• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota (UMK) terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 - 2013

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi ( SE )

IZATUN PURNAMI 1110084000002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2013

Skripsi

IZATUN PURNAMI NIM : 1110084000002

Di Bawah Bimbingan :

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Selasa, tanggal 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :

1. Nama : Izatun Purnami 2. NIM : 1110084000002

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari Rabu, tanggal 29 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa : 1. Nama : Izatun Purnami

2. NIM : 1110084000002

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Izatun Purnami

NIM : 1110084000002

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini. Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Izatun Purnami

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1993

3. Alamat : Perumahan BOGOR ASRI Blok F4 No.3 RT 04/RW11 , Kelurahan Nanggewer , Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

4. No.HP : 087770732553

5. Email : izapurnamy@yahoo.com

6. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. TK : TK PERTIWI CILACAP, JAWA TENGAH 2. SD : SD N 13 SIDAKAYA CILACAP, JAWA

TENGAH

3. SMP : SMP N 66 JAKARTA

4. SMA : SMA HANG TUAH 1 JAKARTA

5. UNIVERSITAS : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Forum Komunikasi Putra Putri Aneka Tambang (FKPPAT) 2. Sekretaris Forum Silahturrahmi Desa Kambangan - Tegal

(FORSIDEK)

3. Divisi Atribut BEM Fakultas PROPESA UIN Syarif Hidayatullah, 2012

4. Anggota PMII Cabang Ciputat UIN Syarif Hidayatullah 5. Spider Climbing School (SCS) Kabupaten Bogor

6. SILAT Setia Hati, Palang Merah Remaja (PMR) dan PRAMUKA SMP N 66 Jakarta

7. PASKIBRA SMA Hang Tuah 1 Jakarta

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sakrib Purwono

2. Pekerjaan : Karyawan PT. ANTAM (Aneka Tambang) dan Ketua RT 04 BOGOR ASRI, Nanggewer - Cibinong

3. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 2 Januari 1965

4. Ibu : Suharti

5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 6. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1969

(7)

ii

Abstract

The purpose of this study was to analyze the effect level of education and

minimum wages Regencies/Cities on employment and to find out which are the

most influential variable. Data analysis method used is the data panel regression

model with Pooled Least Squared (PLS).

The results show the education level variable has significant and positive

influence towards the employment amounted to 0.0098 and minimum wages

Regencies/Cities variable has significant and positive influence towards the

employment amounted to 0.0123 in West Java on the period of 2010 - 2013 .

Keywords : Level of Education, Wages Regencies/Cities, and Employment

(8)

iii Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja serta untuk mengatahui variabel mana yang paling berpengaruh. Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi panel data dengan Pooled Least Square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 0.0098 dan variabel upah minimum kabupaten/kota berpengaruh positif dan signifikan sebesar 0.0123 terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat periode 2010 - 2013.

(9)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sang pembawa risalah, rahmat bagi alam semesta dan sang pemberi syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti.

Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terimakasih ini penulis tujukan kepada:

1. Mamah Suharti dan Ayah Sakrib Purwono, selaku kedua orang tua saya, sebagai motivator yang selalu menyertai penulis dengan ketulusan do’a dan

restu serta dukungan moril maupun materi tanpa henti kepada penulis untuk selalu optimis dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Besarnya pengorbanan yang selama ini tak mungkin dapat terbalaskan, semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan rahmat dan karunia mereka selamanya. Amin.

(10)

v

menjadi penghibur dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini.

3. Nenek, Kakek, Om dan Tante yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Zuhairan Y. Yunan, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.

6. Bapak Zaenal Mutaqqin, MPP. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Dr. Lukman, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi terimakasih

atas kesediaan waktu dan telah membimbing penulis sampai skripsi ini selesai.

8. Ibu Fitri Amalia, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi terimakasih atas kesediaan waktu, tenaga dan pikirannya telah membantu penulis dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kelancaran dan saran-saran mengenai akademik kepada saya dalam hal perkuliahan.

(11)

vi

10. Teman-teman KKN Soarez (blacky), Nanto, Dini (si cewe tomboy), Fiki, Sri, Hira (otong), Ello, Faqih, Badru, Awalludin, Lala (Si cantik), Klara, Ega, Anis (gotik) walaupun hanya satu bulan susah dan senang bersama, kita tetap merasakan seperti menjadi keluarga kecil. Terimakasih atas waktu, pikiran, tenaga dan kerjasamanya serta telah berbagi pengalaman bersama.

11. Teman-teman IESP 2010 yang sudah menjadi Sarjana Ekonomi (SE) khususnya Fatkhatun Jannah, Rifki Hasan Al Khoiri, Sigit Aji Pambudi, Nujma Faradisi, Anisa Ardhiani, dan kawan-kawan yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini. Terimakasih atas waktu, pikiran, dan tenaganya. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah. 12. Saudara, teman-teman dan sahabat/sahabati yang saya sayangi Mas Nanang

Kosim, SE., Bang Nino, Bang Awan, Mono, Iqbal, Syafira, Erizka, Mas Tri, Mas Toni dan Om Lani (Sinar Jaya Crew) yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah. Amin

(12)

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapan segala bentuk saran, kritik, serta masukan yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 10 Mei 2015

Penulis,

(13)

viii DAFTAR ISI Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pengesahan Keaslian Karya ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ... i

Abstract ... ii

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... A. Landasan Teori ... 14

1. Definisi Tenaga Kerja ... 14

(14)

ix

3. Pengertian Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 19

4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 20

a. Angka Harapan Hidup ... 22

b. Tingkat Pendidikan ... 23

c. Daya Beli Masyarakat ... 23

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 24

a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan) ... 24

b. Teori Keynes ... 25

6. Tingkat Pendidikan ... 25

a. Konstruktivisme ... 27

b. Teori Humanistik ... 28

c. Aliran Konvergensi ... 29

d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 30

7. Upah Minimum Kabupaten/Kota ... 31

8. Dasar Hukum Upah Minimum ... 32

9. Teori Upah ... 33

a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson) ... 33

b. Teori David Ricardo ... 33

c. Teori Adam Smith ... 34

d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 35

B. Penelitian Terdahulu ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 43

D. Hipotesis Penelitian ... 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... A. Ruang Lingkup Penelitian ... 48

B. Metode Pengumpulan Data ... 49

(15)

x

D. Metode Analisis ... 51

1. Pooled Least Square ... 52

2. Fixed Effect Model ... 53

3. Random Effcet Model ... 53

E. Pengujian Model ... 55

1. Uji Chow ... 55

2. Uji Hausman ... 56

F. Uji Asumsi Klasik ... 57

1. Uji Normalitas ... 57

2. Uji Multikolinieritas ... 58

3. Uji Autokorelasi ... 59

4. Uji Heteroskedastisitas ... 61

G. Uji Statistik ... 61

1. Uji Koefisien Determinasi R2 ... 61

2. Uji F ... 62

3. Uji t ... 63

H. Operasional Variabel Penelitian ... 64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 66

B. Analisa dan Pembahasan ... 69

1. Analisa Deskriptif ... 69

a. Penyerapa Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat ... 69

b. Tingkat Pendidikan ... 71

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota ... 72

C. Permodelan dan Pengolahan Data ... 74

1. Estimasi Metode Data Panel ... 75

a. Uji Chow ... 75

2. Uji Asumsi Klasik ... 76

a. Uji Normalitas ... 76

(16)

xi

c. Uji Autokorelasi ... 78

d. Uji Heteroskedastisitas ... 79

3. Uji Analisis Regresi ... 80

a. Uji t ... 80

1) Tingkat Pendidikan ... 81

2) Upah Minimum Kabupaten/Kota ... 81

b. Uji F ... 81

c. Uji Adjusted R2 ... 82

D. Analisis Ekonomi ... 82

1. Tingkat Pendidikan ... 83

2. Upah Mimimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 84

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 95

(17)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Besaran Upah Minimum Di Pulau 11 Jawa Tahun 2010-2013

2.1 TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis 19 Kelamin Tahun 2010 - 2013

2.2 IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013 21

2.3 Penelitian Terdahulu 40

Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013

3.1 Uji Durbin Watson 60

3.2 Operasional Variabel 65

4.1. Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Menurut Lapangan 70 Pekerjaan Utama Di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2010 – 2013

4.2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 71 yang Ditamatkan (SMA) Di Jawa Barat

Tahun 2010 – 2013

4.3 Besaran Upah Minimu Kabupaten/Kota Di Provinsi 73

Jawa Barat Tahun 2010 – 2013

4.4 Uji Chow (PLS vs FEM) 75

4.5 Uji Multikolinieritas 78

(18)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat 46 Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat

(19)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Observasi Penelitian 96

2 Uji Chow (PLS vs FEM) 97

3 Uji PLS 98

4 Uji Normalitas 99

5 Uji Multikolinieritas 100

6 Uji Autokorelasi 101

7 Uji Heteroskedastisitas 102

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Tenaga kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi. Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan mereka menginginkan pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, dan juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri.

(21)

2 Menurut Handoko (1985: 25) penyerapan tenaga kerja sebagai jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha. Terjadinya penyerapan tenaga kerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Menurut Kuncoro (2003), penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi oleh banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Dalam dunia usaha tidak memungkinkan mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanya pemerintah yang dapat menangani dan mempengaruhi faktor eksternal.

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Menurut Sadono Sukirno (2002: 7) tenaga kerja bukan berarti jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian, tetapi tenaga kerja juga meliputi keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.

(22)

3 termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat (Hardijan Rusli, 2011: 7). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan.

Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, faktor-faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada akhirnya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja (Todaro, 2000: 157).

(23)

4 manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri.

Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan. Pembangunan ketenagakerjaan diantaranya dimaksud untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja serta keluarga.

(24)

5 Dengan jumlah penduduk sebanyak 43.053.732 jiwa atau 11.493.124 rumah tangga (Susenas 2010), telah banyak infrastruktur yang dibangun untuk merespon kebutuhan mobilitas masyarakat, hasrat memacu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Pembangunan ini terus berjalan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan menurunnya kualitas daya dukung lingkungan.

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dan tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Keberhasilan Provinsi Jawa Barat didorong oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Jawa Barat. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses perkembangan itu terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dimana dapat terjadi penurunan atau kenaikan, namun secara umum menunjukkan kecenderungan untuk naik.

Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 5) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintahan, dan sebagainya).

(25)

6 yang berkualitas, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara bertindak yang modern. Sumber daya manusia seperti inilah yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke depan.

Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan pembangunan bahkan dapat menjadi beban bagi keberlangsungan pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh pekerjaan. Permasalahan dibidang kependudukan hampir dapat dipastikan akan menimbulkan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Fenomena penduduk muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi pada umumnya akan menghadapi permasalahan ketenagakerjaan, khususnya bagaimana menyediakan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Masalah lain adalah kualitas tenaga kerja yang rendah akibat minimnya tingkat pendidikan penduduk, rendahnya derajat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri, serta budaya dan etos kerja yang sering menyebabkan tenaga kerja kita kalah bersaing.

(26)

7 Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan pertambahan angkatan kerja telah menimbulkan masalah tersendiri. Dengan adanya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang terus bertambah hingga menumpuk pada usia produktif dan peningkatan jumlah angkatan kerja tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja akan mengakibatkan kesempatan kerja berkurang dan jumlah pengangguran semakin bertambah. Hal ini disebabkan belum berfungsinya semua sektor kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa peran negara dalam menyediakan lapangan usaha pada sektor formal masih sangat rendah. Oleh karena itu perlu adanya langkah-langkah yang tepat, guna meningkatkan perekonomian agar pemerataan pembangunan dapat segera terwujud. Salah satu hal yang relevan dalam hal ini adalah dengan mengelola dan memberdayakan sektor-sektor andalan dengan efektif guna memperoleh hasil yang optimal.

(27)

8 pertumbuhan lapangan kerja baru. Mirisnya, tenaga kerja pada tingkat tinggi pula yang seringkali terjerumus dalam lingkaran pengangguran, baik pengangguran terbuka maupun pengangguran terselubung. Hal ini salah satunya disebabkan oleh penumpukan tenaga kerja terdidik di suatu tempat yang tidak bisa terakomodir oleh lapangan usaha yang tersedia. Akibatnya, banyak tenaga kerja terpaksa bekerja di lapangan usaha atau jenis usaha yang tidak sesuai dengan pendidikan yang dimiliki serta harus rela menerima upah yang tidak sesuai dengan standar pendidikannya. Semakin banyak penyerapan terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan dalam permintaan pasar tenaga kerja, maka dapat mengurangi jumlah pengangguran. Jumlah dan proporsi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Indikator tersebut yang digunakan sebagai salah satu ukuran untuk menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah.

(28)

9 menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi lebih rendah (Irawan dan Suparmoko, 2002: 47).

Pendidikan masih menjadi salah satu fokus dalam pembangunan Indonesia sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor pendidik saja. Dapat diketahui bahwa pendidik tetap merupakan faktor kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh pendidik dan peserta didik. Berdasarkan data Susenas 2010, penduduk Jawa Barat dengan usia di atas 5 tahun terdapat 2.381.812 jiwa yang masih buta huruf dan 2.810.229 jiwa yang belum pernah sekolah. Melalui kemampuan membaca dan menulis diharapkan masyarakat dapat menyerap berbagai informasi penting. Hal ini sangat bermanfaat bagi peningkatan kemampuan dalam berusaha maupun peningkatan pengetahuan tentang cara berpikir kreatif.

(29)

10 Menurut Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, kondisi pendidikan di Jawa Barat trendnya kian membaik terlihat dari beberapa indikator, diantaranya angka partisipasi pendidikan. Dengan telah tercapainya beberapa kemajuan dari pembangunan pendidikan di Jawa Barat, harapannya dapat menciptakan sumber daya manusia unggul sehingga output yang dihasilkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang kompetitif. Untuk mengejar target tersebut, berbagai langkah perbaikan baik fisik maupun non fisik, seperti sumber daya manusia terus ditingkatkan. Perbaikan fisik direalisasikan melalui langkah pembangunan sekolah baik melalui renovasi gedung sekolah maupun pembangunan ruang kelas baru. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia salah satunya direalisasikan melalui pemberian penghargaan untuk para tenaga pendidik yang terbukti mempunyai prestasi dan dedikasi.

(30)

11 kebutuhan fasilitas sosial di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jumlah kepadatan dan perkembangan jumlah penduduk, status sosial ekonomi, nilai-nilai kebudayaan dan antropologi.

Adapun peringkat daerah 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang memiliki pertumbuhan upah minimum kabupaten/kota dari yang terbesar sampai dengan upah minimum kabupaten/kota terkecil yang di jelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Besaran Upah Minimum Provinsi Di Pulau Jawa Tahun 2010 – 2013

No. Provinsi

Upah Minimum Provinsi (rupiah)

2010 2011 2012 2013

1 DKI Jakarta 1118009 1290000 1529150 2200000 2 Jawa Barat 671500 732000 780000 850000

3 Jawa Tengah 660000 675000 765000 830000 4 Yogyakarta 745695 808000 892660 947114 5 Jawa Timur 630000 705000 745000 866250 6 Banten 955300 1000000 1042000 1170000 Sumber : Disnakertrans

Tabel 1.1 hasil menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi di Pulau Jawa tahun 2010 - 2013 meningkat setiap tahun. Dalam penelitian ini, upah minimum provinsi terbesar periode 2010 - 2013 adalah DKI Jakarta, kemudian diikuti UMP Banten. Adapun UMP terkecil periode 2010 - 2013 adalah Jawa Timur.

[image:30.595.119.512.232.569.2]
(31)

12 layak (KHL), dan laju pertumbuhan ekonomi (LPE). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Gie (1999: 569) bahwa “standar upah buruh harus ada batasan minimumnya, negara berkembang tidak boleh seenaknya menentukan upah buruh serendah mungkin”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH

TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 – 2013”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mencari solusi yang tepat dari permasalahan tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 ?

(32)

13 C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini sebagai berikut:

1. Membantu penulis dalam menganalisa penelitian pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

(33)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Tenaga Kerja

Menurut BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang bekerja di perusahaan atau usaha tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dalam sebuah proses produksi suatu perusahaan.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat dan merupakan modal bagi bergeraknya perekonomian negara.

Menurut UU No. 20 tahun 1999 pasal 2 ayat 2, yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas). Sedangkan menurut Bank Dunia angkatan kerja adalah penduduk dalam usia 15 - 64 tahun.

(34)

15 suatu bidang pekerjaan. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja. Sedangkan tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi dan ahli dalam bidang tertentu. Tenaga kerja dapat dikelompokkan menurut lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan.

Tenaga kerja Menurut sektor lapangan pekerjaan :

1. Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan 2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri manufaktur (pengolahan) 4. Listrik, gas, dan air minum 5. Bangunan

6. Perdagangan besar, eceran, dan rumah makan 7. Angkutan, pergudangan, dan komunikasi

8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan

jasa perusahaan 9. Lain-lain

Tenaga kerja menurut jenis pekerjaan :

1. Tenaga profesional dan teknisi

2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3. Tenaga tata usaha

(35)

16 6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan

Tenaga kerja berdasarkan status pekerjaan :

1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain

2. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh

tidak tetap

3. Berusaha dengan buruh tetap 4. Buruh karyawan

5. Pekerja tanpa menerima upah

Menurut Suparmoko (2002), penduduk dalam usia kerja dapat digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, mengurus rumah tangga, dan penerima pendapatan.

2. Penyerapan Tenaga Kerja

(36)

17 Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam pendapatan nasional.

Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan pengangguran. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah, produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran tenaga kerja non upah.

(37)

18 memberi imbal jasa yang layak bagi pekerja. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja adalah :

a. Pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan keahlian b. Usia tenaga kerja

c. Permintaan tenaga kerja (lapangan kerja yang tersedia)

Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar tenaga kerja. Pada dasarnya jumlah lapangan kerja yang tersedia menggambarkan kemampuan unit-unit usaha dalam menyerap tenaga kerja. Sedangkan kesempatan kerja menggambarkan besarnya penyerapan akan tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Namun, ternyata tidak semua naik turunnya jumlah industri diikuti dengan naik turunnya jumlah penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya ketidak konsistenan bahwa naiknya jumlah industri dengan kenyataan jumlah penyerapan tenaga kerja.

(38)

19 lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa yang layak bagi pekerja.

3. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yaitu yang bekerja atau mencari pekerjaan. Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Menurut BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 tenaga kerja.

[image:38.595.114.514.205.707.2]

Angkatan kerja merupakan salah satu faktor positif dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan dengan pengertian bahwa semakin banyak partisipasi angkatan kerja yang bekerja, akan meningkatkan tingkat produksi yang akhirnya akan berimbas pada naiknya pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2.1

TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010 - 2013

Jenis kelamin Tahun

2010 2011 2012 2013

Laki-laki 82.84 82.51 83.50 83.68

Perempuan 41.37 41.47 43.51 41.78

Jumlah 62.38 62.27 63.78 63.01

(39)

20 Berdasarkan tabel 2.1 hasil menunjukkan bahwa TPAK Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 cenderung naik-turun. Jumlah TPAK didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yang jumlahnya lebih tinggi dibanding jumlah TPAK perempuan setiap tahun.

Dalam penelitian ini yang dapat dikatakan TPAK adalah penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja dan merupakan angkatan kerja. Persentase TPAK dapat dihitung dengan cara membagi jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan jumlah total penduduk usia 15 - 64 tahun.

Peningkatan jumlah penduduk umumnya diikuti dengan penambahan jumlah angkatan kerja yang tentunya menuntut peningkatan penyediaan lapangan kerja. Dengan semakin tingginya tenaga kerja maka diharapkan suatu perusahaan dapat meningkatkan hasil produksinya.

4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(40)
[image:40.595.119.512.108.746.2]

21 Tabel 2.2

IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013 No.

Provinsi Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Aceh 71,7 72,16 72,51 73,05

2. Sumatera Utara 74,19 74,65 75,13 75,55

3. Sumatera Barat 73,78 74,28 74,7 75,01

4. Riau 76,07 76,53 76,9 77,25

5. Jambi 72,74 73,3 73,78 74,35

6. Sumatera Selatan 72,95 73,42 73,99 74,36

7. Bengkulu 72,92 73,4 73,93 74,41

8. Lampung 71,42 71,94 72,45 72,87

9. Kep.Bangka Belitung 72,86 73,37 73,78 74,29

10. Kep.Riau 75,07 75,78 76,2 76,56

11. DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59

12. Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58

13. Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05

14. Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37

15. Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54

16. Banten 70,48 70,95 71,49 71,90

17. Bali 72,28 72,84 73,49 74,11

18. Nusa Tenggara Barat 65,2 66,23 66,89 67,73 19. Nusa Tenggara Timur 67,26 67,75 68,28 68,77 20. Kalimantan Barat 69,15 69,66 70,31 70,93 21. Kalimantan Tengah 74,64 75,06 75,46 75,68 22. Kalimantan Selatan 69,92 70,44 71,08 71,74 23. Kalimantan Timur 75,56 76,22 76,71 77,33

24. Kalimantan Utara - - - 74,72

25. Sulawesi Utara 76,09 76,54 76,95 77,36 26. Sulawesi Tengah 71,14 71,62 72,14 72,54 27. Sulawesi Selatan 71,62 72,14 72,7 73,28 28. Sulawesi Tenggara 70,00 70,55 71,05 71,73

29. Gorontalo 70,28 70,82 71,31 71,77

30. Sulawesi Barat 69,64 70,11 70,73 71,41

31. Maluku 71,42 71,87 72,42 72,70

32. Maluku Utara 69,03 69,47 69,98 70,63

33. Papua Barat 69,15 69,65 70,22 70,62

34. Papua 64,94 65,36 65,86 66,25

(41)

22 Dari tabel 2.2 dapat ketahui bahwa IPM Jawa Barat mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan pada sektor pendidikan, tingkat harapan lamanya bersekolah, dan penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Barat periode 2010 - 2013 (BPS).

a. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup menggambarkan usia harapan hidup panjang yang diharapkan oleh seseorang untuk bertahan hidup. Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu anak lahir hidup dan anak masih hidup. Indikator dari harapan hidup diantaranya adalah:

1. Angka kematian bayi

2. Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai umur 40 tahun 3. Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan

4. Persentase penduduk yang sakit 5. Rata-rata lamanya penduduk sakit

6. Persentase penduduk mengobati sendiri penyakitnya 7. Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis 8. Persentase balita yang kurang gizi

9. Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke sumber air minum bersih

(42)

23 11. Persentase penduduk tanpa adanya akses terhadap fasilitas

kesehatan

12. Persentase rumah tangga tanpa adanya akses terhadap sanitasi.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga sebagai unsur yang mendasar dari pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk. Indikator pendidikan yang digunakan diantaranya adalah rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal, yaitu Angka Partisipasi sekolah (APS) dan angka putus sekolah (Drop Out). Sedangkan angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. Tingkat pendidikan masyarakat yang meningkat di suatu daerah akan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerah tersebut.

c. Daya Beli Masyarakat

Daya beli masyarakat atau standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. Indikator standar hidup layak dilihat dari daya beli, diantaranya adalah:

(43)

24 1. Jumlah penduduk yang bekerja

2. Jumlah pengangguran terbuka

3. Jumlah dan persentase penduduk miskin 4. PDRB riil per kapita

Meningkatnya pendapatan masyarakat di suatu daerah akan mengakibatkan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di daerah tersebut.

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan)

(44)

25 b. Teori Keynes

Teori Keynes berbeda dengan teori klasik yang menganggap permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang (equilibrium) karena harga-harga fleksibel. Menurut Keynes pasar tenaga kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga permintaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga pengangguran sering terjadi.

Teori pasar tenaga kerja Keynesian cukup relevan dalam konteks pasar tenaga kerja. Harga-harga barang dan upah buruh tidak fleksibel kebawah. Ketika harga naik tanpa sebab yang jelas dan apabila sudah naik kemungkinan kecil untuk bisa turun. Upah buruh minimum juga berperan dalam mempertahankan harga yang tinggi sehingga permintaan terhadap tenaga kerja tidak naik dan menambah pengangguran. Sempitnya lapangan kerja merupakan faktor terpenting yang menyebabkan jumlah pengangguran tinggi. Karena terbatasnya permintaan tenaga kerja akibat sektor produksi tidak tumbuh tinggi maka banyak tenaga kerja yang menawarkan tenaganya.

6. Tingkat Pendidikan

(45)

26 berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah prestasi kerja pendidik yang rendah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya seorang pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam mengajar dan memberikan materi ajar. Oleh karena itu, tentunya pendidik dapat melihat kondisi peserta didiknya sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang aktif, agar dalam penyelenggaraannya dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Memasuki era globalisasi yang semakin meluas, pendidikan dituntut untuk dapat meghasilkan para peserta didik yang dapat bersaing dalam dunia kerja, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. Dalam dunia pendidikan kualitas sumber daya manusia juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan sekolah. Namun pada kenyataannya apabila dilihat dari segi kualitas, pendidikan saat ini masih jauh dari yang diharapkan, karena belum meratanya mutu pendidikan yang baik di Indonesia.

Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas) atau pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin tinggi tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja (the working capacity) atau produktivitas seseorang dalam bekerja.

(46)

27 terhadap pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat upah maka semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kualitas seseorang.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran, dengan asumsi tersedianya lapangan pekerjaan formal. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kualitas seseorang (tenaga kerja) maka peluang untuk bekerja semakin luas.

Pada umumnya untuk bekerja di bidang atau pekerjaan yang bergengsi membutuhkan orang-orang (tenaga kerja) berkualitas, profesional dan sehat agar mampu melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien.

Jumlah tamatan pendidikan penduduk menggambarkan tingkat ketersediaan tenaga terdidik atau sumber daya manusia pada daerah tersebut. Semakin tinggi tamatan pendidikan maka semakin tinggi pula keinginan untuk bekerja. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi pula Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).

a. Teori Konstruktivisme

(47)

28 Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Nuansa Aulia, 2008: 37). Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa. Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berfikir yang bersifat elektrik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.

b. Teori Humanistik

Teori psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.

(48)

29 manusia lainnya, manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia memiliki pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihannya, manusia memiliki kesadaran sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas (Hasbulloh, 2006: 26).

Aliran humanistik mempunyai hubungan erat dengan aliran eksistensialisme. Bertentangan dengan pandangan lain, aliran humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik. Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomatis yang pasif, tetapi sebagai peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

c. Aliran Konvergensi

(49)

30 dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan pembawaan tersebut.

Teori konvergensi dapat diterima sesuai kenyataan, bahwa tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungan atau alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak, melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi terhadap perkembangan anak.

d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Semua tingkat pendidikan di Jawa Barat mengalami peningkatan yang signifikan terutama pada tingkat SMA. Peningkatan yang terjadi cukup besar dengan persentase laki-laki lebih tinggi dibanding persentase perempuan. Tenaga kerja lulusan SMA lebih fleksibel karena bisa terserap di sektor industri, perdagangan, dan jasa dengan komposisi yang cukup besar. Dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang diukur adalah jumlah penduduk dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu SMA.

(50)

31 Standar pekerjaan yang dimaksud adalah berupa pilihan pada pekerjaan-pekerjaan yang notabene kemampuan (skill) dan keterampilan tinggi pada umumnya. Jumlah tamatan pendidikan atau jenis pendidikan diduga dapat mempengaruhi keengganan terhadap para pekerja tertentu.

7. Upah Mininum Kabupaten/Kota (UMK)

Upah minimum kabupaten/kota adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Batas standar upah minimum kabupaten/kota akan mempengaruhi jumlah orang untuk masuk ke dalam pasar tenaga kerja. Penetapan upah minimum kabupaten/kota memiliki tujuan agar pekerja memperoleh penghasilan yang layak sebagai balas jasa tenaga kerja yang diberikan kepada pihak yang menggunakan.

(51)

32 8. Dasar Hukum Upah Minimum

Dikatakan bahwa keberlakuan ketentuan Upah Minimum Kabupaten/Kota lebih khusus dari Upah Minimum Provinsi. Dasar Hukum Peraturan Upah Minimum adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000.

Upah minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 tentang peraturan upah minimum:

a. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

b. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten/kota.

(52)

33 Hal tersebut berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi. Apabila dalam suatu kabupaten/kota sudah terdapat ketentuan mengenai jumlah UMK harus lebih besar dari UMP, maka yang berlaku adalah ketentuan mengenai UMK. Oleh karena itu bahwa melalui ketentuan tersebut pemerintah ingin mensejahterakan para pekerja dengan memberlakukan ketentuan UMK bagi kabupaten/kota yang telah mempunyai ketentuan UMK.

9. Teori Upah

a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson)

Teori ini menunjukkan koreksi harga relatif input (upah relatif terhadap biaya capital) melalui liberalisasi ekonomi, akan mengarahkan alokasi faktor produksi dengan menggunakan input yang berlebih, dalam hal ini tenaga kerja. Kenaikan pangsa nilai produksi marjinal tenaga ini akan meningkatkan tingkat upah riil. Dengan demikian, sebetulnya tidak akan terjadi keraguan bahwa dalam pasar yang semakin bebas, kenaikan marginal product of labor (produktivitas tenaga kerja) akan selalu diikuti kenaikan

upah riil. Dengan demikian, penetapan upah minimum tidak berarti banyak, bahkan hanya menciptakan distorsi baru dalam perekonomian.

b. Teori David Ricardo

(53)

34 keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan minimum yang diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup dan kebutuhan minimum tergantung pada lingkungan dan adat istiadat. Dalam teori ini David Ricardo mengatakan ketika standar umum kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat dibayarkan kepada pekerja juga meningkat.

Jika penyerapan tenaga kerja ini dikaitkan dengan upah minimum regional (UMR), maka dapat diketahui bahwa ada kecenderungan hubungan negatif upah dengan penyerapan tenaga kerja. Meningkatnya jumlah upah akan menyebabkan pembengkakkan pengeluaran industri yang akan menurunkan besaran laba optimum industri tersebut. Tentunya ini akan menghambat industri untuk berkembang, untuk mengatasi permasalahan tersebut tidak jarang suatu industri harus menempuh dengan cara pengurangan penyerapan tenaga atau pemberhentian hubungan kerja (PHK). Hal ini dilakukan semata-mata untuk menghemat pengeluaran dan demi tercapainya laba optimum sektor industri tersebut.

c. Teori Adam Smith

(54)

35 tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan kerja.

Teori ini juga menjelaskan adanya hubungan antara waktu bekerja dan pengalaman dengan penghasilan atau upah. Tenaga kerja cenderung meningkatkan waktu kerja untuk menambah atau memperbesar tingkat upah. Namun pada saat tertentu setelah tingkat upah cukup tinggi, maka akan mengurangi waktu bekerja dan menambah waktu istirahat atau rekreasi.

Menurut Ehrenberg dan Smith (2003) semakin tinggi tingkat output yang dihasilkan, maka tingkat biaya yang dikeluarkan akan menurun karena biaya-biaya seperti biaya untuk pengerjaan kembali produk yang rusak atau tidak sempurna dan kerugian atas kerusakan produk akan berkurang. Seiring bertambahnya usia, maka semakin sulit seseorang untuk menghasilkan output secara maksimal karena kemampuan untuk belajar seseorang akan semakin menurun.

d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

(55)

36 diproduksi. Terjadinya kenaikan harga mengakibatkan para konsumen akan mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli barang yang bersangkutan.

Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo (2007: 15) di Indonesia banyak orang yang bekerja tetapi pekerjaannya adalah mencari pekerjaan, artinya pengangguran di Indonesia sudah menjadi suatu masalah ekonomi yang harus menjadi perhatian pemerintah dan segera diatasi. Karena pengangguran merupakan salah satu indikator kunci kesehatan perekonomian. Hal tersebut bukti bahwa lapangan kerja yang tersedia di dalam negeri tidak mampu menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja dan karena adanya perbedaan tingkat upah yang signifikan.

Hubungan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja adalah semakin tinggi tingkat upah di pasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran tenaga kerja. Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 73) semakin tinggi tingkat upah di pasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran tenaga kerja. Atau dengan kata lain semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang untuk bekerja atau menawarkan tenaga kerjanya.

(56)

37 tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perorangan adalah bahwa setelah tingkat upah tertentu, dengan naiknya tingkat upah, tidak akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih lama atau lebih giat karena pada tingkat pendapatan yang relative tinggi orang ingin hidup lebih santai. Tetapi untuk perekonomian sebagai keseluruhan, semakin tingginya tingkat upah akan mendorong semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-orang yang pada awalnya tidak mau bekerja pada tingkat upah rendah akan bersedia untuk bekerja dan ikut mencari pekerjaan pada tingkat upah yang lebih tinggi.

Peranan tingkat upah dalam mempengaruhi kemauan orang untuk bekerja masih cukup besar. Dengan dipenuhinya satu kebutuhan, maka kebutuhan baru akan muncul lagi. Begitu seterusnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan itu memang tidak terbatas jumlahnya.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang tingkat pendidikan, upah minimum kabupaten/kota, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai daerah telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :

Romas Yossia Tambunsaribu dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, dan

(57)

38 Kabupaten/Kota Jawa Tengah” menyatakan bahwa produktivitas tenaga

kerja dan upah riil berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Andi Neno Ariani dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Pinrang Tahun 2001 - 2011” menyatakan bahwa jumlah usaha, investasi, dan upah minimum berpengaruh postif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.

Debi Ruli Sandi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Usaha Sektor Pertanian di kabupaten Jombang” menyatakan bahwa

variabel tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Arief Rachman Yuditya dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Upah, Modal, Dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel (Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang)”

(58)

39 Si Kadek Bayu Astawan dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Investasi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2012 (Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur)” menyatakan bahwa tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Haroon Bhorat, Ravi Kanbur and Natasha Mayet dalam penelitiannya yang berjudul “The Impact Of Sectoral Minimum Wage

Laws On Employment, Wages, and Hours Of Work In South Africa”

menyatakan bahwa hukum upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap lapangan pekerjaan. Sedangkan jam kerja berpengaruh signifikan terhadap upah.

Summoen Cecchini and Andras Uthoff dalam peneltiannya yang berjudul “Poverty And Employment In Latin Amerika 1990 - 2005”

(59)

40 Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode

Penelitian Hasil 1 Romas Yossia

Tambunsaribu, Bagio Mudakir (2013) Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah Fixed Effect Model (FEM) atau pendekatan model Least Square Dummy Variabel (LSDV) Produktivitas tenaga kerja dan upah riil berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang ada pada daerah tidak selalu mengalami peningkatan pada kurun waktu tertentu. 2 Andi Neno

Ariani (2013) Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Pinrang Tahun 2001-2011 Model regresi linier berganda. Variabel jumlah usaha, nilai

investasi dan upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang. 3. Debi Ruli

(60)

41 PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Sektor Pertanian di Kabupaten Jombang statistik kuantitatif dengan uji regresi linear berganda PDRB berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada usaha sektor pertanian, sedangkan angkatan kerja lulusan SLTA berpengaruh signifikan dan hubungannya negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada usaha sektor pertanian di Kabupaten Jombang. 4. Arief

Rachman Yuditya (2014)

Analisis Pengaruh Upah, Modal, dan Nilai Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel (Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang) Menggunakan analisis regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Variable upah (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Sedangkan variabel modal (X2) dan variabel nilai produksi (X3) berpengaruh signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja (Y). 5. Si Kadek

(61)

42 Ekonomi Provinsi

Jawa Timur Tahun 2009 2012 (Studi Kasus di 38 Kabupaten / Kota Provinsi Jawa Timur) terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Sedangkan variable tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 6 Haroon

Bhorat, Ravi Kanbur and Natasha Mayet (2013)

The impact of sectoral minimum wage laws on employment, wages, and hours of work in South Africa Pendekatan eksperimental dengan menerapkan dua spesifikasi alternatif perbedaan model Hukum upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap lapangan kerja. Jam kerja berpengaruh signifikan terhadap upah. 7 Summoen

Cecchini and Andras Uthoff (2008) Poverty and employment in Latin Amerika 1990-2005 Menggunakan alat analisis pendapatan moneter mengikuti metode ECLAC.

(62)

43 C. Kerangka Berpikir

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Masalah pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja baru pada tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Salah satu cara untuk mengurangi pengangguran adalah dengan meningkatkan efektifitas penyerapan tenaga kerja. Untuk itu pemerintah seharusnya tidak hanya mengandalkan sektor perdagangan dan pertanian saja dalam menyerap tenaga kerja, tetapi pada sektor lain seperti industri, pertambangan, kehutanan, perikan, dan jasa. Jumlah angkatan kerja yang bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.

Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 58) pendidikan merupakan faktor penting bagi berhasilnya perkembangan ekonomi. Bahkan menurut Schumaker, pendidikan merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya dibanding faktor-faktor produksi lain. Tingkat pendidikan juga merupakan tolak ukur mutu tenaga kerja (BPS, 2013: 95).

(63)

44 tenaga kerja, tidak hanya untuk lingkungan regional tetapi sampai tingkat nasional.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, antara lain melalui pendidikan jalur formal maupun informal. Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap komitmen pendidikan ini berbagai kebijakan dikeluarkan untuk menunjang tujuan tersebut seperti pencanangan program pendidikan dasar maupun pembentukan gerakan orangtua asuh. Semua itu ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Pendidikan sering dikaitkan dengan modal manusia. Jika tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang tinggi berarti dia mempunyai modal manusia yang tinggi. Tingkat pendidikan biasanya disajikan atau dianalisa dalam tiga tingkatan. Pendidikan rendah yaitu SD ke bawah, pendidikan menengah SMP sampai SMA, dan pendidikan tinggi (terdidik) yaitu di atas SMA.

(64)

45 Upah minimum juga sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Gianie, 2009: 98). Pemberian upah yang diterima merupakan hasil dari prestasi yang telah dilakukan berdasarkan produktifitas kerja dan profesionalitas pekerjaan.

(65)
[image:65.595.115.508.211.730.2]

46 Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Jawa Barat

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Barat

Tingkat Pendidikan

(X1)

Upah Minimum Kabupaten/Kota

(X2)

Tenaga Kerja

(Y)

Panel Data

Uji Asumsi Klasik

Uji F dan Uji T

(66)

47 D. Hipotesis Penelitian

Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial

terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

Ha : Ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

2. Ho : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

Ha : Ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

3. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

(67)

48 BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat. Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu perencanaan yang baik untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, agar hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti maupun pengguna peneliti. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Dimana variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota.

(68)

49 B. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan dipublikasikan oleh instansi tertentu. Data sekunder yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini sepenuhnya diperoleh dari Badan Pusat Statitik Jawa Barat melalui buku Kabupaten/Kota Dalam Angka, Indikator Ekonomi daerah, Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, dan webiste Provinsi Jawa Barat. Periode data yang digunakan adalah data sekunder tahun 2010 – 2013.

Fokus lokasi studi yang dipilih dalam penelitian ini meliputi 5 Kabupaten/Kota diantaranya adalah 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, dan 2 Kota yaitu Kota Bekasi dan Kota Banjar.

(69)

50 C. Teknik Pengumpulan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Menurut Tony Wijaya (2013: 29) menyatakan bahwa dalam penentuan besaran sampel, ada beberapa peneliti yang meyakini sampel diambil sekitar 10 - 20% dari jumlah populasi.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian yang memenuhi pesyaratan untuk dijadikan sampel. Menurut Tony Wijaya (2013: 28) purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar

tujuan atau target tertentu untuk memahami informasi pada sumber tertentu. Alasan teknik pengambilan sampel dengan meggunakan purposive sampling adalah berdasarkan kriteria yang dimiliki masing

masing kabupaten/kota untuk dijadikan sampel dengan tujuan diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Kota Bekasi dianggap memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota tertinggi, sedangkan Kabupaten Majalengka dan Kota Banjar dianggap memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota terendah di Jawa Barat.

(70)

51 Kota Bekasi dianggap memiliki tingginya penyerapan jumlah tenaga kerja, sedangkan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka dianggap memiliki rendahnya penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Jawa Barat.

D. Metode Analisis

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketepatan dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan kesimpulan.

Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis statistik inferensial atau statistik induktif dengan menggunakan software statistic Eviews 7 untuk menjawab, menarik kesimpulan dan

(71)

52 1. Sampel diambil secara acak (random) dari sebuah populasi 2. Data berskala interval atau data bersifat kuantitatif

3. Data berdistribusi normal

4. Ada hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel terikat

5. Tidak terjadi heteroskedastisitas

Analisis data panel juga dikenal dengan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan kuadrat terkecil (Pooled Least Square), pendekatan efek tetap (Fixed Effect), dan pendekatan efek acak (Random Effect).

1. Pooled Least Square

Metode kuadrat terkecil biasa diterapkan dalam data yang berbentuk pool dan merupakan pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Dengan mengasumsikan komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat

melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross-section.

(72)

53 2. Fixed Effect Model

Fixed Effect Model (FEM) adalah bahwa satu objek

memiliki konstanta yang tetap besarannya untuk berbagai periode waktu. Demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang memiliki besar

Gambar

Tabel 1.1 hasil menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi di
Tabel 2.1 TPAK  Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin
      IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 Tabel 2.2 – 2013
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial variabel independen yaitu Upah Minimum Kabupaten/Kota(UMK) dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terbuka,

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah upah minimum kabupaten (UMK) di karesidenan Pati, sedangkan variabel independen yang digunakan meliputi jumlah tenaga kerja,

dapat memenuhi kebutuhan mereka. Pada pihak pengusaha, penetapan upah minimum yang tinggi akan. menyebabkan tingkat pengangguran yang bertambah. Hal ini

dominan (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Gresik) kemudian pindah ke beberapa lokasi yang memiliki tingkat PDRB dan

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT dengan limpahan rahmat dan karunia- Nya maka dengan itu Skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh PDRB, Investasi, Upah Minimum

Hasil uji hipotesis secara parsial (uji t) atas upah minimum menyatakan bahwa variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM, karena

dominan (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Gresik) kemudian pindah ke beberapa lokasi yang memiliki tingkat PDRB dan

Persamaan regresi dalam penelitian ini memiliki kostanta 0,591490 yang menjelaskan bahwa apabila variabel independennya Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Perusahaan bernilai 0 atau