• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Self-care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSUD Tangerang Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Self-care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSUD Tangerang Tahun 2013"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA PASIEN TENTANG

SELF-CARE ( PERAWATAN DIRI ) PADA ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI STROKE DI RSU

KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2013

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S. Kep)

OLEH :

ABU SYAIRI 108104000028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : ABU SYAIRI

Tempat, Tanggal Lahir : Kotabumi, 15 Januari 1991

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Hamami Fahrial Mega No. 99, RT/RW 02/06, Kotabumi, Lampung Utara

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Telepon : +62 853 1083 1199

E-mail : undercoverari@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan :

1. TK Pertiwi Negara Ratu

2. MI Negeri Padang Ratu

3. MTs Negeri 1 Kotabumi

4. MA Negeri 1 (MODEL) Bandar Lampung

5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

1. Staff Ahli Divisi Kesenian dan Olahraga BEMJ Ilmu Keperawatan tahun

2009-2010.

2. Staff Ahli Departemen Kesenian dan Olahraga BEMF Kedokteran dan

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien

Tentang Self-care (Perawatan Diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke di RSUD Tangerang Tahun 2013”.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar

Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini,

penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tajuddin, Sp. And, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang

Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang

Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(8)

vii

4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Periode 2005-2012.

6. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM, selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan terpilih, tahun 2013 dan pembimbing mata

kuliah skripsi yang selalu memotivasi penulis untuk selalu

bersemangat dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Irma Nurbaeti, S. Kp, M. Kep, Sp. Mat selaku pembimbing

akademik penulis yang selalu memberikan motivasi kepada penulis

untuk selalu semangat dalam perkuliahan dan penyusunan proposal

skripsi ini.

8. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB, selaku pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk

memberikanmasukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi

kepada penulis dalam menyusun proposal skripsi ini, terutama dalam

hal konsep, gagasan dasar dan teori yang menunjang penelitian ini.

9. Ibu Nia Damiati, S. Kp, MSN, selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis

dalam menyusun proposal skripsi ini terutama dalam hal metode

(9)

viii

10.Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing

penulis, serta staf akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu

Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam

proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11.Segenap jajaran staf dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN.

12.Kepala RSU Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit tersebut.

13.Papa Mama Tercinta (Bapak Hasnizal dan Ibu Heldawati), serta

Adik-adikku (Ikhsan Budiawan dan Ulya Rahma Salsabila) yang telah

memberikan perhatian, kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta

memberikan motivasi tiada hentinya kepada penulis.

14.Wardatul Washilah yang sudah memberikan semangat, motivasi dan

perhatian bagi penulis selama di perkuliahan dan penulisan skripsi.

15.Teman-teman di jurusan Ilmu Keperawatan yang telah banyak

membantu penulis selama proses perkuliahan di kampus.

16.Teman-teman di semua jurusan di FKIK yang telah banyak membantu

penulis selama proses perkuliahan di kampus.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Untuk itu, penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan

(10)

ix

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, September 2013

Abu Syairi, NIM : 108104000028

Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care (Perawatan diri) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke di RSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013

xxii + 72 halaman, 14 tabel, 2 gambar, 4 lampiran ABSTRAK

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien. Penderita stroke memerlukan bantuan keluarga dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke menyebabkan kemunduran perawatan diri. Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Keluarga sangat berperan dalam fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat dalam penanganan penderita sejak awal perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang Self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke. Subjek penelitian ini adalah keluarga yang terlibat dalam merawat anggota keluarganya yang mengalami stroke yang ada di RSU Tangerang. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif dengan teknik accidental sampling. Jumlah responden yang diteliti ialah 72 responden di ruang poliklinik syaraf RSU Tangerang bulan Maret-April 2013. Hasil penelitian menunjukkan 36.1% responden berpengetahuan kurang, diikuti 33.3% berpengetahuan cukup dan 30.6% berpengetahuan baik. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota keluarga yang mengalami stroke di RSU Tangerang sebagian besar adalah kurang, oleh karena itu diharapkan RSU Tangerang dapat memberikan informasi mengenai self-care pada keluarga dengan penderita stroke dan memotivasi keluarga serta penderita stroke untuk melakukan upaya preventif dan rehabilitatif dalam mengurangi disabilitas fisik.

(11)

x

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

NURSING STUDY PROGRAM

Undergraduated Thesis, September 2013 Abu Syairi, NIM : 108104000028

The Level Of Family Knowledge About Self-Care On Family Members Who Have A Stroke In RSU (Distric Hospital) Tangerang 2013

xxii + 72 pages, 12 tables, 2 images, 4 attachments ABSTRACT

Stroke is a major cause of death and disability in Indonesia according to the Household Health Survey (SKRT) in 2005. Stroke requires a comprehensive treatment including recovery efforts in the long term even for the rest of the patient's life. A stroke patient needs supports from his/her family in complying self-care. Physical deterioration due to stroke causes deterioration of self-care. Self-care is a self treatment that is taken to maintain the health, both physically and psychologically. Family has an important role in the recovery phase so that they are expected to be involved in the treatment of patients since the beginning of treatment. The purpose of this study is to determine the level of knowledge of the patient's family about self-care on family members who have a stroke. The respondents of this research were family who are involved in caring for his/her family member who had a stroke in RSUD Tangerang. The design of this research is quantitative descriptive method with accidental sampling technique. The number of respondents who had been surveyed was 72 respondents in the neurology polyclinic of RSUD Tangerang on March to April 2013. The results showed 36.1% respondents were less knowledgeable, followed by others 33.3% were knowledgeable enough and 30.6% were good knowledgeable. Conclusion of this study showed that the level of knowledge about self-care families on family members who suffered a stroke in RSUD Tangerang are largely less knowledgeable, therefore RSUD Tangerang is expected to provide more information about self-care on families with stroke survivors and motivate families and stroke patients to do preventive and rehabilitative efforts in reducing physical disability.

(12)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengetahuan ... 8

(13)

xii

2. Tingkat Pengetahuan Dalam Kognitif ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 9

4. Pengukuran Pengetahuan ... 12

B. Stroke ... 12

1. Definisi ... 12

2. Penyebab ... 13

3. Klasifikasi ... 14

4. Penatalaksanaan ... 15

5. Patofisiologi ... 16

C. Self-care (Perawatan Diri) ... 18

D. Self-care Pada Stroke ... 22

E. Keluarga ... 24

1. Definisi ... 24

2. Tipe Keluarga ... 24

F. Penelitian Terkait ... 26

G. Kerangka Teori ... 28

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 29

A. Kerangka Konsep ... 29

B. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran ... 30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A. Desain Penelitian ... 33

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

(14)

xiii

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ... 38

G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Penelitian ... 39

H. Pengolahan Data ... 40

1. Editing ... 40

2. Coding ... 40

3. Entry data ... 40

4. Cleaning data ... 41

I. Analisis Statistik ... 41

J. Etika Penelitian ... 41

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent) ... 41

2. Tanpa Nama (Anonimity) ... 42

3. Kerahasiaan (Confidentally) ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang ... 43

B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Budaya Kerja RSU Kabupaten Tangerang ... 44

a. Visi RSU Kabupaten Tangerang ... 44

b. Misi RSU Kabupaten Tangerang ... 44

c. Motto RSU Kabupaten Tangerang ... 44

d. Nilai-Nilai Budaya Kerja ... 45

C. Analisi Univariat ... 45

(15)

xiv

2. Gambaran Yang Memperoleh Informasi dan Jenis Pemberi

Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ... 48

3. Gambaran Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 50

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 51

5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 52

6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 53

7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 54

BAB VI PEMBAHASAN ... 56

A. Distribusi Karakteristik Demografi Responden ... 56

1. Usia ... 56

2. Jenis Kelamin ... 57

3. Pendidikan Terakhir ... 58

4. Pekerjaan ... 59

(16)

xv

C. Distribusi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang Mengalami

Stroke ... 61

D. Distribusi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 62

E. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 63

F. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 65

G. Distribusi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke .... 66

H. Keterbatasan Penelitian ... 68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

1. Rumah Sakit Umum Tangerang ... 70

2. Peneliti Selanjutnya ... 71

3. Pendidikan Keperawatan dan Ilmu Keperawatan ... 71

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 46

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 47

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 48

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke ... 48

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Yang Memperoleh Informasi Tentang

Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Berdasarkan Jenis

Pemberi Informasi ... 49

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Anggota Keluarga Yang

Mengalami Stroke ... 50

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care

Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD Tangerang Tahun

2013 ... 51

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Responden

Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke Di RSUD

Tangerang Tahun 2013 ... 52

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Pendidikan

Terakhir Responden Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami

(18)

xvii

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang

Memperoleh Informasi Tentang Self-care Pada Anggota Keluarga Yang

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ... 28

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Stroke atau cedera serebrovaskular adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner, 2002).

Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi

dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan

aliran darah pada bagian otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan

fungsi tersebut (Cahyono, 2008).

Lebih dari 5,47 juta orang meninggal karena stroke di Dunia (WHO,

2002). Setiap 3 menit satu orang meninggal akibat stroke. (American Heart

Association, 2007). Stroke merupakan penyebab kecatatan kedua terbanyak

di seluruh dunia pada individual di atas 60 tahun (Wirawan, 2009).

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia

menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005. Prevalensi

stroke di Indonesia ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah

didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Kasus stroke

telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan sebesar 72,3% di masyarakat

(Riskesdas, 2007). Setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke di

Indonesia (Depkes, 2010). Jumlah penderita stroke cenderung terus

meningkat setiap tahun. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah

(22)

2

Stroke membutuhkan penanganan komprehensif termasuk upaya

pemulihan dalam jangka waktu yang lama bahkan sepanjang sisa hidup

pasien (Harsono, 2000). Penderita stroke memerlukan bantuan keluarga

dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke

menyebabkan kemunduran perawatan diri (Pudjiastuti, 2003).

Orem mengembangkan teori self-care pada keperawatan yang

menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Perawatan

diri sendiri dibutuhkan oleh setiap manusia, tujuan dari teori Orem adalah

membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter, 2005). Pada

penelitian yang dilakukan Sahebalzamani et al (2009) pada 80 pasien stroke

di Iran. Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada

kemampuan self-care sebelum di tes dan sesudah tes dan ada perbedaan

antara grup yang diedukasi dengan tidak diberikan edukasi. Penelitian ini

dapat disimpulkan, edukasi self-care pada penderita stroke dapat

meningkatkan kemampuan pasien dan mengubah mereka dari ketergantungan

menjadi mandiri.

Upaya perawatan diri dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural

fungsi dan perkembangan manusia (Asmadi, 2008). Perawatan diri

merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan

kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis (Hidayat, 2009). Keluarga

sangat berperan dalam fase pemulihan sehingga keluarga diharapkan terlibat

dalam penanganan penderita sejak awal perawatan (Mulyatsih, 2008).

Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga sangat mendukung masa

(23)

3

berpendapat bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang

mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga. Nilai dari

keluarga dan sistem keyakinan membentuk tingkah laku dalam menghadapi

masalah-masalah yang ada dalam keluarga. Keyakinan dan nilai keluarga

menentukan bagaimana sebuah keluarga akan mengatasi masalah kesehatan.

Irdawati (2009) dalam penelitiannya, terdapat hubungan antara

pengetahuan keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita

stroke itu sendiri. Rendahnya tingkat pengetahuan keluarga tentang stroke

menyebabkan meningkatnya tingkat keparahan, pasien tidak memiliki

kemandirian, terjadi serangan ulang bahkan menyebabkan kematian.

Keluarga mempengaruhi perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga

status kesehatan dari setiap individu mempengaruhi fungsi keluarga dan

kemampuannya untuk mencapai tujuan (Potter, 2005).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat fenomena

yang ada dalam praktek klinik dan fenomena di keluarga peneliti, pasien

stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan self-care dan

tingkat pengetahuan keluarga terhadap self-care pada pasien stroke kurang.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2003) dalam

Ratnasari (2011) pada penderita stroke sebanyak 92,3% penderita stroke tidak

mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pasien stroke sangatlah bergantung dalam melakukan

aktivitasnya pada keluarga maupun orang yang merawatnya. Penelitian yang

dilakukan oleh Festy (2009) menunjukkan kemampuan keluarga sebagai

(24)

4

Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap

rehabilitasi pada pasien stroke sebanyak 39%.

Peneliti telah memaparkan fenomena dan fakta dari penelitian maupun

hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, oleh karena itu peneliti

merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan

keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang

mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang

dipilih karena RSU Kabupaten Tangerang merupakan Rumah Sakit rujukan

provinsi Banten dan dari data selama 6 bulan terakhir jumlah penderita stroke

di RS Umum Tangerang sebanyak 133 pasien.

B. Rumusan Masalah

Stroke menyebabkan kemunduran dalam usaha merawat diri sendiri,

hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Santoso (2003) dalam

Ratnasari (2011) bahwa ditemukan sebanyak 92.3% penderita stroke tidak

mandiri dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari. Irdawati (2009) dalam

penelitiannya, menyatakan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan

keluarga penderita stroke terhadap tingkat kesehatan penderita stroke itu

sendiri.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti melihat

fenomena yang ada pada saat praktek pra-klinik dan di keluarga peneliti

pasien stroke sangat bergantung pada keluarganya dalam melakukan

perawatan diri sendiri dan tingkat pengetahuan keluarga terhadap

(25)

5

tentang perawatan diri sangat penting untuk penderita, tapi keluarga dalam

mendukung pasien stroke bukan menjadikan pasien menjadi

ketergantungan, tetapi menjadikan penderita stroke menjadi mandiri,

karena tujuan dari self-care itu menjadikan penderita stroke menjadi

mandiri.

Dalam memberikan dukungan dan bantuan terhadap penderita stroke

diperlukan pengetahuan yang baik tentang self-care itu sendiri. Oleh

karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai tingkat

pengetahuan keluarga pasien tentang self-care (perawatan diri) pada

anggota keluarga yang mengalami stroke.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care (perawatan

diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke, meliputi pengertian self-care,

manfaat self-care, mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,

mobilisasi dalam rumah.

2) Mengetahui tingkat kemandirian anggota keluarga yang mengalami

(26)

6

3) Mengetahui data demografi pengetahuan keluarga tentang self-care

pada keluarga yang engalami stroke, meliputi umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan.

4) Mengetahui sumber informasi keluarga mengenai self-care.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1) Institusi, sebagai informasi dan bisa dijadikan acuan sejauh mana

pengetahuan keluarga tentang self-care (perawatan diri) pada anggota

keluarganya yang mengalami stroke.

2) Keluarga dan masyarakat, sebagai acuan pemahaman dan media

informasi, sehingga mengetahui pentingnya self-care (perawatan diri)

pada anggota keluarga yang mengalami stroke dan akhirnya dapat

dipraktekkan pada kehidupan sehari-hari.

3) Peneliti lain, sebagai bahan referensi baik secara teoritis maupun

metodologi mengenai tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care

(perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini melihat gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang

self-care (perawatan diri) pada anggota keluarganya yang mengalami stroke.

Meliputi pengertian self-care, manfaat self-care, mandi, memakai baju,

(27)

7

kemandirian pasien stroke, data demografi responden (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan) dan sumber informasi keluarga mengenai self-care.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Responden dalam

penelitian ini adalah keluarga yang terlibat dalam merawat anggota

keluarganya yang mengalami stroke di RSU Kabupaten Tangerang.

(28)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang

(Notoatmodjo, 2007).

2. Tingkat pengetahuan dalam kognitif

1) Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang sudah diterima sebelumnya. Tahu merupakan

tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami berarti mampu menjelaskan secara benar tentang objek

yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3) Aplikasi adalah kemampuan menjabarkan materi atau objek

kedalam bagian-bagian yang lebih kecil, tetapi masih dalam

struktur organisasi dan ada kaitannya satu sama lain.

4) Sintesis merupakan kemampuan menyusun formulasi baru dari

(29)

9

5) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek (Notoatmodjo, 2003).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003: 18) faktor internal dan

faktor eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu :

a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang

memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang

berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya. Cepat atau tidaknya

dan terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan

intelegensinya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan

dalam komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Secara

commonsence dapat dikatakan bahwa orang yang lebih intelegen akan

lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi ntinggi

akan mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

b. Pendidikan

Tugas-tugas dari pendidikan adalah memberikan atau meningkatkan

pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan atau

meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang

aspek-aspek yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang

berkembang. Pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan

yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan melalui

(30)

10

seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan.

c. Pengalaman

Menurut teori Determinan perilaku yang disampaikan WHO,

menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku

tertentu salah satunya disebabkan karena adanya pemikiran dan

perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-penilaian

seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan

pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman

oranglain. (Notoatmodjo: 2003; 143)

d. Informasi

Teori depedensi mengenai efek komunikasi massa, disebutkan

bahwa media massa dianggap sebagai sistem informasi yang memiliki

peranan penting dalam proses pemeliharaan, perubahan, dan konflik

dalam tatanan masyarakat, kelompok atau individu dalam aktivitas

sosial dimana media massa ini nantinya akan mempengaruhi fungsi

kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif diantaranya

adalah berfungsi untuk menciptakan ataumenghilangkan ambiguitas,

pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan

penegasan atau penjelasan nilai-nilaitertentu. (Notoatmodjo: 2003;

102). Media dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi

(31)

11

poster. Kemudian media elektronik yang meliputi televisi, video, slide,

dan film serta papan (billboard). (Notoatmodjo: 2003; 99)

e. Kepercayaan

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang, mengenai apa

yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah terbentuk,

maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

dapat diharapkan dari objek tertentu.

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur tingkat

kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir

dan menerima informasi.

g. Pekerjaan

Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan adalah sutu kegiatan atau

aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan

hidupnya sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu

yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.

h. Sosial budaya

Sosial budaya termasuk di dalamnya pandangan agama, kelompok

etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam

penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super egonya.

i. Status sosial ekonomi

Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya.

Individu yang berasal dari keluarga yang bestatus sosial ekonomi baik

(32)

12

depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluargadengan status

ekonomi rendah.

4. Pengukuran pengetahuan

Dua cara pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang

benar yaitu, mendasarkan diri pada rasional dan pengalaman. Cara

pengukuran pengetahuan dalam penalitian bisa menggunakan angket dan

biasanya dituliskan dalam prosentase. Baik = 76-100%; Cukup = 56-75%;

Kurang = ≤55% (Nursalam, 2003: 124).Hidayat (2007) menjelaskan

bahwa salah satu skala yang dapat digunakan dalam mengukur

pengetahuan adalah menggunakan skala Guttman. Skala guttman terdiri

dari benar-salah atau ya-tidak. Oleh karena itu, penelitian menggunakan

skala guttman dengan pilihan jawaban benar dan salah dalam pengukuran

pengetahuan klien tentang tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang

Self-care (perawatan diri) pada anggota keluarga yang mengalami stroke.

B. Stroke 1. Definisi

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak

(Brunner, 2002). Stroke merupakan penyakit yang paling sering

menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,

proses berpikir daya ingat, dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai

akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Stroke adalah suatu

(33)

13

yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga

mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian

(Batticaca, 2009).

2. Penyebab

a. Trombosis serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehinnga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan

edema dan kongesti sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada orang

tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat

menyebabkaniskemi serebral.

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan

dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak. Perdarahn ini

dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya

pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam

parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, terjadilah infark otak dan

mungkin herniasi otak.

c. Hipoksia umum

Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah

hipertensi yang parah, henti jantung-paru dan curah jantung turun akibat

(34)

14 d. Hipoksia setempat

Penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah

spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid,

vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren (Muttaqin, 2008).

3. Klasifikasi

a. Stroke hemoragi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area

otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas, namun

bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun.

Perdarahan otak dibagi dua yaitu:

1) Perdarahan intra serebral: pecahnya pembuluh darah terutama

karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan

menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat,

dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

2) Perdarahan subaraknoid: perdarahan ini berasal dari pecahnya

aneurisma berry. Aneurisma yang pecah ini berasal dari

pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang

terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke

ruang subaraknoid menyebabkan peningkatan TIK secara

mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga

(35)

15

darah serebral yang berakibat disfungsi otak global maupun

fokal (Muttaqin, 2008).

b. Stroke nonhemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari.

Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan

hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Muttaqin,

2008).

4. Penatalaksanaan a. Fase Akut

Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang

koma saat pada saat masuk dipertimbangkan mempunyai prognosis

buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih

dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini adalah

mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. (Brunner dan

Suddarth, 2002).

b. Fase Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke,

bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional pasien stroke, sehinga mampu mandiri dalam melakukan

aktivitas sehari-hari. Sasaran utama pada fase ini adalah pasien dan

keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari nyeri bahu,

pencapaian perawatan diri, mendapatkan control kandung kemih,

(36)

16

pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak

adanya komplikasi (Bruner dan Suddarth, 2002). Pada fase rehabilitasi

ini pasien dapat dirawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di

rumahnya sendiri yang bergantung pada sejumlah faktor, termasuk

status ketergantungan pasien stroke.

Salah satu alat ukur tingkat ketergantungan pasien stroke yaitu

melalui Indeks Barthel (IB) yang dirumuskan oleh Mahoney, F.I dan

Barthel D.W untuk mengukur ketergantungan ADL (Activity Daily

Living). Tingkatan ketergantung pada setiap komponen dengan nilai

indeks sebagai berikut : Skor IB 100 berarti pasien mandiri dan

mampu melakukan sepuluh komponen kegiatan tanpa bantuan fisik

atau pengawasan. Nilai 91 – 99 ketergantungan ringan, memerlukan

bantuan minimal namun beberapa komponen memerlukan bantuan.

Nilai 62 – 90, ketergantungan sedang : memerlukan bantuan lebih

banyak, namun sebagian kegiatan dapat dilakukan mandiri. Nilai 21 –

61 ketergantungan berat: memerlukan bantuan maksimal, namun

masih mampu melakukan beberapa kegiatan. Nilai 0-20 pasien

ketergantungan total : memerlukan bantuan secara keseluruhan (Gallo,

(37)

17

Infark serebral yaitu berkurangnya suplai darah di otak. Luasnya infark

bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya

sirkulasi area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai

darah ke otak dapat terganggu dan dapat berubah makin lambat atau cepat,

karena adanya gangguan lokal seperti trombus, emboli, perdarahan dan

spasme vaskular atau karena gangguan umum seperti hipoksia karena

(38)

18

Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah merupakan faktor

penyebab infark pada otak. Trombus (bekuan darah) berasal dari plak

aterosklerotik dan dapat darah dapat beku di area stenosis, sehingga yang

terjadi aliran darah mengalami pelambatan dan turbulensi.

Trombus bisa pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai

emboli dalam aliran darah. Trombus menyebabkan iskemia jaringan otak

dan edema serta kongesti di area sekitar. Perdarahan pada otak disebabkan

oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan

intraserebral dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial dan

dapat menyebabkan herniasi otak.

Dari faktor-faktor yang terjadi diatas terjadilah stroke. Stroke dapat

mengakibatkan defisit neurologis yang mengakibatkan kehilangan kontrol

volunter, kemudian terjadi kerusakan mobilitas fisik yang dapat

mengakibatkan menurunnya kemampuan self-care.

C. Self-care (Perawatan Diri)

Perawatan diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Pemenuhan

perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya budaya, nilai sosial

pada individu atau keluarga, pengetahuan terhadap perawatan diri, serta

persepsi terhadap perawatan diri. (Hidayat, 2009). Orem (1971)

mengembangkan definisi keperawatan yang menekankan pada kebutuhan

klien tentang perawatan diri sendiri. perawatan diri sendiri dibutuhkan oleh

(39)

19

teori orem adalah membantu klien melakukan perawatan diri sendiri (Potter,

2005).

Orem yang dikenal dengan model self-care memberikan pengertian jelas

bahwa bentuk pelayanan keperawatan dipandang dari suatu pelaksanaan

kegiatan dapat dilakukan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar dengan

tujuan mempertahankan kehidupan, kesehatan, kesejahteraan, yang

ditekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri. Self-care

sebagai bagian dari kebutuhan dasar manusia, seorang mempunyai hak dan

tanggung jawab dalam perawatan diri sendiri, self-care juga merupakan

perubahan tingkah laku secara lambat dan terus menerus didukung atas

pengalaman sosial sebagai hubungan interpersonal, self-care akan

meningkatkan harga diri seseorang dan dapat mempengaruhi dalam

perubahan konsep diri. Orem membagi dalam kelompok kebutuhan dasar

yang terdiri dari pemeliharaan dalam pengambilan udara (oksigen),

pemeliharaan pengambilan air, pemeliharaan dalam pengambilan makanan,

pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi, aktivitas dan istirahat,

keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial, kebutuhan akan

pencegahan resiko pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat dan

kebutuhan dalam perkembangan kelompok sosial sesuai dengan potensi,

pengetahuan dan keinginan manusia. Orem mengembangkan tiga bentuk teori

self-care diantaranya:

1. Perawatan diri sendiri (Self-care)

Orem mengemukakan bahwa self-care meliputi: pertama, self-care itu

(40)

20

dilaksanakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta

mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan; kedua,

self-care agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan

perawatan diri sendiri yang dapat dipengaruhi oleh usia, perkembangan.

Sosiokultural, kesehatan dan lai-lain; ketiga, adanya tuntutan atau

permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri

yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan

menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat;

Keempat, kebutuhan self-care merupakan suatu tindakan yang

ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat

universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam

upaya mempertahankan fungsi tubuh, self-care yang bersifat universal itu

adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke dalam

kebutuhan dasar manusianya. Sifat dari self-care selanjutnya adalah untuk

perkembangan kepercayaan diri serta ditujukan pada penyimpangan

kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang diberikan dalam kondisi

sakit atau dalam proses penyembuhan.

2. Self-care defisit

Self-care defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara

umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat

perawatan dibutuhkan yang dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa,

atau kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan

penurunan kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan

(41)

21 3. Teori sistem keperawatan

a. Sistem bantuan secara penuh (Wholly compensatory system) merupakan

suatu tindakan keperawatan dengan memberikan bantuan secara penuh

pada pasien, dikarenakan ketidakmampuan pasien dalam memenuhi

tindakan keperawatan secara mandiri yang memerlukan bantuan.

b. Sistem bantuan sebagian (Partially compensatory system) merupakan

sistem dalam pemberian perawatan diri secara sebagian saja dan

ditujukan kepada pasien yang memerlukan bantuan secara minimal.

c. Sistem suportif dan edukatif merupakan sistem bantuan yang diberikan

pada pasien yang membutuhkan dukungan pendidikan dengan harpan

pasien mampu memerlukan perawatan secara mandiri. Sistem ini

dilakukan agar pasien mampu malakukan tindakan keperawatan setelah

dilakukan pembelajaran (Hidayat, 2009).

4. Manfaat Self-care

a. Memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan kehidupan,

kesehatan serta kesejahteraan

b. Mempertahankan kualitas kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan baik

dalam keadaan sehat ataupun sakit

c. Membantu individu dan keluarga dalam mempertahankan self-care

(42)

22 D. Self-care Pada Stroke

Stroke adalah penyebab utama dari kecacatan jangka panjang di Amerika

Serikat. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa program rehabilitasi

efektif dalam meningkatkan status fungsional pasien dan mengurangi

ketergantungan pasien. Rehabilitasi medis memang mempengaruhi

perkembangan penyembuhan saraf, tapi dipastikan bahwa tetap diperlukan

terapi lain seperti self-care.

Saat ini terjadi peningkatan ketertarikan untuk mencari terapi alternatif

yang dapat meningkatkan status fungsional pasien selain menggunakan terapi

saraf. Terapi alternatif tersebut adalah self-care (Robinson, 2000).

Bentuk-bentuk self-care pada pasien stroke yang dapat diajarkan keluarga kepada

pasien stroke adalah mandi, memakai baju, makan, eliminasi, hygene,

mobilisasi dalam rumah (Wesley, 2004).

1. Mandi

a. Pasien stroke memiliki keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama dan

memiliki keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi disaat mandi

b. Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka diperlukan pegangan

(hand rail) agar pasien stroke tidak jatuh.

2. Berpakaian

a. Posisi berbaring merupakan posisi yang baik dan aman disaat penderita

stroke berpakaian

b. Saat berpakaian dimulai dari tangan dan kaki yang lemah terlebih

(43)

23

c. Saat melepas pakaian dimulai dari tangan dan kaki yang kuat terlebih

dahulu

3. Makan

a. Disaat makan tinggi meja perlu disesuaikan dengan jangkauan pasien,

agar pasien stroke dapat mudah disaat makan

b. Disaat makan kursi yang digunakan harus nyaman dan dapat menopang

tubuh penderita stroke

c. Sebelum makan, makanan yang sulit dipotong sebaiknya dipotong

terlebih dahulu, agar pasien mudah saat makan

4. Eliminasi

a. Menggunakan closet (tempat BAB) yang duduk lebih baik dari pada

closet yang jongkok, karena closet duduk memudahkan saat BAB

b. Pasien yang mengalami gangguan berkemih, sebaiknya gunakan popok

khusus (pampers) atau sesuai indikasi dari dokter

c. Agar penderita stroke tidak menempuh jarak yang cukup jauh,

sebaiknya menggunakan kamar mandi yang jaraknya dekat.

5. Mobilisasi

a. Penderita stroke harus merubah posisi setiap 2 jam sekali yaitu miring

kanan dan miring kiri.

b. Jika mengalami keterbatasan untuk berdiri, gunakan kursi roda atau

tongkat untuk beraktivitas di rumah

c. Penderita stroke memerlukan latihan fisik seperti latihan berjalan dan

(44)

24 6. Higiene

a. Penderita stroke perlu dijaga kebersihannya dengan mengganti pakaian

dengan yang bersih

b. Jika terdapat kulit yang luka perlu diobati dan jangan dibiarkan dalam

kondisi basah dan kotor.

c. Seprei atau linen yang telah basah dan kotor perlu diganti agan

kebersihan lingkungan penderita stroke terjaga

E. Keluarga 1. Definisi

Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah kumpulan dua

orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan

emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan

bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang

terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan

anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No. 10 tahun 1992).

2. Tipe keluarga

Friedman (1986) dalam Ali (2010) membagi tipe keluarga seperti

berikut ini:

a. Nuclear family (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak

yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah,

(45)

25

b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang terdiri dari

satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan

saling menunjang satu sama lain.

c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih

bergantung kepadanya.

d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri

tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family. Satu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa

anak hasil perkawinan terdahulu.

f. Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi,

yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

g. Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari

satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari

sepasang suami istri paruh baya.

3. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga

mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan

(46)

26

b. Fungsi sosialisasi. Proses perkembangan dan perubahan yang

dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu

tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.

Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan sosialisasi

dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu

mampu berperan di dalam masyarakat.

c. Fungsi reproduksi. Fungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah SDM.

d. Fungsi ekonomi. Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

seperti makan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

e. Fungsi perawatan kesehatan. Keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan.

Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau

pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga

dan individu (Ali, 2010).

F. Penelitian Terkait

Pada penelitian kali ini dengan judul Keefektifan Edukasi Self-care pada

Rehabilitasi Pasien Stroke. Penelitian ini dilakukan di Urmia University of

Medical Sciences Hospitals, Iran, pada tahun 2008 oleh Mohammad

Sahebalzamani, Leila Aliloo, Ali Shakibi. Tujuannya untuk melihat atau

(47)

27

rehabilitasi. Metode penelitian studi eksperimen, sampel sebanyak 80 yang

dipilih secara acak dan dibagi dalam 2 grup.

Pada penelitiannya pertama mencari data demografi, kemudian memeriksa

kemampuan perorangan, kemudian 1 grup diberikan edukasi self-care dan

setelah 45 hari diberikan tes. Hasil penelitiannya, pada grup yang diberikan

edukasi menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan

self-care sebelum dan sesudah dites, dan ada perbedaan pula antara grup yang

diberikan edukasi dengan grup yang tidak diberikan edukasi self-care.

Kesimpulannya edukasi self-care pada penderita stroke dapat meningkatkan

kemampuan pasien dan mengubah mereka dari pribadi ketergantungan

(48)

28 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Muttaqin (2009), Friedman (1986) dalam Ali (2010), Notoadmodjo (2003) dan

(49)

29 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis

beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep

membahas tentang saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu

untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau yang akan

diteliti (Hidayat, 2008).

Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tujuan penelitian yaitu

mengidentifikasi tingkat pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke. Berdasarkan landasan teori yang diuraikan

dalam tinjauan teoritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat

digambarkan pada bagan 2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan keluarga

tentang Self-care

Tingkat pengetahuan:

(50)

30 B. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Alat Ukur

Skala

Ukur

Pengetahuan Kemampuan keluarga

pasien yang terlibat dalam

merawat,untuk memahami

informasi yang diperoleh

tentang self-care pada

anggota keluarga yang

mengalami stroke,

meliputi pengertian,

manfaat, kebutuhan

self-care (mandi, memakai

baju, makan, eliminasi,

mobilisasi dalam rumah,

higiene)

Usia Usia responden berdasarkan

(51)

31

Jenis kelamin responden Meminta

responden

Pendidikan Pendidikan formal yang

terakhir pernah diikuti oleh

(52)

32

pendidikan 4. Akademik/per

guruan tinggi

Pekerjaan Suatu mata pencaharian atau

lapangan usaha yang dapat

(53)

33 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah jenis desain kuantitatif dengan metode

deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada

anggota keluarga yang mengalami stroke (Notoadmodjo, 2010).

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan keluarga tentang

self-care (pengertian, manfaat, aktivitas sehari-hari/ADL meliputi mandi,

memakai baju, makan, eliminasi, mobilisasi dalam rumah, higiene, dan

data demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan

tingkat kemandirian penderita stroke, serta sumber informasi).

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek atau objek dengan karateristik tertentu yang

akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi yang ditentukan sebagai subjek

penelitian adalah keluarga yang anggota keluarganya yang mengalami

(54)

34 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sub unit populasi survey itu sendiri yang oleh

peneliti dipilih dengan mewakili populasi target. Semakin besar

sampel maka representative sampel tersebut semakin mendekati

jumlah populasi (Nursalam, 2003). Sampel pada penelitian ini adalah

keluarga pasien stroke yang berada di RSU Kabupaten Tangerang.

a. Kriteria Sampel

1. Keluarga yang terlibat dalam merawat anggota

keluarganya yang mengalami stroke.

2. Keluarga pasien yang bersedia menjadi responden.

3. Keluarga pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik .

b. Teknik Sampling

Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya

penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili),

yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik sampling pada

penelitian ini menggunakan Non Probability Sample dengan jenis,

Accidental Sampling.

Accidental Sampling adalah pengambilan sampel dilakukan

tanpa direncanakan lebih dahulu, juga jumlah sampel yang

dikehendaki harus berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi yang

dapat dipertanggung jawabkan (Nasution, 2003). Berikut tahapan

(55)

35

1. Memperoleh persetujuan pembimbing untuk melakukan

tindak lanjut dalam penelitian.

2. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin

penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Peneliti datang ke Ruang Poli Syaraf RSU Kabupaten

Tangerang.

4. Perawat Poli Syaraf memberikan nama-nama pasien stroke

yang berkunjung ke Poli Syaraf pada hari itu.

5. Peneliti melakukan seleksi sesuai kriteria inklusi untuk

mendapatkan responden yang di inginkan.

6. Peneliti melakukan pendekatan dan penjelasan kepada

calon responden tentang penelitian.

7. Bagi responden yang bersedia dipersilahkan

menandatangani persetujuan penelitian.

8. Membuat kontrak dengan responden untuk kesediaannya

mengisi kuesioner.

9. Peneliti bertanya pada responden apakah kuesioner akan

diisi sendiri atau dibacakan oleh peneliti.

10.Memberikan waktu kepada responden untuk menjawab

pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada responden

untuk bertanya jika ada yang belum jelas.

11.Setelah pertanyaan dalam kuesioner dijawab, maka peneliti

(56)

36

12.Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas

partisipasinya dalam mengisi kuesioner.

c. Jumlah Sampel

Pemilihan sampel pada penelitian ini berkaitan dengan penerapan

distribusi normal untuk variabel normal (Univariat). Dikemukakan

bahwa ukuran besar sampel diambil dengan menggunakan rumus

estimasi satu proporsi, yaitu:

n: Besar sampel

: Z score berdasarkan tingkat kepercayaan

: Proporsi dari penelitian sebelumnya

d : Presisi

Jadi sampel pada penelitian ini berjumlah 65 orang. Untuk mencegah drop out

(57)

37 D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Kabupaten Tangerang pada Maret

2013 dan penelitian ini selesai akhir bulan April 2013. Sebelum

melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas di ruang rawat inap

RSU Kabupaten Tangerang pada bulan Maret 2013 dengan jumlah 30

responden.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan suatu alat ukur pengumpulan data agar

memperkuat hasil penelitian. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti dan

mengacu pada kepustakaan yang terdiri atas beberapa pertanyaan yang

harus dijawab responden. Untuk memperoleh informasi dari responden,

peneliti menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari 3 bagian, bagian

A merupakan pertanyaan tentang identitas atau data demografi responden,

bagian B mengenai, dari manakah informasi self-care diperoleh, bagian C

mengenai pertanyaan tentang kemandirian penderita stroke, dan bagian

terakhir yaitu D untuk pengetahuan responden berisi 24 pertanyaan

tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke.

Pertanyaan 1 sampai 3 mengenai pengertian self-care, 4-6 tentang

manfaat self-care, 7-9 tentang mandi, 10 sampai 12 mengenai berpakaian,

13-15 tentang makan, pertanyaan 16 sampai 18 tentang eliminasi,

(58)

38

higiene. Pengukuran tingkat pengetahuan menggunakan skala Guttman

dan Scoring. Pertanyaan peneliti terdiri dari 16 pertanyaan positif dan 8

pertanyaan negatif.

Pernyataan positif pada responden menjawab benar diberi nilai

1,dan jika salah diberi nilai 0. Pernyataan negatif, pada responden

menjawab benar diberi nilai 0, dan jika salah diberi nilai 1. Jika pasien

dapat menjawab benar ≤ 55% dari pertanyaan maka pengetahuan pasien

tersebut kurang, jika pasien mampu menjawab benar sebanyak 56-75%

dari pertanyaan maka pengetahuan pasien tergolong cukup, dan jika pasien

mampu menjawab benar sebanyak 76-100% dari pertanyaan maka

pengetahuan pasien tergolong baik (Nursalam,2003:124).

F. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu indeks yang ditunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa

item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang

diukur tersebut.

Uji ini dilakukan dengan menghitung masing-masing skor item

pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji

validitas menggunakan rumus Pearson Product Moment. Sesuatu

instrumen dikatakan valid atau shahih apabila tiap butiran memiliki nilai

(59)

39

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuan itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali. Atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reabilitas

menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >

0,60 (Hidayat, 2007).

G. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan uji

validitas dan reabilitas untuk mendapatkan instrumen yang valid untuk

penelitian. Uji validitas dilakukan di ruang rawat inap RSU Kabupaten

Tangerang pada bulan Maret 2013, dengan sampel yang diambil sebanyak

30 responden. Uji validitas menggunakan rumus Pearson Product

Moment. Sesuatu instrumen dikatakan valid apabila tiap butiran memiliki

nilai positif dan nilai r > dari r table (0,361).

Hasil pengukuran uji validitas pada penelitian ini didapatkan nilai r

table 0,42 artinya kuesioner penelitian valid karena nilai r table diatas

0,361. Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software komputer

dengan rumus Alpha Cronbach. Variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,60. Hasil pengukuran reabilitas

pada penelitian ini didapatkan nilai Alpha Cronbach 0,85 yang artinya

(60)

40 H. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data peneliti menggunakan

langkah-langkah pengolahan data menurut Hidayat (2007) diantaranya:

1) Editing

Editing adalah upaya memeriksa kembali kebenaran data atau

formulir koesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tshsp pengumpulan data atau setelah data

terkumpul.

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode

ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

3) Entry data

Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master table atau data base komputer,

kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan

(61)

41 4) Cleaning data

Merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah di entry,

apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data siap dianalisa.

I. Analisis Statistik

Pada penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat

bertujuan menggambarkan deskriptif karakteristik responden dan

gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang Self-care pada anggota

keluarga yang mengalami stroke, dilakukan dengan menyajikan distribusi

frekuensi dari variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel untuk

mengetahui proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

J. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah

yang sangat penting dalam penelitian mengingat peneliti keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika peneliti harus

diperhatikan karena manusia memiliki hak asasi dalam penelitian

(Hidayat, 2008). Dalam melakukan penelitian menekankan masalah etika

penelitian yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan ( Informed Consent )

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden

yang akan diteliti yang memenuhi kriteria sampel dan disertai judul

penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat

(62)

42 2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang

diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentally)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok

(63)

43 BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum RSU Kabupaten Tangerang

RSU Kabupaten Tangerang didirikan pada tahun 1928 berlokasi di

ruangan BUI (Penjara) yang bekas lahannya sekarang menjadi lokasi

Mesjid Agung Al-Ittihad. RSU Kabupaten Tangerang adalah Rumah Sakit

Umum milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di

Wilayah Kota Tangerang, tepatnya Jl. Jenderal Ahmad Yani No.9

Tangerang. RSU Kabupaten Tangerang merupakan Type Rumah Sakit

Kelas B Non Pendidikan.

Fasilitas RSU Kabupaten Tangerang yaitu, jumlah tempat tidur

sebanyak 426 TT, memiliki ruang rawat darurat 24 jam, rawat jalan

dengan 27 pelayanan spesilistik & 7 sub spesilistik, medical checkup,

kamar bedah dengan 11 kamar operasi, kamar bersalin dengan 22 buah

tempat tidur, ruang hemodialisa dengan jumlah 18 tempat tidur, pusat

thalassaemia dengan jumlah 4 tempat tidur, ruang isolasi pasien flu

burung, klinik bougenville, pelayanan penunjang medis (laboratorium,

radiologi, farmasi, ct-scan, pa, usg, eeg, ekg, treadmill, spirometri), dan

penunjang lainnya (ambulance, kereta jenazah)

Setelah dikembangkan secara bertahap saat ini RSUD Tangerang

mempuyai bangunan dengan luas keseluruhannya 24.701 m2 diatas tanah

41.615 m2. Jumlah pegawai per 31 Juli 2010 sebanyak 1065 orang. RSUD

Gambar

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Self-care
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Yang
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian  .............................................................
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

In God’s Image – Journal of Asian Women’s Resource Centre for Culture and Theology 28, no.. dengan kekerasan simbolis. Kekerasan ini dimaknai sebagai bentuk penggunaan bahasa

Sistem penanganan sengketa dan konflik pertanahan pada Kantor Pertanahan Kota Palembang secara Online merupakan suatu sistem yang dibangun untuk memproses data

Melalui rencana pengembangan usaha yang dilanjutkan dengan pembuatan gazebo pemancingan serta wisata kuliner sederhana membuat kelompok mitra menjadi lebih semangat

Tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pihak sekolah atau guru merupakan reaksi yang muncul akibat tindakan siswa IPS yang dianggap menyimpang dari peraturan yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) data angket siswa, pengamatan peneliti terhadap hasil pembelajaran matematika, (2) Dari hasil catatan perilaku siswa

secara berurutan. Peserta didik dapat menjelaskan proses pencernaan makanan. Peserta didik dapat menjelaskan fungsi organ pencernaan!. makanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Pada perancangan robot tersebut terdiri dari motor servo sebagai aktuator lengan dan penggerak konveyor, DT-Sense Color sebagai sensor warna, LCD 2X16 untuk menampilkan