

8. Rekan-rekan mahasiswa, khususnya yang di Jurusan pendidikan matematika yang telah mendukung penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

(6)

Chairuddin, yang melahirkanku, membesarkanku, mengt\jariku. mendukungku di

saat susah maupun senang baik moril maupun materiL Untuk Teh Nida yang

dengan sukarela melengkapi fasilitas bagiku dan mcmberikan saran-saran yang

berharga, Ka lhan dan Teh Fakhroh yang mendorong dan menycmangatiku, Teh

Fifi nun jauh di Bali yang selalu menanyakan kapan aku selesai, Teh Huri yang

selalu membantuku di saat-saat kritis, Ka Ruham yang mernbcrikan nasehat dan

petuah-petuah, adikku Anam yang selalu menyaya.ngiku,

keponakan-keponakanku, Fadli, Hilma dan Meutia semogajadi anak-anak yang shaleh.

Hanya kepada Allah jualah kita berserah diri, semoga yang kita amalkan

mendapat RidhaNya. Amin

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua

pihak yang memerl ukan.

Jakarta, 20 September 2003

Penulis

(7)

DAFT AR !SI··· ... ... IV

DAFT ART ABEL . . . .. VII

DAFT AR ILUSTRASI ··· ··· ··· VIII

DAFTAR LAMP IRAN . . . . . . IX

BAB I PENDAHULUAN ... .

A. Latar belakang Masalah ... .

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... .. 5

C. Metode Pembahasan . . . .. 5

D. Sistematika Penulisan ... _... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN ... 8

A. Landasan Teori . . . .. 8

1. Pembelajaran Matematika .. . . 8

a. Pengertian Belajar ... _... 8

b. Hakikat Matematika ... . . 9

(8)

2. Metode Quantum Learning'... 22

a. Sekilas tentang Quantum Learning . . . .. .. .. . . . .. . . .. .. . . .. . 22

b. Aspek-aspek Quantum Learning dalam Pembclajaran . . . .. ... 25

3. Strategi Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode Quantum Learning... 35

a. Tahap Sebelum Siswa masuk Ke las (Menata Panggung) . . ... 35

b. Tahap Saat Siswa Masuk Kelas (Kerangka Pembelajaran TANDUR) ... 36

B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 42

BAB III METODOLOGI PENELJTJAN . . . .. . . .. .. . . 44

A. Pemilihan Lokasi, Subyek Penelitian, Penjajakan Awai .. . . 44

B. Strategi dan Teknik Penelitian .. . . .. 45

C. Pengumpulan Data . . . ... 46

D. Proses Pencatatan danAnalisis Data... 48

(9)

2. Lingkungan Pembelajaran Matematika . . . . ... .. . .. . . .. .. .. .. . 53

3. Keadaan Guru Sclama Pembelajaran Matcmatika .. .. .. .. . . .. .. .... 55

4. Keadaan Siswa Selama Pembelajaran Matematika .. .. .. . . .. ... 58

5. Contoh strategi Pembelajaran Matematika dcngan Menggunakan Metode Quantum Learning di SDI Lazuardi . . . 60

B. Analisis Penerapan Metode Quantum Learning pada pembelajaran Matematika .. . . .. . . . .. . . .. . . .. .. . . . .. . . . .. .. .. .. . .... 65

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan . . . .. . . .. .... .. . . .. . . .. .. .. . . .. . .. .. .. . . .. 80

B. Saran... 81

DAFT AR PUST AKA . . . .. 84

(10)

Menyenangkan 72

3. Perasaan Siswa Saat Pembelajaran Matematika . . . 73

4. Konsentrasi Siswa Saat Belajar Matematika di Kelas . . . 74

5. Siswa Mengerti Pelajaran Matematika yang Telah Diajarkan . . . 75

6. Cara Guru Menjelaskan Pelajaran Matematika . . . .... 75

7. Pelajaran yang Dipelajari di Rumah ... ... ... .... ... ... 76

8. Kegunaan Matematika dalam Kehidupan Sehari-hari . . . 77

9. Perhatian Orang tua terhadap Pelajaran Matematika . . . ... 78

(11)

2. Kerangka Quantum Learning . . . ... . . 33

3. Bagan Strategi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Metode Quantum Learning . . . . . . 34

4. Suasana di kelas pada awal pembelajaran ... . . 56

5. Salah satu kegiatan siswa pada saat pembelajaran matematika

59

6. Siswa SDI Lazuardi sedang bermain di Play ground dan diawasi oleh

guru ... ,... 69

(12)

3. Lembar Observasi Lingkungan/ Latar Kelas dalam Proses Pembelajaran Matematika di kelas IV Sam Ratulangi .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 90 4. Lembar Observasi Keadaan Guru dalam Proses Pembelajaran

Matematika di Kelas IV Sam Ratulangi . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 92 5. Lembar Observasi Keadaan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Matematika di kelas IV Sam Ratulangi .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. 94 6. Lembar Observasi Lingkungan/ Latar Kelas dalam Proses

Pembelajaran Matematika di kelas IV Hasanuddin. .... .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 95 7. Lembar Observasi Keadaan Guru dalam Proses Pembelajaran

Matematika di Ke las IV Hasanuddin .. .. .. .. .. .. . . .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. 97 8. Lembar Observasi Keadaan Siswa dalam Proses Pembelajaran

(13)

A. Latar Bclakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa berkembang yang giat membangun ncgaranya. Apalagi pada masa sekarang yang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) semakin pesat. Bangsa yang tidak ingin tertinggal dalam penggunaan teknologi segera menyediakan sumber daya manusia yang dapat menguasai teknologi tesebut.

Melalui pendidikan dapat dihasilkan sumber daya manusia berkualitas dan berwawasan yang dapat membentuk peradaban manusia yang bermartabat. Hal inilah yang menjadi fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional di indoncsia, seperti yang tertera pada Undang-undang Republik Indonesia No. 20 !alum 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu:

"Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak se1ia peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bcrahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis scrta bertanggung jawab." 1

Untuk memenuhi tujuan Pendidikan maka diselenggarakan rangkaian kcpendidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjeqjang dan sistematis melalui

1 Departen1c11 Penclidikan Nasional, Undang-undang

(14)

lembaga pendidikan formal sepe1ii sekolah. Di sekolah terdapal sejumlah bidang

studi yang hams dikuasai oleh siswa. Salah satu bidang studi itu adalah matematika.

Maternatika yang diajarkan di persekolahan atau rnatematika sekolah pada

dasarnya adalah "unsur-unsur dan bagian-bagian matematika yang dipilih

berdasarkan: (1) makna kependidikan yaitu untuk mengembangkan kemampuan dan

kepribadian peserta didik; (2) tuntutan perkembangan yang nyata dari lingkungan

hidup yang senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi."2

Jadi dengan mempelajari matematika di sekolah peserta didik dapal mengcmbangkan

kemampuan dan kepribadiaannya sehingga mampu rncnjawab tuntutan

perkembangan iptek.

Dengan demikian matematika sekolah merupakan faktor penting dalam upaya

penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu maleri matematika

diajarkan dari mulai SD hingga SL TA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Maka

berbicara masalah mutu pendidikan tidak lepas dari masalah mutu pendidikan

matematika sekolah.

Namun pada kenyataannya keberadaan matematika sebagai salah satu mata

pelajaran di sekolah dirasakan sebagai beban berat oleb sebagian besar siswa. Materi

matematika dianggap membutuhkan daya ingat dan nalar yang cukup tinggi sehingga

membuat siswa merasa sulit mempelajarinya. Hal ini membuat siswa tidak menyukai

2 R. Socdjadi, Orientasi Kurikulun1 Aia1e111atika Seka/ah di Indonesia: Kurikuhun un111k abad ke·2 l, (Jakarta,

(15)

pelajaran matematika. Seperti yang dituliskan Ruseffendi "Matematika bagi anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi."3

Selama para siswa berada di kelas mereka tidak hanya belajar materi pelajaran matematika tetapi juga belajar untuk suka atau tidak menyukai pelajaran tersebut. Sebab selain memiliki intelegensi, mereka juga mempunyai minat, motivasi dan rasa ingin tahu yang besar. Sehingga mereka dapat mempelajari rasa frustasi dari konflik, persaingan yang saling menjatuhkan, dan kegagalan. Mereka juga dapat mempelajari kepuasan dari eksplorasi, bekerja sama, kompetensi dan kesuksesan.

Hal-ha! tersebut dapat dipengaruhi oleh guru dan metode pengajaran yang dipakainya. Berkenaan dengan itu telah diisyaratkan Al-Qur'an dalam surat An-Nahl: 125 yang berbunyi:

Artinya:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik ... (An-Nahl: 125)"<

Dalam ayat ini jelas bahwa cara pembelajaran yang baik antara Iain dengan cara hikmah. Hikmah ini dapat diartikan bahwa seorang guru harus mengajarkan

3

E. T. Ruseffcndi, Dasar-dasar Maten1atika Moden1 dan Kotnputer untuk G11n.', (I3andnng: Tarsito,J 984),

Edisi!V,h.15 .

4

Departemen Agan1a, .Al-Qur 'an dan Terjen1ah11ya, (Bandung, Gc1na Risalah Pri!ss, 1992 ), Edisi Rcvisi, h.

(16)

bahan-bahan pelajaran yang sesuai dengan kemampuan daya tangkap siswa sehingga mereka tidak merasa berat dalam menerima pelajaran, dan guru harus pandai pula memilih cara dan gaya menyajikan bahan-bahan pelajaran itu sehingga siswa berminat dan mudah menerimanya.

Adapun metode-metode pengajaran yang telah diterapkan di sekolah sebenamya mengacu pada hal-hal tersebut. Namun pada prakteknya para guru umumnya hanya berorientasi pada hasil belajar yang dilambangkan dengan angka-angka dan tidak lagi mementingkan proses, padahal belajar itu merupakan suatu proses. Para guru menunaikan tugasnya untuk mengajar tetapi, sayangnya, tidak membelajarkan siswa dan keunikan siswa tidak lagi diperhatikan. Hal ini menyebabkan belajar menjadi tugas yang berat bagi siswa bahkan kata belajar itu saja membuat tegang dan tertekan para siswa.

Pada awal tahun 90-an muncul metode Quantum Learning yang memperlihatkan bahwa belajar akan efektif dan berhasil jika kegiatan tersebut dinikmati dan menyenangkan. Para siswa yang menikmati belajar mereka akan memperoleh hasil yang lebih baik, merasakan kepuasan dan. akan belajar lebih banyak lagi. Quantum Learning mengajak para siswa untuk belajar cara belajar sehingga efektif dan menyenangkan serta memberikan keterampilan belajar seumur hidup yang sesuai dengan gayanya sendiri.

(17)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas agar menjadi jelas dan tidak mcnyimpang serta tidak mengembang terlalu jauh. Pembatasan permasalahan sebagai bcrikut:

I. Pembelajaran matematika yang diteliti adalah kegiatan bclajar siswa pada saat guru mengajarkan materi matematika di ruang kelas.

2. Siswa yang dimaksud adalah siswa sekolah dasar kelas empat di SDI Lazuardi Global lslamic School.

3. Metode Quantum Learning merupakan suatu metode yang cliperkenalkan Bobby DePorter dan Mike Hernacki yang telah diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi setempat di SDI Lazuardi Global Islamic School.

Perumusan masalah yang dikcmukakan penulis sebagai berikut:

I. Bagaimana penerapan metode Quantum Learning dalam pembelajaran matematika di SDI Lazuardi?

2. Apakah penggunaan metode Quantum Leaming selama pembelajaran matematika dapat membuat siswa SDI Lazuardi menyenangi pelajaran matematika?"

C. Metode Pembahasan

(18)

Untuk memperoleh data yang menun3ang penyusunan skripsi mt digunakan dua met ode penelitian yaitu:

I. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca buku-buku, majalah-majalah serta tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pendapat-pendapat, teori-teori atau bahan yang ada relevansinya dengan masalah yang akan dibahas.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Untuk memperoleh data di lapangan digunakan cara berikut:

a. Observasi: berupa pengamatan langsung keadaan dan kegiatan pembelajaran matematika guna memperoleh data yang mendukung penelitian ini.

b. Wawancara: berupa wawancara dengan guru matematika, siswa dan orang-orang yang dapat memberikan keterangan yang dapat melengkapi data untuk skripsi ini.

c. Dokumentasi: berupa bahan tertulis atau film, dokumen digunakan untuk mengetahui statistik siswa dan guru, keadaan bangunan, serta data Jain yang dibutuhkan.

d. Angket: sebagai pelengkap data digunakan kuisioner untuk mengetahui apakah siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode

' ' Quantum Learning.

(19)

D. Sistcmatika Pcnulisan

Untuk lebih singkat dan memudahkan dalam pcnguraian pembahasan maka dalam sistematika penyusunan penulis membagi kepada:

Bab I Pendahuluan menggambarkan latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah yang akan dibahas, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori dan Kajian Penelitian yang Relevar. membahas tentang acuan teoritis yang :nencakup pengertian belajar, hakikat matematika, pendekatan pengajaran, metode mengajar, teknik mengajar, strategi pembelajaran matematika, sekilas tentang metode Quantum Learning, aspek-aspek Quantum Leaming dalam pembelajaran, strategi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Quantum Learning, serta penelitian yang relevan.

Bab Ill Metodologi Penelitian menjelaskan lokasi penelitian, subyek penelitian, waktu penelitian, prosedur yang dilakukan untuk mengumpulkan data, analisis data, dan teknik pemeriksaan dan keabsahan data.

Bab IV Basil Penelitian berupa uraian deskripsi data se1ia analisis data dengan keterangan, serta klasifikasi dan konfirmasi dengan teori.

(20)

A. Landasan Tcori

I. Pcmbclajaran Matcmatika a. Pcngcrtian Bclajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, belajar merupakan kcgiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantw1g kepada proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Ada beberapa definisi belajar, Herman Hudojo dalan1 bukunya Mengajar Belajar Matematika menerangkan:

Seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama. Perubahan tingkah laku yang relatif lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.5

Sedangkan menurut Morgan, dalam buku ln!roduction 10 Psychology (1978)

mengemukakan: "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalarnan."6 Jadi, pada hakikatnya, belajar merupakan proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan diukur berlaku relatif lama

5

Herman Hudojo, Be/ajar Mengajar Matematika, (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. I.

6

(21)

sehingga dari yang tidak mampu menge1jakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya.

b. Hakikat Matematika

Kata matematika berasal dari "bahasa latin mathematica, yang berasal dari kata Yunani mathematike, dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan pula dengan kata mathanein yang berarti berfikir atau belajar. "7 Sedangkan dalan1 kamus besar bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai "Ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

Belum ada kesepakan bulat para ahli untuk mendcliniskan hakikat matematika. Berikut ini beberapa pendapat mengenai arti matematika: Menurut Herman Hudojo dalam bukunya Mengajar Belajar Matematika "secarn singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif."9 Sedangkan Mulyono Abdurrahman, dalam buku Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, menuliskan:

7

Drs. Ismail, M. Pd., dkk, Kapita Se/ekta Pembelajaran Matematika, (Jakarta, UT, I 999), h. 1.3

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua,

(Jakarta, Balai Pustaka, I 995), Cet. Ke-4, h. 637

9

(22)

"Menurut Johnson dan Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988: 430) mengemukakan bahwa matematika di samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline (1981: 172) juga mcngcmukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah pengwmaan cara bemalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bemalar induktif" .1

Jadi matematika memiliki sebuah sistem bahasa scndiri, berupa bentuk dan simbol yang dilandasi suatu ide/konsep abstrak. Secara sensial ha! ini berkaitan dengan representasi hubungan dalam kehidupan sehari-hari dan rnernanipulasinya.

Maternatika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa di tiap jenjang pendidikan. Ada banyak alasan perlunya siswa belajar matematika, misalnya:

Cornelius ( 1982: 38) mengemukakan, ada lima alasan perlunya belajar matematika, yaitu Matematika merupakan sarana (1) berpikir jelas dan logis, (2) Untulc memecahkan kehidupan sehari-hari, (3) Mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) Untuk mengembangkan kreatifitas, dan (5) Untuk meningkatkan kesadaran tehadap perkembangan budaya.

Cockroft (1982: 1-5) mengemukakan bahwa maternatika perlu diajarkan kepada siswa karena: (I) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan (2) Semua bidang studi memerlukan keteran1pilan matematika yang sesuai. (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas { 4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara (5) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan. (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menm1tang. 11

Jadi secara singkat alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa karena matematika berhubungan dengan masalah kehidupan sehari-hari.

10

Dr. Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak yang Berkesu/itan Be/ajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), Cet. Ke- I, h. 252.

(23)

c. Pendekatan Pengajaran Matematika Beberapa arti pendekatan mengajar:

1. Suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Mengajarkan suatu topik tertentu dilihat dari sudut bagaimana topik tersebut diajarkan kepada siswa.

Menurut Erman Suherman dalam Strategi Belajar Mengajar Matematika berikut ini beberapa pendekatan yang biasa digunakan dalam pengajaran matematika:

1. Pendekatan Spiral

Pendekatan spiral merupakan prosedur pembahasan konsep atau pnns1p matematika yang dimulai dengan eara yang sederhana, dari konkret ke abstrak, dari cara intuitif ke analisis, dari penyelidikan ( eksplorasi) ke penguasaan, dari tahap paling rendah hingga tahap yang paling tinggi, dalam waktu cukup lama, dan dalam selang-selang waktu yang terpisah-pisah. Hal m1 · sesuai dengan tahap perkembangan intelektual murid. Pengajaran dengan pendekatan spiral dapat digambarkan sebagai lingkaran-lingkaran yang makin ke atas semakin besar. Ini diartikan makin lama topik-topik yang dibahas semakin menjadi tinggi dan semakin luas.

(24)

Pada Tingkat SD, para siswa kelas VI diminta mengumpulkan data, mencari

nilai data terendah/tertinggi, rata-rata, modus dan median serta menyajikannya

dalam bentuk diagram, ini terjadi di selang A. Pada tingka.t SLTP, di selang B,

statistik diajarkan lagi. Pelajaran di B bukan sekedar mengulang bahan yang

diberikan di A, tetapi terjadi penambahan seperti siswa ban.is dapat menentukan

interval kelas dan banyak kelas. Pada selang-selang selanjutnya, yaitu di tingkat

SL TA dan Perguruan tinggi, bahan pelajaran statistik yang diberikan semakin luas Bentuk Spiral

dan sukar.

llustrasi I

2. Pendekaian Deduktif:

Pendekatan deduktif merupakan pendekatan pembelajarnn yang menggunakan

proses penalaran deduktif. "Pendekatan deduktif merupakan cara menarik

kesimpulan dari hal yang umum menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan

secara deduktifbiasanya menggunakan pola pikir silogisme. "12

Pembelajaran konsep matematika dengan pendekatan ini dimulai dengan

memberikan definisi, aksioma, teorema-teorema disusul dengan memberikan

contoh-contoh. Pembelajaran dengan pendekatan ini hanya memerlukan waktu

12

(25)

yang singkat sehingga dapat lebih efisien, namun kurang sesuai untuk kelas rcndah (sekolah dasar). Contoh: Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar. "Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari beberapa bilangan adalah :;cbuah bilangan asli paling besar yang merupakan faktor persekutuan dari semua bilangan terscbut." IJ

Cara menentukan FPB dari dua bilangan 32 dan 48 adalah sebagai berikut: Himpunan faktor dari 32 adalah: A = { 1, 2, 4, 8, 16, 32}

Himpunan faktor dari 48 adalah: B = {I, 2, 3, 4, 6, 8, I 2, 16, 24, 48}

Himpunan faktor persekutuan dari 32 dan 48 adalah himpunan irisan A dan B, yaitu: An B = { 1,2,4,8,16,}

Anggota paling besar dari A

n

B adalah 16.

J adi 16 merupakan pembagi persekutuan terbesar dari 32 dan 48. Jadi FPB dari 32 dan 48 adalah 16.

Keterangan:

Pada contoh mencari FPB di atas terjadi silogisme: Premis mayor

Premis Minor

: Definisi FPB, dua bilangan a dan b : a= 32 dan b = 48

Kesimpulan : FPB dari 32 dan 48 adalah 16 3. Pendekatan induktif

Pendekatan induktif merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang prosedurnya menggunakan proses penalaran induktif. Pembelajaran dengan

13

(26)

pendekatan ini untuk mengenalkan teorema pada siswa yang dilakukan dengan cara pemberian contoh-contoh yang mengarah pada suatu formula/ rumus yang dikehendaki. Pendekatan ini sesuai untuk siswa-siswa pada tingkat rendah dan siswa yang lemah.

4. Pendekatan Jntuitif

Merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang prosedurnya menggunakan proses penalaran intuisi, yatu penalaran yang didasari kcmampuan untuk mengetahui/memahami sesuatu hal tanpa harus mempelajari (intuisi).

Pendekatan intuitif ini hampir mirip dengan pendekatan induktif hanya saja dalam pendekatan intuitif contoh-contohnya biasanya berupa pemiaianan, keadaan khusus, masalah sehari-hariatau masalah matematika yang menarik.

d. Mctodc Pcngajaran Matcmatika

"Metode mengajar adalah cara yang digunakan untuk rnengajarkan tiap bahan pelajaran".14 Menurut Erman Suherman dalam Strategi Belajar Mengajar Matematika berikut metode pengajaran matematika yang umumnya digunakan: 1. Metode Ceramah

Merupakan cara menyampaikan keterangan atau infommsi dengan lisan dari scseorang kepada sejumlah pendengar. Kegiatan ccranmh ini berpusat pada si penceramah, penceramah mendominasi selmuh kegiatan, sehingga komunikasi yang terjadi satu arah dari si penceramah kepada pendengar.

14

(27)

2. Metode Ekspositori

Dalam pembelajaran matematika dengan metode ini kegiatan masih berpusat pada guru sebagai pemberi infonnasi (bahan pelajaran) tetapi dominasi guru mulai berkurang. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti.

3. Demonstrasi

Merupakan cara menyampaikan bahan pelajaran dengan guru sebagai pusat pemberi informasi dengan cara memperagakan atau memperlihatkan suatu proses kepada seluruh siswa sedangkan siswa hanya melihat apa yang dikc1jakan olch guru.

4. Drill

Drill berhubungan dengan kemampuan untuk cepat ingat dan kegiatan-kegiatan yang bersifat lisan yang memerlukan hafalan. Materinya menyangkut fakta dasar operasi hitung, definisi, rumus, sifat, serta aplikasi .. aplikasinya dan hal-hal lain yang tidak memerlukan prosedur penge1jaan.

5. Latihan

(28)

6. Tanya Jmvab

Suatu metode pembelajaran matematika yang dalam penyajian bahan pelajarannya murni menggunakan tanya jawab. Sebelum tanya jawab terjadi biasanya guru memberikan pengarahan terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan tanyajawab.

7. Pemecahan Masalah

"Menurut Robert M. Gagne belajar dengan pemecahan masalah merupakan tipe belajar yang paling tinggi tingkatnya dan kompleks dibandingkan dengan Jems belajar lainnya" 14.

"Menurut Polya suatu persoalan atau soal matematika akan menjadi masalah bagi seorang anak, jika ia:

a. Mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan, ditinjau dari seg1 kematangan mentalnya dan ilmunya.

b. Belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyclesaikannya, dan berlainan yang sebarang letaknya, dan

c. Berkeinginan untuk menyelesaikannya. " 15 8. Penemuan(Discovery)

Suatu penyampaian bahan a1ar matematika sehingga proses belajar yang terjadi memungkinkan siswa untuk menemukan ha! baru, berdasarkan serentetan pengalaman masa lampau. Hal baru bagi siswa ini berupa teorerna, konsep, rumus, pola aturan dan sebagainya. Metode penemuan terbagi dua yaitu penemuan terbimbing dan penemuan tidak terbimbing.

14

Ibid., h. 252.

15

(29)

9. Permainan

Pe1mainan matematika adalah suatu kegiatan yang menggembirakan yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Tujuan ini dapat menyangkut aspek kognitif, psikomotor, atau afektif.

10. Pemberian Tugas

Suatu metode pembelajaran yang meminta siswa untuk mengcrjakan soal-soal latihan yang dikerjakan di rumah, tugas membaca bahan pelajaran yang akan dibahas pada tatap muka berikutnya, tugas mencari bukti lain dari suatu teorema atau rumus, tugas menerapkan kemampuan matematika dalarn kasus-kasus nyata di rumah, tugas mencari contoh kasus dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai konsep tertentu atau perhitungannya menggunakan rumus te1tentu.

11. Metode Laboratorium

Pembelajaran matematika dengan rnetode laboratoriurn berdasarkan prinsip 'belajar dengan berbuat' dan berlanjut dari konkret ke abstrak. Oleh karenanya tujuan pembelajaran dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat dicapai. Dengan metode ini dimaksudkan membimbing siswa untuk menemukan fakta-fakta dalam matematika, dan mengaplikasikan pengetahuannya. Dalam ha! tertentu metode ini merupakan perluasan dari metode induktif.

12. Metode Kegiatan Lapangan

(30)

dalam suatu diagram atau grafik, mengukur tinggi pohon tanpa harus mengukur langsung, mengukur luas daerah, dan sebagainya. Dengan menggunakan metode kegiatan lapangan dalam pembelajaran matematika s1swa dapat langsung mengalami dan melakukan suatu pekerjaan yang memanfaatkan hasil dari belajar matematika, dengan demikian siswa mengetahui langsung kegunaan matematika dalam kehidupannya.

13. Metode Diskusi

Pembelajaran dengan metode diskusi adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang terjadi interaksi antara 1,>uru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Diskusi dapat dilakukan dalam kelompok kelas dan dalam kelompok-kelompok keciL

e. Telrnik-telmik Mengajar

Teknik mengajar merupakan cara menyajikan metode mengajar tertentu agar pengajaran berhasil baik Beberapa teknik mengajar yang diperlukan antara lain:

L Teknik menulis pada papan tulis (alat lain) agar rapi, jelas dan terlihat oleh siswa yang berada di kursi paling belakang.

2. Teknik mengeluarkan suara agar dapat didengar oleh semua s1swa, tidak membosankan dan membuat mereka semangat belajar.

3. Teknik menguasai kelas agar keadaan kelas selalu dalam suasana belajar, tidak bising namun tidak menjadi tegang.

(31)

f. Strategi Pembelajaran Matematika

Agar dapat mengajarkan matematika kepada siswa dengan tepat maka para pengajar sebaiknya memahami strategi pembelajaran mar.ematika dan mampu menggunakannya dalam praktek pengajaran di kelas. Untuk memiliki suatu strategi pembelajaran yang tepat seorang guru sebaiknya melibatkan pendekatan, metodc mengajar dan teknik yang sesuai dengan materi matematika yang akan diajarkan. Pelaksanaan suatu strategi pembelajaran diperlukan beberapa pendekatan, suatu pelaksanaan pendekatan dapat memerlukan beberapa metode, clan pelaksanaan suatu metode memerlukan beberapa teknik.

Strategi Pembelajaran ini dapat dibagi menjadi dua tahap17, yaitu:

I. Tahap sebelum siswa masuk kelas. Tahap ini dilakukan scbelum guru mengajar, dapat juga disebut tahap persiapan atau pre-conditions.

2. Tahap saat siswa di dalam kelas. Taliap ini dilakukan di dalam kelas dan disebut sebagai operating procedures. Kegiatan guru pada tahap ini, yaitu:

a. Pra instruksional

"Tahap yang ditcmpuh guru pada saat ia memulai proses bclajar mcngajar"1

x. b. Tahap inslruksional

"Tahap memberikan bahan pclajaran yang telah disusun guru sebelumnya"19.

17 Suharsi1ni Arikunto,

Penge/o/aan Ke/as dan Sis1va, (Jakarta: CV Raja\vali, 1988), h. 27.

18

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Be/ajar lvlengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2000), h. 148.

19

(32)

c. Tahap penilaian

Tahap ini merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan instruksional.

d. Tindak lanjut

Berdasarkan hasil penilaian malrn diberikan umpan balik (tindak lanjut) yang sesuai berupa perbaikan atau pengayaan

Contoh:

Pokok Balrnsan Pendekatan

Sub Pokok Bahasan : Metode Mengajar Rancangan Pengajaran:

Bilangan Cacah Spiral

Urutan bilangan Permainan

I. Siswa sebuah kelas di bagi menjadi 5 kelompok.

2. Tiap kelompok diberi kartu bilangan sebanyak I 0 lembar. 3. Tugas kelompok tersebut:

a. menyusun kartu bilangan tersebut dari urutan terkecil hingga terbcsar. b. Menuliskan susunan tersebut pada selembar kcrtas jawaban dan

menyerahkannya ke guru.

4. Tiap kelompok mernpunyai waktu 120 detik.

(33)

Penjelasan:

Strategi pembelajaran matematika pokok bahasan bilangan cacah menggunakan pendekatan spiral karena bilangan cacah merupakan bagian dari konsep bilangan yang dipelajari secara bertahap (spiral). Metode mengajar yang dipergunakan adalah metode permainan agar siswa menyenangi kegiatan belajar. Teknik mengajar yang diperlukan adalah penguasaan kelas agar para siswa mau dibagi menjadi kelompok, kemudian cara guru mengeluarkan suara saat memberi tugas agar tugas kelompok dapat dipahami siswa dengan jelas, dan penataan kursi sehingga siswa dapat bekerja sama dengan baik.

Strategi Pembelajarannya:

I. Sebelum siswa masuk ke kelas

a) Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu: agar siswa dapat mengurutkan bilangan secara benar dan cepat.

b) Menyusun rancangan pengajaran

c) Merancang ala! bantu rnengajar berupa 50 lembar kartu bertuliskan lambang bilangan yang berbeda-beda.

d) Waktu yang diperlukan selama permainan adalah 20 menit.

e) Merancang lingkungan kelas agar siswa mudah berinteraksi perkelompok dan menentukan tempat guru menerima hasil jawaban.

2. Siswa berada di dalam kelas

(34)

Mengabsen siswa dan mencatat yang tidak hadir, mengingatkan kembali pelajaran terdahulu dan menanyakan kesulitannya, membei kesempatan siswa untuk bertanya dan mengulang pelajaran sebelurnnya secara singkat. b) Instruksional

Menjelaskan tujuan pengajaran yang akan dicapai, memberitahukan kegiatan yang akan dilakukan siswa, memberikaa kesempatan untuk be1ianya, merealisasikan rancangan pengajaran, membuat kesimpulan. c) Penilaian

Mengajukan pertanyaan secara Jisan atau tulisan, mengulangi pembahasan, dan memberitahukan pokok-pokok materi pada hari beikutnya.

d) tindak Janjut

Memberikan perbaikan atau pengayaan

2. Mctodc Quantum Learning

a. Sckilas tcntang Quantum Learning

Kata Quantum awalnya dikenal sebagai istilah dalam fisika. "Menurut Bohr [Ahli fisika], elektron dapat berpindah ke tempat energi lcbih besar dengan mengubah cahaya menjadi energi diri elektron. Kemudian clektron rnclompat --quantum - ke tingkat yang lcbih tinggi."18 Jadi quantum merupakan loncatan elektron dengan mengubah energi cahaya menjadi energi dirinya sendiri ke tempat

18

Agus, Ngger111anto, Quantu111 QuoJient Kecerdasan Quantu111: C'ara praktis Melejitkan IQ,

(35)

yang lebih tinggi. Dari persamaan tersebut dapat terlihat suatu rumus yang dikenal dengan massa kali percepatan cahaya kuadrat adalal1 energi ditulis sebagai E= mc2.

Berdasarkan itulal1 Learning Forum mendefinisikan Quantum Learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubal1 cal1aya menjadi energi. Semua kehidupan adalah energi, tubuh manusia secara fisik adalah material, sedangkan interaksi, komunikasi, inspirasi merupakan cahaya, kemudian dihasilkan energi cahaya yang melejitkan potensi manusia. "Dengan Quantum Learning seseorang dapat mengquantumkan kemampuannya. Kemajuan hasil belajar tidak kontinu

merambat tetapi melompat ke tingkat yang tinggi."19

Seorang anak dapat berkata-kata karena ia dilahirkan clengan potensi untuk clapat berkata-kata clan cliajari untuk berkata-kata oleh orang tua clan lingkungannya. Manusia memiliki potensi-potensi yang diperlukan untuk kclangsungan hidupnya, kemuclian ia belajar menggunakan potensi-potensi tersebut untuk mempertahankan hiclup clan menghasilkan karya-karya yang dapat mempernmclah earn hiclupnya.

Mengetahui bahwa belajar itu penting clalam hidup dan manusia belajar selama hiclupnya - long life education- maka perlulah belajar clijaclikan sebagai aktivitas yang menyenangkan selama hidup. Quantum Learning mcnawarkan kiat-kiat yang dapat menjadikan belajar itu menyenangkan schingga clipcrolch scmangat baru clalam bclajar. Karena merasa belajar itu menyenangkan minat belajarpun bertambah dan dengan tingginya minat maka basil belajar akan lebih meningkat. Dcngan meningkatnya hasil bclajar maka kehormatan diri akan lebih tinggi

(36)

sehingga timbul perasaan mampu melakukan apa pun dan dapat berhasil dalam apa pun. Inilah yang dituju dalam Quantum Learning, yaitu kehormatan diri.

"Quantum Learning menggabungkan suggestologi, telmik pemercepatan belajar [accelerated learning], dan NLP [Neuro Linguistik Program] dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. [Learning Forum]"22 Suggestologi merupakan prinsip yang menyatakan sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, setiap hal memberikan sugesti positif atau negatif. Accelerated Learning didefinisikan sebagai "memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan mengesankan, dengan upaya normal dan dibarengi kegembiraan".23 Sedangkan NLP merupakan program yang meneliti tentang hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan pengertian anlara siswa dan guru.

Berdasarkan hal itu Bobby DePorter dan kawan-kawannya dalam Leaming Forum menyelenggarakan Super Camp Di Kirkwoods, Meadows, Califor7ia pada tahun 1982. Super Camp ini berkurikulumkan tiga unsur, yaitu: keterarnpilan akademis, prestasi fisik, clan keterampilan dalan1 hidup. Para siswa yang mengikuti Super camp selama sepuluh hari itu secara akademis meningkat. "Seperti seorang gadis yang indeks prestasinya naik dari 1,8 menjadi 4,0 dan scorang anak laki-laki yang meningkatkan nilai ujiannya hingga mencapai angka 90"24• Para siswa pun

22

Bobby DePorter dkk, Quantu1n Learning: Me111biasakan Be/ajar N.varnan clan

Menyenangkan, te1j. Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 1999), h. 16.

23

Ibid., h. 14.

(37)

merasakan manfaat lain program Super camp ini yaitu belajar itu menyenangkan dan harus dinikmati.

b. Aspek-aspek Quantum Learning dalam pembelajarnui

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur.25 Penggunaan metode Quantum Leaming dalam pengajaran di dalam kelas memperhatikan beberapa aspek, yaitu:

1. Tujuan

Quantum learning sebagai sebuah komunitas belajar di kelas mempunyai "tujuan yang sama bagi seluruh siswa yaitu mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran, me1tjadi pelajar yang lebih baik dan berinteraksi sebagai pemain tim."26 Tujuan tersebut mencakup di bidang keterampilan akademis [kognitif. afektif, psikomotorik], keterampilan hidup [sosiologis], keterampilan tisik [sebagai pergeseran paradigma], se11a akhlak (latihan-latihan rohani dari

2. Lingkungan

Lingkungan dalam metode Quantum Learning haruslah Positif, Aman, Mendukung, Santai, Penjelajahan clan Gembira

25

Ibid., h. 15

26

Bobby DcPorter, dkk., Quantu111 Teaching: Men1praktikkan Quuntu1n Learning di rオ。ョァセ@ ruang Ke/as, (Bandung, Kai fa, 2002), Cet.Ke-8, h. 46.

27

(38)

a. positif

Setiap orang dapat bersikap positif dengan cara meyakinkan diri sendiri bahwa dirinya bisa, tidak menjadikan kegagalan akhir dari usaha, selalu berlatih w1tuk menggapai tujuan, menyemangati diri sendiri, memiliki skenario terbaik untuk berbagai situasi, dan selalu mengharapkan yang terbaik untulc terjadi. Sedangkan positif dalam pembelajaran berupa guru meyakini bahwa setiap siswa memiliki potensi yang dapat digali keluar, sehingga sikap menghargai terlihat dari pengakuan guru atas usaha yang dilakukan siswa. Hal ini memberi kepercayaan diri pada siswa untuk mengekspresikan dirinya dalam berbagai situasi.

b. Aman, mendukung

Dalam pembelajaran diperlukan lingkungan yang aman agar siswa tidak merasa was-was ataupun terancam selagi belajar. Sedangkan mendukung dapat dimaksudkan dengan adanya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran. Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa umuk fokus dan menyerap informasi. Penggunaan poster ikon yang menampilkan isi pelajaran visual, poster afirmasi yang menguatkan dialog internal siswa dapat meningkatkan kegairnhan belajar siswa. Alat peraga dan ala! bantu lainnya dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengaktiflcan pelajar kinestetik. Pengaturan meja dan kursi turut mendukung hasil belajar.

c. Santai

(39)

Agar pembelajaran efektif diusahakan agar pelajar merasa santai dan tidak merasa tertekan.Kemudian untuk menciptakan ha! itu maka lingkungan belajar dibuat terasa santai misalnya dengan penggunaan wama, gambar-gambar ataupun pengaturan meja kursi yang tidak hanya berbentuk klasikal.

d. penjelajahan

Belajar tidak hanya berada di dalam kelas ataupun di suatu ruangan khusus. Kegiatan belajar dapat dilakukan di berbagai tempat dan kapan saja sebab surriber belajar dapat ditemukan di mana saja.

e. Gembira

Kegembiraan merupakan unsur terpenting dalam belajar, melalui ha! ini pelajar menikmati kegiatan belajarnya. Dengan menikmati kegiatan belajar yang menggembirakan pelajar akan mempertahankan minatnya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut.

3. Suasana

Suasana pembelajaran dalam konsep Quantum Learning meliputi nyaman, cukup, penerangan, enak dipandang, dan ada musiknya. Penggunaan musik dalam belajar pun dapat membantu siswa belajar optimal. "Don Campbell(l 946) mengemukakan bahwa terdapat suatu fenomena, di mrurn suara, irama, lagu, irama, secara fisik, mental, emosional dan spiritual dapat menguatkan pikirru1, menjadikan orang kreatif."28

28 Dr. Tony Setiabudhi, Ph.D. dan Dr. Hardywinoto, SKM, (ed.), Anak Unggul Berotak

(40)

4. Fisik

Banyak pelajar merasa bahwa belajar pun mereka tidak mampu. Untuk itu dibuatlah suatu pergeseran paradigma(yaitu perubahan dalam seluruh kerangka pikiran mereka), berupa tantangan fisik sebagai simbol-simbol untuk terobosan belajar. Kegiatan fisik ini berupa gerakan, terobosan, perubahan keadaan, permainan-permainan, fisiologi dan estafet.

5. Jnteraksi

Dalam kegiatan pembelajaran di kelas terjadi interaksi antara siswa dan guru. Interaksi ini te1jadi dalam rangka untuk mentransfer pengetahuan, pengalaman, menjalin hubungan dan membangkitkan inspirasi dalam belajar.

a. Siswa dan kebutuhannya.

Siswa merupakan subjek dalam pembelajaran yang mempunym potensi-potensi yang belum tergali. Mereka dapat berkembang, aktif, kreatif, mandiri serta memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Siswa berada di tempat yang "belum ada 'aku tahu', clan kesalahan, kreativitas, potcnsi, serta ketakjuban

• · · 29n meng1s1 tempat 1tu.

Kebutuhan siswa yang paling penting clalam belajar adalah mengctahui cara kerja otaknya clan menggunakannya untuk menclapatkm1 hasi I optimal. Kcmudian siswa perlu mengetahui gaya belajarnya masing-masing agar dapat mengembangkan potensi clirinya secara maksimal.

29 Bobby DePortcr, dkk.,

Qua111111n Teaching: A1ernprak1ikka11 Qunnttlfn Learning di

(41)

b. Pendidik (Guru)

Seorang guru, menurut Quantum Leaming, adalah:

l) Seseorang yang dapat mengorkestrasi pembelajaran sesuai dengan modalitas para pelajarnya .

2) Seseorang yang dapat mengajarkan keterampilan hidup di tengah keteran1pilan akademis, mencetak atribut mental/fisik/ spiritual siswanya 3) Seseorang yang mendahulukan interaksi dalam lingkungan belajar,

memperhatikan kualitas interaksi antarpelajar, antara pelajar dan guru, dan antara pelajar dan kurikulum27

c. Hubungan siswa dan guru

Guru berperan sebagai pembimbing, pemimpin, pengarah, salah satu sumber belajar, dan fasilitator siswa dalam belajar. Antara guru dan siswa エ・セェ。ャゥョ@

lmbungan saling menghormati dan menghargai, sehingga para siswa tcrmotivasi dan terinspirasi dalam belajar. Menurut Renate Nummela Caine dan Geoffrey Caine dalam Bukunya Education 011 the Edge !!/ Possibility, Dalam bobby

Deporter, menyatakan: 28

"Keyakinan guru akan potensi manusia dan kcmampuan semua anak untuk belajar dan berprestasi merupakan suatu hal yang penting diperhatikan. Aspek-aspek teladan mental guru berdampak besar terhadap iklim belajar dan pemikiran pelajar yang diciptakan guru. Guru harus memahami bahwa pcrasaan clan sikap siswa akan terlibat dan berpengaruh kuat dalam proses belajarnya.(Caine dan Caine, I 977, h. I 24 )"

27 Ibid,

h. 115.

(42)

Komunikasi terbuka antara keduanya, kepercayaan guru terhadap kemampuan siswa memberikan rasa percaya diri pada siswa tersebut. Untuk menarik keterlibatan siswa dalan1 belajar, guru hams membangun hubungan yaitu dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian. Kemudian membawa kegembiraan ke kelas yang membuat siswa siap belajar dengan lebih mudah, mengakui setiap usaha dan merayakan kerja keras. Agar siswa mau mengambil resiko dalam belajar guru mengajak mereka bertualang. Memupuk rasa saling memiliki akan menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan dan dukungan dalam belajar.

Guru memiliki kerangka pembelajaran yang disebut dengan T AND UR (Tandai, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, Rayakan) ,fan memiliki asas "Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita. ke dunia mereka"

Kemudian guru tersebut memiliki 5 prinsip, yaitu :

l. Segalanya berbicara. Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan tentang belajar.

2. Segalanya bertujuan. Segala hal yang dilakukan oleh guru baik itu diucapkan, dilakukan alaupun tertulis di dinding kelas memiliki lujuan pembelajaran.

(43)

informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.

4. Akui setiap usaha. Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dari mereka. 5. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan

umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.

6. Me1ode

Metode yang dipergunakan dalam konsep ini berupa mencontoh, permainan, simulasi dan simbol. Tindakan berbicara lebih keras daripada kata-kata, maka dari itu seorang guru haruslah berlaku dengan baik karena menjacli teladan ( contoh) bagi muridnya. Kemudian metode permainan yang telah terbukti efektif membawa kegembiraan pada saat belajar. Simulasi yaitu memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan sesungguhnya, sedangkan simbol merupakan pembelajaran dengan menggunakan lambang misalnya guru mengeluarkan bola lampu sebagai lambang rumus yang harus diingat.

7. Be/ajar untuk mempelajari keterampilan Be/ajar Keterampilan belajar terdiri dari:

(44)

"Kebanyakan dari kita mengingat dengan sangat baik ketika ketika kita

menuliskannya"29. Tanpa mencatat dan mengulanginya manusia hanya dapat

mengingat sebagian kecil materi telah dipelajari. Untuk mendapatkan catatan

yang mudah dipelajari kembali dan membantu daya ingat dapat digunakan

peta pikiran dan tulis susun.

b. Menu/is

"Dorongan untuk menulis itu sama besarnya dengan dorongan untuk

berbicara"30. Dalam benak manusia terdapat banyak ide-ide yang dapat

dituangkan lewat tulisan. Sebaiknya ide-ide tcrsebut segera ditulis secepatnya

tanpa pertimbangan kemudian baru diedit.

c. Kemampuan mengingal

"Pikiran menyimpan segala sesuatu dan hanya mengingat apa yang diperlukan

dan apa yang berarti dalam kehidupan"31. Untuk meningkatkan daya ingat

dapat digunakan teknik assosiasi, menghubungkan, sistem canto!, atau kalimat

kTeatif serta akTonim.

d. Kekua/an membaca

Membaca itu mudah dan dapat dilakukan secara cep,at. Agar dapat membaca

cepat dan memahami bacaan tersebut jadilah pembaca aktif dengan melihat

29 Bobby DePorter, dkk., Quantum Learning: Membiasakan Be/ajar Nyaman dan

Menyenangkan, te1j. Alwiyah Abdurralunan, op. cit., h. 148

30 Ibid., h. 178 31

(45)

gagasan bacaan, melibatkan indra dan berminat pada bacaan tersebut, serta membuat peta pikiran dari materi bacaan tersebut.

Jadi Quantum Learning sebagai seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur dapat digan1barkan dengan kerangka sebagai berikut:

Lingkungan

a. Positif b. Aman,

1ncndukung

c. Santai d. Pcnjclajahan c. Gcmbira

a. Nyaman

b. Cukup pcncrangan

c, Enak

dipandang

d. Ada

Musiknya

Quantum Lcan1ing

a. Gcrakan b. Tcrobosan c. Pcrubahan

Kead"Uan

d. p」ュQ。ゥョ。ョセ@

pcrmainan

e. Fisiologi f, Estafet

lntcraksi

a. Pcngctahuan b. Pcngalaman c. Hubungan d. lnspirasi

Tujuan

a. Keterampilun <lkademis b. Kctcran1pilan Fisik c. Kctcran1pil<l'fl hidup

d. Kctcnunpilan rohani

llustrasi 2

Met ode a. tviencontoh b. Pcrmainan

c. Simulasi d. Simhol

Belajar untuk Mcmpclajari Kcterantpilan a. Mcnghafa! b. Membaca c. Mcnulis d.Mencatat e. Krcativitas

f. Cara Belajar g. kッュオョゥォQQNセゥ@

h.J-lubtmgan

3. Stratcgi Pcmbclajaran Matcmatika dcngan Mcnggunakan Mctode Quantum Leai·ning

(46)

!"-.

.

/

'

Sebelum siswa

|セO@

1 Merancang pengaJaran "--,

Masuk kelas · '•

(pre conditions1 ᄋᄋセ@ , •• ••.

!

i'1enata Panggung

;e

!-">-..]

i·1enc1ptakan l1ngkungan , (l<onteks Quantum

/ yang mendukung / / ; Learrning)

. /

Strateoi

j/

i

I

pembelaJaran

k

matematika

I'\

'.

t

\\

!

I

"9'"'°"

' /

Pra

iョセイオォウQッョ。ャ@

(

Keg1atan 1

Intru)<s1onal f

セM⦅Z⦅⦅ゥZZ⦅Z⦅Zセセ@

BGセi@

·"" . Keg1atan 1

I

セ@

I I

"-.. I

evaluasi i

//I

Siswa berada di dalam kelas (Operating procedures)

セ@

T Keg1atan i /

I

I

inoak lanJut

V

i

Ilustrasi 3

Penerapan Kerangka PembelaJaran

TAN DUR (penyaJian Quantum

Learning)

w

(47)

Strategi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Quantum Learning adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan pcristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran maternatika dcngan rnenggunakan metode Quantum Learning. Penerapan suatu strategi belajar bergantung pada situasi belajar, sifat materi, dan jenis belajar yang diinginkan. Model Quantum Learning dalam pembelajaran mirip dengan suatu orkes sirnfoni. Ada banyak unsur yang menjadi faktor pendukung suatu simfoni. Unsur-unsur tersebut terbagi menjadi dua kategori: Konteks dan Isi. Kategori Konteks meliputi Suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis. Sedangkan kategori isi meliputi Penyajian prima, fasilitas yang !uwes, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup. Berikut ini Strategi Pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode Quantum Learning:

a. Tahap sebelum siswa masuk kclas (Mcnata Panggung)

l. Merumuskan tujuan pcmbelajaran. Dengan mengetahui hal yang diinginkan (tujuan pembelajaran) guru dapat mengomunikasikan dengan jelas materi yang disampaikan dan mendapatkan apa yang diinginkan.

(48)

Auditorial. Menggunakan variasi suara untuk mcnyampaikan maksud atau alat bantu audiotorial yang sesuai. (3)Modalitas Kinestelik. Membiarkan anak membuat gerakan-gerakan saat belajar selama tidak mengganggu proses pembelajaran

3. Merancang alat bantu dan sumber belajar lain yang diperlukan 4. Merancang waktu sesuai topik.

5. Menciptakan lingkungan yang mendukung. Hal ini dapat dilakukan dengan cam mengatur meja dan kursi yang memudahkan interaksi antarn siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Merancang kelas sehingga membuat s1swa merasa nyaman dan santai selama pembelajaran. Penggunaan musik untuk relaksasi juga sebagai pengaktif otak kanan siswa. selama otak kirinya digunakan sela.ma pembelajaran matematika.

b. Tahap saat siswa di dalam kelas (Kerangka pcmbclajaran TANDUR)

Tahap ini terbagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu; I) kegiatan pra instruksional, terdiri dari:

(a) Membangkitkan motivasi siswa

(b) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa

( c) Melakukan kegiatan apersepsi melalui pengulangan bahan ajar sebelumnya (d) Menciptakan suasana yang kondusif untuk pembelajaran sehingga para siswa

(49)

Kegiatan menata panggung dan pra instruksional rnerupakan prasyarat Pembelajaran dengan Quantum Learning.

2) kegiatan instruksional

(a) pemberian bahan aiar oleh guru melalui metode yang sesuai dengan jenis materi.

(b) partisipasi siswa dalam be I ajar

(c) bantuan dan pemantauan aktivitas belajar

Pada tahap ini (instruksional) metode Quantum Learning memperkenalkan T AND UR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan). "Apa pun mata pelajaran, tingkat kelas, atau pendengar, kerangka ini menjamin siswa menjadi menjadi tertarik dan berminat pada setiap pelaja.ran. Kerangka ini juga memastika.n bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pelajaran nyata bagi mereka, dan mencapai sukses."32

1. Tumbuhkan

Mina! merupakan salah satu faktor intern siswa yang mempengaruhi belajar. Para siswa yang berminat untuk mempelajari baha.n pelajaran matematika ilkan belajar sebaik-baiknya dan memperoleh kepuasan dari hal itu. Untuk menumbuhkan minat belajar matematika "Bruner sangat menyarankan keaktifan anak dalam belajar secara penuh"33. Maka tumbuhkan rasa keingintahuan siswa

32

Bobby DePorter, dkk., Quant111n Teaching: Men1praklikkan (2uantunr /,earning di

Ruang-ruang Ke/as op. cit, h. 88.

(50)

dengan memberikan suatu pertanyaan, teka-teki, pantomim, lakon pendek dan !ucu, drama, video atau cerita yang memaparkan manfaat dari materi matematika yang akan dipelajari.

2. Alami

Menurut Jean Piaget perkembangan kognitif manusia tumbuh secara kronologis melalui empat tahap tertentu yang berurutan. Empat tahap itu adalah:

a. Tahao sensori motor (Dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun)

Bagi anak pada tahap ini pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (Koordinasi alat indra). Berpikirnya melalui perbuatan (tindakan), gerak dan reaksi spontan. Pada akhir tahap ini anak belajar mengaitkan simbol benda dengan benda konkretnya dan mulai melakukan perbuatan coba-coba terhadap benda-benda konkret.

b. Tahap Pra Operasi (Dari umur sekitar 2 tahun sampai umur sekitar 7 tahun) Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pengalaman konkret dari pada penalaran. Mereka berpendapat benda-benda itu berbeda bila kelihatannya berbeda. Mereka menganggap bahwa semua pikiran dan pengalaman mereka merupakan pikiran dan pengalaman orang lain juga, sehingga mereka menjadi egosentris. Mereka belum dapat membedakan antara fakta dan fantasi. Menjelang akhir tahap ini anak mulai .dapat mengklasifikasikan sekelompok objek, meletakkan benda-benda menurul urutan tertentu dan membilang.

(51)

c. Tahap Operasi Konkret (Dari umur sekitar 7 tahun sampai umur sekitar J J tahun)

Pada tahap ini anak-anak pada umumnya berada di Sekolah Dasar. Mercka mulai mampu melihat pandangan orang lain sehingga te1jadi pengurangan egoisme. Anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkret. Mereka dapat mengelompokkan benda-benda yang memiliki beberapa karakteristik ke dalam suatu himpunan, dan dapat melihat beberapa karakteristik sutu benda secara serentak.

d. Tahap Operasi Formal (Dari umur sekitar 11 tahun san}llilj dewasa)

Pada tahap ini anak-anak sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal abstrak, seperti simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Mereka telah belajar merumuskan hipotesis atau perkiraan sebelum berbuat, clan dapat melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran atau kesalahan hipotesisnya.

Sebaran umur tiap talmp itu adalah rata-rata sekitar. Untuk setiap manusia urutan terjadinya tahap-tahap itu sama tetapi umur manusia masuk ke dalam tahap yang lebih tinggi itu berbeda-becla, tergantung clari lingkungan dan keturunan.

(52)

kegiatan pembelajaran. Partisipasi ini dapat berbentuk permainan, simulasi, ataupun tugas kelompok, sesuai dengan materi matematika yang dipelajari.

3. Namai

Pengalaman mcmbangun keingintahuan s1swa, menciptakan pertanyaan,-pertanyaan yang harus dijawab dan "penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mcngurutkan, dan mendefinisikan34." Penamaan merupakan fakta, konsep, operasi, rumus, ataupun sifat dan dari sinilah isi pelajaran dimulai. Gunakanlah susunan gambar, warna, kertas tulis, atau poster untuk menamai materi matematika itu.

4. Demonstrasi

Para siswa mengaitkan pengalaman dan nama dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Maka berilah kesempatan siswa untuk memper.lihatkan pengetahuan mereka. Hal ini dapat berupa mengerjakan soal di papan tulis, latihan, tugas, pennainan, diskusi, penjabaran dalan1 grafik, ataupun PR.

5. Ulangi

"Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa 'Aku tahu bahwa aim tahu ini' ."35 Saraf merupakan satuan dasar otak. "Di sekeliling saraf terdapat sel-sel khusus yang disebut glia. Glia dapat membuat myelin yang mempercepat saraf mengirimkan informasi ke saraf lain. Glia tersebut dapat

34 Bobby DePorter, dkk., Quantum Teaching: Mempraklikkan Quantum learning di

Ruang-ruang Ke/as op. cit., h. 9 I.

(53)

ditingkatkan melalui pemberian stimulasi dari lingkungan. Dengan memperkaya lingkw1gan dan mengadakan pengulangan produksi sel glia dapat ditingkatkan yang pada gilirannya meningkatkan kecepatan dan kekompleksitas po la berpikir". 36

Dalam mengulangi fokus materi tersebut gunakan cara yang berbeda clengan asalnya. Misalnya materi matematika yang diclemonstrasikan dengan cara mengerjakan soal-soal latihan maka pengulangannya dengan cara permainan. Kemudian dapat juga dengan cara memberikan tes kepacla siswa untuk melihat hasilnya dan memberikan umpan balik yang sesuai, yaitu pengayaan atau remedial. Untuk memperkaya pengetahuan siswa tentang materi yang clibahas maka siswa clapat diberikan tugas atau pekerjaan rwnah yang ada hubungannya clengan materi terse but.

6. Rayakan

"Perayaan memberi rasa rampung clengan menghormati usaha, ketekunan, kesuksesan. Jika layak clipelajari, maka Jayak pula dirayakan"37 Merayakan apa yang telah dipelajari merupakan ungkapan baJ1wa belajar adalah ha! yang positif dan Jayak dirayakan. Hal ini clapat menambah motivasi siswa dalam belajar. Bentuk perayaan yang digunakan sepe1ii: mengucap hamclalah, memberi pujian, bemyanyi, bersorak, atau bertepuk tangan.

3) evaluasi

36 Dr. Mulyono Abdurrahman,

op. cit., h. 35.

37

Bobby DePorter, dkk., Quantzun Teaching: A4e111prak1ikkan Quanllun learning di

(54)

(a) evaluasi proses belajar, dilakukan selama siswa masih dalam aktivitas belajar (b) evaluasi hasil belajar, dilakukan dengan cara tertulis ataupun lisan sehubunagn

dengan bahan pelajaran yang telah dipclajari.

( c) kesimpulan atau generalisasi ten tang tingkat keberhasilan siswa. 4) tindak lanjut

(a) perbaikan, jika siswa masih banyak yang belum menguasai bahan pelajaran (b) pengayaan,jika siswa banyak yang telah menguasai bahan ajar

B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian tentang Quantum Learning ini telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Umronih (2002) tentang Pengaruh Metode Quantum Learning Terhadap Motivasi dan Prestasi Siswa dalam Proses Pembelajaran: Studi Kasus di SMU Al-Izhar.Berikut kutipan dari skripsi tersebut: Metode Quantum Learning yang diterapkan di SMU Al-Izhar dapat dilihat melalui beberapa ha!, yaitu:

a. Moving Class (Kelas beijalan), dengan model kelas seperti ini siswa dapat merasakan belajar nyaman dan menyenangkan.

b. Ruangan ditata sepe1ii penataan panggung

c. Musik klasik, merupakan sarana dalam belajar, sehingga belajar lebih santai dan menyenangkan

(55)

Adapun penerapan metode Quantum Learning dalam proses belajar mengajar di kelas sebagai berikut:

a. Diawali dengan rclaksasi Cuple yang merupakan seni kescimbangan fisik dan cmosi. Sebelum belajar dimulai, siswa diajak berdoa dengan cara melingkar dan saling berpegangan tangan antara satu dengan lainnya.

b. Posisi duduk siswa sating berhadapan agar siswa lebih interaktif dalam belajar.

c. Guru sebagai fasilitator.

d. Di sela-sela proses pembelajaran siswa diajak untuk melakukan game dengan berbagai macam variasi, model pembelajaran yang cliterapkan berbentuk pelatihan disamping metocle ceramah dan diskusi.

(56)

A. Pemilihan Lokasi, Subyck Penclitian, Penjajakan Awai

I. Pcmilihan Lokasi

Dalam penentuan lokasi penelitian dipilihlah SDI Lazuardi. Sekolah ini telah menerapkan metode Quantum Learning dalam proses pembelajarannya sejak pendiriannya dan telah berlangsung selama tiga tahun. Hal ini :>esuai dengan tujuan penelitian lapangan yaitu untuk melihat bagaimana metode Quantum Learning dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika di sekolah

2. Subyck Penclitian

Sesuai dengan fokus penelitian yaitu strategi pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Quantum Learning akan menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan bagi para siswa, maim yang menjadi subyek penelitian adalah para siswa kelas 4 SDI Lazuardi, Guru Matematika, Karyawan dan Kepala SDI Lazuardi. Selain itu yang menjadi latar dari penelitian ini adalah situasi pembelajaran matematika.

3. Penjajalrnn Awai

(57)

yang akan menjemput putra-putrinya yang bersekolah di SD ini. Para tamu yang hendak memasuki kawasan ini pun sebaiknya membuat janji terlebih dahulu dengan pihak yang akan ditemui. Hal ini dimaksudkan untuk merijaga keamanan dan kenyamanan siswa yang bersekolah di SDI Lazuardi ini.

B. Strategi dan Teknik Penelithrn

1. Strategi

Selama penelitian, entri sebagai cara dan langkah untuk rnasuk ke dalam latar, digunakan pendekatan formal ataupun informal. Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui subyek penelitian serta mencari dan memilih dokumen yang relevan untuk kelengkapan penelitian.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi kegiatan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Quantum Learning yang diikuti siswa pada latar penelitian. Selain itu data juga dikumpulkan melalui wawancara, angket, foto dan dokumentasi.

2. Teknik Penelitian

Mengingat analisis data dilakukan sejak awal pengumpulan data maka dalam penelitian dilaksanakan dalam tahap-tahap sebagai berikut:

a. Tahap pra lapangan

I. Menyusun rancangan penelitian

(58)

dengan menggunakan metode Quantum Leaming akan menyenangkan bagi para siswa.

2. Memilih Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SDI Lazuardi di Cinere, Depok. 3. Perizinan

Agar mendapatkan 1zm untuk mengadakan penelitian di SDI Lazuardi diperlukan surat izin dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan rancangan penelitian yang akan dilaksanakan.

b. Tahap kerja lapangan

I. Observasi pembelajaran matematika dilakukan di ruang kelas IV SDI Lazuardi yang terdiri dari 4 Sam Ratulangi (27 siswa) dan 4 Hasanuddin (27 siswa). Wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang kelas serta pada kondisi yang memungkinkan. Pemberian kuesioner di akhir pengamatan

2. Pembagian waktu di lokasi disesuaikan dengan jadwal pelajaran matematika. Proses penelitian itu sendiri dilaksanakan sejak tanggal I I Agustus sampai dengan I I September 2003.

C. Pengumpulan Data

(59)

a. Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran matematika dan yang diamati adalah para siswa, guru matematika serta keadaan kelas yang dilakukan sebanyak enam kali pertemuan. Data yang diperlukan berupa kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran matematika serta keadaan kelas yang mendukung suasana pembelajaran. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kegiatan rutin pembelajaran di SDI Lazuardi.

b. Wawancara

Wawan

Gambar

gambar menarik ataupun berupa suatu permainan seperti Teka-Teki silang. Saat
Pelajaran Tabel I yang paling menyenangkan
Alasan siswa menjadikan matematika sebagai pelqjaran Tabel 2 yang paling menyenangkan
Tabel 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

Refleksi terhadap seluruh aspek kemampuan reflektif memberikan gambaran lebih jelas mengenai kemampuan reflektif mahasiswa dalam Perkuliahan BPA melalui kegiatan

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi Paket Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Peningkatan Jalan Lawang Agung Menuju Jembatan Multifungsi Sugiwaras Kec Tebing

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara/I atas paket pekerjaan : Rehabilitasi Sedang/Berat Fasilitas Kesehatan Puskesmas Pagal maka dengan ini kami mengundang saudara/I

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2010) yaitu penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya insomnia pada lanjut usia di

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir dengan

(2) Format Surat Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Bupati ini. Pasal

Dari data yang didapat bila dibandingkan pada kedua jenis jamur yaitu kapang dan khamir, bakteri memiliki ukuran dan diameter yang lebih besar.. Candida memiliki diameter

Pada sayatan melintang akar akan terlihat jaringan dari luar ke dalam: epidermis, korteks, endodermis, dan stele atau silinder