• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT UPAH, DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI JAWA TIMUR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT UPAH, DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI JAWA TIMUR TAHUN "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT UPAH, DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI JAWA TIMUR TAHUN

2009-2014

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Muhammad Ricky P 125020100111059

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT UPAH, DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI JAWA

TIMUR TAHUN 2009-2014

Yang disusun oleh :

Nama : Muhammad Ricky P

NIM : 125020100111059

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 November 2016

Malang, 28 November 2016 Dosen Pembimbing,

Dr. Susilo, SE., MS.

NIP. 19601030 198601 1 001

(3)

Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah, dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Jawa Timur Tahun 2009-2014

Muhammad Ricky P

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: muhammad.rickyp@yahoo.co.id

ABSTRACT

Economic development has a goal to increase the prosperity of the community. One way that can be achieved is through the expansion of job opportunities. East Java is the province that includes having the highest number of labor force and unemployment is high in Indonesia. Unemployment appears due to an imbalance in demand and supply of labor. This study aims to determine the effect of gross regional domestic product, wages level, and investment on absorption of labor in East Java during 2009-2014. The approach used is a quantitative approach with descriptive methods. The type of data in this study is the form of panel data sample of 22 districts / cities with the highest labor absorption in 2014. The analysis tool used is multiple linear regression with fixed effect model approach. The results obtained are the gross regional domestic product as well as the positive and significant effect and wage level has significant negative effect on employment in East Java in 2009-2014. While investment has no significant effect on employment in East Java in 2009- 2014.

Keywords: Absorption of Labor, Gross Regional Domestic Product, Wage Level, Investments ABSTRAK

Pembangunan ekonomi memiliki tujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui perluasan kesempatan kerja. Jawa timur merupakan provinsi yang termasuk memiliki jumlah angkatan kerja tertinggi dan jumlah pengangguran yang tergolong tinggi di Indonesia.

Pengangguran muncul akibat tidak seimbangnya permintaan dan penawaran tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produk domestik regional bruto, tingkat upah, dan investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur pada tahun 2009-2014. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Jenis data dalam penelitian ini adalah data panel berupa sampel dari 22 kabupatan/kota dengan penyerapan kerja tertinggi pada tahun 2014. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan pendekatan fixed effect model. Hasil yang diperoleh adalah produk domestik regional bruto berpengaruh positif dan signifikan serta tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur pada tahun 2009-2014. Sedangkan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur pada tahun 2009-2014.

Kata kunci: Penyerapan Tenaga Kerja, Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah, Investasi.

A. PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat daerah. Dengan kata lain PDB ataupun PDRB dapat dijadikan sebuah gambaran mengenai kondisi perekonomian atau kinerja pembangunan ekonomi dari suatu wilayah (Dharmayanti, 2011). Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat secara bersama mengelola sumber daya yang ada dengan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pihak swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja agar dapat menyerap tenaga kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah tersebut dengan tujuan meningkatnya kemakmuran masyarakat (Arsyad dalam Sis Putro, 2013).

Di Indonesia provinsi dengan jumlah angkatan kerja terbesar pada tahun 2015 andalah provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 20,586,356 jiwa dengan jumlah penduduk yang bekerja sebesar 18,791,482 jiwa. Posisi kedua adalah provinsi Jawa Timur dengan jumlah angkatan kerja sebanyak 20,274,681 jiwa dengan jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 19,367,777 jiwa. Banyaknya jumlah angkatan kerja di Jawa Timur ternyata menimbulkan masalah pengangguran di wilayah tersebut. Pada tahun 2014 pengangguran di Jawa Timur adalah sebanyak 843,490 jiwa dan

(4)

meningkat di tahun 2015 menjadi sebesar 996.344 jiwa. Hal ini menjadikan JawaTimur selain memiliki jumlah angkatan kerja terbesar kedua di Indonesia juga menjadikan Jawa Timur sebagai salah satu wilayah dengan jumlah pengangguran terbesar di Indonesia.

Selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 PDRB dan upah minimum di Jawa Timur terus mengalami peningkatan, sedangkan investasi di Jawa Timur pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 juga mengalami peningkatan namun di tahun 2014 jumlah investasi mengalami penurunan. Saat jumlah PDRB, upah, dan investasi cenderung mengalami peningkatan pada tahun 2010 sampai 2014, ternyata hal tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah penyerapan tenaga kerja. Ini terlihat pada jumlah pengangguran di Jawa Timur pada tahun 2010 sampai 2014 memiliki trend yang cenderung fluktuatif. Saat PDRB dan investasi mengalami peningkatan di tahun 2011 ternyata jumlah pengangguran juga ikut meningkat. Kemudian pada tahun 2013 saat PDRB mengalami peningkatan dan investasi berada pada jumlah tertinggi selama periode 2010 sampai 2014 pengangguran di Jawa Timur justru tidak mengalami penurunan.

Gambar 1: Jumlah PDRB, Upah, Investasi, dan Jumlah Pengangguran Tahun 2010-2014

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

Hadi Sasana (dalam Agung, 2015) mengemukakan bahwa masalah pengangguran muncul sebagai imbas dari ketidakseimbangan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah permintaan tenaga kerja yang ada. Pengangguran yang jumlahnya terus bertambah akan mengurangi kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, penyerapan tenaga kerja menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung pembangunan ekonomi terutama dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang merata.

Dalam periode kedepannya Jawa Timur memiliki peluang untuk semakin meningkatkan perekonomiannya.

Ini berkat program Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai dilakukan pada awal tahun 2015. Dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kawasan ASEAN (Association of South East Asia Nations) akan menjadi sebuah pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung dengan unsur aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik, dan aliran modal yang lebih bebas dan terintegrasi dalam satu kawasan di regional Asia Tenggara (Tiurmaida, 2014).

Tabel 1: Peringkat Daya Saing Provinsi di Indonesia

Peringkat Provinsi Nilai

1 DKI Jakarta 3.6977

2 Jawa Timur 1.8484

3 Jawa Tengah 1.3414

4 Jawa Barat 1.1964

5 Kalimantan Timur 1.0473

Sumber: Dirjen. Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2015

Secara peringkat daya saing Jawa Timur menempati posisi kedua diantara seluruh provinsi di Indonesia.

Indikator dalam menentukan peringkat daya saing ini adalah: Pertama, keterbukaan terhadap perdagangan barang dan jasa. Kedua, kapasitas daya tarik daerah terhadap investasi asing (FDI). Ini menandakan bahwa Jawa Timur merupaka

- 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000

2010 2011 2012 2013 2014

Pengangguran PDRB Upah Investasi

(5)

provinsi yang terbuka terhadap perdagangan barang dan jasa serta memiliki daya tarik investasi asing yang tinggi.

Sehingga MEA diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Jawa Timur yang telah didukung dengan daya saing yang cukup tinggi.

Namun suatu perekonomian yang terus tumbuh bukan jaminan daerah tersebut dikatakan makmur bila tidak diikuti dengan perluasan kesempatan kerja karena pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam kegiatan perekonomian. Perluasan kesempatan kerja harus terus dilakukan agar angkatan kerja yang ada dapat diserap serta dapat menampung tenaga baru yang setiap tahunnya yang memasuki dunia kerja (Sofia, 2014).

B. TINJAUAN PUSTAKA Tenaga Kerja

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam suatu unit usaha (Boediono dalam Handayani, 2014).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk domestik daerah merupakan semua barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah domestik, tanpa memperdulikan asal dan kepemilikan faktor produksi dari penduduk daerah tersebut ataupun tidak. Penghitungan produk domestik lebih dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), disebut domestik karena menyangkut batas wilayah dan dinamakan bruto karena telah memasukkan komponen penyusutan dalam perhitungannya (Agung, 2015).

Teori Ekonomi Klasik

Teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya yang adalah permulaan dalam mendorong perekonomian. Alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi suatu perekonomian (Juwita, 2013). Adam Smith berpendapat pertumbuhan output yang akan dicapai tidak lepas dari peranan sumber daya yang ada baik sumber daya alam ataupun sumber daya manusia.

1) Sumber daya alam

Sumber daya alam diintrepetasikan oleh ketersediaan tanah. Menurut Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masayarakat. Jumlah sumber daya alam yang tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu perekonomian. Artinya jika sumber daya alam belum digunakan secara maksimal atau sepenuhnya, maka jumlah penduduk dan modal yang ada akan terus memacu pertumbuhan output. Namun, pertumbuhan ini akan terhenti apabila jika semua sumber daya yang ada sudah digunakan secara optimal (Arifianto, 2013).

2) Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk)

Tenaga kerja diintrepetasikan oleh jumlah penduduk. SDM memegang peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat. Smith memandang tenaga kerja merupakan salah satu input (masukan) dalam proses produksi. Pembagian kerja, dan sepesialisasi merupakan salah satu kunci penting dalan peningkatan produktivitas tenaga kerja (Arifianto, 2013).

Hukum Okun

Ahli ekonomi Arthur Okun juga mengemukakan bahwa terdapat kaitan antara GDP (Gross Domestic Product) dengan tingkat pengangguran. Penjelasan mengenai hubungan tersebut dikenal dengan hukum okun (Okun’s law). Hukum Okun menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengangguran dengan GDP dimana apabila terjadi penurunan tingkat pengangguran sebesar 1 persen dikaitkan dengan pertumbuhan GDP yang mendekati 2 persen. Dengan kata lain, PDRB yang merupakan GDP regional memiliki pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sehingga apabila terjadi peningkatan jumlah PDRB akan berpengaruh pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, begitu juga sebaliknya penurunan jumlah PDRB maka akan berpengaruh pada penurunan penyerapan tenaga kerja (Mankiw dalam Agung, 2015)

(6)

Upah

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tantang ketenagakerjaan dijelaskan bahwa upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh serta keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Teori Dana Upah

John Stuart Mills berpendapat bahwa elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi dalam menanggapi kenaikan upah. Upah yang dibayarkan kepada pekerja berasal dari sejumlah dana yang disediakan perusahaan sehingga upah dibatasi oleh cadangan dana yang telah dipersiapkan untuk membayar upah. Upah setiap pekerja dapat dihitung dengan membagi keseluruhan dana yang ada dengan jumlah seluruh pekerja. Dengan kata lain peningkatan jumlah tenaga kerja akan menyebabkan tingkat upah cenderung turun dengan asumsi cadangan dana yang dimiliki perusahaan tetap. Sebaliknya Upah dapat naik akibat peningkatan cadangan dana yang dipakai untuk mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja (Rahmatika, 2013).

Teori Upah Alami

Menurut teori David Ricardo, tenaga kerja (penduduk) akan meningkat atau menurun tergantung pada tingkat upah nominal. Apabila tingkat upah nominal berada diatas tingkat upah minimal atau tingkat upah alamiah (natural wage), maka jumlah tenaga kerja akan meningkat. (Divianto, 2014). Hal ini akan menyebabkan jumlah tenaga kerja lebih tinggi ketimbang permintaan tenaga kerja yang ada. Sebaliknya apabila jumlah penduduk turun maka tingkat upah akan meningkat akibat penawaran tenaga kerja yang lebih rendah ketimbang permintaannya (Yossia, 2013).

Investasi

Investasi merupakan pengeluaran oleh produsen atau pihak swasta untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok modal yang digunakan atau untuk perluasan pabrik (Boediono, 1992). Sedangkan menurut Sukirno (2000) investasi adalah pengeluaran-pengeluaran atau penanaman modal yang dilakukan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan- perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan produksi dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam perekonomian.

Teori Investasi Harrod-domar

R.F Harrod dan Evsey Domar memliki kesamaan pandangan bahwa terdapat peranan penting dari investasi dalam perekonoian. Teori Harrod-Domar merupakan penyempurnaan dari teori investasi Keynes. Dalam jangka panjang investasi pada barang modal seperti lahan, peralatan produksi, dan sebagainya dapat meningkatkan kapasitas produksi atau sisi penawaran dalam suatu perekonomian (Subandi dalam Munasriah, 2015). Pembukaan lahan atau pabrik baru tentu membutuhkan tenaga kerja untuk mengelola lahan atau menjalankan kegiatan produksi di pabrik tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja yang ada. Sedangkan investasi berupa pengadaan peralatan produksi juga dapat menyerap tenaga kerja. Karena untuk mengoperasikan alat tersebut tetap dibutuhkan tenaga manusia. Oleh karena itu, selama investasi masih dilakukan dalam perekonomian akan menyebabkan pendapatan dan kapasitas output akan terus membesar yang nantinya juga akan berpengeruh terhadap penyerapan tenaga sebagai dampak dari dilakukannya investasi.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Munasriah (2015), diketahui bahwa variabel investasi secara langsung berpengaruh positif dan signifikan dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Rini Sulistiawati (2012) memperoleh hasil upah berpengaruh signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha (2015) diketahui bahwa variabel PDRB dan Upah secara parsial merupakan variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Akbar Sis Putro dan Achmad Hendra Setiawan (2013) diketahui bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran dan variabel upah minimum kota memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Dengan kata lain ketika terjadi kenaikan PDRB maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat sedangkan ketika terjadi kenaikan pada upah minimum kota maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja.

(7)

C. METODE PENELITIAN

Pendekatan analisis peneliatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data yang digunakan adalah berupa sampel dari Kabupaten/Kota di Jawa Timur dengan jumlah populasi sebayak 38. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik penentuan sapel berdasarkan seleksi atau pertimbangan tertentu oleh peneliti. Dasar penentuan sampel yang digunakan adalah wilayah kabupaten/kota di Jawa timur yang memiliki penyerapan tenaga kerja terbesar pada tahun 2014 dengan nilai yang terendah sebesar 500.000 jiwa. Ini karena secara rata-rata jumlah penyerapan tenaga kerja kabupaten/kota di Jawa Timur pada tahun 2014 adalah sebesar 570.000 jiwa. Dengan alasan tersebut diperoleh sampel sebanyak 22 wilayah kabupaten/kota di Jawa Timur.

penyerapan tenaga kerja kabupaten/kota di Jawa Timur.

Tabel 2: Wilayah Sampel Penelitian

Kabupaten/Kota

1 Kota Surabaya 9 Kab. Blitar 17 Kab. Lumajang

2 Kab. Malang 10 Kab. Probolinggo 18 Kab. Mojokerto

3 Kab. Jember 11 Kab. Lamongan 19 Kab. Nganjuk

4 Kab. Sidoarjo 12 Kab. Sumenep 20 Kab. Ponorogo

5 Kab. Kediri 13 Kab. Tuban 21 Kab. Sampang

6 Kab. Pasuruan 14 Kab. Jombang 22 Kab. Ngawi

7 Kab. Banyuwangi 15 Kab. Gresik 8 Kab. Bojonegoro 16 Kab. Tulungagung Sumber: Penulis, 2016

Jenis data yang digunanakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel merupakan gabungan data yang berbentuk urutan waktu (time series) dengan data berupa persilangan dari beberapa tempat atau sektor dalam periode yang sama (cross-section). Data panel yang digunakan adalah data penyerapan tenaga kerja, PDRB, tingkat upah, dan investasi kabupaten/kota di Jawa Timur dalam periode tahun 2009 sampai tahun 2014.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan nilai toleransi kesalahan atau alpha sebasar 5% (α = 0.05). Regresi digunakan untuk melihat bagaimana hubungan antar variabel dependen terhadap variabel independen dan mengengetahui seberapa besar pengaruhnya. Dalam penelilitian ini regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh PDRB, investasi, dan tingkat upah terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur.

Model Persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

logY = β0 + β1logX1 + β2logX2 + β3logX3 + e Keterangan:

log Y = Penyerapan tenaga kerja β1, β23 = Koefisien variabel independen log X1 = PDRB

log X2 = Investasi log X3 = Tingkat upah

e = Error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemilihan Model Regresi

Terdapat dua uji (test) yang akan digunakan sebagai alat dalam memilih model regresi data panel (common effect, fixed effect atau random effect) yang didasarkan pada karakteristik data dalam penelitian ini, yaitu: Uji Chow dan Uji Hausman.

(8)

Gambar 2: Hasil Uji Chow – Likelihood Ratio

Sumber: Aplikasi Eviews 7, 2016

Berdasakan hasil estimasi uji chow diperoleh nilai probabilitas Cross-section F sebesar 0.0000. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai probabilitas Cross-section F lebih kecil dari nilai alpha (0.0000 < 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode fixed effect model lebih tepat dibandingkan dengan common effect model.

Gambar 3: Hasil Uji Hausman

Sumber: Aplikasi Eviews 7, 2016

Berdasakan hasil estimasi uji hausman diperoleh nilai probabilitas (Prob.) Cross-section random sebesar 0.0000. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai Prob.) Cross-section random lebih kecil dari nilai alpha (0.0000 <

0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan metode fixed effect model lebih tepat dibandingkan dengan random effect model

Berdasarkan hasil Uji F (Chow Test) dan Uji Hausman (Hausman Test) di atas maka dapat disimpulkan bahwa model data panel yang paling tepat/sesuai dengan tujuan penelitian adalah metode pendekatan fixed effet model.

Hasil estimasi regresi dengan pendekatan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.12: Hasil Estimasi - Fixed Effect Model

Sumber: Aplikasi Eviews 7 , 2016 Uji t-Statistik

Berdasarkan hasil uji parsial diperoleh nilai probabilitas t-statistic PDRB sebesar 0.0000, tingkat upah sebesar 0.0044, dan investasi sebesar 0.0911. Dengan demikian, pada tingkat alpha 5 persen (0.05) variabel PDRB

(9)

dan tingkat upah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur karena nilai probabilitas dari variabel PDRB (0.0000 < 0.05) dan tingkat upah (0.0044 < 0.05) lebih kecil dari nilai alpha.

Sedangkan investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur karena nilai probabilitas dari variabel investasi lebih besar dari nilai alpha (0.0911 > 0.05).

Uji F Statistik

Berdasarkan hasil uji simultan diperoleh bahwa nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari nilai alpha (0,00 <

0,05). Dengan demikian variabel independen pada penelitian ini yaitu PDRB, tingkat upah, dan investasi secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur.

Uji Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil estimasi data, didapatkan nilai koefisien determinasi sebesar 0.865105 hal ini menunjukan bahwa variabel independen memiliki kemampuan sebesar 86.51 persen dalam menjelaskan perubahan variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 13.49 persen dijelaskan variabel lain diluar model (yang tidak diteliti).

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Berdasarkan hasil estimasi, PDRB memiliki pengaruh positif dan dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur sehingga apabila terjadi kenaikan pada PDRB akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur juga ikut meningkat. Dengan hasil ini hipotesis yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dapat diterima. PDRB memberikan kontribusi tertinggi diantara variabel lainnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Ini terlihat pada nilai koefisien yang diperoleh dari hasil estimasi. Hal ini sejalan dengan teori klasik yang memiliki pandangan bahwa terdapat kaitan antara pertumbuhan output dengan jumlah penduduk. Dalam teori ekonomi klasik jumlah penduduk mencerminkan jumlah tenaga kerja yang tersedia. PDRB sendiri merupakan nilai output dari barang dan jasa dalam perekonomian daerah. Dalam pandangan klasik untuk meningkatkan produksi dalam menghasilkan output dapat dilakukan dengan meningkatan penggunaan tenaga kerja atau dengan peningkatan produktifitas melalui peningkatan kualitas dari tenaga kerja yang ada. Hasil yang sama juga juga diperoleh dalam penelitian I Gusti Agung Indradewa dan Ketut Suardhika Natha (2015) dan penelitian yang dilakukan oleh Akbar Sis Putro dan Achmad Hendra Setiawan (2013).

Sebelunya diketahui bahwa ketika PDRB Jawa Timur meningkat akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja juga meningkat. Melalui MEA akan tercipta pasar yang lebih luas dan segala biaya dan hambatan perdagangan akan dihilangkan. Hal ini membuat kegiatan ekspor semakin mudah dimana ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari suatu negara ke pasar internasional. Dalam MEA diharapkan terjadi peningkatan jumlah ekspor setiap tahunnya sehingga akan berdampak pada peningkatan nilai output PDRB Jawa Timur. Ekspor menyumbang secara langsung terhadap pertumbuhan pendapatan baik nasional maupun regional dan ekspor juga merupakan salah satu sumber untuk menambah devisa negara serta dapat meningkatkan kesempatan kerja (Faiziah, 2014). Ahli ekonomi yang bernama Arthur Okun mengemukakan bahwa setiap kenaikan Gross Domestic Product (GDP) baik nasional maupun regional sebesar 1 persen maka akan menurunkan tingkat pengangguran sebesar 2 persen dan pandangannya ini sering disebut dengan Hukum Okun (Okun’s Law). Oleh karena itu, dengan diberlakukannya MEA akan meningkatkan PDRB melalui sisi ekspor dan memberikan dampak berupa perluasan kesempatan kerja sehingga penyerapan tenaga kerja akan meningkat terutama pada kegitan produksi komoditi ekspor.

Dengan demikian jika terjadi peningkatan PDRB di Jawa Timur yang selalu diidentikan dengan pertumbuhan ekonomi maka dampaknya juga akan dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur sendiri melalui penyerapan tenaga kerja yang nantinya juga akan berpengaruh pada penurunan jumlan pengangguran di masyarakat.

Tingkat Upah

Hasil estimasi menunjukan bahwa tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Hasil ini membuat hipoesis yang menyatakan bahwa tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dapat diterima. David Ricardo dalam teorinya menyatakan bahwa selama tenaga kerja yang dipekerjakan menerima upah diatas tingkat upah minimum maka jumlah penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah. Dengan terbatasnya tanah atau lahan produksi, maka pertumbuhan penduduk (tenaga kerja) yang berlebihan akan menurunkan produk marginal yang kemudian dikenal dengan istilah The Law of Diminishing Return (Arifianto, 2013). Dengan berlakunya The Law of Diminishing Return maka ketika produsen telah mencapai titik maksimum dari produksinya produsen tidak akan menambah input atau faktor produksinya karena akan menyebabkan laba yang diperoleh menjadi berkurang sehingga input atau faktor produksi

(10)

termasuk tenaga kerja akan dibatasi. Teori dana upah dari John Stuart Mills juga memiliki pandangan yang sama.

Teori Mills ini menjelaskan bahwa tingkat upah yang berlaku mempengaruhi kemampuan produsen dalam menggaji tenaga kerja. Menurut Mills produsen telah menetapkan menetapkan sejumlah dana untuk membayar upah. Ketika upah naik (dengan asumsi dana yang dimiliki tetap) maka produsen akan mempekerjakan lebih sedikit tenaga kerja sesuai dengan dana yang dimiliki akibat kemampuan produsen dalam membayar upah menurun. Sedangkan ketika upah turun (dengan asumsi dana yang dimiliki tetap) maka produsen dapat mempekerjakan tenaga kerja lebih banyak akibat kemampuan produsen dalam membayar upah meningkat. Hasil ini juga di peroleh dalam penelitan yang dilakukan oleh Rini Sulistiawati (2012) dan penelitaian yang dilakukan Akbar Sis Putro dan Achmad Hendra Setiawan (2013)

Dalam MEA permintaan barang atau jasa tidak hanya berasal dari pasar domestik melainkan juga akan muncul dari luar negeri akibat perluasan pasar. Untuk memenuhi permintaan barang dari luar negeri tersebut produsen akan meningkatkan hasil produksinya sehingga penggunaan faktor produksi juga akan ikut meningkat. Menurut Sumarsono (dalam Wafi, 2011) tingkat upah akan mempengaruhi biaya produksi. Besarnya biaya produksi dalam menghasilkan barang atau jasa akan menjadi bahan pertimbangan produsen dalam penggunaan tenaga kerja. Ini menjadi peluang bagi Jawa Timur sebagai provinsi dengan tingkat upah yang rendah serta ketersedian sumber daya manusia yang melimpah. Tingkat upah yang rendah menyebabkan harga barang yang dihasilkan juga menjadi lebih murah akibat biaya produksi yang rendah. Harga yang murah akan membuat permintaan akan barang tersebut menjadi meningkat. Upah yang rendah ditambah dan tingginya permintaan membuat perodusen mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja untuk menghasilkan barang dalam rengka memenuhi permintaan konsumen. Dengan kata lain, pada tingkat upah yang rendah tidak hanya meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur tetapi juga membuat barang yang dihasilkan menjadi murah sehingga barang tersebut dapat menjadi barang yang kompetitif serta dapat terserap dengan baik di pasar.

Investasi

Hasil estimasi untuk investasi menunjukan bahwa investasi berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Dengan hasil ini membuat hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur ditolak. Penelitian yang dilakukan oleh Bayu Dwi Dharma dan Sjamsu Djohan (2015) juga memperoleh hasil investasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kesempatan kerja. Artinya jika peningkatan investasi maka tidak mempengaruhi jumlah kesempatan kerja secara signifikan. Hasil yang sama juga didapatkan dalam penelitian Rudi Sofia Sandika, dkk (2014) bahwa investasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kesempatan kerja. Hasil penelitan tersebut menyatakan bahwa apabila investasi yang dilakukan tidak membukakan kesempatan kerja yang lebih besar maka dapat dikatakan investasi tersebut bersifat padat modal. Investasi padat modal merupakan investasi yang dilakukan berupa pengadaan peralatan dan juga mesin produksi.

Tabel 3: Realisasi Investasi Asing dan Dalam Negeri Berdasarkan Bidang Usaha Tahun 2014 Penanaman Modal Asing

No Bidang Usaha Investasi

(triliyun Rp)

Tenga Kerja (Orang)

1 Industri Makanan 5.87 3,695

2 Industri Logam, Mesin & Elektonik 3.55 7,010 3 Transport, Gudang & Komunikasi 3.1 566

5 Industri Mineral Non Logam 1 1,698

6 Industri Kertas & Percetakan 0.95 654

7 Pertambagan 0.65 693

8 Perdagangan & Reparasi 0.39 709 9 Industri Barang dari Kulit & Alas Kaki 0.38 8,587 10 Tanaman Pangan dan Perkebunan 0.35 192

11 Industri Lainnya 1.57 8,689

Penanaman Modal Dalam Negeri

(11)

Penanaman Modal Dalam Negeri

No Bidang Usaha Investasi

(triliyun Rp)

Tenga Kerja (Orang)

1 Industri Makanan 9.68 14,764

2 Konstruksi 9.18 980

3 Perumahan, Perkantoran & Kaw Industri 8.16 455

4 Listrik, Gas & Air 4.6 305

5 Transport, Gudang & Komunikasi 3.34 1,929

6 Industri Mineral Non Logam 2.49 6,284

7 Industri Kimia & Farmasi 1.69 2,107 8 Industri Logam, Mesin & Elektonik 0.91 3,488 9 Perdagangan & Reparasi 0.7 63 10 Industri Kertas & Percetakan 0.54 2,299

11 Bidang Usaha Lainnya 1.06 8,529

Sumber: Badan Penanaman Modal Jawa Timur, 2015

Dalam bidang usaha tertentu, investasi asing maupun dalam negeri yang direalisasikan di Jawa Timur memang memiliki jumlah yang besar namun dengan jumlah tenaga kerja yang tidak seberapa besar. Secara rata-rata investasi asing di Jawa Timur pada tahun 2014 adalah sebesar 1.7 triliyun dan penyerapan tenaga rata-rata sebesar 2800 orang, sehingga bidang usaha yang memiliki jumlah investasi diatas jumlah tersebut dapat dikatan memiliki investasi yang tinggi. Bidang usaha yang memiliki jumlah investasi asing yang tinggi namun dengan penyerapan tenaga yang rendah adalah transportasi, gudang, dan komunikasi, sehingga bidang usaha tersebut dapat dikatan bersifat padat modal. Sedangkan untuk investasi dalam negeri, jumlah rata-rata pada tahun 2014 adalah sebesar 4.1 triliyun dan penyerapan tenaga rata-rata sebesar 3200 orang, sehingga bidang usaha yang memiliki jumlah investasi diatas jumlah tersebut dapat dikatan memiliki investasi yang tinggi. Bidang usaha yang memiliki jumlah investasi dalam negeri yang tinggi namun dengan penyerapan tenaga yang rendah diantaranya adalah (1) bidang konstruksi, (2) perumahan, perkantoran, dan kawasan Industri, (3) listrik, gas, dan air, serta (4) perdagangan dan reparasi. Diantara investasi asing dan dalam negeri ternyata investasi yang padat modal terjadi pada investasi dalam negeri. Jika dilihat berdasarkan bidang usaha, wajar saja investasi di Jawa Timur memiliki sifat yang cenderung padat modal karena sebagian besar dana investasi tersebut mengalir pada bidang usaha yang kegiatan produksi secara umumnya lebih membutuhkan tenaga mesin ketimbang tenaga manusia. Sangat disayangkan mengingat bahwa Jawa Timur termasuk daerah dengan nilai investasi yang cenderung tinggi namun dibalik hal tersebut ternyata dampak dari investasi yang diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga nyatanya tidak membuka kesempatan kerja yang lebih besar. Bisa dikatakan bahwa dampak dari investasi di Jawa Timur belum dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas.

Dengan adanya MEA ini maka terbuka peluang untuk menambah kesempatan kerja sebab dalam MEA terjadi arus bebas investasi dari negara-negara ASEAN ke Indonesia maupun ke negara-negara ASEAN lain (Safitri, 2014).

Kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia (Baskoro, 2014). Melalui hasil estimasi diketahui bahwa investasi di Jawa timur merupakan investasi yang bersifat padat modal.

Jika investasi asing yang masuk merupakan input berupa mesin produksi atau transfer teknologi maka tidak akan ada peningkatan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Demi menciptakan kesempatan kerja atau lapangan kerja dalam rangka pembangunan ekonomi terutama untuk penyerapan tenaga kerja maka lebih baik diarahkan pada pembangunan industri khususnya yang bersifat padat karya. Lapangan kerja dapat diciptakan bila mana terdapat investasi yang mengarah pada peningkatan investasi ke sektor-sektor yang padat karya sehingga dengan dana investasi terbatas dapat melaksanakan penciptaan lapangan kerja produktif (Taufik, 2015).

(12)

E. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perubahan jumlah PDRB ternyata dapat memberikan pengaruh pada penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur.

Diantara variabel lainnya PDRB merupakan variabel yang memiliki pengaruh terbesar terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Artinya ketika jumlah PDRB mengalami peningkatan maka penyerapan tenaga juga akan meningkat dan sebaliknya. Ini disebabkan ketika terjadi kenaikan PDRB dapat dikatan sebagai terjadinya kenaikan output produksi dan permintaan terhadap faktor produksi atau input (tenaga kerja) akan ikut meningkat.

Hal ini juga dinyatakan oleh Keynes yang menganggap permintaan pada pasar tenaga kerja hanya mengikuti permintaan pada pasar barang. Dengan diberlakukannya MEA dapat meningkatkan PDRB Jawa Timur melalui sisi ekspor karena di dalam MEA seluruh hambatan perdagangan dalam kawasan Asia Tenggara akan diminimalisir sehingga ini juga akan berdampak pada meningkatkatnya penerapan tenaga kerja terutama dalam kegiatan produksi komoditi ekspor.

2. Tingkat upah yang berlaku akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Upah yang tinggi akan menurunkan permintaan tenaga kerja dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan tingkat upah yang tinggi akan menurunkan kemampuan produsen dalam membayarkan upah pekerja. Upah juga menjadi bahan pertimbagan produsen dalam penentuan jumlah tenaga kerja dalam kegitan produksi. Upah yang tinggi akan meningkatkan biaya produksi. akibatnya produsen akan menggunakan lebih sedikit tenaga kerja untuk menekan biaya produksi.

Dalam MEA akan terjadi perluasan pasar sehingga permintaan barang atau jasa tidak hanya berasal dari pasar domestik tetapi juga dari luar negeri. Tingkat upah yang rendah menyebabkan harga barang yang dihasilkan juga menjadi lebih murah akibat biaya produksi yang rendah sehingga mendorong permintaan terhadap barang tersebut. Upah yang rendah ditambah dan tingginya permintaan membuat perodusen mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja untuk menghasilkan barang untuk memenuhi permintaan konsumen.

3. Investasi yang dilakukan di Jawa Timur ternyata tidak berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan investasi yang dilakukan di Jawa Timur merupakan investasi yang cenderung padat modal. Bagi produsen, produksi yang bersifat padat modal dinilai lebih efisien karena dengan batuan mesin dalam memproduksi barang dengan jumlah yang sama dapat dilakukan dengan lebih sedikit tenaga kerja. Pada investasi padat modal permintaan tenaga masih tetap ada namun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam MEA kebebasan juga terjadi pada arus modal dan akan masuknya Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi asing langsung. Jika investasi asing yang masuk merupakan input berupa mesin produksi atau transfer teknologi maka tidak akan ada peningkatan penyerapan tenaga kerja secara signifikan. Agar investasi yang dilakukan dapat menciptakan lapangan kerja maka lebih baik diarahkan pada pembangunan industri khususnya yang bersifat padat karya.

Saran

Berikut adalah saran yang diberikan agar penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dapat lebih maksimal:

1. Perlu ada peningkatan kualitas dan keterampilan tenaga kerja di Jawa Timur agar prodiktivitas yang dihasilkan dapat semakin tinggi. Peningkatan kualitas ini sangat penting mengingat bahwa saat ini persaingan tenaga kerja menjadi lebih ketat dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Peningkatan kualitas dapat dikukan berupa melakukan pelatihan terutama dalam penggunaan teknologi terkini guna meningkatkan keahlian yang dimiliki.

Pelatihan yang dilakukan juga dapat berupa pelatihan bahasa asing atau bahasa internasional seperti bahasa inggris agar tenaga kerja lokal dapat berkomunikasi dengan baik ketika berhadapan dengan tenaga kerja asing.

2. Tingginya jumlah penduduk membuat inevestasi yang bersifat padat karya sangat dibutuhkan di Jawa Timur.

Dengan investasi yang padat karya akan menyebabkan penyerpan tenaga kerja akan menjadi lebih besar dari pada investasi padat modal. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu lebih selektif dalam memilih jenis investasi yang akan masuk ke wilayah Jawa Timur agar investasi yang yang dilakukan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Jawa Timur sendiri.

3. Investasi di Jawa Timur juga masih terkonsentrasi pada beberapa wilayah tertentu. Peningkatan infrastruktur terutama pada bidang transportasi seperti perbaikan jalan agar dapat dilalui kendaraan bongkar-muat membuat aksesibitas berbagai wilayah meningkat. Peningkatan infrastuktur akan mempengaruh keputusan investor ketika ingin berinvestasi di Jawa Timur. Dengan perbaikan infrastruktur, diharapkan investasi menjadi lebih merata serta dapat menjangkau wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang besar namun masih belum dimanfaatkan secara maksimal.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I Gusti I dan Ketut Suardika N. 2015. Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana Volume 4 No. 8. Bali:

Universitas Udayana.

Arifianto, Wildan dan Imam Setiyono. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Distribusi Pendapatan di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi Volume 1 No. 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Badan Penanaman Modal. 2015. Laporan Kinerja Investasi di Jawa Timur Tahun 2014.http://bpm.jatimprov.go.id/bpm/index.php?page=content&id_menu=28&news_id=371. Diakses pada 20 Agustus 2016.

Badan Pusat Statistik. 2015. [Seri 2010] Produk Domestik Regional Bruto (Milyar Rupiah) Tahun 2010-2014.

https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/52. Diakses pada 1 Juli 2016.

Badan Pusat Statistik. 2016. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu, 2008 – 2015. https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/6. Diakses pada 1 Juli 2016.

Badan Pusat Statistik. 2016. Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) per bulan (Dalam Rupiah), 2005-2016.

https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/19. Diakses pada 1 Juli 2016.

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. 2015. Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota tahun 2009-2014. http://jatim.bps.go.id/Subjek/view/id/6. Diakses pada 1 Juli 2016.

Baskoro, Arya. 2014. Peluang Tantangan dan Risiko Bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean.

http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagi-indonesia-dengan- adanya-masyarakat-ekonomi. Diakses Pada 30 Oktober 2016.

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu ekonomi. Yogyakarta: BPFE.

Divianto. 2014. Pengaruh Upah, Modal, Produktifitas, dan Teknologi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Kecil-Menengah di Kota Palembang (Studi Kasus Usaha Percetakan). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi Volume 4 No. 1. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Dwi, Bayu D dan Sjamsu Djohan. 2015 Pengaruh Investasi dan Inflasi terhadap Kesempatan Kerja Melalui Pertumbuhan Ekonomi di Samarinda. Jurnal Kinerja Volume 12 No.1. Samarinda: Universitas Mulawarman.

Faiziah, Anita. 2014. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Ekspor, Investasi dan Kredit Perbangkan Sektor Pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep Volume 15 No. 2. Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Handayani, Fitri. 2014. Peran Investasi Industri terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia.

Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.

Juwita, Ratna dan Retno Budi L. 2013. Kontribusi Tingkat Pendidikan terhadap Pendapatan Sektoral di Kota Palembang. Jurnal Ilmiah STIE MDP Volume 2 No. 2. Palembang: STIE MDP.

Kementrian Luar Negeri RI. 2015. Masyarakat ASEAN Edisi 9. Jakarta: Kementrian Luar Negeri RI.

Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 01 Tahun 1999.

disnaker.bandung.go.id. Diakses pada 4 Juli 2016.

Munasriah. 2015. Pengaruh Jumlah Unit Usaha dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil di Kabupaten Wajo. Makassar: Universitas Hasanudin.

Rahmatika. 2013. Teori Mill Mengenai Pembangunan Ekonomi.

http://www.academia.edu/11798796/teori_mill_mengenai_pembangunan ekonomi. Diakses pada 20 Oktober 2016.

(14)

Sis Putro, Akbar dan Achmad Hendra S. 2013. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah Minimum Kota, Tingkat Inflasi dan Beban/Tanggungan Penduduk terhadap Pengangguran Terbuka di Kota Magelang Periode Tahun 1990 – 2010. Diponegoro Journal of Accounting Volume 2 No. 3. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Sukirno, Sadono. 2000, Makroekonomi Modern. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Sulistiawati, Rini. 2012. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia. Jurnal EKSOS Volume 8 No. 3. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Sofia, Rudi Sandika dkk. 2014. Pengaruh Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Pelalawan. JOM FEKOM NO. 1. Pekanbaru: Universitas Riau.

Taufik, Muhammad dkk. 2015. Pengaruh Investasi dan Ekspor terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Timur. JEKT Volume 7 No.2. Samarinda Universitas Mulawarman.

Tiurmaida, Masnur M. 2014. Aspek Hukum Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Indonesia Menghadapi Liberalisasi Ekonomi Reginal: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jurnal Rechtsvinding Volume 3 No. 2. Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional.

Wafi, Ayu Lestari. 2011. Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Pada Industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang.Semarang: Universitas Diponegoro.

Yossia, Romas T. 2013. Analisis Pengaruh Produktifitas Tenaga Kerja, Upah Rill, dan Pertumbuhan Ekonomi terhdap Penyerapan Tenaga Kerja di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa variabel independen (kualitas teknik, kualitas fungsional, dan citra perusahaan) secara bersama-sama.. berpengaruh signifikan terhadap

Hal ini membuktikan bahwa dalam penelitian ini variabel Tingkat Upah, produksi, teknologi, dan tingkat pendidikan tenaga kerja secara bersama-sama simultan berpengaruh secara positif