PERANAN GURU
DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA
Oleh:
BANGBANG SUDARMAWAN NIM: 104011000131
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
PERANAN GURU
DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMP NEGERI 48 KEBAYORAN LAMA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
Bangbang Sudarmawan NIM: 104011000131
Di Bawah Bimbingan
Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Sapiuddin Siddiq, M.Ag NIP.150 299 477
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PENGESAHAN
Skrpsi berjudul: “Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan
Konseling Di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” diajukan kepada fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada 23 September 2008 di hadapan
dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pdi)
dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 23 Sepetember 2008
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanda Tangan
DR. Abdul Fatah Wibisono ...
NIP.:150 236 009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)
Drs. Sapiuddin Siddiq, MA ... NIP.: 150 299 477
Penguji I
Drs. H. Akyas Azhari ...
NIP.: 150 023 218
Penguji II
Siti Khadijah, MA ...
NIP.: 150 283 322
Mengetahui:
Dekan,
Lembar Pengesahan
Skripsi yang berjudul: “Persepsi Mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris dan Jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Terhadap Perintah Berjilbab dalam Surat An-Nuur Ayat 31”
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasyah pada
hari selasa, 23 September 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis
berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang pendidikan Agama.
Jakarta, September 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
DR. H. Abdul Fatah Wibisono, M.A. ... ... NIP.: 150 236 009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/ Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. ... ... NIP.: 150 229 477
Penguji I
Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. ... ... NIP.: 150 229 477
Penguji II
Dra. Hj. Husnawati Husein M. Ag. ... ... NIP.: 150 270 816
Mengetahui,
Dekan
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bernama :
Nama : Bangbang Sudarmawan
NIM : 104011000131
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan
dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama
Dosen Pembimbing : Drs. Sapiuddin Siddiq, MA
NIP : 150 299 477
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 September 2008
ABSTRAK
Nama : Bangbang Sudarmawan NIM : 104011000131
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Skripsi yang berjudul “Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama” ini menjadi penting untuk diangkat karena rasa keingintahuan (kuriositas) penulis tentang sejauh mana guru bidang studi ikiut andil dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama. Apakah para guru hanya sebatas tahu saja dengan adanya kegiatan BK ataukah guru ikut serta dalam proses kegiatan tersebut, dan sejauh manakah peranannya? Dari pertanyaan inilah penulis mencoba mencari tahu lebih banyak informasi mengenai kegiatan BK dan siapa sajakah yang pelaksananya.
Penulis meneliti kegiatan BK di sekolah ini dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif yang bersifat non-eksperimental, yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.
KATA PENGANTAR
ْﺴِﺑ
ِﻢ
ِﻪﱠ ا
ِﻦَﻤْﺣﱠﺮ ا
ِﻢﻴِﺣﱠﺮ ا
Segala puji bagi Allah yang dengan kakuatan-Nya menundukkan orang-orang
yang suka sewenang-wenang, yang dengan keperkasaan-Nya membinasakan
orang-orang yang sombong, dan yang dengan kakuasaan-Nya menghinakan
orang-orang yang zhalim. Lalu Allah mencerai beraikan keutuhan,
menghancurkan persatuan, meluluhlantahkan perkumpulan, merobohkan negeri,
dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya.
Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah semata, yang
tidak punya sekutu sama sekali. Milik Allah segenap- kekuasaan dan milik Allah
segala puji, Tuhan yang mematikan dan menghidupkan. Dan Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu. “Allah Ta’ala menggenggam bumi dan melipat langit dengan
tangan kanan-Nya seraya berfirman, ‘Aku adalah Maharaja. Di mana raja-raja
bumi?’
Saya pun bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba sekaligus
rasul utusan Allah. Ya Allah, limpahkan rahmat serta salam sejahtera kepada
beliau, keluarga, dan segenap sahabatnya.
Penulisan skripsi ini sendiri tidak akan pernah menemukan kata selesai tanpa
bantuan sahabat-sahabat diseputar penulis. Banyak sekali sahabat-sahabat yang
memberikan bantuan baik materil maupun spiritual, sehingga penulis mampu
melampaui kegelisahan hidup di tengah-tengah kondisi ekonomi yang semakin
menurun.
Oleh karena itu, patut kiranya, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihak yang telah
membantu atas selesainya penulisan skripsi ini. Terutama sekali penulis
sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu.
5. Para Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta seluruh karyawan.
6. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama (PU) dan para Staf PU serta para
staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).
7. Kedua orang tua penulis, ayahanda Robi Sugandi dan ibunda Aminah.
Yang sudah banting tulang mencurahkan segala bentuk perhatiannya, baik
berupa kasih sayang maupun dalam bentuk materi sehingga penulis dapat
menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan untuk menjadi
seorang Sarjana Strata-1 (S1) Pendidikan Islam (S.Pdi).
8. Kakak tercinta Musrita, Jaja Suharja, dan Fatmawati serta Suami dan
istrinya, yang telah memberikan dorongan spiritual. Sehingga penulis
bersemangat dalam mengerjakan penulisan skripsi ini.
9. Adik tercinta, Wahyu Sudrajat beserta ponakan-ponakan yang centil-centil
dan nakal-nakal, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan,
kelapangan rezeki, keberkahan, serta dijadikan anak yang sholeh dan
sholehah, amin.
10.Ustadz Abdul Hadi dan Istrinya sebagai penasehat spiritual penulis,
Ustadz H. Ja’far Abdul Malik beserta keluarganya, Mang Basit, Mang
Uman dan Keluarga Besar H. Anas Cirebon.
11.KH. Idris Marzuki, KH. Imam Yahya Mahrus, KH. Anwar Mansur, KH.
Kafabihi Mahrus, KH. Aziz Mansur dan seluruh keluarga besar Pon-Pes
Lirboyo Kediri Jawa Timur.
12.Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 48 Jakarta yang sudah banyak
13.Ibu Kamirah, Koordinator BK SMP Negeri 48 beserta para stafnya.
Terimakasih telah memberikan bantuan berupa buku-buku referensi untuk
melengkapi teori-teori BK dalam karya ilmiah ini.
14.Teman-teman di Jurusan Pendidikan Agama Islam yang tidak bisa
disebutkan satu persatu dan khususnya teman-teman tercinta Kelas D.
15.Sahabat-sahabat sehidup sepenanggungan di Musholla Al-Barokah
Cirebon, Wawan Suwandi, Fariz Adi Sopyan, Moh. Irfan, Suhada, Urip
Suwandi, A Darpin, Dede Yusuf Maulana, Sa’ad Abdullah, Oman, Wawan
Setiawan, semoga Allah memudahkan kita untuk menapaki kehidupan
menuju kepada kemulian hidup yang hakiki.
16.Sahabat-sahabat di Forum Mahasiswa Santri Alumni Lirboyo, Ustadz
Zaenal Efendi, Ustadz Shofiyullah, Kang Abdul Rosyid, Kang Hafidz,
Kang Afifi, Boim, Hayat, Kodir, Adur, Hidayat, Zainal Muttaqin, Muin,
Dedi, Syafiq, Syarif, Aminuddin, Iskandar, Kang Asep, Asep Irfan,
Robby, Iyan, Andi, Abenk, Ridho, Khoirul Anam, Fadhil, H. Hakim,
Basyir, Nurul Ghozi, Aziz, dan seluruh pihak yang terkait dalam penulisan
karya ilmiah ini.
17.Terakhir, seorang wanita yang sudah menemani penulis dalam perkuliahan
dan penulisan skripsi. Orang yang selalu ada ketika penulis sedang dalam
kesusahan, kepenatan, dan kebimbangan. Orang yang selalu memberikan
masukan-masukan positif sehingga kepribadian penulis semakin terbangun
menjadi pribadi yang menuju pada pembentukan akhlakul karimah. Dialah
yang bernama Siti Mariyam. Terima kasih atas semuanya.
Semoga karya ilmiah yang berbentuk Skripsi ini yang tentunya jauh dari
kesempurnaan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca
umumnya, amin.
Jakarta, 15 September 2008
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1
B. Pembatasan masalah... 3
C. Perumusan masalah... 3
D. Tujuan dan kegunaan penelitian... 4
E. Metode Penelitian ... 4
BAB II KERANGKA TEORI PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)...5
A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK ... 5
1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing... 6
2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah ... 10
3. Guru sebagai pembantu guru BK ... 12
B. Kegiatan BK di sekolah... 15
1. Pengertian BK ... 15
2. Prinsip-prinsip BK ... 19
4. Tujuan BK ... 21
5. Jenis-jenis kegiatan BK ... 23
C. Kerangka Berfikir... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat penelitian dan waktu penelitian ... 30
B. Desain penelitian (Metodologi Penelitian)... 30
C. Populasi dan sampel... 31
D. Variabel penelitian ... 31
E. Teknik pengumpulan data ... 31
F. Teknik analisis data... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran umum SMP Negeri 48 Kebayoran Lama ... 35
B. Tabulasi Data, Analisis dan interpretasi data... 46
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Kisi-kisi Angket, Peranan Guru dalam pelaksanaan kegiatan BK
di sekolah
2. Tabel 2 : Data Guru
3. Tabel 2 :DataPegawai
4. Tabel 3 : Data Siswa
5. Tabel 4 : Guru membimbing siswa yang megalami penurunan peringkat
kelas
6. Tabel 5 : Guru memberikan bimbingan belajar pada anak yang di bawah
Kemempuan Kriteria Minimal (KKM)
7. Tabel 6 : Guru memberikan jam tambahan bagi siswa yang mengalami
kesulitan dalam belajar
8. Tabel 7 : Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang melakukan tindak
asusila
9. Tabel 8 : Guru membuat catatan khusus bagi siswa yang mengalami
penurunan kualitas belajar
10.Tabel 9 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
kurang memperhatikan pelajaran
11.Tabel 10 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
12.Tabel 11 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak
yangkurang konsentrasi
13.Tabel 12 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang anak yang
sering mengantuk di kelas
14.Tabel 13 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang latar
15.Tabel 14 : Guru memberikan informasi kepada guru BK tentang tingkat
perekonomian siswa
16.Tabel 15 : Guru memberikan arahan pada siswa penggunaan waktu
senggang
17.Tabel 16 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk sering mengulang
pelajaran
18.Tabel 17 : Guru memberikan arahan pada siswa untuk membiasakan tidak
tidur larut malam
19.Tabel 18 : Guru melakukan kerjasama dengan guru BK dalam merumuskan
solusi permasalahan ekonomi siswa
20.Tabel 19 : Guru memberikan dispensasi bagi siswa yang tergolong tingkat
ekonomi menengah ke bawah
21.Tabel 20 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kelas
22.Tabel 21 : Guru melakukan layanan konsultasi individual di ruangan kantor
guru
23.Tabel 22 : Guru melakukan layanan konsultasi kelompok di ruangan BK
24.Tabel 23 : Guru melakukan home visit (kunjungan rumah) anak bermasalah
25.Tabel 24 : Guru mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusannya
sendiri dan mempertanggung jawabkannya
26.Tabel 25 : Guru mengumpulkan para siswa yang memiliki masalah yang
sama (homogen) untuk dicarikan solusinya
27.Tabel 26 : Guru mengarahkan para siswa agar menggali bakat mereka yang
terpendam
28.Tabel 27 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang bersifat
kerohanian
29.Tabel 28 : Guru mengarahkan para siswa kepada exskul yang beratribut
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Penelitian
2. Pedoman wawancara kepada Kepala SMP Negeri 48 Jakarta
3. Pedoman wawancara kepada Kordinator Guru BK SMP Negeri 48 Jakarta
4. Pedoman wawancara kepada Guru Bidang Studi SMP Negeri 48 Jakarta
5. Hasil wawancara dengan Kepala SMP Negri 48 Jakarta
6. Hasil wawancara dengan Koordinator Guru BK SMP Negri 48 Jakarta
7. Hasil wawancara dengan Guru Bidang studi SMP Negri 48 Jakarta
8. Angket
9. Program bImbingan Konseling SMP Negeri 48 Jakarta
10.Tata tertib siswa
11.Bobot Poin Pelanggaran Tata Tertib di sekolah
12.Kartu Status Bimbingan dan Konseling
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan dan konseling memiliki fungsi mengarahkan dan membimbing
siswa pada pendidikan yang lebih baik. Dengan menjadikan siswa bertanggung
jawab dan bersedia mengambil sikapnya sendiri tanpa ada pengaruh dari orang
lain.
Bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya di sekolah menengah sangat
dibutuhkan mengingat pendidikan kita mengalami banyak masalah, tidak
terkecuali masalah pada anak didiknya. Oleh karena itu, diharapkan
program-program yang dijalankan oleh bimbingan dan konseling di sekolah dapat
memperbaiki sikap dan perilaku siswa, yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada pendidikan yang lebih baik.
”Guru di sekolah menengah semakin diharapkan pula mengambil peran aktif
dalam terselenggaranya program bimbingan, selaras dengan fungsi mereka dalam
struktur kehidupan sekolah. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut guru perlu
disiapkan seperlunya”.1
Tujuan bimbingan pada akhirnya adalah supaya siswa mampu mengatur kehidupannya sendiri, mempunyai pandangan sendiri, dan mampu bertanggung jawab atas tindakan-tindakan yang diperbuatnya. Kita dapat melihat bahwa sekarang ini tidak sedikit siswa yang memiliki banyak persoalan dan masalah-masalah – yang terkadang tidak bisa mereka selesaikan dan tanggung sendiri – yang dapat membuat perilaku mereka menjadi negatif atau 'nakal'. Siswa-siswa tersebut perlu untuk diberikan bimbingan dan konseling – tak terkecuali para siswa yang tidak bermasalah sekalipun – agar mereka mampu untuk menolong diri sendiri dan mengambil keputusan sendiri demi pencapaian cita-citanya, sehingga tidak mengganggu pendidikan mereka.2
1
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,1987), hal. V , Cet. Ke- 6.
2Achmad Juntika Nurihsan,, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek akademis, tetapi juga
menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, dan kematangan intelektual
peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut, tampak bahwa pendidikan
yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik
pada pencapaian standar akademis yang diharapkan dalam kondisi perkembangan
diri yang sehat dan optimal.
Untuk menjadikan bimbingan dan konseling di sekolah efektif, maka
diperlukan program-program yang baik, yang dapat menjadikan bimbingan
tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan. Di antaranya yaitu, kegiatan
bimbingan individual, kelompok, kemudian bimbingan anak yang mempunyai
kesulitan dalam belajar, dan yang paling penting adalah melakukan bimbingan
dan konseling dalam penyaluran bakat, minat dan pengambilan keputusan yang
didasarkan pada pertimbangan yang matang oleh peserta didik. Untuk
menjalankan program dengan baik diperlukan peranan tenaga ahli, dalam hal ini
guru bimbingan dan konseling (BK) serta kerjasama para guru.
Bimbingan di sekolah menengah merupakan bidang khusus dalam keseluruhan pendidikan sekolah, yaitu memberikan pelayanan yang ditangani oleh ahli-ahli yang telah disiapkan untuk itu. Ciri khas dari pelayanan ini terletak dalam hal memberikan bantuan mental/psikologis kepada murid dalam membulatkan perkembangannya. Tujuan dari pemberian bimbingan ialah supaya setiap murid berkembang sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah, mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat sekarang.3
Peran guru BK dalam menjalankan program-program bimbingan memang
tidak perlu dipertanyakan lagi karena peranan terbesar ada padanya. Namun, jika
melihat realitas yang ada, masih banyak siswa yang berperilaku menyimpang,
nakal, dan acuh terhadap pendidikannya sendiri meskipun telah mendapatkan
bimbingan dan konseling dari guru BK. Lalu, apa permasalahan sebenarnya,
adakah kesalahan dalam memberikan bimbingan dan konseling, yang
notabene-nya dilakukan oleh para ahli bimbingan dan konseling di sekolah? Ataukah
3 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT
memang siswa-siswa semacam ini sudah tidak dapat diubah sikap dan
perilakunya?
Guru BK bukanlah satu-satunya orang yang memiliki peranan dalam
memberikan bimbingan dan konseling. Diperlukan kerjasama seluruh pihak dalam
menciptakan bimbingan yang dapat merubah sikap dan perilaku siswa ke arah
yang lebih baik. Peranan guru ternyata tidak kalah pentingnya dalam menciptakan
hal tersebut. Di sini, penulis akan meneliti adakah peranan guru-guru tersebut
dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, dan seberapa besar peranan
tersebut dapat mengubah perilaku siswa untuk menjadi lebih baik – yang pada
akhirnya menciptakan pendidikan yang lebih baik pula.
B. Pembatasan Masalah
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian di sini adalah:
a. Peranan guru bidang studi di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:
1. Sebagai informan (pemberi informasi masalah siswa kepada guru BK)
2. Sebagai pembantu guru BK dalam pemecahan masalah siswa
3. Sebagai pembimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
b. Kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama:
1. Pelayanan konsultasi
2. Pelayanan pemecahan masalah
3. Penyaluran bakat dan minat
C. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitiannya adalah:
a. Bagaimana peran guru bidang studi dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMP
Negeri 48 Kebayoran Lama?
b. Bagaimana pelaksanaan kegiatan BK di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini tidak lain adalah:
a. Memperoleh gambaran umum mengenai pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
b. Memperoleh informasi tentang pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling
di SMP Negeri 48 Kebayoran Lama.
c. Mendapatkan informasi tentang kontribusi para guru dalam mengatasi
problematika yang dihadapi peserta didiknya.
Diharapkan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam
menanggulangi kenakalan para siswa, serta permasalahan yang mereka hadapi.
Sehingga, perangkat sekolah terutama guru BK sendiri mempunyai
strategi-strategi yang efektif dalam mengatasi problematika siswa. Dengan kata lain,
walaupun program BK begitu bagus namun setiap komponen sekolah tidak
bekerja sama dengan baik dalam pelaksanaan kegiatan BK maka hasil yang
didapatkanpun tidak akan maksimal dan berkembang.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dalam
melengkapi data penulis juga menggunakan kajian kepustakaan (library
research). Di samping itu, dalam mendukung kelengkapan data penulis juga
melakukan penelitian lapangan (field research), yaitu tempat di mana penelitian
dilakukan. Sehingga kedua data tersebut dapat dipadukan dan dapat dianalisis
BAB II
KERANGKA TEORI
PERANAN GURU DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN
BIMBINGAN DAN KONSELING (BK)
A. Pengertian Peranan dan Peranan Guru dalam Pelaksanaan Kegiatan BK
Menurut bahasa, peranan adalah ”sesuatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”.4
Peranan adalah dari kata dasar peran yang ditambahkan akhiran ’an’, peran
memiliki arti seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat. Sedangkan peranan adalah ”bagian dari tugas utama
yang harus dilaksanakan”.5 Dalam sebuah Kamus Ilmiah Populer disebutkan,
”Peranan adalah fungsi, kedudukan, bagian kedudukan”.6
Menurut I. Djumhur: ”peranan diartikan sebagai suatu pola tingkah laku
tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari suatu pekerjaan atau
jabatan tertentu”.7 Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah
laku tertentu pula dan tingkah laku mana akan merupakan ciri khas dari tugas atau
jabatan tadi. Pekerjaan pedagang akan mempunyai pola tingkah laku tertentu,
pekerjaan supir akan mempunyai pola tingkah laku tertentu pula, demikian pula
dalam pekerjaan-pekerjaan lain seperti militer, hakim, dokter, dan juga guru.
Jadi, peranan guru adalah setiap pola tingkah laku yang merupakan ciri-ciri jabatan guru, yang harus dilakukan guru dalam tugasnya. Peranan ini meliputi berbagai jenis pola tingkah laku, baik dalam kegiatannya di dalam sekolah, maupun di luar sekolah. Guru yang dianggap baik, ialah mereka yang berhasil dalam memerankan peranan-peranan itu dengan sebaik-baiknya, artinya dapat
4 Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Modern, (Jakarta: Pustaka Amani, tt), hlm.
304.
5 Dept. P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1996), Cet.
Ke-2, hlm. 751.
6 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al- Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), hlm. 585.
7 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
menunjukkan suatu pola tingkah laku yang sesuai dengan jabatannya dan dapat diterima oleh lingkungan dan masyarakatnya.8
1. Guru sebagai pendidik dan pembimbing
a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu, yang mencakaup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin.9 Dalam tugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar
anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna
sesuai dengan norma dan sesuai pula dengan kodrat yang dimilikinya.
Guru juga harus bisa menanamkan konsep diri pada si anak didik. Yang
dimaksud konsep diri ini adalah ”pandangan sesorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan
perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang
lain.”10
Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan
dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri
sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu yang bersangkutan.
Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal
mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang
lain terhadapnya.
Dalam peranan ini guru harus memperhatikan aspek-aspek pribadi setiap
murid, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan, sikap dan
sebagainya agar kepada mereka dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat
kedewasaan yang optimal. Hal ini mengandung arti bahwa gurupun turut
8 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, 1975), hlm. 12-13.
9 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 37.
bertanggungjawab dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan. Guru
harus terlibat di dalamnya.11
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami
nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai
dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap
segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan
bermasyarakat.
Berkenaan dengan wibawa, guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam
pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.
b. Guru Sebagai Pembimbing
Sebagai seorang petugas bimbingan guru merupakan tangan pertama dalam
usaha membantu memecahkan kesulitan murid-murid yang menjadi anak
didiknya. Gurulah yang paling banyak dan sering berhubungan dengan
murid-murid, terutama dalam kegiatan kurikuler. Jadi jelaslah bahwa tugas guru tidak
hanya terbatas dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan
kepada murid-muridnya, akan tetapi guru mempunyai pula tanggungjawab untuk
membantu dan mengawasi murid-murid.
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Muruid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan interpersonal. 12
Karena itulah guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan
kelompok, individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik
penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa
pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid menghadapi
masalah di mana guru tidak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya,
11 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
Ilmu, 1975), hlm. 12-13.
12 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2001), hal. 124, Cet.
baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan (guidance specialist) untuk
memberikan bimbingan kepada anak yang bersangkutan.
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, maka seorang guru
harus:
a. Mengumpulkan data tentang murid.
b. Mengamati tingkah laku murid dalam situasi sehari-hari. c. Mengenal murid-murid yang memerlukan bantuan khusus.
d. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua murid, baik secara individuil maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian dalam pendidikan anak.
e. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid.
f. Membuat catatan pribadi murid serta menyiapkannya dengan baik. g. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individuil.
h. Bekerja sama dengan petugas-petugas lainnya untuk membantu memecahkan masalah murid-murid.
i. Bersama-sama dengan petugas lainnya, menyusun program bimbingan sekolah.
j. Meneliti kemajuan murid baik di sekolah maupun di luar sekolah.13
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (Journey), yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Istilah perjalanan merupakan suatu proses belajar, baik dalam kelas
maupun di luar kelas yang mencakup seluruh kehidupan. Analogi dari perjalanan
itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan, kecuali orang yang
berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan, dan bahkan naluri manusia
menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan dilaksanakan, dan
dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat kebelakang serta
mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat berhenti tadi.
Berdsarkan ilustrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagai pembimbing
perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat
hal berikut:
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan apa yang telah dimiliki
13 I. Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV.
oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam mencapai tujuan.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan mengantar mereka mencapai tujuan.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar. Hal ini memungkinkan merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian. Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Apakah peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga mereka dapat mengarahkan dirinya (self directing)? Seluruh aspek pertanyaan tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.14
Dalam buku Drs. H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, ”Guru harus mampu
membimbing pribadi siswa. Bimbingan pribadi merupakan bimbingan untuk
membantu siswa menemukan dan memahami serta mengembangkan pribadi yang
beriman dan bertakwa, aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani”.15 Di
samping membimbing pribadi siswa, guru juga harus bisa melakukan bimbingan
belajar. ”Bimbingan belajar membantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar
yang baik dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta menyiapkan
untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi”.16
2. Guru sebagai informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah
Dalam kurikulum Sekolah Dasar 1975, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan,
Buku III C, disebutkan Kepala Sekolah, Guru Kelas dan Penyuluh Pendidikan.
Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab penuh dan bertugas
14 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cetakan Pertama, hlm. 41-42.
15 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar
(SLTP), ( Jakarta: PT. Margi Wahyu, tt), hlm. 17.
16 H. Soebroto Tortoatmodjo dkk, Buku Catatan Pribadi Siswa di Pendidikan Dasar
merencanakan program bimbingan, mengintegrasikan program bimbingan dengan
program pengajaran, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, serta
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.
Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, ”Guru kelas berkedudukan sebagai pelaksana utama program
bimbingan dan bertugas menjadi penyuluh bagi kelas tertentu, mengumpulkan
informasi, serta melakukan tindak lanjut”.17 Penyuluh pendidikan berkedudukan
sebagai pejabat untuk suatu wilayah, yang mencakup beberapa sekolah dasar, dan
bertugas mengkoordinasi kegiatan bimbingan di wilayah, melakukan
pengumpulan data, memberikan penataran bagi guru-guru, serta membahas
kasus-kasus khusus dengan kepala sekolah dan guru kelas.
Dalam Kurikulum Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas
1976, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan, Buku III C, disebutkan Kepala
Sekolah, Penyuluh Pendidikan, Guru Penyuluh atau Wali Kelas, Guru dan
Petugas Administrasi. Kepala Sekolah berkedudukan sebagai penanggung jawab
tertinggi dan bertugas merencanakan program kegiatan sekolah secara
keseluruhan, mendelegasikan tanggung jawab tertentu kepada jajaran tenaga
bimbingan, mengawasi pelaksanaan program bimbingan, dan menyediakan
fasilitas yang dibutuhkan.
Penyuluh pendidikan berkedudukan sebagai koordinator bimbingan dan
bertugas menyusun program bimbingan, mempertanggungjawabkan kegiatan
bimbingan kepada Kepala Sekolah, mengatur administrasi bimbingan,
memberikan berbagai layanan bimbingan kepada siswa, menjadi konsultan bagi
guru dan orang tua, menyelenggarakan pertemuan staf, serta mengadakan evaluasi
program.
Dalam bukunya W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan, Guru penyuluh atau wali kelas berkedudukan sebagai tenaga
bimbingan untuk satuan kelas tertentu dan bertugas mengumpulkan data tentang
siswa, menyelenggarakan bimbingan kelompok, menyampaikan Informasi,
17 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
menyelenggarakan wawancara konseling, serta berpartisipasi dalam pertemuan
kasus. ”Guru bidang studi berkedudukan sebagai pembantu dalam melaksanakan
program bimbingan dan bertugas memperhatikan perkembangan siswa,
menyampaikan informasi, serta meneruskan kasus-kasus tertentu kepada penyuluh
pendidikan”.18
Para guru juga dapat menyisipkan unsur-unsur bimbingan dalam pengajaran,
misalnya memberikan informasi tentang aneka teknik belajar yang tepat, tentang
bidang-bidang studi di perguruan tinggi, tentang lapangan-lapangan pekerjaan,
tentang pergaulan yang sehat, dan tentang sikap yang tepat dalam menghadapi
suatu masalah. Selain itu mereka dapat menampung siswa yang ingin berbicara
secara pribadi, menjadi penasihat/pendamping dalam berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, dan melaporkan kasus-kasus tertentu kepada konselor sekolah
untuk ditangani lebih lanjut.
Dalam uraian diatas, mengenai peran guru bidang studi sebagai informan
penulis sedikit menyimpulkan bahwa:
a. Guru bidang studi adalah orang yang paling tahu keadaan seorang murid di
kelas. Apakah dia sedang dalam masalah (dengan orang tua, guru, ata
teman-temannya), mendapatkan kesulitan dalam belajar, atau minder?
b. Guru bidang studi adalah orang pertama yang mengidentifikasi suasana kelas,
sehingga dia bisa mengetahui mana siswa yang sedang dalam masalah atau
tidak.
c. Setelah identifikasi itu mencapai pada sebuah kesimpulan, bahwa si A, C, dan
E sedang dalam masalah guru menginformasikannya kepada guru BK.
3. Guru sebagai pembantu guru BK
Dalam buku Manajemen Bimbingan dan Koseling terdapat rincian tugas guru
mata pelajaran, di antaranya:
a. Membantu guru pembimbing dalam mengidentifikasi siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling.
18W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
b. Membantu memberikan data atau informasi siswa baik individual mapupun kelompok untuk keperluan layanan.
c. Membantu pelaksanaan treatment/pemberian bantuan kepada siswa melalui proses belajar mengajar.
d. Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching) ataupun pengayaan (enrichment) dalam rangaka pelasanaan layanan bimbingan dan konseling. e. Mengikuti konferensi kasus siswa terutama bagi guru yang mengajar pada
kelas dimana persoalan siswanya dibicarakan dalam konferensi kasus. f. Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing.
g. Berpartisipasi dalam upaya pencegahan munculnya masalah siswa, dalam pengembangan potensi, dan turut bertanggung jawab dalam upaya mengatasi masalah siswa di sekolah.19
Dalam buku Pengantar Kurikulum SMA 1984 disebutkan wali kelas dan guru
mata pelajaran berkedudukan sebagai pembantu dalam pelaksanaan bimbingan
karier. Orang tua, pejabat, dan tokoh masyarakat berkedudukan sebagai
narasumber dan bertugas membantu dalam pelaksanaan bimbingan karier.
Dalam Kurikulum Sekolah Pendidikan Guru 1976, Pedoman Bimbingan dan
Penyuluhan, Buku III D, disebutkan wali kelas berkedudukan sebagai penanggung
jawab terhadap satuan kelas tertentu dalam hal-hal akademik dan non-akademik.
Guru bidang pengajaran berkedudukan sebagai penyelenggara pengajaran
remedial dalam bidang studinya dan dalam keadaan sehari-hari bertindak sebagai
penyuluh, dengan tugas mengumpulkan data dan memberi bantuan kepada siswa.
Dalam buku Pedoman Pembinaan Program Bimbingan di Sekolah, untuk
Pembina Pendidikan Guru, 1981, disebutkan:
Guru berkedudukan sebagai partisipan dalam melaksanakan program bimbingan dan bertugas memberikan bimbingan kelompok, mengidentifikasikan berbagai gejala salah suai, mengumpulkan data tentang murid, serta melaksanakan penyuluhan terbatas, wali kelas berkedudukan sebagai penanggung jawab utama dari kesejahteraan siswa kelas yang dipimpinnya, bertugas melakukan kegiatan bimbingan kelompok di kelasnya, dan memberikan layanan konseling kepada siswa-siswi di kelasnya, serta mendalami informasi yang diperoleh tentang siswa di kelasnya.20
19Thantawy R, Manajemen Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Pamator Pressindo,
1995), Cet. Pertama, hlm. 98.
20W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia
Masih diperdebatkan di antara para ahli bimbingan apa yang menjadi
tanggung jawab para guru dalam rangka pelayanan bimbingan. Pada umumnya
disepakati, bahwa guru melakukan kegiatan bimbingan yang sesuai dengan
pendidikan formal di bidang keguruan dan kecocokan mereka bagi pelayanan
bimbingan (setiap guru bidang studi dalam pelayanan bimbingan). Namun,
terbuka kemungkinan terdapat banyak variasi dalam wujud/ bentuk konkret
pelayanan bimbingan di antara sekolah yang satu dengan yang lain serta diantara
guru yang satu dengan yang lain.
Pada garis besarnya para guru diharapkan untuk membantu dalam pengelolaan
program bimbingan dalam hal-hal sebagai berikut. Mengenal siswa mengenai
latar belakang keluarga, kemampuan dan bakat, serta kebutuhan-kebutuhan;
mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan profesional berdasarkan
aneka gejala yang tampak di kelas, yang menandakan labilitas emosional,
ketegangan (stress), agresivitas, kekurangan penguasaan diri, sikap menyerah,
rasa rendah diri, keterasingan, konflik dalam batin, dan sebagainya.
Menggunakan kartu pribadi yang tersimpan di kantor/ sekretariat bimbingan dan menyumbangkan data pada kartu pribadi itu, misalnya dengan membuat laporan anekdota; membantu siswa dalam mengembangkan teknik belajar yang efisien; memberikan informasi yang berguna bagi siswa yang membuat rencana-rencana di bidang studi akademik dan bidang pekerjaan.21
Para guru juga dapat membantu konselor sekolah dengan mengawasi
pengisian angket tertulis, menulis anekdota, dan mengisi skala penilaian. Bila
guru sungguh-sungguh diikutsertakan dalam pelaksanaan program bimbingan,
pelayanan bimbingan akan meresap dalam kehidupan sekolah.
Dalam keempat fungsi guru di atas, sebagai pendidik, pembimbing, sebagai
informan (pemberi informasi) siswa yang bermasalah, dan sebagai pembantu guru
BK dapat diambil fungsi umum sebagai berikut:
a) Guru Mata Pelajaran memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan Bimbingan.
b) Guru Mata Pelajaran memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsian), kecerdasan motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, tempramen (periang, pendiam, pemurung,
atau mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab).
c) Guru Mata Pelajaran menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya.
d) Guru Mata Pelajaran menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi kelancaran belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/ menganakemaslan anak), mengharagai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam belajar, dan berdisiplin.
e) Guru Mata Pelajaran membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. f) Guru Mata Pelajaran mereferal (mengalihtangankan) siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing. g) Guru Mata Pelajaran bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka
membatu siswa.
h) Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa.
i) Guru Mata Pelajaran memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja).
j) Guru Mata Pelajaran menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan ”figur central” bagi siswa.
k) Guru Mata Pelajaran memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.22
B. Kegiatan BK di sekolah
1. Pengertian BK
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan
bagaikan kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan
kadang-kadang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Beberapa ahli menyatakan
bahwa konseling merupakan inti atau jantung hati dari kegiatan bimbingan. Ada
pula yang menyatakan bahwa konseling merupakan salah satu jenis layanan
22 Syamsu Yusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling,
bimbingan. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah termasuk di
dalamnya kegiatan konseling. Kelompok yang sesuai dengan pandangan di atas
menyatakan bahwa terminologi layanan bimbingan dan konseling dapat diganti
dengan layanan bimbingan saja.
Untuk memperjelas pengertian kedua istilah tersebut, berikut ini dikemukakan
pengertian bimbingan danpengertian konseling.
a. Pengertian Bimbingan
Banyak ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan dan konseling.
Dalam merumuskan kedua istilah tersebut mereka memberikan tekanan pada
aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini
dikemukakan bebrapa rumusan tentang istilah bimbingan.
Menurut Jones (1963):
Guidance is the help given by one person to another in making choise and adjustment and is solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).23
Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman
Natawidjaja (1978):
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.24
Menurut Crow dan Crow (1960: 7), bimbingan diartikan:
”…Assistance made available by personality qualivied and adequately
trained man or women to an individual of any age to help him manage his own
life activitie, develop his point of view, make his own decision and carry his own
burdens....”25
23 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
Cet. Ke- 2, hal. 61-62.
24 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
Cet. Ke- 2, hal. 62.
25 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
Atau, bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang
memiliki pribadi yang baik dan berpendidikan yang memadai kepada seorang
individu dari setiap usia dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya
sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri dan
memikul bebannya sendiri.
Masih banyak definisi bimbingan lainnya namun pada prinsipnya adalah
sama, yaitu usaha untuk memberikan bantuan kepada individu atau siswa agar
indivadu tersebut dapat mencapai perkembangan diri yang seoptimal mungkin
dan dapat memecahkan masalahnya sendiri. Setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Sesuai dengan janji Allah SWT dalam surat At-Thalaq:
و
ﻖﱠ
ﷲا
ْ
ﻪﱠ
ﺎً ﺮْﺨ
}
ق ﻄ ا
:
2
{
“Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (Q.S. At-Thalaq: 2)26
b. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari bahasa Inggeris "to counsel" yang secara
etimologis berarti "to give advice". atau memberi saran dan nasihat. Di samping
itu, istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Hal ini
disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan yang
integral.
Istilah konseling (counseling) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah
penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut beberapa ahli kurang tepat.
Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini
sifatnya lebih khusus, tidak sama dengan kegiatan-kegiatan penyluhan lain seperti
penyuluhan dalam bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana.
Untuk menekankan khususnya itulah maka dipakai istilah Bimbingan dan
Konseling. Pelayanan konseling menuntut keahlian khusus, sehingga tidak semua
orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan
konseling ini.
26 Dept. Agama, Al-Quran dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2000),
Konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan di antara
beberapa teknik lainnya, namun konseling sebagaimana dikatakan oleh Schmuller
adalah "the heart of guidance program".27 Selanjutnya dikatakan juga oleh Ruth
Strang (1958) bahwa "Guidance is breader; counseling is a most importance tool
of guidance". Bimbingan itu lebih luas, dan konseling merupakan alat yang paling
penting dari usaha pelayanan bimbingan.
Untuk mendapat pengertian yang lebih jelas tentang konseling, maka berikut
ini akan diuraikan beberapa definisi konseling yang dikemukakan oleh para ahli
sebagai berikut:
“Counseling is a series of direct contacts with the individual which aims to
offer him assistance in changing his attitude and behavior. Konseling adalah
serangkaian hubungan langsung dengan individu yang bertujuan untuk membantu
dia dalam merubah sikap dan tingkah lakunya”.28
Menurut James P. Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a):
”Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antar dua orang individu di
mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat
lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang
dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang”.29
Dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang menyuruh kita untuk
memberi bantuan kepada orang lain yang sedang tertimpa masalah, diantaranya
Firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 2:
{
2:
ةﺪﺋﺎ ا
}
…ناوْﺪ ْاو
ْﺛﻹْا
ﻰ
اﻮ وﺎ و
ىﻮْﻘﱠ او
ﱢﺮﺒْا
ﻰ
اﻮ وﺎ و
...
”...Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran....”(Q.S. Al-Maidah: 2)30
27 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
9.
28 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
9.
29 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004),
Cet. Ke- 2, hal. 63.
30 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya,
Dari beberapa definisi di atas kiranya penulis dapat mengambil beberapa
prinsip tentang bimbingan dan konseling sebagai berikut:
Pertama : Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, sehingga
bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus-menerus, dan
terarah kepada tujuan tertentu.
Kedua : Bimbingan merupakan proses bantuan membantu individu.
Ketiga : Bahwa bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya
di dalam proses perkembangannya.
Keempat : Bahwa bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan
agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai
dengan potensi yang dimilikinya.
Kelima : Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan juga bertujuan
agar anak yang bermasalah dapat mengambil keputusan sendiri dan
mampu mempertanggung jawabkannya.
Keenam : Konseling adalah kegiatan lanjutan setelah bimbingan.
Ketujuh : Konseling dipimpin langsung oleh guru BK (Konselor) dan tidak setiap
guru bidang studi mampu melakukan kegiatan ini.
Kedelapan : konseling dilakukan sebagai upaya untuk membantu siswa agar dapat
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah kehidupan
pribadinya.
2. Prinsip-prinsip BK
Prinsip yang berasal dari kata prinsipia, dapat diartikan ”sebagai permulaan
yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya
tergantung dari pemula itu" (M.I Soelaeman: 1989:15). Dengan kata lain, bahwa
prinsip-prinsip bimbingan dan konseling adalah seperangkat landasan praktis atau
aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah.
Menurut Prayitno dan Erman Amti (1994:220) "Rumusan prinsip-prinsip
masalah klien, tujuan dan proses penanganan masalah, program pelayanan dan
penyelenggaraan pelayanan".31
Prinsip-prinsip yang dimaksud ialah landasan yang mendasri pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling, agar layanan tersebut dapat lebih terarah dan
berlangsung dengan baik. Bagi para konselor dalam melaksanakan kegiatan ini
perlu sekali memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, yaitu:
a. Prinsip-prinsip umum
b. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan individu yang dibimbing
c. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu yang memberikan bimbingan
d. Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan.32
3. Fungsi BK
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan
agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan mampu
merencanakan masa depannya. Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling
berfungsi sebagai pemberi layanan kepada peserta didik agar masing-masing
peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang
utuh dan mandiri. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling
mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui kegiatan bimbingan
dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi
pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, pengembangan, dan fungsi
advokasi.33
Fungsi bimbingan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan tertentu yang
mendukung atau mempunyai arti terhadap tujuan bimbingan. Fungsi bimbingan
sering diartikan sebagai sifat bimbingan. Mortensen membagi fungsi bimbingan
menjadi:
31 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
59.
32 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), Cet.
Ke- 2, hal. 70-75.
33 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
a. Memahami Individu (understanding-individu). Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya. Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara keseluruhan. Tujuan bimbingan dan pendidikan dapat tercapai jika programnya didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.
b. Preventif dan Pengembangan Individual. Preventif dan Pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam perkembangan anak melalui perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh positif. Sedangkan bimbingan yang bersifat pengembangan (developmental guidance) memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola prilaku yang dapat membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
c. Membantu individu untuk menyempurnakan cara-cara penyelesaiannya. Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi lingkungannya. Pertolongan yang dibutuhkan untuk setiap individu tidak sama. Perbedaannya umumnya lebih pada tingkatannya daripada macamnya. Fungsi preventif dan pengembangan memang ideal, tetapi hanya fungsi ini saja tidaklah cukup. Pada suatu saat kita membutuhkan tindakan korektif yang tujuannya tetap pada pengembangan kekuatannya sendiri untuk mengatasi masalahnya.34 Fungsi utama dari bimbingan adalah membantu murid dalam masalah-masalah
pribadi dan sosial atau penempatan dan juga menjadi perantara dari siswa dalam
hubungannnya dengan guru maupun tenaga administrasi. Adapun fungsi
bimbingan ada empat macam:
a. Preservatif : Memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
b. Preventif : Mencegah sebelum terjadi masalah.
c. Kuratif : Mengusahakan ”penyembuhan” pembetulan dalam mengatasi masalah.
d. Rehabilitasi : Mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah diadakan treatment yang memadai.35
Dalam buku Dra. Hallen A. M. Pd., Bimbingan dan Konseling, terdapat satu
fungsi lagi yaitu Represif : ”yakni tindakan untuk menindas dan menahan
34 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo,
2001), hal. 42-44.
35 Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT
kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa
kenakalan yang lebih hebat”.36
4. Tujuan BK
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian terdahulu bahwa bimbingan
dan konseling menempati bidang pelayanan pribadi dalam keseluruhan proses dan
kegiatan pendidikan. Dalam hubungan ini pelayanan dan bimbingan konseling
diberikan kepada siswa "dalam rangka upaya agar siswa dapat menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan". (Priyanto,
1997:23) .37
Dalam buku W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah:
Tujuan bimbingan dapat dibedakan atas tujuan sementara dan tujuan ahkir. Tujuan sementara adalah: supaya orang bersikap dan bertindak sendiri dalam situasi hidupnya sekarang ini, misalnya melanjutkan atau memutuskan hubungan percintaan, mengambil sikap dalam pergaulan, mendaftarkan diri pada fakultas perguruan tinggi tertentu. Tujuan ahkir ialah: supaya orang mampu mengatur kehidupannya sendiri, mengambil sikap sendiri, mempunyai pandangan sendiri dan menanggung sendiri konsekuensi atau resiko dari tindakan-tindakannya. Diharapkan supaya orang yang dibimbing sekarang ini akan berkembang lanjut, sehingga semakin memiliki kemampuan berdiri sendiri.38
Tujuan bimbingan yang merupakan penjabaran dari tujuan umum telah banyak
dirumuskan dalam definisi bimbingan, antara lain bimbingan dinyatakan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu agar individu tersebut:
1. Mengerti dirinya dan lingkungan. Mengerti diri meliputi pengenalan kemampuan, bakat khusus, minat, cita-cita, dan nilai-nilai hidup yang dimilikinya untuk perkembangan dirinya. Mengerti lingkungan meliputi penegnalan baik lingkngan fisik, sosial, maupun budaya. Informasi lingkungan data dibedakan: informasi pendidikan, karier, dan sosial-pribadi.
2. Mampu memilih, memutuskan, dan merencanakan hidupnya secara bijaksana baik dalam bidang pendidikan pekerjaan dan sosial-pribadi.
36 Dra. Ny. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1981), Cet. Ke-4, hlm. 161.
37 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), Cet. Ke-3, hal.
53.
38 W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah, (Jakarta: PT Gramedia,
Termasuk di dalamnya membantu individu untuk memilih bidang studi, karier, dan pola hidup pribadinya.
3. Mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya secara maksimal. 4. Memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana. Bantuan ini
termasuk memberikan bantuan menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk atau sikap hidup yang menjadi sumber timbulnya masalah.
5. Mengelola aktivitas kehidupannya, menegembangkan sudut pandangnya, dan mengambil keputusan serta mempertanggunjawabkannya.
6. Memahami dan mengarahkan diri dalam bertindak serta bersiap sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungannya.39
Tujuan bimbingan di atas selaras dengan firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 148 yang berbunyi:
...
اﻮﻘﺒ ْﺳﺎﻓ
تاﺮْﺨْا
...
}
ةﺮﻘﺒ ا
:
148{
”...Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan....” (Q.S. Al-Baqarah: 148).40
Dalam surat An-Nahl ayat 125 terdapat Firman Allah SWT yang berbunyi:
عْدا
ﻰ إ
ْﻴ
ﻚﱢر
ﺔﻤْﻜ ْﺎ
ﺔﻈﻋْﻮﻤْاو
ﺔﻨ ْا
ْﻢﻬْدﺎﺟو
ْﻲﺘﱠﺎ
ﻲه
ﻦ ْ أ
}
ﺤ ا
:
125{
”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula”. (Q.S. An-Nahl: 125).41
5. Jenis-jenis kegiatan BK
Berdasarkan pada fungsi dan prinsip bimbingan, maka kerangka kerja layanan
bimbingan dan konseling itu dikembangkan dalam suatu program bimbingan dan
konseling yang dijabarkan dalam empat kegiatan utama yaitu: 1) layanan dasar
bimbingan; 2) layanan responsif; 3) layanan perencanaan individual dan; 4)
dukungan sistem.42
1) Layanan Dasar Bimbingan
39 Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Prenhallindo,
2001), hal. 41-42.
40 Menteri Agama, Waqaf, Da’wah, dan Bimbingan Islam, Al-Quran dan Terjemahnya,
(Saudi Arabia: Lembaga Percetakan Al-Quran Raja Fahd, 1971), hlm. 38.
41 H.A. Hafidz Dasuki, Al-Quran dan Tafsirnya, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 58. 42 Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk
membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan
keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas
perkembangan peserta didik. Tugas-tugas perkembangan peserta didik itu sebagai
berikut:
a. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. c. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria atau wanita.43
2) Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan ntuk membantu
memenuhi kebutuhan yang diraskan sangat penting oleh peserta didik saat ini.
Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan
adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi. Layanan
responsif ini adalah:
a. Bidang pendidikan b. Bidang belajar c. Bidang sosial d. Bidang pribadi e. Bidang karir
f. Bidang tata tertib sekolah g. Bidang narkotika dan perjudian h. Bidang perilaku seksual
i. Bidang kehidupan lainnya44
3) Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan
membantu seluruh peserta didik membuat dan mengimplementasikan
rencana-rencana pendidikan, karir, dan sosial pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini
adalah “membantu peserta didik memantau dan memahami pertumbuhan dan
perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan
43Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 27.
44Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
rencana-rencana itu atas dasar hasil pemantauan dan pemahamannya itu. Strategi
peluncurannya adalah konsultasi dan konseling”.45
4) Dukungan Sistem
Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk
memantapkan, memlihara, dan meningkatkan program bimbingan secara
menyeluruh melalui pengembangan professional; hubungan masyarakat dan staf,
konsultasi dengan guru, staf ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas,
manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990).
Kegiatan utama layanan dasar bimbingan, responsif, perencanaan individual,
dan dukungan system, dalam implementasinya didukung dengan beberapa jenis
layanan bimbingan dan konseling antara lain: “1) Layanan pengumpulan data; 2)
layanan informasi; 3) layanan penempatan; 4) layanan konseling; 5) layanan
referal; dan 6) layanan penilaian dan tindak lanjut”.46
Untuk mengungkapkan segala sesuatu yang menjadi sebab kemunduran
prestasi belajar, maka anak yang dibimbing perlu didekati melalui metoda sebagai
berikut:
a. Metoda wawancara
b. Metoda 'group guidance' (bimbingan secara kelompok) c. Metoda non-directif (cara yang tidak mengarah)
d. Metoda psikoanalisis (penganalisaan jiwa)
e. Metoda directif (metoda yang bersifat mengarahkan) 47
Sebagaimana telah dijelaskan di awal, bab ini bahwa semua jenis layanan
bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada bidang-bidang bimbingan dan
konseling. Sedangkan bentuk dan isi layanan disesuaikan dengan karakteristik dan
kebutuhan peserta didik.
Tohirin, dalam bukunya yang berjudul Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah (Berbasis Integrasi), menyebutkan terdapat jenis-jenis pelayanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah yaitu: ”Layanan Orientasi,
45Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 34.
46Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005), Cet. Ke-1, hal. 35.
47 H., M., Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Layanan Informasi, Layanan Penenmpatan dan Penyaluran, Layanan Penguasaan
Konten, Layanan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan Kelompok,
Layanan Konseling Kelompok, Layanan Konsultasi, dan Layanan Mediasi”.48
Matrix 1.
Perbandingan Antara Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok49
No. Aspek Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok 1. Jumlah Anggota Tidak terlalu dibatasi;
dapat sampai 60-80 orang
Terbatas: 5-10 orang 2. Kondisi dan
karakteristik anggota
Relatif homogen Hendaknya Homogen; dapat pula heterogen terbatas
3. Tujuan yang ingin dicapai
Penguasaan informasi untuk tujuan yang lebih luas
a. Pemecahan masalah b. pengembangan
kemampuan komunikasi dan interaksi sosial 4. Pemimpin
kelompok
Konselor atau narasumber Konselor
5. peranan anggota Menerima informasi untuk tujuan kegunaan tertentu
a. berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial
b. Menyumbang pengentasan masalah c. Menyerap bahan untuk
pemecahan masalah 6. Suasana interaksi a. Menolong atau
dialog terbatas b. Dangkal
a. Interaksi multiarah b. Mendalam dengan melibatkan aspek emosional 7. Sifat isi
pembicaraan
Tidak Rahasia Rahasia
8. Frekuensi kegiatan Kegiatan berakhir apabila informasi telah
disampaikan
Kegiatan berkembang sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah Evaluasi dilakukan sesuai dengan tingkat kemajuan pemecahan masalah
Pelaksanaan berbagai jenis layanan bimbingan dan konseling memerlukan
sejumlah kegiatan pendukung, diantaranya:
48 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 141-206.
49 H. Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT.
a) Instrumentasi Bimbingan dan Konseling
b) Penyelenggaraan Himpunan Data
c) Kegiatan Khusus50
Dalam buku Manajemen