TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG
SELF-CARE ( PERAWATAN DIRI ) PADA ANGGOTA
KELUARGA YANG MENGALAMI STROKE DI RSU
KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2013
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S. Kep)
OLEH :
ABU SYAIRI 108104000028
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v
RIWAYAT HIDUP
Nama : ABU SYAIRI
Tempat, Tanggal Lahir : Kotabumi, 15 Januari 1991
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Hamami Fahrial Mega No. 99, RT/RW 02/06, Kotabumi, Lampung Utara
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Telepon : +62 853 1083 1199
E-mail : undercoverari@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan :
1. TK Pertiwi Negara Ratu
2. MI Negeri Padang Ratu
3. MTs Negeri 1 Kotabumi
4. MA Negeri 1 (MODEL) Bandar Lampung
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi :
1. Staff Ahli Divisi Kesenian dan Olahraga BEMJ Ilmu Keperawatan tahun
2009-2010.
2. Staff Ahli Departemen Kesenian dan Olahraga BEMF Kedokteran dan
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien
Tentang Self-care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami
Stroke di RSUD Tangerang Tahun 2013”.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar
Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini,
penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang
Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang
Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
vii
4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Periode 2005-2012.
6. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan terpilih, tahun 2013 dan pembimbing mata
kuliah skripsi yang selalu memotivasi penulis untuk selalu
bersemangat dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku pembimbing
akademik penulis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis
untuk selalu semangat dalam perkuliahan dan penyusunan proposal
skripsi ini.
8. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB, selaku pembimbing I yang
telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk
memberikanmasukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi
kepada penulis dalam menyusun proposal skripsi ini, terutama dalam
hal konsep, gagasan dasar dan teori yang menunjang penelitian ini.
9. Ibu Nia Damiati, S. Kp, MSN, selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis
dalam menyusun proposal skripsi ini terutama dalam hal metode
viii
10.Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing
penulis, serta staf akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu
Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam
proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11.Segenap jajaran staf dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN.
12.Kepala RSU Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.
13.Papa Mama Tercinta (Bapak Hasnizal dan Ibu Heldawati), serta
Adik-adikku (Ikhsan Budiawan dan Ulya Rahma Salsabila) yang telah
memberikan perhatian, kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta
memberikan motivasi tiada hentinya kepada penulis.
14.Wardatul Washilah yang sudah memberikan semangat, motivasi dan
perhatian bagi penulis selama di perkuliahan dan penulisan skripsi.
15.Teman-teman di jurusan Ilmu Keperawatan yang telah banyak
membantu penulis selama proses perkuliahan di kampus.
16.Teman-teman di semua jurusan di FKIK yang telah banyak membantu
penulis selama proses perkuliahan di kampus.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan
ix
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, September 2013
Abu Syairi, NIM : 108104000028
Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care (Perawatan diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013
xxii + 72 halaman, 14 tabel, 2 gambar, 4 lampiran ABSTRAK
Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien. Penderita stroke memerlukan bantuan keluarga dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke menyebabkan kemunduran perawatan diri. Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita sejak awal perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang Self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke. Subjek penelitian ini adalah keluarga yang terlibat dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami stroke yang ada di RSU Tangerang. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif dengan teknik accidental sampling. Jumlah responden yang diteliti ialah 72 responden di ruang poliklinik syaraf RSU Tangerang bulan Maret-April 2013. Hasil penelitian menunjukkan 36.1% responden berpengetahuan kurang, diikuti 33.3% berpengetahuan cukup dan 30.6% berpengetahuan baik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota keluarga yang mengalami stroke di RSU Tangerang sebagian besar adalah kurang, oleh karena itu diharapkan RSU Tangerang dapat memberikan informasi mengenai self-care pada keluarga dengan penderita stroke dan memotivasi keluarga serta penderita stroke untuk melakukan upaya preventif dan rehabilitatif dalam mengurangi disabilitas fisik.
x
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
NURSING STUDY PROGRAM
Undergraduated Thesis, September 2013 Abu Syairi, NIM : 108104000028
The Level Of Family Knowledge About Self-Care On Family Members Who Have A Stroke In RSU (Distric Hospital) Tangerang 2013
xxii + 72 pages, 12 tables, 2 images, 4 attachments ABSTRACT
Stroke is a major cause of death and disability in Indonesia according to the Household Health Survey (SKRT) in 2005. Stroke requires a comprehensive treatment including recovery efforts in the long term even for the rest of the patient's life. A stroke patient needs supports from his/her family in complying self-care. Physical deterioration due to stroke causes deterioration of self-care. Self-care is a self treatment that is taken to maintain the health, both physically and psychologically. Family has an important role in the recovery phase so that they are expected to be involved in the treatment of patients since the beginning of treatment. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of the patient's family about self-care on family members who have a stroke. The respondents of this research were family who are involved in caring for his/her family member who had a stroke in RSUD Tangerang. The design of this research is quantitative descriptive method with accidental sampling technique. The number of respondents who had been surveyed was 72 respondents in the neurology polyclinic of RSUD Tangerang on March to April 2013. The results showed 36.1% respondents were less knowledgeable, followed by others 33.3% were knowledgeable enough and 30.6% were good knowledgeable. Conclusion of this study showed that the level of knowledge about self-care families on family members who suffered a stroke in RSUD Tangerang are largely less knowledgeable, therefore RSUD Tangerang is expected to provide more information about self-care on families with stroke survivors and motivate families and stroke patients to do preventive and rehabilitative efforts in reducing physical disability.
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ...xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Pengetahuan ... 8
xii
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Kognitif ... 8
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9
4. Pengukuran Pengetahuan ... 12
B. Stroke ... 12
1. Definisi ... 12
2. Penyebab ... 13
3. Klasifikasi ... 14
4. Penatalaksanaan ... 15
5. Patofisiologi ... 16
C. Self-care (Perawatan Diri) ... 18
D. Self-care Pada Stroke ... 22
E. Keluarga ... 24
1. Definisi ... 24
2. Tipe Keluarga ... 24
F. Penelitian Terkait ... 26
G. Kerangka Teori ... 28
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29
A. Kerangka Konsep ... 29
B. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A. Desain Penelitian ... 33
B. Variabel Penelitian ... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
xiii
E. Instrumen Penelitian ... 37
F. Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ... 38
G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ... 39
H. Pengolahan Data ... 40
1. Editing ... 40
2. Coding ... 40
3. Entry data ... 40
4. Cleaning data ... 41
I. Analisis Statistik ... 41
J. Etika Penelitian ... 41
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ... 41
2. Tanpa Nama (Anonimity) ... 42
3. Kerahasiaan (Confidentally) ... 42
BAB V HASIL PENELITIAN ... 43
A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang ... 43
B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Budaya Kerja RSU Kabupaten Tangerang ... 44
a. Visi RSU Kabupaten Tangerang ... 44
b. Misi RSU Kabupaten Tangerang ... 44
c. Motto RSU Kabupaten Tangerang ... 44
d. Nilai-Nilai Budaya Kerja ... 45
C. Analisi Univariat ... 45
xiv
2. Gambaran Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi
Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang
Mengalami Stroke ... 48
3. Gambaran Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 50
4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 51
5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 52
6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 53
7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 54
BAB VI PEMBAHASAN ... 56
A. Distribusi Karakteristik Demografi Responden ... 56
1. Usia ... 56
2. Jenis Kelamin ... 57
3. Pendidikan Terakhir ... 58
4. Pekerjaan ... 59
xv
C. Distribusi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami
Stroke ... 61
D. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 62
E. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 63
F. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 65
G. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .... 66
H. Keterbatasan Penelitian ... 68
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Saran ... 70
1. Rumah Sakit Umum Tangerang ... 70
2. Peneliti Selanjutnya ... 71
3. Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan ... 71
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 46
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 47
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang
Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 48
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang
Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Berdasarkan Jenis
Pemberi Informasi ... 49
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang
Mengalami Stroke ... 50
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care
Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD Tangerang Tahun
2013 ... 51
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden
Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD
Tangerang Tahun 2013 ... 52
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan
Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami
xvii
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang
Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 28
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Perizinan
Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner, 2002).
Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi
dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah pada bagian otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan
fungsi tersebut (Cahyono, 2008).
Lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke di Dunia (WHO,
2002). Setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke. (American Heart
Association, 2007). Stroke merupakan penyebab kecatatan kedua terbanyak
di seluruh dunia pada individual di atas 60 tahun (Wirawan, 2009).
Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia
menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Prevalensi
stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Kasus stroke
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 72,3% di masyarakat
(Riskesdas, 2007). Setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke di
Indonesia (Depkes, 2010). Jumlah penderita stroke cenderung terus
meningkat setiap tahun. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah
2
Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya
pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup
pasien (Harsono, 2000). Penderita stroke memerlukan bantuan keluarga
dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke
menyebabkan kemunduran perawatan diri (Pudjiastuti, 2003).
Orem mengembangkan teori self-care pada keperawatan yang
menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Perawatan
diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, tujuan dari teori Orem adalah
membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter, 2005). Pada
penelitian yang dilakukan Sahebalzamani et al (2009) pada 80 pasien stroke
di Iran. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada
kemampuan self-care sebelum di tes dan sesudah tes dan ada perbedaan
antara grup yang diedukasi dengan tidak diberikan edukasi. Penelitian ini
dapat disimpulkan, edukasi self-care pada penderita stroke dapat
meningkatkan kemampuan pasien dan mengubah mereka dari ketergantungan
menjadi mandiri.
Upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural
fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi, 2008). Perawatan diri
merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Keluarga
sangat berperan dalam fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat
dalam penanganan penderita sejak awal perawatan (Mulyatsih, 2008).
Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga sangat mendukung masa
3
berpendapat bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang
mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai dari
keluarga dan sistem keyakinan membentuk tingkah laku dalam menghadapi
masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Keyakinan dan nilai keluarga
menentukan bagaimana sebuah keluarga akan mengatasi masalah kesehatan.
Irdawati (2009) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara
pengetahuan keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita
stroke itu sendiri. Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke
menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan, pasien tidak memiliki
kemandirian, terjadi serangan ulang bahkan menyebabkan kematian.
Keluarga mempengaruhi perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga
status kesehatan dari setiap individu mempengaruhi fungsi keluarga dan
kemampuannya untuk mencapai tujuan (Potter, 2005).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat fenomena
yang ada dalam praktek klinik dan fenomena di keluarga peneliti, pasien
stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan self-care dan
tingkat pengetahuan keluarga terhadap self-care pada pasien stroke kurang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2003) dalam
Ratnasari (2011) pada penderita stroke sebanyak 92,3% penderita stroke tidak
mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Penelitian ini
menunjukkan bahwa pasien stroke sangatlah bergantung dalam melakukan
aktivitasnya pada keluarga maupun orang yang merawatnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Festy (2009) menunjukkan kemampuan keluarga sebagai
4
Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
rehabilitasi pada pasien stroke sebanyak 39%.
Peneliti telah memaparkan fenomena dan fakta dari penelitian maupun
hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, oleh karena itu peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan
keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang
mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang
dipilih karena RSU Kabupaten Tangerang merupakan Rumah Sakit rujukan
provinsi Banten dan dari data selama 6 bulan terakhir jumlah penderita stroke
di RS Umum Tangerang sebanyak 133 pasien.
B. Rumusan Masalah
Stroke menyebabkan kemunduran dalam usaha merawat diri sendiri,
hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Santoso (2003) dalam
Ratnasari (2011) bahwa ditemukan sebanyak 92.3% penderita stroke tidak
mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Irdawati (2009) dalam
penelitiannya, menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan
keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita stroke itu
sendiri.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat
fenomena yang ada pada saat praktek pra-klinik dan di keluarga peneliti
pasien stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan
perawatan diri sendiri dan tingkat pengetahuan keluarga terhadap
5
tentang perawatan diri sangat penting untuk penderita, tapi keluarga dalam
mendukung pasien stroke bukan menjadikan pasien menjadi
ketergantungan, tetapi menjadikan penderita stroke menjadi mandiri,
karena tujuan dari self-care itu menjadikan penderita stroke menjadi
mandiri.
Dalam memberikan dukungan dan bantuan terhadap penderita stroke
diperlukan pengetahuan yang baik tentang self-care itu sendiri. Oleh
karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai tingkat
pengetahuan keluarga pasien tentang self-care (perawatan diri) pada
anggota keluarga yang mengalami stroke.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care (perawatan
diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota
keluarga yang mengalami stroke, meliputi pengertian self-care,
manfaat self-care, mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,
mobilisasi dalam rumah.
2) Mengetahui tingkat kemandirian anggota keluarga yang mengalami
6
3) Mengetahui data demografi pengetahuan keluarga tentang self-care
pada keluarga yang engalami stroke, meliputi umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan.
4) Mengetahui sumber informasi keluarga mengenai self-care.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1) Institusi, sebagai informasi dan bisa dijadikan acuan sejauh mana
pengetahuan keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota
keluarganya yang mengalami stroke.
2) Keluarga dan masyarakat, sebagai acuan pemahaman dan media
informasi, sehingga mengetahui pentingnya self-care (perawatan diri)
pada anggota keluarga yang mengalami stroke dan akhirnya dapat
dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.
3) Peneliti lain, sebagai bahan referensi baik secara teoritis maupun
metodologi mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care
(perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini melihat gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang
self-care (perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.
Meliputi pengertian self-care, manfaat self-care, mandi, memakai baju,
7
kemandirian pasien stroke, data demografi responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan) dan sumber informasi keluarga mengenai self-care.
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Responden dalam
penelitian ini adalah keluarga yang terlibat dalam merawat anggota
keluarganya yang mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang
(Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif
1) Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau
rangsangan yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2) Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
3) Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek
kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam
struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.
4) Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari
9
5) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003: 18) faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu :
a. Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang
berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya
dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan
intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan
dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara
commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan
lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi ntinggi
akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.
b. Pendidikan
Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan
pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau
meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang
aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang. Pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan
yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui
10
seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat
pendidikan.
c. Pengalaman
Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,
menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku
tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan
perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian
seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan
pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman
oranglain. (Notoatmodjo: 2003; 143)
d. Informasi
Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan
bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki
peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik
dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas
sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi
kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya
adalah berfungsi untuk menciptakan ataumenghilangkan ambiguitas,
pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan
penegasan atau penjelasan nilai-nilaitertentu. (Notoatmodjo: 2003;
102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi
11
poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,
dan film serta papan (billboard). (Notoatmodjo: 2003; 99)
e. Kepercayaan
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa
yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,
maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang
dapat diharapkan dari objek tertentu.
f. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat
kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir
dan menerima informasi.
g. Pekerjaan
Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan adalah sutu kegiatan atau
aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu
yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.
h. Sosial budaya
Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok
etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam
penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.
i. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
Individu yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik
12
depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluargadengan status
ekonomi rendah.
4. Pengukuran pengetahuan
Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara
pengukuran pengetahuan dalam penalitian bisa menggunakan angket dan
biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%;
Kurang = ≤55% (Nursalam, 2003: 124).Hidayat (2007) menjelaskan
bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam mengukur
pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri
dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian menggunakan
skala guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran
pengetahuan klien tentang tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang
Self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.
B. Stroke 1. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Brunner, 2002). Stroke merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Stroke adalah suatu
13
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian
(Batticaca, 2009).
2. Penyebab
a. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehinnga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
edema dan kongesti sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang
tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkaniskemi serebral.
b. Hemoragi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan
dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak. Perdarahn ini
dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, terjadilah infark otak dan
mungkin herniasi otak.
c. Hipoksia umum
Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah
hipertensi yang parah, henti jantung-paru dan curah jantung turun akibat
14 d. Hipoksia setempat
Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah
spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid,
vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren (Muttaqin, 2008).
3. Klasifikasi
a. Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas, namun
bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi dua yaitu:
1) Perdarahan intra serebral: pecahnya pembuluh darah terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan
otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,
dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.
2) Perdarahan subaraknoid: perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang
terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang subaraknoid menyebabkan peningkatan TIK secara
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga
15
darah serebral yang berakibat disfungsi otak global maupun
fokal (Muttaqin, 2008).
b. Stroke nonhemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin,
2008).
4. Penatalaksanaan a. Fase Akut
Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang
koma saat pada saat masuk dipertimbangkan mempunyai prognosis
buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih
dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini adalah
mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. (Brunner dan
Suddarth, 2002).
b. Fase Rehabilitasi
Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke,
bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan
fungsional pasien stroke, sehinga mampu mandiri dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Sasaran utama pada fase ini adalah pasien dan
keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari nyeri bahu,
pencapaian perawatan diri, mendapatkan control kandung kemih,
16
pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak
adanya komplikasi (Bruner dan Suddarth, 2002). Pada fase rehabilitasi
ini pasien dapat dirawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di
rumahnya sendiri yang bergantung pada sejumlah faktor, termasuk
status ketergantungan pasien stroke.
Salah satu alat ukur tingkat ketergantungan pasien stroke yaitu
melalui Indeks Barthel (IB) yang dirumuskan oleh Mahoney, F.I dan
Barthel D.W untuk mengukur ketergantungan ADL (Activity Daily
Living). Tingkatan ketergantung pada setiap komponen dengan nilai
indeks sebagai berikut : Skor IB 100 berarti pasien mandiri dan
mampu melakukan sepuluh komponen kegiatan tanpa bantuan fisik
atau pengawasan. Nilai 91 – 99 ketergantungan ringan, memerlukan
bantuan minimal namun beberapa komponen memerlukan bantuan.
Nilai 62 – 90, ketergantungan sedang : memerlukan bantuan lebih
banyak, namun sebagian kegiatan dapat dilakukan mandiri. Nilai 21 –
61 ketergantungan berat: memerlukan bantuan maksimal, namun
masih mampu melakukan beberapa kegiatan. Nilai 0-20 pasien
ketergantungan total : memerlukan bantuan secara keseluruhan (Gallo,
17
Infark serebral yaitu berkurangnya suplai darah di otak. Luasnya infark
bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai
darah ke otak dapat terganggu dan dapat berubah makin lambat atau cepat,
karena adanya gangguan lokal seperti trombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskular atau karena gangguan umum seperti hipoksia karena
18
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah merupakan faktor
penyebab infark pada otak. Trombus (bekuan darah) berasal dari plak
aterosklerotik dan dapat darah dapat beku di area stenosis, sehingga yang
terjadi aliran darah mengalami pelambatan dan turbulensi.
Trombus bisa pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus menyebabkan iskemia jaringan otak
dan edema serta kongesti di area sekitar. Perdarahan pada otak disebabkan
oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan
dapat menyebabkan herniasi otak.
Dari faktor-faktor yang terjadi diatas terjadilah stroke. Stroke dapat
mengakibatkan defisit neurologis yang mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter, kemudian terjadi kerusakan mobilitas fisik yang dapat
mengakibatkan menurunnya kemampuan self-care.
C. Self-care (Perawatan Diri)
Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan
perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial
pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta
persepsi terhadap perawatan diri. (Hidayat, 2009). Orem (1971)
mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan
klien tentang perawatan diri sendiri. perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh
19
teori orem adalah membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter,
2005).
Orem yang dikenal dengan model self-care memberikan pengertian jelas
bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan
kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan
tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan, yang
ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Self-care
sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, seorang mempunyai hak dan
tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri, self-care juga merupakan
perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas
pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self-care akan
meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam
perubahan konsep diri. Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar
yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigen),
pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam pengambilan makanan,
pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, aktivitas dan istirahat,
keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan
pencegahan resiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan
kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,
pengetahuan dan keinginan manusia. Orem mengembangkan tiga bentuk teori
self-care diantaranya:
1. Perawatan diri sendiri (Self-care)
Orem mengemukakan bahwa self-care meliputi: pertama, self-care itu
20
dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan; kedua,
self-care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan.
Sosiokultural, kesehatan dan lai-lain; ketiga, adanya tuntutan atau
permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri
yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan
menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat;
Keempat, kebutuhan self-care merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam
upaya mempertahankan fungsi tubuh, self-care yang bersifat universal itu
adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam
kebutuhan dasar manusianya. Sifat dari self-care selanjutnya adalah untuk
perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan
kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalam kondisi
sakit atau dalam proses penyembuhan.
2. Self-care defisit
Self-care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara
umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat
perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa,
atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan
penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan
21 3. Teori sistem keperawatan
a. Sistem bantuan secara penuh (Wholly compensatory system) merupakan
suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh
pada pasien, dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi
tindakan keperawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan.
b. Sistem bantuan sebagian (Partially compensatory system) merupakan
sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan
ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.
c. Sistem suportif dan edukatif merupakan sistem bantuan yang diberikan
pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harpan
pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini
dilakukan agar pasien mampu malakukan tindakan keperawatan setelah
dilakukan pembelajaran (Hidayat, 2009).
4. Manfaat Self-care
a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan
b. Mempertahankan kualitas kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan baik
dalam keadaan sehat ataupun sakit
c. Membantu individu dan keluarga dalam mempertahankan self-care
22 D. Self-care Pada Stroke
Stroke adalah penyebab utama dari kecacatan jangka panjang di Amerika
Serikat. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa program rehabilitasi
efektif dalam meningkatkan status fungsional pasien dan mengurangi
ketergantungan pasien. Rehabilitasi medis memang mempengaruhi
perkembangan penyembuhan saraf, tapi dipastikan bahwa tetap diperlukan
terapi lain seperti self-care.
Saat ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk mencari terapi alternatif
yang dapat meningkatkan status fungsional pasien selain menggunakan terapi
saraf. Terapi alternatif tersebut adalah self-care (Robinson, 2000).
Bentuk-bentuk self-care pada pasien stroke yang dapat diajarkan keluarga kepada
pasien stroke adalah mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,
mobilisasi dalam rumah (Wesley, 2004).
1. Mandi
a. Pasien stroke memiliki keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama dan
memiliki keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi disaat mandi
b. Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka diperlukan pegangan
(hand rail) agar pasien stroke tidak jatuh.
2. Berpakaian
a. Posisi berbaring merupakan posisi yang baik dan aman disaat penderita
stroke berpakaian
b. Saat berpakaian dimulai dari tangan dan kaki yang lemah terlebih
23
c. Saat melepas pakaian dimulai dari tangan dan kaki yang kuat terlebih
dahulu
3. Makan
a. Disaat makan tinggi meja perlu disesuaikan dengan jangkauan pasien,
agar pasien stroke dapat mudah disaat makan
b. Disaat makan kursi yang digunakan harus nyaman dan dapat menopang
tubuh penderita stroke
c. Sebelum makan, makanan yang sulit dipotong sebaiknya dipotong
terlebih dahulu, agar pasien mudah saat makan
4. Eliminasi
a. Menggunakan closet (tempat BAB) yang duduk lebih baik dari pada
closet yang jongkok, karena closet duduk memudahkan saat BAB
b. Pasien yang mengalami gangguan berkemih, sebaiknya gunakan popok
khusus (pampers) atau sesuai indikasi dari dokter
c. Agar penderita stroke tidak menempuh jarak yang cukup jauh,
sebaiknya menggunakan kamar mandi yang jaraknya dekat.
5. Mobilisasi
a. Penderita stroke harus merubah posisi setiap 2 jam sekali yaitu miring
kanan dan miring kiri.
b. Jika mengalami keterbatasan untuk berdiri, gunakan kursi roda atau
tongkat untuk beraktivitas di rumah
c. Penderita stroke memerlukan latihan fisik seperti latihan berjalan dan
24 6. Higiene
a. Penderita stroke perlu dijaga kebersihannya dengan mengganti pakaian
dengan yang bersih
b. Jika terdapat kulit yang luka perlu diobati dan jangan dibiarkan dalam
kondisi basah dan kotor.
c. Seprei atau linen yang telah basah dan kotor perlu diganti agan
kebersihan lingkungan penderita stroke terjaga
E. Keluarga 1. Definisi
Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua
orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan
anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992).
2. Tipe keluarga
Friedman (1986) dalam Ali (2010) membagi tipe keluarga seperti
berikut ini:
a. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak
yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,
25
b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari
satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan
saling menunjang satu sama lain.
c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih
bergantung kepadanya.
d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri
tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
e. Blended family. Satu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa
anak hasil perkawinan terdahulu.
f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi,
yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari
satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari
sepasang suami istri paruh baya.
3. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga
mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan
26
b. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu
tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.
Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi
dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan
perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu
mampu berperan di dalam masyarakat.
c. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah SDM.
d. Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti makan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
e. Fungsi perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan.
Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau
pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga
dan individu (Ali, 2010).
F. Penelitian Terkait
Pada penelitian kali ini dengan judul Keefektifan Edukasi Self-care pada
Rehabilitasi Pasien Stroke. Penelitian ini dilakukan di Urmia University of
Medical Sciences Hospitals, Iran, pada tahun 2008 oleh Mohammad
Sahebalzamani, Leila Aliloo, Ali Shakibi. Tujuannya untuk melihat atau
27
rehabilitasi. Metode penelitian studi eksperimen, sampel sebanyak 80 yang
dipilih secara acak dan dibagi dalam 2 grup.
Pada penelitiannya pertama mencari data demografi, kemudian memeriksa
kemampuan perorangan, kemudian 1 grup diberikan edukasi self-care dan
setelah 45 hari diberikan tes. Hasil penelitiannya, pada grup yang diberikan
edukasi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan
self-care sebelum dan sesudah dites, dan ada perbedaan pula antara grup yang
diberikan edukasi dengan grup yang tidak diberikan edukasi self-care.
Kesimpulannya edukasi self-care pada penderita stroke dapat meningkatkan
kemampuan pasien dan mengubah mereka dari pribadi ketergantungan
28 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Muttaqin (2009), Friedman (1986) dalam Ali (2010), Notoadmodjo (2003) dan
29 BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis
beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep
membahas tentang saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu
untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau yang akan
diteliti (Hidayat, 2008).
Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu
mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota
keluarga yang mengalami stroke. Berdasarkan landasan teori yang diuraikan
dalam tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat
digambarkan pada bagan 2.2.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan keluarga
tentang Self-care
Tingkat pengetahuan:
30 B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur
Skala
Ukur
Pengetahuan Kemampuan keluarga
pasien yang terlibat dalam
merawat,untuk memahami
informasi yang diperoleh
tentang self-care pada
anggota keluarga yang
mengalami stroke,
meliputi pengertian,
manfaat, kebutuhan
self-care (mandi, memakai
baju, makan, eliminasi,
mobilisasi dalam rumah,
higiene)
Usia Usia responden berdasarkan
31
Jenis kelamin responden Meminta
responden
Pendidikan Pendidikan formal yang
terakhir pernah diikuti oleh
32
pendidikan 4. Akademik/per
guruan tinggi
Pekerjaan Suatu mata pencaharian atau
lapangan usaha yang dapat
33 BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan metode
deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada
anggota keluarga yang mengalami stroke (Notoadmodjo, 2010).
B. Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan keluarga tentang
self-care (pengertian, manfaat, aktivitas sehari-hari/ADL meliputi mandi,
memakai baju, makan, eliminasi, mobilisasi dalam rumah, higiene, dan
data demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan
tingkat kemandirian penderita stroke, serta sumber informasi).
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah subjek atau objek dengan karateristik tertentu yang
akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek
penelitian adalah keluarga yang anggota keluarganya yang mengalami
34 2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sub unit populasi survey itu sendiri yang oleh
peneliti dipilih dengan mewakili populasi target. Semakin besar
sampel maka representative sampel tersebut semakin mendekati
jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah
keluarga pasien stroke yang berada di RSU Kabupaten Tangerang.
a. Kriteria Sampel
1. Keluarga yang terlibat dalam merawat anggota
keluarganya yang mengalami stroke.
2. Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden.
3. Keluarga pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik .
b. Teknik Sampling
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya
penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili),
yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik sampling pada
penelitian ini menggunakan Non Probability Sample dengan jenis,
Accidental Sampling.
Accidental Sampling adalah pengambilan sampel dilakukan
tanpa direncanakan lebih dahulu, juga jumlah sampel yang
dikehendaki harus berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi yang
dapat dipertanggung jawabkan (Nasution, 2003). Berikut tahapan
35
1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan
tindak lanjut dalam penelitian.
2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin
penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Peneliti datang ke Ruang Poli Syaraf RSU Kabupaten
Tangerang.
4. Perawat Poli Syaraf memberikan nama-nama pasien stroke
yang berkunjung ke Poli Syaraf pada hari itu.
5. Peneliti melakukan seleksi sesuai kriteria inklusi untuk
mendapatkan responden yang di inginkan.
6. Peneliti melakukan pendekatan dan penjelasan kepada
calon responden tentang penelitian.
7. Bagi responden yang bersedia dipersilahkan
menandatangani persetujuan penelitian.
8. Membuat kontrak dengan responden untuk kesediaannya
mengisi kuesioner.
9. Peneliti bertanya pada responden apakah kuesioner akan
diisi sendiri atau dibacakan oleh peneliti.
10.Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab
pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada responden
untuk bertanya jika ada yang belum jelas.
11.Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti
36
12.Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya dalam mengisi kuesioner.
c. Jumlah Sampel
Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan
distribusi normal untuk variabel normal (Univariat). Dikemukakan
bahwa ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus
estimasi satu proporsi, yaitu:
n: Besar sampel
: Z score berdasarkan tingkat kepercayaan
: Proporsi dari penelitian sebelumnya
d : Presisi
Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 65 orang. Untuk mencegah drop out
37 D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang pada Maret
2013 dan penelitian ini selesai akhir bulan April 2013. Sebelum
melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas di ruang rawat inap
RSU Kabupaten Tangerang pada bulan Maret 2013 dengan jumlah 30
responden.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar
memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan
mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang
harus dijawab responden. Untuk memperoleh informasi dari responden,
peneliti menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, bagian
A merupakan pertanyaan tentang identitas atau data demografi responden,
bagian B mengenai, dari manakah informasi self-care diperoleh, bagian C
mengenai pertanyaan tentang kemandirian penderita stroke, dan bagian
terakhir yaitu D untuk pengetahuan responden berisi 24 pertanyaan
tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota
keluarga yang mengalami stroke.
Pertanyaan 1 sampai 3 mengenai pengertian self-care, 4-6 tentang
manfaat self-care, 7-9 tentang mandi, 10 sampai 12 mengenai berpakaian,
13-15 tentang makan, pertanyaan 16 sampai 18 tentang eliminasi,
38
higiene. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman
dan Scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari 16 pertanyaan positif dan 8
pertanyaan negatif.
Pernyataan positif pada responden menjawab benar diberi nilai
1,dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden
menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1. Jika pasien
dapat menjawab benar ≤ 55% dari pertanyaan maka pengetahuan pasien
tersebut kurang, jika pasien mampu menjawab benar sebanyak 56-75%
dari pertanyaan maka pengetahuan pasien tergolong cukup, dan jika pasien
mampu menjawab benar sebanyak 76-100% dari pertanyaan maka
pengetahuan pasien tergolong baik (Nursalam,2003:124).
F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Validitas adalah suatu indeks yang ditunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa
item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang
diukur tersebut.
Uji ini dilakukan dengan menghitung masing-masing skor item
pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji
validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment. Sesuatu
instrumen dikatakan valid atau shahih apabila tiap butiran memiliki nilai
39
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuan itu tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran dua kali. Atau lebih terhadap gejala yang sama,
dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas
menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >
0,60 (Hidayat, 2007).
G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen
Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan uji
validitas dan reabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk
penelitian. Uji validitas dilakukan di ruang rawat inap RSU Kabupaten
Tangerang pada bulan Maret 2013, dengan sampel yang diambil sebanyak
30 responden. Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product
Moment. Sesuatu instrumen dikatakan valid apabila tiap butiran memiliki
nilai positif dan nilai r > dari r table (0,361).
Hasil pengukuran uji validitas pada penelitian ini didapatkan nilai r
table 0,42 artinya kuesioner penelitian valid karena nilai r table diatas
0,361. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software komputer
dengan rumus Alpha Cronbach. Variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60. Hasil pengukuran reabilitas
pada penelitian ini didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,85 yang artinya
40 H. Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan
langkah-langkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya:
1) Editing
Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau
formulir koesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tshsp pengumpulan data atau setelah data
terkumpul.
2) Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode
ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode
dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3) Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer,
kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan
41 4) Cleaning data
Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry,
apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.
I. Analisis Statistik
Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat
bertujuan menggambarkan deskriptif karakteristik responden dan
gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota
keluarga yang mengalami stroke, dilakukan dengan menyajikan distribusi
frekuensi dari variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel untuk
mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti.
J. Etika Penelitian
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah
yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus
diperhatikan karena manusia memiliki hak asasi dalam penelitian
(Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika
penelitian yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan ( Informed Consent )
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul
penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat
42 2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang
diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentally)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
43 BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang
RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi di
ruangan BUI (Penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi
Mesjid Agung Al-Ittihad. RSU Kabupaten Tangerang adalah Rumah Sakit
Umum milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di
Wilayah Kota Tangerang, tepatnya Jl. Jenderal Ahmad Yani No.9
Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang merupakan Type Rumah Sakit
Kelas B Non Pendidikan.
Fasilitas RSU Kabupaten Tangerang yaitu, jumlah tempat tidur
sebanyak 426 TT, memiliki ruang rawat darurat 24 jam, rawat jalan
dengan 27 pelayanan spesilistik & 7 sub spesilistik, medical checkup,
kamar bedah dengan 11 kamar operasi, kamar bersalin dengan 22 buah
tempat tidur, ruang hemodialisa dengan jumlah 18 tempat tidur, pusat
thalassaemia dengan jumlah 4 tempat tidur, ruang isolasi pasien flu
burung, klinik bougenville, pelayanan penunjang medis (laboratorium,
radiologi, farmasi, ct-scan, pa, usg, eeg, ekg, treadmill, spirometri), dan
penunjang lainnya (ambulance, kereta jenazah)
Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSUD Tangerang
mempuyai bangunan dengan luas keseluruhannya 24.701 m2 diatas tanah
41.615 m2. Jumlah pegawai per 31 Juli 2010 sebanyak 1065 orang. RSUD