Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Wahyu Ismatulloh
NIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
I Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Wahyu Ismatulloh
NIM : 1110034000062
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diaj ukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: Wahyu Ismatqlloh NIM: 1110034000062
Pernbimbing,
Maulana, M.A 19650207 199903 I 001
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM I\EGERI SYARIF' HIDAYATULLAH JAKARTA
1435H..12014M..
PENGESATIAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALANI PANDANGAN MASYARAKAT BABAKAN TASIKMALAYA
( Analisis Terhadap Hadis Lun Yr(lilta Qawntun lYullnv Amruhum hnruutnn ) Oleh:
Wahlu Ismatulloh 1 1 10034000062
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin Universitas Islan.r Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal l6 Oktober 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah saftr syarat mcmperoleh gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.
Jakarta. 03 Desember 2014 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Li[iKUmmi Kaltsum. MA NIP: 19711003 199903 2 001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Mu^
Dr. AtiyatulUlya. MA NIP: 19700112 199603 2001Jauhar Azizy. MA
NIP: 19820821 200801 I 012
Dr. M.{sa HA. Salam
NIP:19531231 198603
Pembimbing
I.
2.
3"
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar skata
I
di universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta
Jika dikemudian hari terbukti bahwa katyu ini bukan asli karya asli saya ataupun merupakan hasil jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia untuk menerima sanksi yurLg berlaku
di
Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.,49 Juli2014
V Almamater Tercinta Jurusan Tafsir Hadis
Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Kedua Orang Tuaku Terkasih..
Kakak-kakakku Tercinta..
Serta Adik-adikku Tersayang..
Yang Selalu Menghujaniku Dengan Penuh Kebahagiaan, Merangkulku Dengan Penuh Kehangatan, Mengingatkanku Dengan Penuh Keceriaan
Aku Cinta Kalian, Aku Sayang Kalian
---VI
ا= Tidak Dilambangkan ز= z ق= q
ب= b س= s ك= k
ت= t ش= sy ل= l
ث=ṡ ص=ṣ م= m
ج= j ض=ḍ ن= n
ح=ḥ ط=ṭ و= w
خ= kh ظ=ẓ ه= h
د= d ع= ‘ ء= `
ذ= ż غ= g ي= y
ر= r ف= f
B. Vokal dan Diftong
Vokal Pendek Vokal Panjang Diftong
َ◌ = a ا َ◌ = ى َ◌ = ai
َ◌ = i ى َ◌ = و َ◌ = aw
َ◌ = u و َ◌ =
1Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158
VII menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.
2. Tashdîd atau shaddah dilambangkan dengan huruf ganda, misalnya al-muwaṭ ṭ a’.
3. Kata-kata yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia, ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku, seperti al-Qur’an, hadis dan lainnya.
D. Singkatan
swt =Sub nahu wa ta l
As = Alaihi al-Sal m
M = Masehi
QS =al-Qur an Surah
saw = alla All h alaihi wa sallam
H = Hijriyah
r.a =Ra iya All h anhu
w = Wafat
VIII Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan
Tuntutan persamaan hak yang dilontarkan oleh kaum perempuan dalam berbagai bidang kehidupan sudah merupakan agenda di zaman sekarang ini. Prestasi dan keterampilan yang ditunjukan oleh perempuan selama ini mampu memunculkan anggapan bahwa antara perempuan dan laki-laki sudah tidak ada lagi perbedaan, semua memiliki peluang yang sama. Salah satu yang menjadi tuntutan persamaan tersebut ialah persamaan dalam bidang kepemimpinan.
Perempuan dinilai tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin dengan alasan yang bermacam-macam, diantaranya ialah adanya hadis yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan bahagia apabila menyerahkan urusannya kepada perempuan. Hadis ini kerap kali dipahami sebagai dalil yang melarang perempuan untuk ikut serta dalam dunia kepemimpinan.
Salah satu daerah yang menerapkan pemahaman hadis tersebut adalah kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya Jawa Barat. Di kampung ini sebagian besar masyarakat menyatakan setuju dengan argument yang menyatakan bahwa perempuan dilarang untuk menjadi pemimpin.
IX
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillah atas rahmat, nikmat dan taufik-Mu, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap Hadis Lan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan. Shalawat beriringan salam senantiasa tercurahkan kepada junjunan kita, Nabi Agung Muhammad saw. yang telah memberikan pencerahan kepada dunia dan jagat raya.
Penulis sangat sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari pihak lain. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis.
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku Kepala Prodi Tafsir-Hadis dan Bapak Jauhar Azizy selaku Sekretaris Prodi Tafsi-Hadis.
X terima kasih atas semua pengorbanannya yang tiada henti, mendo’akan penulis
selama ini dan seterusnya, serta mendukung penulis dalam sisi materi maupun non-materi hingga penulis mampu untuk terus berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu.
6. Kakak-kakakku yang baik, ka Miftah, ka Resi, ka Rosyi, ka Junjun, yang selalu memberikan motivasi dan menyalakan api semangat penulis. Adik-adiku dan sepupuku yang manis dan lucu, Hana Mustakimah, Muh Nashir, Nail Birra Kamilah, Nabil Muhammad Mumtaz, yang selalu menghibur dan membuat penulis tertawa ceria. Semoga kebahagiaan dan kesuksesan selalu mengikuti gerak langkah kalian semuanya.
XI Paguyuban Himalaya, Formabi, Maus FC, Arkim, dan yang lainnya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semuanya.
Semoga skripsi ini bisa memberikan banyak manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah swt. senantiasa membukakan samudera ilmu-Nya kepada kita semuanya.Āmīn Yā Rab al-Ālamīn.
Jakarta, 09 Juli 2014 Penulis
Wahyu Ismatulloh
XII LEMBAR PERNYATAAN ... II
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... III
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... IV
HALAMAN PERSEMBAHAN ... V
PEDOMAN TRANSLITERASI ...VI
ABSTRAK ... VIII
KATA PENGANTAR ... IX
DAFTAR ISI ... XII
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 7
E. Metodologi Penelitian ... 7
F. Tinjauan Pustaka ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 14
BAB II : TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN A. Apa Itu Kepemimpinan Perempuan ?? …….…... 17
B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan ……... 19
XIII
c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa ... 27
d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya ... 28
e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan adalah Rumah ... 28
BAB III: SEPUTAR KUALITAS HADIS A. Teks Hadis dan Terjemahannya ... 31
B. Takhrij Hadis ... 31
C. Kegiatan Penelitian Hadis ... 36
1. Penelitian Sanad Hadis ... 36
a. I’tibar ...37
b. Kritik Sanad ... 39
c. Kesimpulan Penelitian Sanad Hadis ... 52
2. Penelitian Matan Hadis ... 55
a. Asbabul Wurud ... 55
b. Perbandingan Dengan al-Qur’an ... 57
c. Perbandingan Dengan Hadis Lain ... 58
d. Pendekatan Sejarah ... 60
e. Pendekatan Bahasa ... 61
f. Kesimpulan Penelitian Matan Hadis ... 61
XIV 1. Letak Geografis Kampung Babakan ... 64 2. Data Penelitian ... 67 B. Pengetahuan Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan
Perempuan ... 72 1. Data Penelitian ... 73 2. Kesimpulan Penelitian ... 76 C. Pandangan Masyarakat Babakan Terhadap Seputar Kepemimpinan
Perempuan ... 79 1. Data Penelitian ... 79 2. Kesimpulan Penelitian ... 83
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan ... 85 B. Saran-saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hal yang terpenting dalam mempelajari sebuah agama adalah dengan mempelajari sumber ajarannya. Banyak pemeluk agama yang terkejut ketika ditanya apa sumber ajaran agama yang anda peluk. Bagi orang Islam khususnya, sumber ajarannya adalah al-Qur’an yang dicatat dalam mushaf, dan sunnah Rasulullah saw. yang dicatat dalam kitab-kitab hadis.1
Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang merupakan suatu mu’jizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muahammad saw. dan membacanya merupakan suatu amal ibadah.2 Al-Qur’an merupakan salah satu sumber hukum Islam yang menduduki peringkat teratas. Sedangkan hadis ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrīr) dan yang sebagainya.3 Ia merupakan sumber hukum Islam ke dua setelah al-Qur’an.
Hadis Nabi Muhamnad saw. selain sebagai sumber ajaran Islam yang ke dua, juga berfungsi sebagai sumber sejarah dakwah (perjuangan) Rasulullah di masa hidupnya. Hadis juga mempunyai fungsi sebagai penjelas bagi al-Qur’an,
menjelaskan yang bersifat global, mengkhususkan yang umum dan menafsirkan
1 Muh Zuhri, Telaah Matan Hadis : Sebuah Tawaran Metodologis (Yogyakarta: LESFI,
2003), Cet 1, h. 1.
2Zainal Abidin,Seluk Beluk al-Qur an(Jakarta: PT. Rineka Cipta, ), h. 2
ayat-ayat al-Qur’an,4 yang pada akhirnya ditafsirkan untuk manusia, serta ajaran
Islam yang dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari.5
Keberadaan hadis berperan penting dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Disamping sebagai pedoman, hadis juga menjadi pengatur aktivitas pemeluk Islam, salah satunya ialah mengatur persoalan kepemimpinan. Persoalan ini kerap kali menjadi perbincangan yang menarik apabila kepemimpinan dipegang oleh seorang perempuan, sehingga mampu menghadirkan perdebatan-perdebatan yang bisa dibilang tidak pernah usai sampai sekarang ini.
Persoalan perempuan merupakan hal yang selalu menarik dan aktual untuk dikaji dan telah berlangsung hampir seusia dengan lahirnya kebudayaan Islam. Hingga kini, perbedaan laki-laki dan perempuan ternyata masih menyimpan beberapa masalah, baik dari segi subtansi kejadian maupun peran yang diemban dalam masyarakat.6 Peranan perempuan dalam masyarakat kerap kali masih menjadi pokok persoalan, dimana kecenderungan penilaian bahwa normativitas Islam menghambat ruang gerak perempuan dalam masyarakat. Hal ini didukung oleh pemahaman bahwa tempat terbaik bagi perempuan adalah di dalam rumah, sedangkan untuk di luar rumah tidak diperbolehkan, karena banyak terjadi kemudharatan.
4Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis(Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 1.
5Yusuf Qardhawi, Penerjemah Muhammad al-Baqir,Bagaimana Memahami Hadis Nabi
saw.(Bandung: Penerbit Karisma, 1995), Cet. IV, h. 17.
6 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur an (Jakarta:
Realitas kehidupan kaum perempuan terlihat masih berada di pinggir-pinggir sosial. Mereka dalam masyarakatnya sering dipandang sebagai makhluk kelas dua (second class), sering kali hak-hak mereka hanya dibatasi pada wilayah-wilayah kehidupan yang sangat ekslusif dan marjinal.7 Hal ini dapat ditemukan secara nyata pada peran-peran mereka, baik dalam sektor domestik maupun publik. Para pemerhati kajian perempuan mengemukakan bahwa posisi-posisi perempuan demikian itu disamping karena faktor ideologi dan budaya yang memihak kepada laki-laki, boleh juga dijustifikasi oleh kaum agamawan.8
Riffat Hassan sebagaimana dikutip oleh Syafiq Hasyim, mensinyalir adanya faktor yang menyebabkan terjadinya subordinasi9dan segregasi10terhadap
perempuan. Dia menyatakan bahwa ada tiga asumsi teologis yang dikenal dalam Yahudi, Kristen, dan Islam yang menyebabkan superioritas laki-laki atas perempuan. Pertama, makhluk utama Tuhan adalah lak-laki, bukan perempuan, karena perempuan diyakini tercipta dari tulang rusuk adam, sehingga secara ontologis perempuan adalah makhluk derivatif dan nomor dua. Kedua, perempuan adalah penyebab kejatuhan laki-laki dari surga. Ketiga, perempuan tidak hanya diciptakan dari laki-laki tetapi juga untuk laki-laki.11
7 Pengantar Husein Muhammad dalam Amirudin Arani (ed.), Tubuh, Seksualitas dan
Kedaulatan Perempuan, (Jakarta: Rahima, 2002), h. xi.
8Husen Muhammad,Fiqh Perempuan, (Yogyakarta: LkiS, 2007), h. 23-24.
9Diartikan dengan kedudukan bawahan, lihat Kamus Bahasa Indonesia,Tim Penyusun
Kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.1379
10Diartikan dengan pemisahan (suatu golongan dari golongan lain), pengasingan, dan
pengucilan
11 Syafiq Hasyim, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuan Dalam
Wanita sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan. Selain itu, banyak anggapan yang mengatakan bahwa jika perempuan menjadi seorang pemimpin, maka akan mendapatkan banyak tantangan, baik itu dari faktor fisiknya maupun psikologisnya. Perempuan dibebani tugas kontrak untuk mengandung, melahirkan dan menyusui, sehingga hal tersebut dapat mengurangi keleluasan perempuan untuk aktif terus dalam berbagai bidang. Di samping itu, banyak pula yang mengatakan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan mudah menyerah.
Selain itu, ketika penulis sedang melakukan tugas dari Lemabaga Survey Indonesi di daerah Tasikmalaya untuk menjadi surveyor terkait tentang pemilihan umum, penulis juga mendapatkan pemahaman responden yang serupa dengan pemaparan di atas bahwasannya dalam dunia kepemimpinan, perempuan tidak diperbolehkan untuk ikut terjun ke dalamnya. Perempuan lebih pantas untuk bekerja di dalam rumah, mendidik seorang anak dan melayani suami. Maka tidak aneh bila kebanyakan orang tua di kampung tersebut menikahkan anak perempuannya dalam usia dini. Hal ini dikarenakan agama melarangnya untuk menjadi pemimpin.
12
“Dari Abu Bakrah ia berkata, "Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw. saat Kisra hancur, beliau bertanya: "Siapa yang mereka angkat sebagai raja?" para sahabat menjawab, "Puterinya." Beliau lalu bersabda: "Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranya kepada seorang wanita."
Hadis di atas seringkali dipahami bahwa kepemimpinan hanya untuk kaum laki-laki dan menegaskan bahwa perempuan harus mengakui kepemimpinan dari laki-laki.13
Meski banyak pendapat yang mengatakan hadis larangan kepempimpinan perempuan itu dinilai sahih, ternyata masih dapat didiskusikan. Ada kelompok yang menggunakan hadis tersebut sebagai argumen untuk menggusur kaum perempuan dari dunia kepemimpinan. Ada pula kelompok yang menolak terhadap pemakaian hadis tersebut dengan alasan bahwa perempuan berhak terjun ke dunia kepemimpinan.
Berdasarkan pemaparan penelitian di atas, penulis merasa berkepentingan untuk mengkaji pemahaman masyarakat Babakan terhadap kepemimpinan perempuan dengan menganalisis hadis Nabi saw. yang di anggap sebagai rujukannya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Kepemimpinan
12Sunan an-Nasai bi Syarh al-Hafidz Jalal al-Din al-Suyuthi (Beirut: Daar al-Fikr, 2005),
Juz. 7-8, h. 241.
13 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur an : Tafsir Maudhu i Atas Berbagai Persoalan
Perempuan Dalam Pandangan Masyarakat Babakan Tasikmalaya ; Analisis Terhadap HadisLan Yufliha Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini berangkat dari realitas bahwa doktrin agama sering dijadikan legitimasi untuk mengkooptasi hak dan peran perempuan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan. Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi pembahasannya tentang kepemimpin perempuan dengan merujuk kepada pandangan masyarakat Babakan Tasikmalaya.
Perumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis
Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan
kepemimpinan perempuan ??
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kualitas hadis (Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan) yang kerap kali digunakan sebagai senjata untuk melarang perempuan untuk berkreasi di dunia kepemimpinan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan dan pemahaman masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis tersebut.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:
- Dari Segi Akademis: Untuk memperkaya dinamika wacana kepemimpinan perempuan dalam kesetaraan jender.
- Dari Segi Teoretis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi sebagai acuan pengembangan wawasan keilmuan yang berkaitan dengan kepemimpinan perempuan.
- Sebagai ajang latihan untuk melatih daya nalar dan mengasah intelektualitas penulis, disamping sebagai bukti dan implimentasi dari ilmu yang diterima di bangku kuliah, sekaligus untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) pada Program Studi Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
Sedangkan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian dengan cara mencari bahan pengetahuan dari buku, kitab, atau bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah penelitian.
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam sumber data, yaitu :
a. Sumber Data Primer. Dalam sumber ini, penulis mengacu kepada dua sumber, yaitu pengumpulan data yang didapat ketika penelitian di lapangan, seperti data yang didapat dari responden yang diwawancarai, data dari kantor Kelurahan, data dari ketua Rumah Warga (RW) dan ketua Rumah Tangga (RT), serta data dari pihak yang bersangkutan. Kemudian pengumpulan data yang diperoleh dari referensi buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, yakni Kitāb al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥ adīṡ al-NabawīdanSetara Di Hadapan Tuhan.
b. Sumber Data Sekunder, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, skripsi, artikel, majalah, dan yang lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang sedang penulis teliti.
3. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik Pengumpulan Data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.14 Dalam penelitian ini
ada beberapa tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Tehnik Angket
Tehnik angket ini merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini, tehnik angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis Lan Yufliḥ a Qawmun Wallaw Amrahum Imraatan serta kaitannya dengan kepemimpinan perempuan.
b. Tehnik Wawancara
Wawancara merupakan tehnik interaksi dan interaksi secara langsung antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan guna untuk mengumpulkan data-data dan informasi melalui tanya jawab dengan mengajukan beberapa pertanyaan.
c. Tehnik Dokumentasi
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, lokasi yang diteliti adalah Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.15
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 2 sampai 13 Juni 2014. Proses pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, yakni Tahap Perencanaan yang meliputi penyusunan perangkat penelitian, mengajukan ijin dan meminta data-data terkait tempat yang diteliti. Tahap Pelaksanaan, melakukan penelitian terkait permasalahan yang sedang penulis kaji. Tahap Penyelesaian, meliputi proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian.
5. Populasi dan Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang akan kita amati. Sedangkan populasi ialah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi kita.16 Dalam penelitian ini, populasinya ialah masyarakat yang tinggal di Kampung Babakan Kelurahan Purbaratu Kota Tasikmalaya.
Sesuai data yang diperoleh penulis dari ketua Rumah Warga (RW) 04 dan ketua Rumah Tangga (RT) 01, 02 dan 03 Kampung Babakan, dapat diketahui bahwasannya jumlah masyarakat di Kampung Babakan sebanyak 448 orang. Mengingat banyaknya jumlah populasi tersebut, maka penulis akan membatasinya dengan mengambil sample yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun. Dari 448 orang tersebut, terdapat
15 Untuk mengetahui alasan kenapa penulis menjadikan Kampung Babakan Purbaratu
Tasikmalaya sebagai objek penelitian, dapat dilihat pada halaman 68.
147 orang yang berusia di antara 21 sampai 55 tahun17. Kemudian penulis mengambil sample sejumlah setengah lebih satu dari jumlah 147 orang tersebut, yakni sebanyak 74 orang.
Setelah diketahui samplenya, selanjutnya penulis menggunakan metode pengambilan Sample Strata dengan melihat karakteristik perbedaan jenis kelamin, sehingga nantinya jumlah laki-laki dan perempuan yang manjadi sample berjumlah sama, yaitu 37 orang.
6. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Dalam prosesnya, penelitian ini menggunakan desain yang spesifik dan detail agar hasilnya bisa terstuktur. Hal ini dikarenakan dalam penelitian kuantitatif, data yang diteliti bersifat angka ataupun statistik yang pengukurannya berasal dari sampel yang menjadi objek penelitian. Kegunaan penelitian ini adalah untuk menghimpun data, mengolah dan menganalisis hasil penelitian dalam bentuk angka-angka atau statistik.18
7. Tehnik Analisa Data
Tehnik analisis data mencakup seluruh kegiatan mengklasifikasikan, menganalisa, memaknai dan menarik kesimpulan dari semua data yang
17Dari 448 orang masyarakat Babakan, orang yang berusia di antara 0 sampai 20 tahun
sebanyak 193 orang, yang berusian di antara 21 sampai 55 tahun sebanyak 147 orang dan yang berusia 56 tahun ke atas sebanyak 108 orang. Data ini didapat berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh ketua RT 01, 02 dan 03 dan RW. 04 kampung Babakan pada tanggal 05 Juni 2014 pukul 17.00 WIB.
18Hamka Hasan,Metodologi Penelitian(Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
terkumpul. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka tehnik analisa yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif. Penulis akan berusaha untuk menggabungkan semua data yang ada untuk menjelaskan permasalahan yang sedang dilakukan.
F. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat memecahkan persoalan dan mencapai tujuan sebagaimana diungkap di atas, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka, guna untuk mendapat kerangka berfikir yang dapat mewarnai kerangka kerja serta memperoleh hasil sebagaiman yang diungkapkan. Dalam menyusun Skripsi ini, penulis menggunakan kitab hadis yang berkaitan dengan pembahasan, seperti kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥ adīṡ al-Nabawī, Mausū’ah Iṭ rāf al-Ḥ adīṡ ,
Tahż īb al-Tahż īb, Tahż īb al-Kamāl, al-Iṣ ābah fī Tamyīz al-Ṣ aḥ abah, dan lainnya.
Selain itu, dalam kajian ini terdapat beberapa buku dan tulisan yang terkait dengan kepemimpinan perempuan, antara lain sebagai berikut :
Syafiq Hasyim dalam bukunya Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam, beliau mengupas tentang keabsahan perempuan menjadi pemimpin baik secara teologis, politis maupun kesejarahan. Di sini dikemukakan beberapa artikel yang menyoroti tentang kepemiminan perempuan baik lewat tinjauan al-Qur’an, hadis,
fiqih maupun tasawuf.19
19Syafiq Hasyim, Kepemimpinan Perempuan Dalam Islam (Jakarta: TAF Indonesia, tth),
Dalam bukunya, Perempuan Tertindas Kajian Hadis-hadis Misoginis, Hamim Ilyas menjelaskan bahwasannya kepemimpinan perempuan khususnya politik secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk hadis tersebut, pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim pengadilan, dan berbagai jabatan politis lainnya dilarang. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa perempuan menurut petunjuk syara’, hanya diberi tanggungjawab untuk menjaga
harta suaminya. Oleh karenanya, al-Khattabi misalnya, mengatakan bahwa seorang perempuan tidak sah menjadi khalifah. Demikian pula as-Syaukani dalam menjelaskan hadis tersebut berkata bahwa perempuan itu tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak boleh menjadi kepala Negara.20
M. Quraish Shihab, dalam karyanya yang berjudul Perempuan, tepatnya pembahasan kepemimpina perempuan, ia menyatakan bahwa kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas dalam kehidupan rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat. Oleh karena itu, kepemimpinannya tidak hanya terbatas dalam upaya mempengaruhi laki-laki agar mengakui hak-haknya yang sah, tetapi juga harus mencakup sesama jenisnya agar dapat bangkit kerjasama meraih dan memelihara harkat dan martabatnya,21 dan kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas
dalam rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat (publik).
Penulis juga telah melakukan penelitian skripsi yang berkaitan dengan seputar isu-isu kepemimpinan perempuan, diantaranya :
20 Hamim Ilyas, dkk, Perempuan Tertindas Kajian Hadi-hadis Misoginis, (Yogyakarta:
elSAQ Press, 2003), h. 279
Skripsi Zulfikri yang berjudul Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad.
Dalam skripsinya ia memaparkan bagaimana pendapat kedua tokoh dalam menghadapi pemojokan terhadap kaum perempuan. Nasaruddin Umar yang merupakan tokoh yang mempunyai pengaruh terhadap pemikiran dan gerakan gender di Indonesia, ia menafsirkan ayat-ayat yang terkesan bias gender dengan berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan keilmuan studi tafsir. Husein Muhammad merupakan salah seorang tokoh yang konsen terhadap permasalahan gender. Ia salah satu deretan ulama Indonesia yang melontarkan gagasan-gagasan pembacaan ulang terhadap fiqih klasik terutama yang berkaitan dengan permasalahan perempuan, rumusan yang telah ada dalam literatur kitab-kitab fiqih menggambarkan sikap ambivalensi Islam dalam memperlakukan perempuan.22
Skripsi Noor Rohman yang berjudul Konsep Kepemimpinan (Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur’an; Analisis Tafsir Muhammad Syahrur. Dalam
skripsinya dipaparkan bahwasannya menurut Syahrur, sifat inferioritas yang telah dilekatkan oleh tradisi kepada perempuan bahwa mereka adalah kurang dalam hal akal dan agamanya, merupakan pandangan yang mengada-ada. Pandangan
22 Zulfikri, Konsep Kepemimpinan Perempuan; Studi Komparasi atas Penafsiran
demikian muncul karena telah ditetapkan oleh sistem masyarakat patriarkhis yang berlaku saat itu.23
Skripsi yang akan penulis tekuni ini berbeda dengan apa yang telah disebutkan di atas tadi, yang mana pembahasannya lebih condong ke dalam dunia tafsir, yaitu dengan melihat bagaimana penafsiran ahli tafsir terhadap ayat al-Qur’an yang berbicara tentang kepemimpinan. Sedangkan skripsi ini lebih
condong ke dalam dunia hadis, yaitu dengan menganalisis hadis yang berbicara tentang kepemimpinan perempuan. Selain itu, dalam pembahasanya dicantumin pula pemahaman masyarakat Babakan Tasikmalaya terhadap hadis kepemimpinan perempuan dan pandangannya terkait kepemimpinan, karena jenis skripsi ini ialah penelitian lapangan (Field Research), disamping sebagai penelitian kepustakaan (Library Research).
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan sebuah hasil yang utuh dan sistematis, pembahasan materi dalam skripsi ini dibagi kedalam empat bab, dengan rincian sebagai :
Bab pertama membahas Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Pembahasan.
23 Noor Rohman, Konsep Kepemimpinan ((Qiwamah) Perempuan Dalam al-Qur an;
Pada bab kedua, akan memaparkan pembahasan Tinjauan Umum Tentang Kepemimpinan Perempuan yang mencakup Apa Itu Kepemimpinan Perempuan, Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan, Hambatan Kepemimpinan Perempuan, dan Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan.
Bab ketiga akan membahas Seputar Kualitas Hadis yang diteliti. Pada bab ini meliputi Teks hadis dan terjemahannya, Takhrij Hadis, Kegiatan Penelitian Hadis yang terdiri dari Penelitian Sanad Hadis dan Penelitian Matan Hadis, serta Syarh Hadis dengan mencantumkan pandangan ulama terhadap hadis kepemimpinan perempuan.
Pada bab keempat, akan membahas Pemahaman Masyarakat Babakan Terhadap Hadis Kepemimpinan Perempuan dengan mencakup pembahasan Gambaran Sekilas Masyarakat babakan, Pemahaman Mereka Terhadap Hadis Kepemimpina dan Pemahaman Terhadap Kepemimpinan Perempuan.
[image:31.595.91.516.138.541.2]BAB II
TINJAUAN UMUM KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Di antara kaum yang tertindas di dunia ini, kaum perempuan berada di urutan teratas.24 Salah satu dari aspek tertindasnya itu ialah adanya pemahaman yang melarang perempuan untuk menjadi seorang pemimpin. M. Said Ramadhan al-Buthi berpendapat bahwa pada dasarnya masalah yang sering dijadikan lahan empuk untuk menggugat Islam dalam hal kesetaraan kaum perempuan dan laki-laki adalah masalah kepemimpinan.25 Bila kita lirik sekarang ini, banyak kaum perempuan yang cakap dan mahir dalam dunia kepemimpinan.
Partisipasi26 kaum perempuan semakin lama semakin meningkat dan
mendominasi, hal ini dikarenakan berkat kegigihannya dalam menyerukan kesamaan hak-haknya dengan kaum laki-laki, termasuk dalam menyangkut persoalan kepemimpinan.
Tuntutan persamaan hak perempuan tentunya didasarkan pada beberapa anggapan bahwa perempuan dan laki-laki tidak banyak terdapat perbedaan, hanya kesempatan berkembanglah yang membedakannya.27
24Kaukab Siddique,Menggugat Tuhan Yang Maskulin(Jakarta: Paramadina, 2002), h. xv.
25M. Said Ramadhn al-Buthi, Perempuan Antara Kezaliman Sistem Barat dan Keadilan
Islam(Jakarta: Intermedia, 2002), Cet ke-1, h. 109.
26Partisipasi adalah turut serta dalam suatu kegiatan dan memiliki efek samping bagi
keadaan sekitar. Lihat dalam Kamus Kata-kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Kompas, 2005), h. 207, karangan S. Badudu.
27Gurniwan K. Pasya,Dalam Artikel Peranan Wanita Dalam Kepemimpinan dan Politik,
Berikut akan dipaparkan sekilas tentang dunia kepemimpinan perempuan beserta syarat-syarat seorang pemimpin.
A. Apa itu Kepemimpinan Perempuan ??
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” (lead) yang berarti bimbing atau tuntun.28 Setelah ditambah dengan awalan “pe”, maka
menjadi “pemimpin” (leader), berarti orang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan tertentu.29
Kemudian setelah ditambah akhiran “an” menajadi “pimpinan”, artinya orang yang mengepalai. Apabila dilengkapi dengan awalan “ke” menjadi “kepemimpinan” (leadership), berarti seorang pribadi yang memiliki kecakapan
dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.30
Kata pemimpin dan kepemimpinan merupakan satu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan, baik secara struktur maupun fungsinya. Artinya, kata pemimpin dan kepemimpinan adalah satu kesatuan kata yang mempunyai keterkaitan, baik dari segi kata maupun makna.31
28Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet ke-4,
h.967.
29 Matondang, Kepemimpinan; Budaya Organisasi dan manajemen Strategik
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008),h. 5
30Adib Sofia Sugihastuti, Feminisme dan Sastra; Menguak Citra Perempuan Dalam Layar
Terkembang(Bandung: Katarsis, 2003), h.181.
Menurut Wahjosumidjo, butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna sebagai berikut :32
a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.
b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
c. Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin dengan bawahan dan situasi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dapat mempengaruhi orang lain, sehingga orang itu bersikap dan berlaku sesuai dengan tujuan pemimpin. Hal yang terpenting dari kepemimpinan adalah adanya pengaruh, gaya, ataupun cara bagaiman dapat mempengaruhi orang lain serta efektifnya kekuasaan dari seorang pemimpin.33
Perempuan kerap kali didefinisikan sebagai lawan dari laki-laki. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang (manusia) yang mempunyai puka, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui.34
32Wahjosumidjo,Kepemimpinan dan Motivasi(Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), h.26.
33Ayub Ranoh, Kepemimpinan Kharismatis; Tinjauan Teologis Etis Atas Kepemimpinan
Kharismatis Sukarno(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), h.72.
Jadi, kepemimpinan perempuan dapat diartikan bahwa yang menjadi pengatur atau yang mempengaruhi orang lain adalah seorang perempuan (lawannya laki-laki).
B. Syarat-syarat Pemimpin dan Kepemimpinan
John Gage Allee, menyatakan bahwan pemimpin itu ialah pemandu, penuntun, penunjuk, komandan (leader a guide, a conductor, a commander).35
Dalam mewujudkan kepemimpinan yang baik, tentunya diperlukan pula seorang pemimpin yang baik. Oleh karenanya, seorang pemimpin harus mempunyai beberapa kriteria persyaratan sebagai seorang pemimpin.
Menurut al-Marwadi, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seseorang apabila ia ingin menjadi seorang pemimpin,36diantaranya :
a. Harus mempunyai sifat adil b. Mempunyai keberanian
Dalam ha ini, seorang pemimpin harus mempunyai keberanian dalam memutuskan suatu masalah, dalam artian bersifat tegas.
c. Berakal sehat
Maksud berakal sehat disini ialah cerdas dan tidak mempunyai cacat mental, sehingga dapat mengemban tugas kepemimpinannya dengan baik dan maksimal.
35 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2001), h. 33.
36Nur Mufid,Bedah al-Ahkam al-Suthaniyah al-Marwadi(Surabaya: Pustaka Progresif,
d. Tidak cacat fisik
Hal ini berguna agar dalam menjalankan roda kepemimpinannya tidak mengalami kesulitan, karena jika seorang pemimpin memiliki cacat, maka tidak akan optimal dalam mengerjakan tugasnya. Sedangkan tugas seorang pemimpin sangatlah banyak.
e. Mempunyai visi
Visi yang baik dapat menciptakan kebijakan yang baik, yang mana nanti inti kebijakan ini untuk kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan rakyat.
Sedangkan dalam pandangan imam al-Ghazali, seorang pemimpin harus mempunyai syarat yang harus dipenuhi, diantaranya :37
a. Balig
Maksud balig disini ialah sudah dewasa dan mempunyai kecerdasan emosional.
b. Berakal sehat c. Merdeka
Maksud merdeka disini adalah merdeka dari segala hal apapun. d. Harus laki-laki
Hal ini berdasarkan pemahaman QS. al-Nisā‘[4] ayat 34
e. Tidak cacat
f. Mempunyai pengetahuan yang luas
g. Wara’ (kehidupan yang bersih dengan kemampuan mengendalikan diri dan tidak berbuat hal-hal yang dilarang).
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, namun penulis akan menyimpulkannya sebagai berikut :
a. Harus laki-laki b. Memiliki sifat adil
c. Bersikap tegas dan berani
d. Berwibawa dan memiliki daya tarik
e. Sehat jasmani maupun rohani (fisik dan mental) f. Berakal sehat dan mempunyai pengetahua yang luas g. Ramah dalam tutur kata, sikap, dan perbuatan h. Memiliki sifat Jujur
i. Mempunyai keterampilan dalam berkomunikasi
Untuk konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan, ada tiga hal yang harus dikaitkan dengannya, yaitu :38
a. Kekuasaan
Kekuasaan ini diartikan sebagai kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna untuk mempengaruhi dan menggerakan bawahan unuk berbuat sesuatu.
b. Kewibawaan
Maksud kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan untuk mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh padanya dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan
Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknis maupun sosial yang dianggap melebihi dari kemampuan anggotanya.
C. Hambatan Kepemimpinan Perempuan
Superioritas terhadap laki-laki bukan berarti penghalang besar bagi perempuan untuk terus mengembangkan kemampuannya. Dewasa ini superioritas tersebut tidak dapat lagi dipertahankan. Artinya, tidak setiap laki-laki pasti bisa lebih berkualitas dari perempuan. Zaman telah berubah, sekarang telah semakin banyak perempuan yang memiliki potensi dan bisa melakukan peran-peran yang selama ini dipandang hanya dan harus menjadi milik laki-laki. Banyak perempuan di berbagai ruang kehidupan yang mampu tampil dalam peran kepemimpinan domestik maupun publik.39
Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh setiap orang, termasuk perempuan, mereka mempunyai hak untuk bekerja dan menduduki jabatan-jabatan tertinggi, kendati ada jabatan yang oleh sebagian ulama dianngap tidak boleh diduduki oleh perempuan, yaitu jabatan kepala
39Husein Muhammad,Fiqih Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender
Negara dan hakim. Namun perkembangan masyarakat dari saat ke saat mengurangi pendukungan larangan tersebut.40
Perempuan sebagai pemimpin tidak jarang menghadapi banyak hambatan yang berasal dari sikap budaya masyarakat yang keberatan, mengingat bahwa laki-laki berfungsi sebagai pelindung perempuan. Begitu pula hambatan fisik wanita yang dianggap tidak mampu melaksanakan tugas-tugas berat. Untuk lebih jelas, Ibrahim menguraikan beberapa hambatan yang muncul dari kepemimpinan perempuan sebagai berikut41:
a. Hambatan Fisik.
Dalam kodratnya, banyak orang yang mengatakan bahwa perempuan dibebani tugas “kontrak” untuk mengandung, melahirkan, dan
menyusui. Keharusan ini mengurangi keleluasaan perempuan untuk aktif terus menerus dalam berbagai bidang kehidupan.
b. Hambatan Teologis.
Untuk waktu yang lama, perempuan dipandang sebagai makhluk yang diciptakan untuk laki-laki, termasuk untuk mendampinginya, menghiburnya, dan mengurus keperluannya. Menurut cerita teologis, perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki. Cerita ini secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti dalam keidupan bermasyarakat.
40Quraish Shihab,Wawasan al-Qur an; Tafsir Maudhu I Atas Berbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan, 1996), Cet ke-13, h. 317
41 Gurniwan Kamil Pasya, Mengutip Pendapatnya Ibrahim Dalam Artikelnya Berjudul
c. Hambatan Sosial-Budaya.
Pandangan ini melihat perempuan sebagai makhluk yang pasif, lemah, perasa, dan tergantungan. Sebaliknya laki-laki dinilai sebagai makhluk yang aktif, kuat, cerdas, mandiri, dan sebagainya. Pandangan ini pula menempatkan lak-laki secara sosio-kultural lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan.
d. Hambatan Sikap Pandang.
Hambatan ini bisa dimunculkan oleh pandangan dikotomistis antara tugas perempuan dan laki-laki. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah, sedangkan laki-laki dilihat sebagai makhluk luar rumah.
e. Hambatan Historis.
Kurangnya nama perempuan dalam sejarah dimasa lalu bisa dipakai untuk membenarkan ketidakmampuan perempuan untuk berkiprah seperti halnya laki-laki.
D. Alasan Penolakan Kepemimpinan Perempuan
Umat Islam meyakini bahwa agamanya sebagai raḥ matan li al-’ālamῑn,
artinya agama yang menebarkan rahmat bagi alam semesta. Salah satu bentuk rahmat itu adalah pengakuan Islam terhadap keutuhan kemanusiaan kaum perempuan setara dengan kaum laki-laki. Ukuran kemuliaan seorang manusia dihadapan Allah swt. adalah prestasi dan kualitas dari ketakwaanya, tanpa membedakan jenis kelaminnya.42
Sayangnya, ajaran Islam yang demikian ideal dan luhur itu, khususnya berkaitan dengan relasi laki-laki dan perempuan tidak terimplementasi dengan baik dalam realitas sosiologis para penganutnya. Kondisi itu dibangun berdasarkan beberapa pemahaman sebagai berikut :
a. Makhluk Pertama adalah Laki-laki Bukan Perempuan
Pemahaman tentang asal-usul penciptaan manusia dalam kitab-kitab fiqih menjelaskan bahwa nabi Adam as. adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Tuhan swt, sedangkan isterinya, Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam as.43 Pemahan seperti ini mengacu kepada al-Qur’an surat al-Nisā‘[4]: ayat 1 :
44
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya45Allah menciptakan isterinya.
Dalam ringkasan tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam a.s bagian belakang yang sebelah kiri ketika ia sedang tidur. Kemudian Adam a.s bangun dan dikejutkan oleh keberadaan Hawa.46
43Tim LSPPA,Setara di Hadapan Tuhan, h. 55
44Departemen Agama RI,al-Qur an dan Terjemahnya(Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002),
h.78
45Maksud dari padanya ialah bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s
46 Muhammad Nasib ar-Rifa I, Kemudahan Dari Allah; Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir
Pemahaman demikian membawa implikasi yang luas dalam kehidupan sosial, di antaranya menimbulkan pandangan marginal,47
subordinatif,48dan stereotif49terhadap perempuan.
Kemudian pemahaman bahwa Hawa selaku perempuan pertama yang tercipta dari bagian tubuh laki-laki, yaitu Adam as, membawa kepada keyakinan bahwa perempuan hanyalah manusia kelas dua (the second human being). Perempuan bukanlah manusia yang utama,
melainkan sekedar pelengkap, diciptakan dari dan untuk laki-laki. Konsekuensinya, perempuan tidak boleh berada di depan dan tidak boleh menjadi pemimpin.50
b. Perempuan Merupakan Makhluk Penggoda
Alasan ini berawal dari pemahaman tentang kejatuhan Adam as. dan Hawa dari Surga. Pada umumnya ulama-ulama mendakwahkan ajaran bahwa Adam as. jatuh dari surga akibat godaan Hawa yang terlebih dahulu terpengaruh oleh bisikan iblis. Pemahan seperti ini mengacu kepada al-Qur’an surat al-A’rāf [7]: ayat 20-22. Implikasi
dari pemahaman seperti ini adalah bahwa perempuan itu hakikatnya makhluk penggoda dan dekat dengan iblis. Selain itu banyak yang beranggapan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan.
47Tidak terlalu menguntungkan, berada di pinggir
48Kedudukan bawahan
49Konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka yang tidak tepat
50Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender(Yogyakarta: Kibar Press,
Stereotipe ini membawa kepada sikap misogini51 terhadap perempuan. Perempuan mudah sekali dipengaruhi dan diperdayakan, dan karena itu tidak boleh keluar rumah, lebih baik baginya tinggal dirumah saja mengurusi rumah tangga, merawat anak-anak, melayani suami, dan tidak perlu aktif di masyarakat, apalagi dalam masalah kepemimpinan Negara.52
c. Perempuan Makhluk Lemah dan Perasa
Pemahaman ini sudah tidak asing lagi didengar dikalangan masyarakat. Perempuan dinilai terlalu lemah bila dijadikan seorang pemimpin. Perasaan yang dimilikinya sangat halus sehingga dikhawatirkan tidak mampu untuk mengambil keputusan yang tegas. Perempuan mempunyai hati yang lembut, sehingga dalam berinteraksi dengan mereka diperlukan sikap yang lembut dan perhatian yang lebih.53 Hal ini menimbulkan perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Perempuan lebih dikenal dengan makhluk bersifat lemah, rapuh, emosional dan kadang-kadang pula tidak mampu mengatasi situasi-situasi yang sulit dan berat. Berbeda sebaliknya dengan laki-laki yang dikenal kurang begitu emosional dan menunjukan kegigihan yang lebih besar.54
51Perasaan benci kepada perempuan. Lihat diKamus Inggris Indonesia,Cet XIII, h.382
52Siti Musdah Mulia, Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender, h. 13
53Badawi Mahmud Syaikh,Taman Wanita-wanita Salehah(Jakarta: Qisthi Press, 2007),
h. 25
54Fatima Umar NAsif,Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender
d. Perempuan Lemah Akal dan Agamanya
Hal ini berdasarkan hadis Nabi saw yang menyatakan bahwa “perempuan itu kurang akal dan kurang agamanya.”55
Maksud dari kurang akalnya disini ialah bila dilihat dari sudut ingatan yang lemah, maka dari itu kesaksiannya harus dikuatkan oleh kesaksian yang lain untuk menguatkannya dan akhirnya bisa dipercayai. Adapun maksud dari kurang agamanya ialah karena perempuan mengalami masa haid dan nifas. Dalam keadaan tersebut ia meninggalkan shalat dan puasa.56
Secara eksplisit, hadis ini menunjukan bahwa akal dan agama perempuan itu lemah, dan selama itu tidak ada perubahan, maka perempuan tidak diperbolehkan untuk memegang jabatan tertinggi suatu Negara.
e. Tempat Terbaik Bagi Perempuan Adalah Rumah.
Islam memandang perempuan bukan sebagai makhluk domestik (rumah) yang tidak diperkenankan merambah wilayah publik (umum). Namun budaya patriarkhi yang berkembang selama ini menempatkan perempuan sebagai makhluk rumah. Dari dahulu hingga saat ini, masih banyak perempuan yang dianggap sebagai makhluk nomor dua,
55Muhammad Anas Qasim Ja far, Mengembalikan Hak-hak Politik Perempuan; Sebuah
Persfektif Islam(Jakarta: Azan, 2001), h. 39
56http:
perempuan hanya bertugas pada kegiatan rumah saja, seperti mengurus anak, menyusui, mengurus suami, dan tidak untuk publik.
Jika seorang perempuan memikul jabatan penguasa, maka ia dituntut untuk terus menerus melakukan perjalanan dalam rangka menunaikan tugas-tugasnya sebagai pemimpin. Ini berarti perempuan harus meninggalkan rumahnya dan meninggalkan tugas-tugas yang telah diembankan sebagai sosok seorang ibu dan istri. Kemudian pekerjaannya juga menuntut pembauran yang bebas dan interaksi sosial dalam jumlah yang panjang dengn kaum laki-laki, dan hal ini dilarang oleh agama.57
Bila melihat pemaparan tentang alasan penolakan kepemimpinan perempuan di atas, penulis tidak begitu sepakat dengan beberapa poin dari alasan-alasan tersebut, yaitu poin perempuan merupakan makhluk penggoda dan perempuan lemah akal dan agamanya. Kedua poin itu terlalu memojokkan kaum perempuan. Apa karena kasus penurunan Adam a.s dari surga itu menjadikan cap untuk menandakan bahwa perempuan merupakan makhluk penggoda ? lantas bagaiman dengan perempuan yang selalu menjaga keormatannya, yang dengan segala upaya dia menjaga diri dari hal-hal yang bisa menodai dirinya ? ini menunjukan bahwa tidak semua perempuan adalah makluk penggoda.
57Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan; Mewujudkan Idealisme Gender
BAB III
SEPUTAR KUALITAS HADIS
A. Teks Hadis dan Terjemahannya
Berikut adalah teks hadis yang menjadi acuannya :
58
“Dari Abu Bakrah ia berkata: Allah telah memeliharaku dengan sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw saat Kisra hancur, beliau bertanya: Siapa yang mereka angkat sebagai raja ? Para sahabat menjawab : Puterinya. Beliau lalu bersabda : Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan perkaranya kepada seorang wanita."
B. Takhrījal-Ḥ adīs
Takhrīj berasal dari kata
ج ﺮ ﺧ
(kharaja) yang berarti “tampak” atau“jelas”. Para ahli bahasa mengartikannya dengan “mengeluarkan (al-istinbāṭ)”.59
Kegiatan takhrīj ini dilakukan dengan tujuan: Pertama, untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis (sumber asal hadis) yang sedang diteliti. Kedua, untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang sedang diteliti, karena mungkin saja hadis tersebut memiliki lebih dari satu sanad, atau mungkin juga kualitas diantara sanad itu berbeda-beda.60
58Sunan al-Nas ` bi Syar al- fi Jal l al-D n al-Suy (Beirut: Daar al-Fikr, 2005), Juz.
7-8, h. 241.
59M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis(Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.
ke-1, h.198.
60 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,
Untuk menyelesaikan kegiatan takhrīj al-ḥ adīṡ ini, penulis menggunakan tiga metode, yaitu :
1. Metode Lafal atau Kata
Metode ini merupakan suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata-kata benda ataupun kata kerja.61
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
(al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāẓ al-Ḥ adīṡ
al-Nabawī), dengan lafad , maka hadis di atas akan terdapat dalam :
,
62 82 , 18 75 8 5 : 43 , 47 , 51
2. Metode Awal Matan Hadis
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
(Mausū’ah Iṭ rāf al-Ḥ adīṡ ), maka hadis di atas akan terdapat
dalam :
61M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis,h.198.
62A. J. Wensinck, al-Mu jam al-Mufahras li Alf al- ad al-Nabaw (Leiden: E. J. Brill,
...
63 6 : 10 , 9 : 70 2262 8 : 227 5 : 513. Metode Tema
Dalam metode ini, penulis merujuk kepada
(Kanzun al-‘Umāl fī Sunan al-Aqwāl wa al-Af’āl),
maka hadis di atas akan ditemukan dengan nomor hadis 14673.
14673
64
( )
Berikut ini adalah riwayat-riwayat hadis di atas dari setiap mukharrij
berdasarkan naskah aslinya. Diantaranya :
Susunan yang terdapat dalamṢ aḥ īḥ al-Bukhārī:
63Ab jar Mu ammad al-Sa d ibn Basy n , Maus ah I r f al- ad (Beirut: Daar
al-Kutub al-Islamiyyati), Juz. 6, h. 721
64 Al `a al-D n Al al-Muttaq ibn is m al-D n,Kanzun Um l f Sunan Aqw l wa
65
66
Susunan yang terdapat dalamSunan al-Tirmiż ī:
67
Susunan yang terdapat dalamSunan al-Nasā‘ī:
68
65 Im m Ab Abdill h Mu ammad ibn Ism ` l al-Bukh r , Mat n Masyk l al-Bukh r
(Beirut: Daar al-Fikr, 2006), Juz.3, h. 89.
66 Im m Ab Abdill h Mu ammad ibn Ism ` l al-Bukh r , Mat n Masyk l al-Bukh r ,
Juz.4, h.265.
67Ab s Mu ammad ibn s ibn Saurah,al-J mi al- a al-Tirmi (Beirut: Daar Ahyai
al-Turasi al- Arabi, 1995), Juz.4, h.527.
68Jal l al-D n al-Suy , Sunan al-Nas ` bi Syar al- fi Jal l al-D n al-Suy (Beirut:
Susunan yang terdapat dalamMusnad Aḥ mad ibn Ḥ anbal:
69
70
71
Setelah dilakukan takhrīj al-ḥ adīṡ , maka dapat di ketahui bahwa terdapat tujuh (7) hadis tentang kepemimpinan perempuan yang terdapat dalam empat (4) sumber kitab hadis, yaitu :
Sumber Kitab Jumlah
Hadis Kitab Bab
2
1
1
3 Musnad Penduduk
[image:51.595.89.513.142.634.2]Bashrah
Tabel. 1. Hasil Takhrij Hadis
69Ab Abdill h A mad ibn anbal,Musnad A mad ibn anbal(Beirut: Muassasah
al-Risalah, 1995), No hadis 20402, Juz. 24, h. 43.
70Ab Abdill h A mad ibn anbal,Musnad A mad ibn anbal, No hadis 20474, Juz. 24,
h. 120.
71Ab Abdill h A mad ibn anbal,Musnad A mad ibn anbal, No hadis 20517, Juz. 24,
C. Kegiatan Penelitian Hadis
Penelitian hadis merupakan tolak ukur untuk meneliti kualitas sebuah hadis yang terdapat dalam kitab-kitab hadis. Kualitas hadis ini sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujjahan hadis yang bersangkutan.72
Para ulama muḥ addiṡ īn melakukan penelitian ini dilihat dari dua segi, yaitu penelitian melalui sanad hadis dan peneletian melalui matan hadis. Berikut langkah-langkah dalam penelitian hadis dari segi sanad hadis dan matan hadis.
1. Penelitian Sanad Hadis
Sanad ialah jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.73 Ada tiga peristiwa penting yang mengharuskan adanya penelitian sanad hadis. Pertama, pada zaman Nabi Muhammad saw tidak seluruh hadis tertulis. Kedua, sesudah zaman Nabi saw. terjadi pemalsuan hadis. Ketiga, penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi setelah berkembangnya pemalsuan-pemalsuan hadis.74
Kritik sanad dilakukan untuk mengetahui kebersambungan sebuah sanad dilihat dari guru dan muridnya serta tahun kelahirannya. Kegiatan ini merujuk kepada beberapa kitab, seperti Tahż īb Tahż īb, Tahż īb Kamāl fī Asmā‘ al-Rijāl, al-Iṣ ābah fī Tamyīz al-Ṣ aḥ abah, dan kitab-kitab lainnya yang berkaitan dengan kritik sanad.
72 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), Cet ke-1, h. 28.
73M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis(Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.
ke-1, h.198.
74Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis(Jakarta: PT. Raja Grafindo
a. Al-I’tibār
Al-I’tibār menurut bahasa merupakan bentuk maṣ dar dari kata
i’tibara,yang berarti pemeriksaan terhadap sesuatu untuk mengetahui sesuatu yang lain yang sejenis.75Sedangkan menurut istilah ilmu hadis, i’tibārberarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja, dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.76
Dengan dilakukannya i’tibār, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang sedang diteliti, demikian juga dengan nama-nama periwayatnya dan metode periwayat yang digunakan untuk masing-masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan dari i’tibār adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya, dilihat dari ada tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatusmutabi’ 77dansyahīd.78Melalui i’tibār ini akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki
syahīddanmutabi’ataukah tidak.
75Mahmud Thahhan,Intisari Ilmu Hadis(Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 154.
76 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi saw. (Jakarta: Bulan Bintang,
1992), Cet ke-1, h. 51.
77 Yang dimaksud dengan mutabi adalah periwayat yang berstatus pendukung pada
periwayat yang bukan sahabat Nabi saw.
78 Yang dimaksud dengan syah d adalah periwayat yang berstatus pendukung yang
Hadis yang sedang diteliti ini diriwayatkan oleh satu orang sahabat, yaitu Abī Bakrah. Sedangkan mukharrijnya terdiri dari empat orang, yaitu Imām al-Bukhārī, al-Tirmiż ī, al-Nasā‘ī, dan Aḥ mad ibnḤ anbal.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan meneliti hadis dengan
mukharrijnya adalah Aḥ mad ibn Ḥ anbal. Pada semua jalur periwayatan hadis, periwayat pertama adalah Abī Bakrah, karena beliau adalah seorang
sahabat Nabi saw. Nama asli beliau adalah Nufai’ ibn al-Ḥ āriṡ ibn Kaladah ibn ‘Amr ibn ‘Allāj ibn Abī Salamah. Kemudian pada periwayat kedua
disebutkan dengan lafadz abīhi,yang mana ini menandakan bahwa abīhi ini adalah ayah dari ‘Uyainah. Setelah penulis melakukan penelusuran, ternyata
ditemukan bahwaabīhiini ialah ‘Abd Raḥ mān ibn Jausyani Gaṭ āfanī
al-Baṣ rī.
Selain itu, terdapat perbedaan metode periwayatan yang digunakan oleh para periwayat dalam sanad hadis tersebut. Lambang-lambang metode periwayatan yang digunakan antara lain ḥ addaṡ anā, akhbaranā, qāla, ‘an, ḥ addaṡ anī,dansami’tu.
Dalam hadis tersebut terdapatmutabi’, yaitu al-Ḥ asān sebagaimutabi’
bagi Abīhi, dan Muḥ ammad ibn Bakr sebagaimutabi’ bagi Yaḥ yā ibn Sa’īd.
Sedangkan untuksyahīd, tidaklah ditemukan karena hanya diriwayatkan oleh satu orang sahabat, yakni Abī Bakrah.79
b. Kritik Sanad Hadis
Dalam kritik sanad ini, penulis hanya akan meneliti tiga sanad yang ada dalam kitab Musnad Aḥ mad ibn Ḥ anbal dari riwayatAbī Bakrah. Ketiga sanad itu masing-masing dari jalur Muḥ ammad ibn Bakr, Yaḥ yā, dan ‘Affān ibn Muslim. Penulis memilih kitab Musnad Aḥ mad ibn Ḥ anbal ini karena
merupakan salah satu kitab yang termasuk dalamkutub al-sittahpada tingkat keenam (terakhir).
Berikut ini adalah bentuk sanad hadis yang terdapat di dalam beberapa kitab hadis setelah dilakukannyatakhrīj al-ḥ adīṡ .
Perbandingan Sanad Hadis
No Mukharrij Sanad Hadis
1
2
3
4
5
6
[image:55.595.92.521.161.647.2]7
SKEMA SANAD HADIS م ة ر ﻛ ﺑ ﻰ ﺑ ا ت ﻌ ﻣ ﺳ ن ﻋ ل ﺎ ﻗ ن ﺳ ﺣ ﻟ ا ف و ﻋ ث ر ﺎ ﺣ ﻟ ا ن ﺑ د ﻟ ﺎ ﺧ ﻰ ّﻧ ﺛ ﻣ ﻟ ا ن ﺑ د ّﻣ ﺣ ﻣ
خ
ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎت
ن
ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﺎ ﻧ ر ﺑ ﺧ ا ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ن ﻋ ن ﻋ ن ﻋ ك ر ﺎ ﺑ ﻣ م ﻠ ﺳ ﻣ ن ﺑ ن ﺎ ﻔ ﻋ ر ﻛ ﺑ ن ﺑ د ّﻣ ﺣ ﻣ ن ﻋ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ن ﻋ ﻰ ﻧ ﺛ د ﺣ ن ﻋم ﺣ
ن ﻋ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎ ﻧ ﺛ ّد ﺣ ﺎw 256 H
w 241 H
w 279 H w 303 H
w 252 H
w 186 H w 210 H w 220 H w 204 H w 198 H
w - H w 165 H
w 146 H w 142 H
w 110 H w - H
Hadis Riwayat Aḥ mad ibnḤ anbal Dari Jalur Yaḥ yā
No Nama Periwayat Urutan Sebagai Periwayat Urutan Sebagi Sanad
1 Aḥ mad ibnḤ anbal Periwayat ke 5 Mukharrij
2 Yaḥ yā Periwayat ke 4 Sanad 1
3 ‘Uyainah Periwayat ke 3 Sanad 2
4 Abīhi Periwayat ke 2 Sanad 3
[image:57.595.91.515.134.570.2]5 AbīBakrah Periwayat ke 1 Sanad 4
Tabel. 3. Urutan Perawi Hadis Dari Ahmad ibn Hambal Jalur Yahya
1. Aḥ mad ibnḤ anbal
Nama lengkap beliau adalah Aḥ mad ibn Muḥ amad ibn Ḥ anbal ibn Ḥ ilāl al-Syaibānī al-Mawarż ī al-Bagdādī. Beliau dikandung ibunya di Marwā lalu dilahirkan pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 163 H, dan
dibesarkan di Bagdad dalam keadaan yatim.80 Dikalangan sahabatnya,
beliau dikenal dengan nama Abū ‘Abdullāh.81 Beliau meninggal pada hari
Jum’at, bulan Rabi’ul awal tahun 241 H (855 M) di Bagdad dan
dimakamkan di Marwaz.82 Jenazah beliau diantar oleh 800.000 orang laki-laki dan 600.000 perempuan, serta orang-orang Nasrani, Yahudi, dan Majusi sekitar 20.000 orang.83
Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa, karenanya, setiap kali mendengar ada ulama yang terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang
80Sahliono,Biografi dan Tingkatan Perawi Hadis(Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2000), Cet
Ke-1, h.164.
81Al-Shalih, Ulama al-Hadis, h. 394
82Fatchur Rahman,Ikhtisar Mushthalah al-Hadis(Bandung: Alma arif, 1974), h. 375
ulama. Di antara daerah-daerah yang beliau kunjungi untuk menimba ilmu adalah : Baṣ rah, Kuffah, Makkah, Yamān, Waṣ īṭ, Meṣ īr, dan linnya.84
Imām al-Syafī’ī mengatakan tentang diri Imām Aḥ mad ibnḤ anbal sebagai berikut, “Setelah saya keluar dari Bagdad, tidak ada orang yang
saya tinggalkan di sana yang lebih terpuji, lebih shaleh, dan lebih berilmu daripada Aḥ mad ibnḤ anbal”.85
Guru-guru beliau di bidang hadis sangatlah banyak, di antaranya ialah: Sufyān ibn ‘Uyainah, Ismā’īl ibn ‘Uliyyah, ‘Afān ibn Muslim,
Ibrāhīm ibn Sa’ad, Abū Bakr ibn Iyās,Muḥ ammad ibn Bakr, Yazīd ibn Ḥ arūn, ibn Ubaid al-Tanaffus, Yaḥ yā, dan lain-lain. Sedangkan yang meriwayatkan hadis dari beliau antara lain adalah: ‘Alī ibn al-Madīnī, Aḥ mad ibn Abī al-Ḥ awāri, Yaḥ yā ibn Ma’īn, Aḥ mad ibn Ṣ alīḥ al-Miṣ rī,
dan lain-lain
Penilaian para kritikus hadis tehadap beliau: (a) Abū 'Ubaidah menuturkan: “Ilmu kembali kepada empat orang”, kemudian beliau
menyebutkan Aḥ mad ibn Ḥ anbal, dan dia berkata: “Dia adalah orang
yang paling faqīh diantara mereka.” (b) Abū Ja’fāral-Nufail menuturkan:
“Aḥ mad ibn Ḥ anbal termasuk dari tokoh agama”, (c) Ibn Ḥ ibbān mengemukakan bahwaIa adalah seorang Ahli Fiqih.
84Fatchur Rahman,Ikhtisar Mushthalah al-Hadis, h. 373
85M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,Ulumul Hadis(Bandung: Pustaka Setia, 209), Cet.
Natijahnya : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aḥ mad
ibnḤ anbal berstatustokoh agama dan ahli fiqih”.Selain itu, antara beliau dengan gurunya, yakniYaḥ yāadalah “Muttasil”, karena saling bertemu.
2. Yaḥ yā
Nama lengkap beliau adalah Yaḥ yā ibn Sa’īd ibn Farūkh al-Qaṭ ṭ ān al-Tamīmī, Abū Sa’īd al-Biṣ rī.86Beliu meninggal pada tahun 198 H.
Diantara guru-guru beliau di bidang hadis antara lain : Abān ibn Ṣ am’āh, Ismā’īl ibn Abī Khālid, Ja’fār ibn Muḥ ammad, ‘Uyainah, Hātim ibn Abī Ṣ agīrah, Hajjāj ibn Abī ‘Uṡ mān, Ḥ ammād ibn Salamah, Ḥ umaid al-Ṭ awīl, Yazīd ibn Abī ‘Ubaid, dan yang lainnya. Sedangkan murid-murid yang meriwayatkan hadis darinya antara lain ialah: Ibrāhīm ibn Muḥ amma