117
Tempat/tanggal lahir : Bandung, 12 Februari 1989
Alamat : Komp. Puri Cipageran Indah Blok H5/25 Kab
bandung
Provinsi : Jawa Barat
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. Telepon : (022)6640848
DATA PENDIDIKAN
1997 – 1998, TK BPK Penabur Cimahi Lulus
1998 – 2003, SDN BPK Penabur Cimahi Lulus
2003 – 2005, SMPN 7 Cimahi Lulus
2005 – 2007, SMAN 1 Cisarua Lulus/Jurusan IPS
2007– Sekarang, Universitas Komputer Indonesia Jurusan Akuntansi
Hormat Saya,
THE INFLUENCE OF STOCK TRADING VOLUME AND EARNING PER
SHARE(EPS) ON SHARE PRICE
(On the Metal and Manufacturing Sector Ships to Go Public In the Indonesia Stock Exchange)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
LEWI FRANS SETIAWAN
21107766
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga akhirnya peneliti
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN SAHAM DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM (Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
Skripsi ini disusun oleh peneliti dengan maksud memenuhi salah satu
syarat utuk mengikuti ujian sidang Sarjana (S1) Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Mengingat keterbatasan, pengetahuan, kemampuan, pengalaman dan
waktu dari peneliti, maka peneliti menyadari bahwa laporan skripsi ini tidak luput
dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik
yang membangun untuk perbaikan serta penambahan pengetahuan bagi peneliti
khususnya, dan untuk peneliti selanjutnya yang membutuhkan pada umumnya.
Selama penyusunan skripsi ini, peneliti ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut mendukung dalam proses pembuatan
skripsi ini antara lain:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas
Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
iv
5. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Akuntansi Universitas Komputer
Indonesia.
6. Sekretariat Prodi Akuntansi, terima kasih atas pelayanannya selama
peneliti kuliah.
7. PT. Bursa Efek Indonesia yang telah memberikan data dan informasi serta
perizinan yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
8. Kepada Kedua Orang Tua Ibu dan Bapak tercinta, yang senantiasa tulus
memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak
henti-hentinya mengalir untukku. Atas kemudahan yang aku dapatkan
khususnya materi yang tak sedikit kalian keluarkan, tanpa kalian aku
bukan apa-apa.
9. Seluruh keluarga peneliti khususnya kedua adik saya yang bernama Lewi
Martha Fury dan Lewi Michael Setiadi yang selalu memberikan doa dan
semangat tiada henti kepada penulis.
10.Teman-teman terbaik yang menjadi motivasi dan inspirasi : Tri, Andy,
Prestroika, Rudy, Andri, Leli, Munawir, Ferdi, Wisnu, Dedi, Raja, Yusuf,
Fajar, Ari, Maki, Monika. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan,
canda tawa dan persahabatan kita selama ini.
11.Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, 2008 dan 2010 yang tidak bisa
v
13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu peneliti, secara langsung ataupun tidak langsung dalam
menyelesaikan laporan Skripsi ini.
Harapan peneliti semoga apa yang disajikan dalam laporan penelitian ini
dapat memberikan manfaat yang besar bagi peneliti khususnya, dan bagi pihak
yang membaca pada umumnya. Akhir kata peneliti panjatkan doa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, semoga amal berupa bantuan, dorongan, dan doa yang telah
diberikan kepada peneliti akan mendapat balasan yang berlipat ganda.
Bandung, february 2013 Peneliti
vi LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 7
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7
1.2.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1 Maksud Penelitian ... 8
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ... 9
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10
vii HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.1 Pasar Modal ... 12
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal ... 12
2.1.1.2 Jenis-jenis Pasar Modal ... 13
2.1.1.3 Manfaat Pasar Modal ... 15
2.1.1.4 Instrumen Investasi ... 15
2.1.1.5 Para Pelaku Pasar ... 17
2.1.2 Bursa Efek ... 20
2.1.2.1 Pengertian Bursa Efek ... 20
2.1.3 Harga Saham ... 21
2.1.3.1 Pengertian Saham ... 21
2.1.3.2 Pengertian Harga Saham ... 22
2.1.3.3 Karakteristik Harga Saham ... 23
2.1.3.4 Penilaian Harga Saham ... 26
2.1.4 Volume Perdagangan Saham ... 28
viii
2.1.5.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) ... 32
2.1.5.1 Kegunaan Earning Per Share (EPS) ... 34
2.1.6 Kerangka Pemikiran ... 35
2.1.6.1 Pengaruh Volume Perdagangan Saham Dengan Harga Saham ... 35
2.1.6.1 Pengaruh Earning Per Share dengan harga saham. ... .. 36
2.2 Hipotesis ... 55
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 44
3.2 Metode Penelitian ... 44
3.2.1 Desain Penelitian ... 46
3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 48
3.2.3 Metode Penarikan Sample ... 50
3.2.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 53
3.2.4.1 Sumber Data ... 53
3.2.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 54
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ... 68
4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 68
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 70
4.1.3 Uraian Tugas (Job Description) ... 71
4.1.4 Aktivitas Bursa Efek Indonesia ... 78
4.2 Pembahasan Penelitian ... 79
4.2.1 Analisis Kualitatif ... 79
4.2.1.1 Perkembangan Volume Perdagangan pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya ... 80
4.2.1.2 Perkembangan Earning Per Share pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya ... 84
x
4.2.2.4 Hasil Pengujian Hipotesis ... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112
5.2 Saran ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 149
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 152
Yogyakarta
Darmadji dan Fakhruddin,2001.” Pasar modal di Indonesia”. Salemba Empat, Jakarta.
Darmadji dan Fakhruddin,2006.”Pasar modal di Indonesia”. Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta.
Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Yogyakarta:BPFE Yogyakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002. ”Standar Akuntansi Indonesia”. Salemba Empat, Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004. ”Standar Akuntansi Indonesia”. Salemba Empat. Jakarta.
Manurung, Mandala, dan Pratama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia). Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.
PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Indonesia Capital Market Directory. 2008- 2011. Jakarta.
Syahrul, 2000. “ Kamus Istilah Akuntansi”. Pustaka. Bandung.
Sawidji Widoatmodjo, 2005, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Tjipto Darmadji dan Hendry M. Fakhruddin. 2001. Pasar Modal di Indonesia.
Salemba Empat. Jakarta.
Umi Narimawati,et.al. 2011. Penulisan Karya ilmiah : Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir pada Fakultas Ekonomi UNIKOM. Genesis. Bekasi.
www.google.com
www.idx.co.id
1.1. Latar Belakang Penelitian
Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan
perusahaan dan sangatlah dipengaruhi oleh kekuatan pasar itu sendiri, harga
saham sifatnya berubah-ubah atau berfluktuasi setiap saat dan selalu mengalami
pasang surut tergantung oleh banyaknya penawaran dan permintaan atas saham
tersebut serta beberapa faktor lain yang mempengaruhinya. Namun, pada
prinsipnya semakin baik prestasi perusahaan dalam menghasilkan suatu
keuntungan, maka akan meningkatkan permintaan saham perusahaan tersebut,
sehingga akan meningkatkan harga saham itu sendiri. Contonya kondisi
perusahaan sangat berpengaruh terhadap harga dan volume perdagangan saham,
jika perusahaan tersebut mengalami peningkatan, maka secara otomatis harga dan
volume perdagangan saham akan meningkat, selain itu harga saham juga
dipengaruhi oleh tingkat dividen, tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga.
Volume perdagangan saham juga dipengaruhi oleh beberapa faktor selain
faktor saham itu sendiri, juga faktor jumlah saham. Semakin besar jumlah saham
yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan, maka volume perdagangan saham
semakin besar pula. Jumlah saham yang beredar dapat berubah dengan berbagai
cara antara lain, dengan melakukan company listing, pembagian saham bonus,
pemberian dividen saham, konversi dari obligasi konversi, penggunaan hak opsi,
sahamnya agar tetap berada dalam rentang perdagangan yang optimal, sehingga
daya beli investor meningkat terutama untuk investor kecil.
Pasar modal di Indonesia semakin berkembang dengan pesat, hal ini dapat
dilihat dengan semakin bertambah jumlah saham yang diperdagangkan dan
semakin tingginya volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Pasar
Modal dapat dipandang sebagai media yang efektif dalam pembangunan suatu
negara, ini dimungkinkan karena pasar modal dapat digunakan sebagai alat untuk
menghimpun dana jangka panjang dari para investor dan bahkan dari masyarakat
yang kemudian dapat disalurkan untuk pembangunan suatu negara.
Pasar modal mempunyai peran strategis dalam menunjang perekonomian
karena pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatf bagi perusahaan –
perusahaan. Perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi yang secara
nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP)Perkembangan pasar
modal akan menunjang peningkatan GDP atau dengan kata lain berkembangnya
pasar modal akan mendorong kemajuan ekonomi suatu negara (Lubis, 2006).
Pasar modal menciptakan kesempatan pada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian (Sunariyah, 2004:8).
Dengan keberadaan pasar modal, perusahaan (emiten) lebih mudah mendapatkan
dana dari masyarakat sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja yang luas dan
melakukan aktivitas initial public offering atau penawaran umum saham untuk
pertama kalinya (Sunariyah, 2004:13) maupun seasoned new issues atau
penjualan saham pada masyarakat setelah perusahaan going public (Hartono,
2003:15).
Saham tersebut untuk selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder.
Dalam pasar ini harga saham ditentukan berdasarkan kekuatan permintaan dan
penawaran (Sunariyah, 2004:13). Ketika terjadi excess supply menyebabkan harga
saham akan jatuh dan sebaiknya jika terjadi excess demand (Syamsir, 2004:9).
Harga yang melekat pada saham menjelaskan mengenai pengetahuan, harapan,
ataupun kekuatiran investor (Pring, 1999:3). Kondisi perubahan volume terhadap
harga ini merupakan kerangka kerja dari analisis teknikal (Sari, 2004).
Investor membutuhkan informasi yang bersifat tehnikal dan fundamental.
Informasi yang bersifat fundamental diperoleh dari internal perusahaan berupa
laporan keuangan sedangkan informasi yang bersifat tehnikal diperoleh dari
eksternal perusahaan. Berkaitan dengan laporan keuangan para investor sangat
memperhatikan laba perusahaan yang menjadi pertimbangan dalam melakukan
investasi. Secara teoritis jika laba meningkat maka harga saham akan meningkat
dan secara otomatis return akan meningkat (Husnan, 2001).
Terjadinya pembentukan harga tentunya tidak lepas dari volume
perdagangan yang terjadi di bursa. Volume perdagangan menggambarkan
banyaknya jumlah penawaran saham dan permintaan saham di pasar. Ilmu
sependapat dengan pernyataan ilmu ekonomi di atas.
Volume perdagangan merupakan hal yang penting bagi investor karena
menggambarkan tingkat likuiditas suatu saham (Wiyani dan Wijayanto, 2005).
Semakin besar volume transaksi, maka semakin cepat dan semakin mudah sebuah
saham diperjualbelikan, sehingga transformasi saham menjadi kas semakin cepat
pula. Transformasi inilah esensi dari likuiditas saham. Selain itu likuiditas juga
terkait dengan banyaknya pasar sekunder dimana saham tersebut diperdagangkan,
misalnya saham yang diperdagangkan di BEJ, sehingga investor mempunyai
banyak pilihan dimana akan melakukan transaksi (Mahadwartha, 2001). Volume
perdagangan menggambarkan reaksi pasar secara langsung. Volume perdagangan
menunjukkan banyaknya lembar saham yang ditransaksikan selama periode waktu
tertentu (Tandelilin, 2002). Makin banyak lembar saham yang ditransaksikan
menunjukkan optimisme pasar terhadap sebuah saham dengan demikian harga
saham akan meningkat (Hadianto, 2007).
Earning per share (EPS) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
berhubungan dengan kepentingan bagi pemegang saham dan manajemen di saat
ini maupun di saat yang akan datang. Earning per share (EPS) ini juga
menunjukkan jumlah dollar yang dihasilkan oleh setiap lembar saham (Gitman,
2006:68). Earning per share (EPS) yang lebih besar menandakan kemampuan
perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih bagi
Indonesia terutama yang tercatat pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI). Untuk
perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya di PT. Bursa Efek
Indonesia (BEI) antara lain: Jakarta Kyoei Steel Work Ltd tbk, Beton Jaya
Manunggal tbk, Indal Almunium Industry tbk, Jaya Pari Steel tbk, dan Pelangi
Indah Canindo tbk.
Selama empat tahun terakhir harga saham dari perusahaan Perusahaan
Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia mengalami fluktuasi. Adapun nilai harga saham tersebut antara tahun
2008 sampai 2009 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data Volume Perdagangan dan EPS terhadap harga saham pada Perusahaan Manufaktur Sektor Logam dan Sejenisnya Yang Go Public
Sumber: www.idx.co.id(diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar perusahaan
mengalami penurunan volume perdagangan saham dan harga saham mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya. Pada saham JKSW, BTON, PICO pada volume
perdagangan saham mengalami penurunan yang dimana Earning per share (EPS)
pada saham JKSW dan BTON mengalami kenaikan tetapi hal tersebut tidak di
ikuti harga saham JKSW yang dimana mengalami penurunan. Berbeda dengan
2008 2009 2008 2009 2008 2009
dan harga saham mengalami penurunan
Hal tersebut bertolak belakang dengan teori yang ada menurut Darmadji
(2006:319) EPS yang diharapkan oleh para investor adalah EPS yang semakin
tinggi, semakin tinggi EPS yang diterima maka harga saham akan meningkat.
Semakin tinggi EPS akan menggembirakan para pemegang saham, karena
semakin besar laba yang disediakan untuk para pemegang saham, begitu pun
dengan harga saham. Penelitian Husnan (2005) Peningkatan volume perdagangan
dibarengi dengan peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat
sehingga akan meningkatkan harga saham
Berbeda dengan nama saham INAI dan JPRS yang dimana volume
perdagangan sahamnya mengalami kenaikan akan tetapi tidak di ikuti dengan
Earning per share yang dimana harga sahamnya mengalami kenaikan maupun
penurunan.
Berdasarkan pemikiran diatas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
harga saham maka penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Terdapat beberapa perusahaan dimana perusahaan tersebut mengalami
kenaikan Earning per share (EPS), tetapi harga saham mengalami
penurunan pada tahun 2009 yang dimana volume perdagangan saham
mengalami kenaikan tetapi harga saham mengalami penurunan. Hal ini
berbanding terbalik dengan teori yang menyatakan bahwa apabila volume
meningkat maka Earning per share (EPS) dan harga saham pun ikut
meningkat.
2. Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 2008 yang mengakibatan terjadinya
volume perdagangan saham dan earning per share (EPS) yang menurun
berakibat juga terhadap kondisi harga saham.
3. Faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi pergerakan harga saham
diantaranya tingkat inflasi, menurunya laba per lembar saham, tingkat
resiko dan pengembalian sehingga menurunnya tingkat kepercayaan
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, permasalahan dirumuskan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh volume perdagangan terhadap harga saham pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh Earning per share (EPS) terhadap harga saham
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh volume perdagangan saham dan Earning per share
(EPS) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
secara simultan maupun parsial 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut
1.3.1 Maksud Penelitian
Sesuai dengan masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
penelitian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data, menganalisis
dan memperoleh pemahaman mengenai, yaitu mencoba mengetahui seberapa
besar pengaruh volume perdagangan saham dan Earning per share (EPS)
terhadap harga saham yang terdapat di perusahaan manufaktur yang terdaftar
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas maka penulis
mempunyai tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh volume perdagangan saham
terhadap Harga Saham pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara volume perdagangan dan
Earning per share (EPS) terhadap Harga Saham pada
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara
parsial.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara volume perdagangan saham dan
Earning per share terhadap Harga saham pada perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman mengenai
volume perdagangan saham dan Earning per share terhadap harga saham
pada perusahaan-perusahaan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
manajemen dalam meningkatkan nilai perusahaan, terutama mengenai
Volume perdagangan saham, Earning per share terhadap Harga saham di
masa yang akan datang
3. Bagi Investor
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para investor dalam
rangka pengambilan keputusan investasi untuk menentukan saham mana
yang layak untuk dibeli oleh investor berdasarkan Volume Perdagangan
Saham, Earning per share.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil peneltian ini dapat dijadikan bahan acuan atau referensi, khususnya
bagi pihak-pihak yang mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan
volume perdagangan saham, Earning per share dan harga saham, sehingga
hasil penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada perusahaan – perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Waktu penelitian dilaksanakan mulai
Tabel 1.3
d. Pengump ulan draf skrip si
2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pasar Modal
2.1.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan
adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang
perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang
bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah
perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan
usahanya.
Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah
“Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa
diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang
diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.”
Mandala Manutung Prathama Rahardja (2004:97), menyatakan bahwa:
“Pasar modal adalah pasar di mana instrumen-instrumen keuangan yang
jatuh temponya lebih dari 1 tahun diperjualbelikan. Instrumen keuangan yang
Sedangkan definisi pasar modal menurut Bambang Riyanto (2001:219), adalah :
“Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan tetapi kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) di satu pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang di lain pihak, atau dengan kata lain adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya penawaran dan
permintaan dana jangka menengah atau jangka panjang”.
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun
1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah Bursa Efek
seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952 (Lembaran Negara Tahun
1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang
ditetapkan sebagai kantor dan tempat kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat
berharga yang dikategorikan sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti
lainnya yang lazim dikenal sebagai efek.
Dilihat dari pengertian akan pasar modal diatas, maka jelaslah bahwa pasar
modal juga merupakan salah satu cara bagi perusahaan dalam mencari dana
dengan menjual hak kepemilikkan perusahaan kepada masyarakat.
2.1.1.2. Jenis-jenis Pasar Modal
Sekuritas-sekuritas diperdagangkan dalam pasar yang sudah diatur sesuai
dengan ketentuan, peraturan atau undang-undang yang berlaku. Jenis-jenis pasar
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham atau emiten kepada investor selama waktu yang ditentukan oleh
phak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor dan harga
dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Terbentuknya harga pasar di
tentukan oleh tawaran jual dan tawaran beli dari para investor
3. Pasar Ketiga
Merupakan sarana transaksi jual beli efek antara market marker serta
investor dan harga dibentuk oleh market marker. Investor dapat memilih
market marker yang memberi harga terbaik. Market marker merupakan
anggota bursa. Para Market marker ini akan bersaing dalam menentukan
harga saham, oleh karena itu jenis saham dipasarkan lebih dari satu
4. Pasar Keempat
Adalah sarana transaksi jual-beli antara investor beli tanpa melalui
perantara efek. Transaksi ini dilakukan secara tatap muka antara investor
2.1.1.3. Manfaat Pasar Modal
Ada beberapa manfaat akan adanya keberadaan pasar modal menurut
Fakhruddin (2001:2), anatara lain
a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha
sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal
b. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan
upaya diversifikasi
c. Menyediakan leading indicator bagi trend negara
d. Penyebaran kepemilikan keterbukaan dan profesionalisme menciptakan
iklim berusaha sehat
e. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat
menengah
f. Menciptakan lapangan pekerjaan/profesi yang menarik
g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan memiliki
prospek
2.1.1.4 Instrumen Investasi
Instrumen investasi di pasar modal sering disebut dengan efek yaitu semua
surat-surat berharga yang umum diperjual belikan melalui pasar modal. Menurut
UU No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, efek adalah setiap surat pengakuan
hutang, setiap rights, penawaran, opsi, atau derivative dari efek, atau setiap
instrument yang ditetapkan sebagai efek.
Instrumen yang sering dijualbelikan di pasar modal Indonesia adalah
saham dan obligasi.
1. Saham
Menurut Tjiptono dan Hendy (2001:5) saham adalah:
“Saham merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”
Saham dibedakan dalam dua macam, yaitu saham biasa (common stock)
dan saham preferen (preferred stock).
2. Obligasi
Menurut Sawidji Widoatmodjo (2004:104) mengatakan bahwa :
“Obligasi (terjemahan dari bond) adalah kontrak antara pemberi pinjaman
(investor) dengan yang diberi pinjaman (calon emitten/perusahaan yang
akan go public).”
Pada dasarnya ada dua jenis obligasi, yaitu obligasi perusahaan dan obligasi
pemerintah. Obligasi perusahaan (corporate bond) adalah obligasi yang
penerbitnya perusahaan swasta, obligasi yang diperdagangkan di bursa efek.
Sedangkan Obligasi pemerintah (government bond) adalah obligasi yang
emitennya pemerintah pusat, sedangkan municipal bond emitennya pemerintah
2.1.1.5 Para pelaku pasar
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial sangat luas, pasar modal
melibatkan banyak orang dan banyak lembaga. Masing-masing pihak mempunyai
peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak yang
lain. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pasar modal Indonesia sesuai dengan
SK Menteri Keuangan RI Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang pasar modal, yaitu :
1. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk :
a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat
ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien serta
melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum.
b. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dan
profesi-profesi penunjang terkait dalam pasar modal.
c. Memberi pendapat kepada Menteri Keuangan mengenai pasar modal
beserta kebijakan operasionalnya.
2. Pelaksana Bursa
Bursa efek menurut Kepres No 53 adalah suatu tempat pertemuan termasuk
sistem elektronik tanpa tempat pertemuan yang diorganisir dan digunakan
untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran jual beli atau perdagangan
efek. Sekarang ini Indonesia mempunyai dua tempat bursa efek yaitu, bursa
efek Jakarta dan bursa efek Surabaya.
Adalah pihak yang melakukan emisi atau telah melakukan emisi efek. Emiten
adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun
rancangan investasi. Menurut Sawidji Widoatmojo (2005 : 54) mengatakan
bahwa :
“ Definisi emiten adalah perusahaan yang menerbitkan saham”.
4. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh ijin usaha untuk
beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek,
manajer investasi atau penasihat investasi.
5. Lembaga Kliring dan Penyelesaian
Untuk membantu segala proses administrasi serta penyimpanan efek dalam
hubungannya dengan perdagangan efek maka terdapat dua lembaga yaitu
lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan. Adalah suatu lembaga yang
menyelenggarakan Kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa
efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk pihak lain.
6. Reksa Dana (investment fund)
Adalah pihak yang kegiaan utamanya melakukan investasi, kembali
(reinvestment) atau perdagangan efek. Reksa Dana tertutup (closed investment
fund) adalah Reksa Dana yang melakukan emisi saham tidak dapat dijual
kepada atau dibeli kembali oleh Reksa Dana yang bersangkutan.
7. Lembaga Penunjang Pasar Modal
Adalah tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat, atau
yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan
pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas
harta tersebut. Biro administrasi efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak
dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melakukan pembukuan,
transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi,
sertifikasi atau laporan tahunan emiten. Wali amanat (trust agen) adalah pihak
yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi
atau sertifikat kredit. Penanggung (guarantor) adalah pihak yang menanggung
kembali jumlaj pokok dan/atau bunga emisi obligasi, atau sekuritas kredit
dalam hal emiten cidera janji.
8. Profesi Penunjang Pasar Modal
Terdiri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai, dan konsultan hukum.
Akuntan adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan
pemeriksaan akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas
kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat
yang berwenang memberi membuat akta otentik sebagaimana dimaksud dalam
staatsblad 1860 No. 3 tentang peraturan jabatan notaris. Peran notaris adalah
membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan
pemilik modal dan lain-lain. Penilai adalah pihak yang menerbitkan dan
menandatangani laporan penilai. Laporan penilai adalah pendapat atas aktiva,
yang disusun berdasarkan pemeriksaaan menurut keahlian penilai. Konsultan
hukum adalah ahli hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat
melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. Tugasnya antara lain
meniliti akta pendirian, ijin usaha, dan lain-lain.
9. Pemodal (Investor)
Adalah pihak-pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan
modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal.
2.1.2 Bursa Efek
2.1.2.1. Pengertian Bursa Efek
Menurut Dahlan Siamat (2004:249) :
“Bursa Efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya”.
Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 ( 2003:3) :
“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
system dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.
Adapun definisi bursa efek menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M.
Fakhrudin (2001:17) adalah sebagai berikut :
“Bursa efek adalah lembaga atau perusahaan yang menyelenggarakan atau
menyediakan fasilitas sitem (pasar) untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli efek antar berbagai perusahaan atau perorangan yang terlibat dengan tujuan
Dari pengertian di atas bahwa secara umum pengertian bursa efek adalah
pihak atau lembaga yang menyediakan system untuk mempertemukan penawaran
jual dan beli efek pihak-pihak yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek
perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek.
2.1.3. Harga Saham 2.1.3.1 Pengertian Saham
Saham adalah tanda penyertaan modal pada perseroan terbatas seperti
yang telah diketahui bahwa tujuan pemodai membeli saham untuk memperoleh
penghasilan dari saham tersebut. Masyarakat pemodal itu dikategorikan sebagai
investor dan speculator. Investor disini adalah masyarakat yang membeli saham
untuk memiliki perusahaan dengan harapan mendapatkan deviden dan capitat gain
dalam jangka panjang, sedangkan spekulator adalah masyarakat yang membeli
saham untuk segera dijual kembali bila situasi kurs dianggap paling
menguntungkan seperti yang telah diketahui bahwa saham memberikan dua
macam penghasilan yaitu deviden dan capital gain.
Ada berbagai definisi saham yang telah dikemukakan oleh para ahli maupun
berbagai buku-buku teks, antara lain:
Menurut Mishkin (2001, 4):
Pengertian saham menurut Sujana (2006;532) adalah:
“Saham merupakan surat bukti pemilikan hak terhadap perusahaan berkat
penyerahan modalnya sehingga bagi si pemilik/pemegang akan mempunyai
seperangkat hak atas perusahaan tersebut.”
Dari uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa saham merupakan
surat bukti kepemilikan bagian modal atau tanda penyertaan modal pada
perseroan terbatas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan asset sebuah
perusahaan
2.1.3.2 Pengertian Harga Saham
Harga pasar saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
biasanya dipublikasikan dalam media massa. Ada beberapa pengertian harga pasar
saham yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Harga saham menurut Sawidji (2000:43)
“Harga saham adalah harga selebar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik ( apapun posisinya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas(saham) tersebut sesuai dengan posisi kepemilikannya yang tertera pada saham tersebut”.
Menurut Sartono (2001:70) berpendapat bahwa :
“Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
Dari kedua pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga
pasar saham merupakan harga yang berlaku untuk suatu saham yang pada saat
saham tersebut diperdagangkan di pasar modal yang melalui mekanisme
permintaan dan penawaran.
2.1.3.3 Karakteristik Harga Saham
Karakteristik dari saham ada berbagai macam seperti yang dikemukakan
oleh Dahlan Siamat dalam buku Manajemen Lembaga Keuangan (2004; 268)
karakteristik saham dibedakan menjadi :
1. Karakteristik Saham Biasa (Common Stock)
2. Karakteristik Saham Preferen (Preferen Stock).
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik Saham Biasa (common stock)
a. Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba.
b. Memilki hak suara (one share one vote).
c. Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut akan
dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. 2. Karakteristik Saham Preferen (preferen stock)
a. Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden.
b. Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan
pengurus.
c. Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih
Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan di
samping penghasilan yang diterima secara tetap
2.1.3.3 Klasifikasi Saham
Kalsifikasi saham menurut M. Fakhruddin dan M. Sopian Hadianto dalam buku
Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal (2001;45) dibedakan
menjadi beberapa hal, yaitu :
1. Cara Peralihan Hak
2. Hak Tagihan atau Klaim
3. Kinerja Saham.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Cara Peralihan Hak
Jika dilihat dari cara peralihan hak, maka saham dapat diklasifikasikan :
a. Saham Atas Unjuk (bearer stocks), artinya pada saham tersebut tidak tertulis
nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke
investor lainnya. Secara hukum, siapa yang memegang saham tersebut maka
dialah sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS.
b. Saham Atas Nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis dengan
jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui
2. Hak Tagihan atau Klaim
Jika ditinjau dari segi kemampuan dalam hal klaim, maka saham terbagi atas :
a. Saham Biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang menempatkan
pemiliknya paling junior terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta
kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa
merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar
modal.
b. Saham Preferen (preferen stock), merupakan saham yang memiliki
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap (seperti bungan obligasi), tetapi juga bisa
tidak mendatangkan hasil yang dikehendaki investor.
3. Kinerja Saham
Jika dilihat dari kinerja perdagangan maka saham dikategorikan atas :
a. Blue-Chip Stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memilki pendapatan yang
stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
b. Income Stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada
tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan
pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai.
c. Growth Stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memilki
mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth stock
(lesser-known), umumnya saham ini berasal dari daerah yang kurang populer dari
kalangan emiten.
d. Speculative Stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi
mempunyai kemampuan penghasilan yang tinggi di masa mendatang.
e. Counter Cylical Stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi
ekonomi, harga saham tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan
deviden yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam
memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. Emiten seperti ini
biasanya bergerak dalam produk yang sangat dan selalu dibutuhkan
masyarakat seperto rokok, consumer goods.
2.1.3.4 Penilaian Harga Saham
Ketika seorang investor memutuskan untuk membeli atau menjual saham
yang dimilikinya, terlebih dahulu investor melakukan analisis terhadap suatu
saham tersebut. Kadang-kadang keputusan beli atau jual dilakukan karena adanya
rumor atau mengikuti kekuatan pasar.
Dalam artikel klinik Go Public dan investasi yang diterbitkan oleh Bursa
Efek Indonesia, disebutkan bahwa untuk menilai saham yang menguntungkan bisa
kemampuan emiten tersebut dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi laba bersih
suatu emiten, maka semakin besar keuntungan yang dapat dinikmati oleh investor
sebagai pemegang saham dan semakin besar pula kemungkinan harga saham akan
naik. Selain kinerja emiten, prospek dan perkembangan industri dimana emiten
berada, kondisi mikro dan makro ekonomi juga akan mempengaruhi harga saham
suatu emiten.
Dalam penentuan harga saham, pada prakteknya mengacu pada beberapa
pendekatan teori penilaian, dimana dalam perkembangannya paralel dengan
presepsi investor yang berminat untuk menanamkan modalnya pada suatu
perusahaan yang terdaftar di Bursa. Menurut Suad Husnan dalam bukunya
“Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas” (2001;315) dua pendekatan
analisis yang sering digunakan dalam penilaian harga saham yaitu :
1. Analisis Fundamental
2. Analisis Teknikal
Dari dua pendekatan diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan
datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan dating, (ii) menerapkan hubungan
2. Analsis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi
pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu.
Pemikiran yang mendasari analisis ini adalah (i) bahwa harga saham
mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan
oleh perubahan harga di waktu yang lalu dan (iii) karena perubahan harga saham
akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.
2.1.4. Volume Perdagangan Saham
2.1.4.1 Pengertian Volume Perdagangan Saham
Menurut Syahrul dkk (2000:144), "Volume ada1ah jumlah totallembar
saham komoditi yang diperdagangkan pada masa tertentu." Kenaikan tajam dalam
volume adalah pertanda kenaikan atau penurunan tajam dalam harga karena
mencerminkan minat investor yang bertambah dalam suatu saham. Berdasarkan
mekanisme pasar semakin besar jumlah saham yang ditawarkan ke pasar maka
akan semakin menekan harga saham yang bersangkutan (price pressure effect).
Menurut Abdul Halim dan Nasuhi Hidayat (2000) volume perdagangan
(Vt) sebagai lembar saham yang diperdagangkan pada hari t. Volume
perdagangan saham merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
análisis teknikal pada penilaian harga saham dan suatu instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
perusahaan yang berpotensi tumbuh dapat berfungsi sebagai berita baik dan pasar
seharusnya bereaksi positif.
Volume perdagangan saham dipergunakan untuk mengukur apakah para
pemodal individu mengetahui informasi yang dikeluarkan perusahaan dan
menggunakanya dalam pembelian atau penjualan saham sehingga akan
mendapatkan keuntungan diatas normal. Saham yang dimaksud adalah saham
biasa yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia khususnya di bursa Efek
Jakarta (Zulhawati, 2000). Volume perdagangan merupakan suatu indikator
likuiditas saham atas suatu informasi yang ada dalam pasar modal. Kegiatan
perdagangan saham diukur dengan menggunakan indikator Tarding Volume
Activity (aktivitas volume perdagangan). Menurut Husnan et al. (1996) aktivitas
voume perdagangan digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai
informasi tertentu mampu membuat keputusan perdagangan diatas keputusan
perdagangan yang normal. Ukuran tersebut tidak memisahkan keputusan
pembelian dengan keputusan penjualan
Volume perdagangan dalam penelitian ini dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut (JSX Monthly Statistic):
TVAi. t = Jumlahsahami waktut yangdiperdagangkan
jumlahsahami waktut yangberedar
Aktivitas volume perdagangan saham digunakan untuk melihat apakah
investor individual menilai laporan informatif, dalam arti apakah informasi
tersebut membuat keputusan perdagangan pada kondisi normal (Prasetio dan
merupakan fungsi supplay an demand serta dapat digunakan sebagai tanda
perubahan menguat dan melemahnya pasar. Volume perdagangan di pasar modal
dapat dijadikan indikator penting bagi investor. Naiknya volume perdagangan
saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli oleh para investor di pasar modal.
Kegiatan volume perdagangan yang sangat tinggi dibursa akan ditafsirkan sebagai
tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan dibarengi dengan
peningkatan harga saham merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish
(Husnan, 1998). Saham-saham yang diperdagangkan di pasar modal cenderung
mengikuti keadaan ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi volume
perdagangan berkaitan dengan heterogenitas investor dalam investasi, kesempatan
investasi dan perdagangan yang rasional untuk tujuan yang berdasarkan informasi
2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Perdagangan
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya suatu
dinamika di dalam perdagangan saham yang dicerminkan dalam naik atau
turunnya suatu transaksi perdagangan saham. Menurut Sunariyah (2000)
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
a. IHSG
indeks harga saham gabungan adalah jumlah seluruh harga saham
yang ada yang digunakan oleh para investor sebagai alat analisis
dalam melakukan investasi. Apabila harga-harga saham itu tinggi
capital gain yang tinggi, minat masyarakat untuk membeli saham
akan meningkat hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan dan
penawaran saham yang terjadi di Bursa Efek
b. Right issue
Keuntungan yang diperoleh selain dari capital gain, deviden juga
dapat dari saham Right issue. Sedangkan Right issue sistem penjualan
saham yang dilakukan emiten sebagai perusahaan penerbit saham
dengan menawarkan kepada pemilik saham untuk membeli sahamnya
terlebih dahulu dengan harga tetap
c. Kursdollar
melemahnya nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat sangat berdampak kuat karena terutama otoritas moneter juga
melakukan kebijakan uang ketat. Dengan menguatnya rupiah hal ini
akan berdampak pada semakin besar volume yang diperdagangkan
d. Tingkat suku bunga
tingkat suku bunga transaksi antar bank yang menjadi patokan dalam
menentukan tingkat suku bunga dengan tujuan memudahkan para para
pelaku bisnis untuk mengikuti perkembangan saham dalam
melakukan transaksi pembelian saham dengan tingkat bunga yang
2.1.5 Earnings Per Share (EPS)
2.1.5.1 Pengertian Earnings Per Share (EPS):
Earning Per Share dapat diartikan sebagai laba yang akan diperoleh pemegang
saham per lembar sahamnya. Tetapi untuk mengetahui definisi EPS lebih lanjut ada
beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para pakar.
Pengertian menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:195) :
“Earning Per Share merupakan rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap
saham yang diperoleh investor”.
Sedangkan EPS menurut Sawidji Widoatmodjo (2005:102) :
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan
jumlah saham yang beredar”.
Earning Per Share (EPS) menggambarkan laba per lembar saham
Rumus dari Earning Per Share (EPS) :
Besarnya laba per lembar saham (EPS) suatu perusahaan bisa diketahui dari
informasi laporan keuangan perusahaan. Menurut Eduardus Tandelilin
(2001:241-242):
“Meskipun beberapa perusahaan tidak mencantumkan besarnya EPS perusahaan yang bersangkutan dalam laporan keuangannya, tapi besarnya EPS suatu perusahaan bisa
kita hitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan”. “Earning Per Share dikenal sebagai laba per lembar saham”.
Laba Bersih
Pendapat mengenai EPS juga diperjelas oleh Abdul Halim(2003:12) :
“EPS merupakan perbandingan antara keuntungan bersih setelah pajak yang
diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar”.
Kesimpulannya Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar laba yang
diterima oleh pemegang saham dari saham yang ia ditanamkan.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan
untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati
saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki
earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat
harga saham turun.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar perubahan Earnings
per share. Rasio – rasio laba ini menunjukkan dampak gabungan dari likuiditas
dan manajemen aktiva/ kewajiban terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan
laba. Rasio – rasio ini menguraikan Earnings per share ke dalam penentu –
penentu dasarnya dalam rangka menilai faktor – faktor yang mendasari laba
perusahaan. Rasio – rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan
laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui pemahaman yang
lebih baik terhadap sebab – sebab terjadinya laba.
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi pada laba
bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar kecilnya laba per saham ini
maupun jumlah lembar saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan
laba per saham Earnings per share(EPS).
2.1.5.2. Kegunaan Earnings per share(EPS)
Variabel Earnings per share merupakan proxy laba per saham perusahaan
yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode keuntungan yang dapat
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham.
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan
dengan harapan akan memperoleh deviden atau capitalgain. Laba biasanya
menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan nilai saham di masa
mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan
angka Earnings per share yang dilaporkan perusahaan. Earnings per share atau
laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar
sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya.
Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia setiap lembar saham
yang dimilikinya atas keikutsertaannya dalam perusahaan. Earnings per share
biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang
umumnya terhadap korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dan pertumbuhan
harga saham. Jumlah pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham adalah
setelah dikurangi dengan deviden dan hak-hak lainnya untuk pemegang saham
biasa.
Dengan cara membagi jumlah pendapatan yang tersedia untuk pemegang
saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar maka akan
diketahui jumlah lembar pendapatan untuk setiap lembar saham tersebut.
Husnan menyatakan bahwa:
“Jika kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,
maka harga saham akan meningkat.”(2001:317)
Jadi jika saham yang beredar dari saham prioritas dan saham biasa maka
langkah pertama adalah menentukan pendapatan yang menjadi hak pemegang
saham prioritas dan hak tersebut dikurangkan pada laba bersih yang diperoleh
barukemudian dapat dihitung laba per lembar saham.
2.1.6 Keterkaitan Antar Variabel
2.1.6.1. Pengaruh Volume Perdagangan Saham Dengan Harga Saham
Volume perdagangan adalah jumlah total lembar saham komoditi yang
diperdagangkan pada masa tertentu Sahrul dkk (2000;145). Semakin besar volume
transaksi, maka semakin cepat dan semakin mudah sebuah saham
diperjualbelikan, sehingga transformasi saham menjadi kas semakin cepat pula.
Volume perdagangan juga menggambarkan reaksi pasar secara langsung.
Volume perdagangan menunjukkan banyaknya lembar saham yang
Makin banyak lembar saham yang ditransaksikan menunjukkan optimisme
pasar terhadap sebuah saham dengan demikian harga saham akan meningkat
(Hadianto, 2007).
Volume perdagangan menggambarkan jumlah saham yang
diperjualbelikan di pasar sekunder. Semakin besar volume transaksi, maka
semakin cepat dan semakin mudah sebuah saham diperjualbelikan, sehingga
transformasi saham menjadi kas semakin cepat pula (Hadianto dan Setiawan,
2007:83).
Penelitian serupa mengenai volume dan harga dilakukan juga oleh Sari
(2004). Ia menggunakan data intraday dalam penelitiannya di Bursa Efek Jakarta
terhadap 32 perusahaan dengan periode pengamatan 5 Agustus sampai 30
September 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi perdagangan dan
volume perdagangan memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham
2.1.6.2 Pengaruh Earning Per Share dengan harga saham.
Salah satu penyebab Earning Per Share (EPS) sangat populer adalah
karena adanya anggapan bahwa Earning Per Share (EPS) mengandung informasi
yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen dan tingkat
harga saham di kemudian hari. Besarnya Earning Per Share (EPS) yang
diharapkan akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap investasi
oleh informasi laba yang dalam hal ini diwakili oleh Earning Per Share (EPS)
sebagai cerminan kinerja perusahaan selama periode tertentu.
Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin dalam buku “Pasar
Modal Di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab” (2006;194) menyatakan bahwa:
“EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap
lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan harga saham yang diterima
pemegang saham.”
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
besar informasi laba yang diwakili oleh Earning Per Share (EPS), maka semakin
besar pengaruhnya tehadap saham. Oleh karena itu para investor biasanya tertarik
dengan angka Earning Per Share (EPS) yang dilaporkan perusahaan. Dengan
demikian dapat ditegaskan bahwa pernyataan tersebut menyimpulkan Earning Per
Share (EPS) memiliki hubungan yang erat dengan harga saham, serta peningkatan
Earning Per Share (EPS) dapat mempengaruhi hasil pengembalian yang berhak
diperoleh investor dalam bentuk dividen dan capital gain.
Sedangkan menurut Aditya Kesuma dalam “Pengaruh Earning Per Share
(EPS) Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham” (2006;21) menyatakan
bahwa keterikatan antara Earning Per Share (EPS) dengan harga saham adalah
sebagai berikut:
“Tingkat pendapatan perusahaan yang tercermin dari Earning Per Share
(EPS) terkait erat dengan peningkatan harga saham, apabila fluktuasi
Earning Per Share (EPS) semakin tinggi, maka semakin tinggi pula harga
2.2 Keterkaitan Antar Variabel
Kerangka pemikiran merupakan suatu model konseptual tentang
bagaimana teori yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah riset (Umar, 2002:242).
Sebelum menanamkan sahamnya investor juga harus mengetahui kondisi
perusahaan dimana ia akan menanamkan sahamnya. Pada umumnya investor akan
melakukan review dan analisis laporan keuangan perusahaan, yang mana analisis
ini berkaitan langsung dengan kinerja perusahaan itu sendiri yang penting
diketahui investor terutama jika ingin berinvestasi di pasar modal. Jika
pertumbuhan volume perdagangan saham dan earning per share meningkat cukup
baik setiap tahun maka hal ini merupakan indikator bahwa perusahaan memiliki
prospek yang baik di masa depan. Keadaan-keadaan seperti di akan meyakinkan
para calon investor jika ia menanamkan sahamnya akan mendapatkan keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini merupakan daya tarik tersendiri bagi
investor untuk membeli saham dan semakin banyak yang membeli saham, maka
harga saham akan meningkat.
TERDAFTAR DI
BURSA EFEK
INDONESIA
TAHUN
2005-2008
Untuk lebih memahami kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka
dapat digambarkan paradigma penelitian yang memperlihatkan hubungan antara
variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian tersebut dapat pula digambarkan dalam sebuah
skema kerangka pemikiran yang akan ditampilkan berikut ini: Volume
Perdagangan (X1)
Earning Per Share (X2)
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis
Kata hipotesis berasal dari kata “hipo” yang artinya lemah dan “tesis”
berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang lemah,
disebut demikian karena masih berupa dugaan yang belum teruji kebenarannya.
Menurut Sugiyono (2011:64), hipotesis penelitian adalah:
“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data ststistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai mana adanya. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif”. Investor
analisis fundamental
Volume Perdagangan saham
Earning Per Share
Harga Saham Kegiatan Investasi
Laporan Keuangan
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji
secara empiris.
Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba
merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian
sebagai berikut :
“Terdapat pengaruh volume perdagangan saham dan Earning per share
3.1. Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian secara umum merupakan permasalahan yang
dijadikan topik penulisan dalam rangka menyusun suatu laporan penelitian.
Penentuan objek penelitian sangat penting dikarenakan untuk menunjang kegiatan
selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah
dicapai.
Menurut Sugiyono (2011:41), Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan yang diteliti. Jangan sampai pembuatan rancangan penelitian dilakukan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalahan yang ada di objek penelitian.
Adapun Objek penelitian dalam penelitian ini adalah volume perdagangan
saham, Earning Per Share (EPS) dan harga saham pada perusahaan manufaktur
sektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:2) metode penelitian adalah:
“Metoda penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris
dan sistematis”.
Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa metoda penelitian
adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan, mencatat
berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran
atau data yang diperoleh.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan metode
penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti
sehingga kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang
diteliti.
Menurut Sugiyono (2011:147)menyatakan bahwa:
“Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis
dengan pendekatan kuantitatif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan
secara sistematis dan faktual tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel
yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan
menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik.
Penulis menggunakan metode tersebut, karena penelitian ini ditujukan untuk
menggambarkan dengan jelas bagaimana pengaruh volume perdagangan saham
dan earning per share terhadap harga saham. Sedangkan, pendekatan yang
digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena data volume
perdagangan saham, earning per share dan harga saham yang diperoleh dari
Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah
yang ada dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data tersebut akan di
kumpulkan, diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut sesuai dengan teori-teori
yang telah dipelajari, jadi dari data tersebut akan dapat ditarik kesimpulan.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif.
Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84), “Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada faktor penentu harga saham. Dengan
demikian dapat ditetapkan judul penelitian ”Pengaruh Volume Perdagangan
Saham dan Earnings Per Share (EPS) terhadap Harga saham Pada perusahaan manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan
yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah harga saham yang cenderung
naik turun (fluktuatif) yang hal ini diasumsikan penulis dikarenakan volume
perdagangan saham dan earning per share perusahaan.
2. Menetapkan rumusan masalah. Rumusan masalah merupakan suatu
menganalisis pengaruh volume perdagangan saham dan earning per share
secara simultan dan parsial terhadap harga saham.
4. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.
5. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variable penelitian yang
digunakan.
6. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan
data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder.
Teknik nonprobability sampling yang digunakan penulis dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan teknik sampling purposive.
7. Melakukan analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis statistik inferensial. Metode deskriptif dan Verifikatif, dan
analisis regresi berganda.
8. Melaporkan hasil penelitian.
9. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua
variable bebas secara bersamaan dengan satu variable tergantung.
Gambar 3.1 Desain Penelitian Volume Perdagangan
Saham (X1)
Earning Per Share (X2)